Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ANAK BERBAKAT DAN INDIGO


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu :
 Andromeda, S.Psi., M.Psi.
 Sugiariyanti, S.Psi., M.A.

DISUSUN OLEH :

Widya Dwi Ningrum 1511419008


Andi Nur Wulan Dwi Noviani A0120007
Herry Suryadi A0120023
Dedy Kurniady A0120141
Harun Al-Rasyid Harahap A0120142
Syafa Putri Andini A0120091
Alvan Anansa A0120137
Ni Wayan Nabela A0120179
Fira Ulfiya A0120188
Sandi A0120191

ROMBEL PERMATA SAKTI


PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat serta karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Anak Berbakat dan
Indigo”. Karya ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus.

Dalam penyelesaian makalah, tim penulis mendapat dukungan dari banyak pihak. Oleh
karena itu, tim penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna, maka penulis dengan kerendahan hati dengan terbuka
menerima kritik dan saran.

28 September 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ............. ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………… .............. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………….2
1.4 Rumusan Masalah ................................................................... .2
1.5 Tujuan ...................................................................................... .2
1.6 Manfaat…………………………………………………………….….2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anak Berbakat dan Indigo…………………………….....3
2.1.1 Anak Berbakat………………………….........................3
2.1.2 Indigo……………………………………………………...3
2.2 Karakteristik dan Masalah Anak Berbakat dan
Indigo………………………………………………………………..5
2.2.1 Karakteristik Anak Berbakat…………………………....5
2.2.2 Masalah Anak Berbakat……………………………...…7
2.2.3 Karakteristik Indigo……………………………………...8
2.2.4 Masalah Anak Indigo…………………………………....8
2.3 Penyebab Anak Berbakat…………………..…………………....12
2.4 Dampak Anak Berbakat dan Indigo……………………………..13
2.4.1 Dampak Anak Berbakat………………………………..13
2.4.1.1 Dampak terhadap Fisik………………………..13
2.4.1.2 Dampak terhadap Kognitif…………………….13
2.4.1.3 Dampak terhadap Sosioemosi………………..14
2.4.2 Dampak Indigo………………………………………….15
2.4.2.1 Dampak terhadap Fisik………………………..15
2.4.2.2 Dampak terhadap Kognitif………………….....15
2.4.2.3 Dampak terhadap Sosioemosi………………..16

iii
2.5 Intervensi Pendidikan Anak Berbakat dan Indigo……………...16
2.5.1 Intervensi Pendidikan Anak Berbakat………………...16
2.5.2 Intervensi Pendidikan Indigo………………………......19
2.6 Teori Multiple Intelligence……………………………………......21
2.7 Proses Identifikasi Anak Berbakat dan Indigo…………….......25
2.7.1 Identifikasi Anak Berbakat……………………….........25
2.7.2 Idenitifikasi Indigo………………………………………26
2.8 Peran orang tua dan Pendidik bagi Anak Berbakat dan
Indigo………………………………………………………………26
2.8.1 Peran orang tua dan Pendidik bagi Anak Berbakat…26
2.8.2 Peran orang tua dan Pendidik bagi Indigo…………...28
2.9 Telaah Film………………………………………………………...30
2.9.1 “Gifted”…………………………………………………...30
2.9.2 “Danur”…………………………………………………...31

BAB II PENUTUP
2.1 Kesimpulan ............................................................................. 33
2.2 Saran………..……………………………………………………….33

DAFTAR PUSTAKA………………...…………………………………...……………......34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap individu yang terlahir didunia ini telah diberikan kelebihan serta kekurangan
pada setiap bagian dalam hidupnya, hal tersebut berada diluar kendali tiap individu sebab itu
merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Semua yang telah ditetapkan harus
dijalani oleh masing-masing individu, tak jarang pula menjadi tantangan tersendiri dalam
menjalani proses kehidupan. Dengan diciptakannya kelebihan serta kekurangan dalam diri,
terkadang individu hanya terfokus pada bagian kekurangannya saja seringkali lupa bahwa
ada beberapa kelebihan dalam diri yang dianggap “berbeda” dengan individu-individu
lainnya. Anak berbakat atau gifted talent dan Indigo menjadi beberapa diantaranya, mereka
dianggap berbeda dari anak-anak biasanya karena kelebihan yang dimikinya, sebab
kelebihan yang dimiliki oleh anak-anak tersebut tidak dimiliki oleh semua anak maka mereka
dianggap special dan mendapatkan perlakuan khusus dalam beberapa hal. Kelebihan yang
dimiliki oleh anak berbakat dan indigo juga mengakibatkan timbulnya beberapa
permasalahan, yang dapat dilihat secara umum adalah permasalahan sosial yakni dalam
penyesuaian sosial dimana pada anak berbakat dianggap lebih memiliki keunggulan dalam
sisi kreativitas sedangkan perkembangan sosianya akan berbeda dengan kawan sebayanya.
Menurut Schmitz dan Galbraith (dalam Tim Direktorat PSLB, 2009), karakteristik sosial dan
emosional anak berbakat intelektual sulit untuk diterapkan secara umum (generalisasi) pada
semua anak berbakat intelektual karena tiap-tiap individu memiliki keunikan tersendiri sesuai
dengan bakat yang dimiliki oleh anak berbakat intelektual.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka terdapat beberapa masalah yang
teridentifikasi antara lain :
1. Anak berbakat dan Indigo dianggap “berbeda” dengan anak-anak lainnya.
2. Anak berbakat dan Indigo tergolong anak berkebutuhan khusus.
3. Diangugerahinya suatu kelebihan justru membuat anak berbakat dan indigo perlu
mendapatkan pelayanan khusus dalam beberapa hal.
4. Kelebihan yang dimiliki jusru membuat anak berbakat dan indigo harus merasakan
beberapa permasalahan.

1
1.3 Batasan Masalah
Setelah menemukan beberapa pemaparan identifikasi masalah, maka dalam makalah ini
hanya dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik, penyebab,
dampak, intervensi pendidikan, proses identifikasi, serta peran orang tua dan guru terhadap
anak berbakat dan indigo.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Anak Berbakat dan Indigo?
2. Apa saja karakteristik/ciri-ciri dari Anak Berbakat dan Indigo?
3. Apa penyebab/etiologi Anak Berbakat?
4. Apa dampak Anak Berbakat dan Indigo dalam aspek fisik, kognitif, dan sosial-emosional?
5. Apa saja klasifikasi dan jenis pendidikan Anak Berbakat dan Indigo?
6. Apa itu Teori Multiple Intelligence?
7. Bagaimana proses identifikasi Anak Berbakat dan Indigo?
8. Bagaimana peran orang tua serta pendidik terhadap Anak Berbakat dan Indigo?

1.5 Tujuan
1. Memahami mengenai anak berbakat atau gifted talent
2. Memahami karakteristik dan ciri-ciri anak berbakat
3. Memahami jenis pendidikan yang relevan untuk anak berbakat
4. Memahami mengenai anak indigo
5. Memahami karakteristik dan ciri-ciri anak indigo
6. Memahami jenis pendidikan yang relevan untuk anak indigo

1.6 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini berguna untuk memperluas wawasan penulis dan juga pembacanya
dan menambah pengetahuan mengenai Anak berbakat dan Indigo.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini dapat memberikan gambaran bagi pembaca, pendidik, dan orang tua
dalam membimbing anak yang memiliki kelebihan seperti anak berbakat dan indigo serta
membantu mengetahui jenis pendidikan yang relevan serta gambaran mengenai sikap
yang semestinya ditunjukan kepada anak berbakat dan indigo.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anak Berbakat dan Indigo


2.1.1 Definisi Anak Berbakat
Anak berbakat atau gifted talent dianggap sebagai anak yang memiliki
perkembangan kognitif yang tinggi, anak-anak tersebut memerlukan atensi serta
dorongan dari berbagai pihak seperti guru, dan orang tua. Anak-anak ini tumbuh
dengan bakat serta talenta khusus yang dibawa dan sering kali kemampuannya
tersebut berada jauh diatas rata-rata sehingga memerlukan suatu layanan
pendidikan khusus. Anak-anak yang diidentifikasi berbakat akan memperlihatkan
prestasi atau bakat yang luar biasa, prestasi tersebut biasanya masuk dalam ranah
kemampuan intelektual umum, kemampuan dalam bidang akademik yang lebih
spesifik, seni visual, seni peran, kreativitas, dan kepemimpinan. Menurut
Masrullah,Hidayatul (2014: 214) anak gifted talent memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, untuk memberikan gagasan–gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, memiliki kemampuan untuk melihat
hubungan–hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada Sedangkan secara
umum, anak berbakat atau gifted talent diartikan sebagai anak yang memiliki
kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang lainnya sehingga
anak berbakat membutuhkan suatu layanan pendidikan khusus agar dapat
mengembangkan potensi serta bakat sepenuhnya. Menurut Shavinina & Ferrari
2003; Simonton, 2001; Winner, 200b (dalam Psikologi Pendidikan, 2008) dalam
kebanyakan kasus keberbakatan kemungkinan merupakan hasil dari predisposisi
genetik dan pengasuhan lingkungan.

2.1.2 Definisi Indigo

Indigo adalah istilah yang diberikan kepada anak yang menunjukkkan


perilaku lebih dewasa dibandingkan usianya. Anak indigo pada umumnya tidak
menginginkan diperlakukan sebagai anak-anak. Tidak jarang mereka sering tidak
menuruti bahkan membantah nasehat orang tua mereka. Orang tua kebanyakan
tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anaknya yang indigo, sehingga
orang tua tidak dapat menyampaikan pesannya kepada anak anaknya yang indigo.
Seperti diketahui, anak indigo memiliki dunia sendiri dan tidak memiliki inisiatif untuk

3
bersosialisasi dengan orang lain, karena itu dibutuhkan kedekatan emosional antara
orang tua dan anaknya yang indigo agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.Tanpa pola komunikasi dan dukungan yang baik dalam keluarga yang
mempunyai anak indigo, maka anak indigo tidak akan berkembang dengan baik
sesuai yang diharapkan orang tua, oleh karena itu pola komunikasi sangat
dibutuhkan untuk menggali kelebihan serta bakat anak. Disini komunikasi antara
orang tua dan anak indigo adalah saran yang paling utama (Parathon, 2010).

Anak indigo adalah anak-anak yang memiliki aura dominan berwarna nila,
namun fisiknya sama seperti anak lainnya. Ciri-ciri indigo yang mudah dikenali
adalah mempunyai kemampuan spiritual tinggi. Beberapa anak Indigo bisa melihat
sesuatu yang belum terjadi dan dapat melihat masa lalu. Bisa pula melihat makhluk
halus yang tidak tertangkap oleh indera penglihatan biasa. Kemampuannya untuk
merasakan apa yang dirasakan orang lain, bukan hanya merasakan, tapi juga
mengerti. Seperti penuturan Indah dalam wawancara yang dilakukan peneliti, dari
kecil sampai sekarang Ia sering sekali melihat makhluk halus. Bahkan Ia pernah
mengalami kejadian yang sulit sekali diterima dengan akal sehat manusia pada
umumnya. Indah pernah dianggap aneh, menakutkan, dan bahkan dianggap gila.
Tapi ketika dibawa ke psikiater, Ia didiagnosis tidak mengalami gangguan jiwa,
dibawah pengaruh obatobatan, ataupun berhalusinasi. Semua yang Indah alami
adalah nyata dirasakan, namun tidak dapat dibuktikan secara kasat mata(Yohana &
Kamaetoe, 2016).

Anak indigo ialah mereka yang menunjukkan seperangkat atribut psikologis


yang baru dan tidak biasa serta pola tingkah laku yang tidak pernah bisa dlihat
sebelumnya. Pola ini memiliki fakto-faktor unik umum sehingga orang-orng yang
berinteraksi dengan anak indigo disarankan untuk mengubah cara merawat mereka
untuk mencapai keseimbangan (Mangunsong, 2016).

Elizabeth Green, seorang pengarang dan dosen, mengatakan bahwa anak


indigo memiliki dasar spritual yang sangat tinggi. Tidak religiulitas, tetapi spiitual. Ia
juga mempunyai perasaan yang dapat mengetahui adanya kekuatan yang lebih
tinggi.Para peneliti rusia juga menyebutkan bahwa anak indigo sudah ada sejak
1994. Sejak tahun iyu, tercatat 95% kelahiran tercatat sebagai anak indigo
(DAMAYANTI, 2018).

4
Indigo merupakan sebutan bagi orang-orang di percayai oleh Tuhan untuk
mendapatkan kelebihan di bandingkan dengan orang lain. Perkembangan informasi
anak indigo telah lama berkembang di Indonesia. Sejak kira- kira tahun 2000, istilah
anak indigo muncul setelah ditemukan kasus unik tersebut pada beberapa anak
Indonesia. Di Indonesia sendiri fenomena indigo mulai banyak dibicarakan pada
kalangan masyarakat (Nurhalimah, 2019).

2.2 Karakteristik dan Masalah Anak Berbakat dan Indigo

2.2.1 Karakteristik Anak Berbakat


1. Karakteristik intelektual/kognitif
a. Kuantitas informasi yang luar biasa
b. Pemahaman pada tingkat lanjut
c. Minat dan keinginantahuan sangat bervariasi
d. Tingkat perkembangan bahasanya tinggi
e. Tingkat kemampuan verbalnya tinggi
f. Kapasitas memproses informasi luar biasa
g. Kecepatan yang tinggi dalam proses berpikir
h. Proses berpikir yang fleksibel
i. Kemampuan sintesa yang komprehensif
j. Kemampuan yang dini untuk menunda wacana
k. Kapasitas yang tinggi untuk melihat hubungan yang luar biasa dan bervariasi
l. Kemampuan untuk menghasilkan ide dan solusi yang orisinil
m. Pola yang berbeda lebih awal untuk proses berpikir (misalnya: berpikir dalam
alternatif, membuat generalisasi)
n. Kemampuan dini untuk menggunakan dan membentuk kerangka konseptual
o. Memiliki suatu pendekatan evaluatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
p. Persisten, perilaku diarahkan oleh tujuan

2. Karakteristik afektif (perasaan)


a. Akumulasi informasi yang besar tentang emosi yang belum dibawa ke dalam
kesadaran
b. Sensitivitas yang luar biasa terhadap harapan dan perasaan terhadap orang
lain

5
c. Rasa humor yang tinggi
d. Kesadaran diri yang tinggi yang dibarengi oleh rasa berbeda dengan orang lain.
e. Idealisme dan rasa keadilan, yang muncul pada usia dini.
f. Perkembangan dini inner locus of control dan kepuasan
g. Kedalaman dan intensitas emosi yang luar biasa
h. Harapan yang tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, sering mengarahkan
kepada tingkat frustasi yang tinggi dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
situasi.
i. Perfeksionisme
j. Kebutuhan yang kuat untuk konsistensi antara nilai yang abstrak dan tindakan
pribadi
k. Tingkat pertimbangan moral yang tinggi.

3. Karakteristik fisik
a. Kuantitas input yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensosoris
yang tinggi
b. Kesenjangan yang luar biasa antara perkembangan fisik dan intelektual
c. Toleransi yang rendah terhadap kesenjangan antara standarstandar dan
keterampilan atletik
d. “Cartesian split” – dapat mencakup penolakan makhluk fisik dan penolakan
terhadap kegiatan fisik

4. Karakteristik intuisi
a. Keterlibatan dan kepedulian yang dini terhadap pengetahuan intuitif dan ide-ide
dan fenomena metafisik.
b. Terbuka terhadap pengalaman di bidang ini (intuisi); akan bereksperimen
dengan fenomena psikis dan metapsikis.
c. Kreativitas nampak di semua bidang usaha.

5. Karakteristik sosial
a. Sangat termotivasi oleh kebutuhan aktualisasi diri.
b. Kapasitas kognitif dan afektif yang maju untuk konseptualisasi dan pemecahan
masalah sosial.
c. Kepemimpinan.

6
d. Pemecahan masalah sosial dan lingkungan.
e. Keterlibatan pada meta-needs masyarakat.(e.g. keadilan, keindahan,
kebenaran).

2.2.2. Masalah Anak Berbakat

Hudojo (1990 : 32 ) mengungkapkan bahwa masalah merupakan pernyataan


bagi seseorang dimana orang tersebut tidak mempunyai aturan/hukum tertentu
yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Sedangkan masalah menurut Robert K.Merton adalah ketidaksesuaian yang


signifikan dan tidak diinginkan antara standar kebersamaan dan kondisi nyata.

1. Masalah Rumah dan Teman


Biasanya permasalahan yang muncul adalah rasa cemburu antar saudara
,sedangkan masalah yang ditimbul dikalangan teman sebaya antara lain anak
berbakat lebih maju dari pada teman sebayanya meliputi aspek
pendidikan, pemikiran ideal, filosofi, dan kemanuasiaan. Sedangkan pada
anak-anak lain berpendapat anak berbakat itu aneh.
2. Kebosanan dan Ketidakpedulian
Tanpa pelayanan khusus anak berbakat sering menentang. Di sekolah pun
anak berbakat akan merasa terisolasi, depresi dan prestasi rendah karna
ketidak terpenuhinya kebutuhan mereka .
3. Perfeksionis
Perfeksionis dimana anak berbakat menuntut kesempurnaan yang neurotis,
menilai diri sendiri secara berlebihan, obsesif tidak menghargai kemampuan
mereka, mereka juga orang-orang yang sangat akurat, prestasi menjadi
patokan harga diri.
4. Kesalahan Diagnosis yang Bisa Terjadi
Bukan tidak mungkin anak berbakat salah didiagnosis, kesalahan diagnosis
kepada anak berbakat diantaranya ADHD, syndrom Asperger, gangguan
kepribadian schizotypal, gangguan kepribadian menjauh dari orang lain, dan
depresi.
5. Anak yang Sangat Cerdas dan Homoseksual
Ditemukan bahwa 1 di antara 1.000 siswa berbakat adalah homoseksual,
mereka merasa terisolasi sosial, rasa bersalah, khawatir, penolakan, dan harga

7
diri yang sangat rendah, perasaan negatif akan semakin parah karena anak
berbakat memiliki kepekaan yang tinggi. Beberapa akan mengalihkan rasa
takut ke arah hal-hal yang negatif.
6. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan cara terakhir yang dilakukan anak berbakat untuk
menyelesaikan masalah. Masalah-masalah ini bukan masalah yang dihadapi
orang-orang pada umumnya.
7. Masalah lain
Masalah-masalah lain seperti masalah penyesuaian sosial, rasa kesepian, di
SMA konsep diri anak berbakat buruk, harapan orang tua yang tidak realistis,
tidak ada tantangan dari sekolah, menolak tugas sekolah, pemahaman diri yang
buruk, diejek teman, dll.

2.2.3 Karakteristik Indigo

Beberapa ciri anak indigo adalah Empatik, penuh rasa ingin tahu,
berkeinginan kuat, independen, dan sering dianggap aneh oleh teman dan keluarga.
Mengenal dirinya dan memiliki tujuan yang jelas. Orang indigo sudah mulai
menunjukkan ciri-ciri indera mereka sejak masih kanak-kanak. Oleh karena itu,
mereka lekat dengan sebutan anak indigo. Secara harfiah, indigo berarti warna biru
tua mengarah ungu lembayung atau nila. Dikutip dari Depression Alliance, indigo
mengacu pada warna aura seseorang. Warna ini mengacu pada cakra yang
memiliki koneksi ke alam spiritual. Keahlian spiritual yang dimiliki anak indigo
membuat mereka berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka
cenderung lebih sensitif dan intuitif.

2.2.4 Masalah Indigo

a. Permasalahan internal
Indigo dalam diri individu menimbulkan beberapa permasalahan internal dan
ekternal. Permasalahan yang timbul dari dalam diri indigo sering disebut
permasalahan internal. Permasalahan internal meliputi permasalahan dalam aspek
emosi, fisik, intelegensi. Selain permasalahan internal terdapat permasalahan yang

8
timbul dari luar diri individu disebut permasalahan eksternal. Berikut ini adalah
kondisi emosi, fisik, dan intelegensi pada indigo, yaitu :

1. Aspek Emosi
Virtue (2011: 85) menyatakan indigo mengolah emosinya dengan cara yang
berbeda karena indigo memiliki harga diri dan integritas yang kuat. Secara emosi
indigo mudah bereaksi, sehingga terkadang indigo memiliki permasalahan dalam
mengendalikan kemarahan. Indigo memiliki keinginan yang kuat dan mandiri
dengan melakukan apa yang ada dipikirannya daripada mematuhi kehendak
orangtuanya. Erwin (dalam Sampurno 2013 : 15), menyatakan bahwa indigo
memilikia) Tingkat kecerdasan superior, biasanya IQ indigo di atas 120.

b) Dapat menangkap perasaan, kemauan, atau pikiran orang lain

c) Indigo dapat mengerjakan sesuatu tanpa diajarkan terlebih dahulu.

d) Mengetahui keberadaan makhluk halus

e) Dapat mengetahui sesuatu yang tidak dapat dipersepsi oleh pancaindera di masa
kini, masa lampau (post-cognition), dan masa depan (pre-cognitif)

f) Indigo tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.

Indigo juga terlahir dengan jiwa tua yang mempunyai tingkat kedewasaan dini pada
usia sangat muda atau ketika masih anak-anak. Keadaan ini mempengaruhi
pertumbuhan pada fisiknya. (Mohammad A.Suropati, 2014: 40). Debra Hegerle
menyebutkan bahwa indigo mengolah emosi secara berbeda dengan non-indigo
karena indigo memilki integritas yang kuat dan harga diri yang tinggi, indigo dapat
mengetahui dengan cepat serta menetralisasi setiap agenda atau usaha
tersembunyi yang dimiliki individu lain dan indigo lebih suka menyelesaikan
persoalan untuk dirinya sendiri. Lee Carroll dan Tober, (2006: 44). Kemudian (Carrol
dan Tober, 2006: 54) juga menyatakan bahwa Indigo juga menuntut lebih banyak
perhatian dan merasa bahwa kehidupan terlalu berharga untuk dilewati, indigo ingin
segla sesuatu terjadi dan sering kali memaksakan sebuah situasi untuk memenuhi
harapannya. Selanjutnya menyebutkan bahwa indigo memiliki sensitivitas yang
tinggi, menentang otoritas bila tidak berorientasi demokratis, dan mudah merasa
empati atau mudah merasa kasihan terhadap orang lain. (Carroll dan Tober, 2006:
90)

9
Indigo juga sensitif dengan segala jenis kebohongan serta kurangnya integritas
pada diri seseorang.Indigo juga memiliki kepekaan terhadap perasaan dan pikiran
orang lain serta memiliki penilaian langsung terhadap suatu hal. Penilaian langsung
ini berhubungan dengan intuisi. Intuisi adalah Intuisi adalah kemampuan untuk
menangkap inti dari sutuasi secara langsung. Indigo sangat sensitive dengan situasi
dan orang di sekelilingnya.(Virtue, 2011: 85 ).
Indigo juga memiliki ketakutan melihat dunia gaib karena melihat dunia gaib tidak
semenyenangkan yang dibayangkan oleh individu biasa (yang tidak mampu melihat
dunia gaib), indigo juga memiliki empati yang menyakitkan, bagi indigo yang
berintuisi tajam kemampuan berempati justru kerap membuat indigo merasa
kesakitan karena indigo dapat merasakan penderitaan, kesedihan, atau kesakitan
orang lain (bahkan alam) yang indigo rasakan tidak selalu yang berada di dekatnya.
(Antonius Ari Sudana, 2013: 19).
Dari berbagai macam kondisi emosi indigo yang sudah dipaparkan dapat diperoleh
kesimpulan bahwa indigo adalah individu yang memiliki harga diri dan integritas
yang kuat, sulit dalam mengendalikan emosinya, sangat sensitif terutama dalam
melihat kebohongan dan kurangnya integritas pada diri seseorang, mudah merasa
empati, empati yang sangat dalam, menuntut lebihindividu normal lain. Indigo yang
melakukan banyak kegiatan fisik dan terlalu kuat akan mengalami gangguan
kesehatan karena tubuh mereka yang terlalu sensitif.

3. Kemampuan Intelegensi

Indigo memiliki daya ingat yang baik dengan kemampuan tajam dalam mengamati.
Indigo memiliki kemampuan mengorganisasi dan mendata informasi dengan cepat
dan membuat hubungan secara mental serta memiliki sifat kreatif. Kemampuan
tersebut membuat indigo dikatakan cerdas. Namun indigo berbeda dengan cerdas,
karena indigo dapat melakukan sesuatu yang belum diajarkan sebelumnya,
sedangkan cerdas dapat melakukan segala sesuatu setelah diajarkan serta individu
yang cerdas tidak memiliki kelebihan di bidang lain seperti indigo (Virtue, 2011: 173).

Carroll (2006: 90), mengidentifikasikan indigo memiliki kecerdasan yang tinggi,


berikut adalah ciri dari indigo berbakat :

a) Memilki sensitifitas yang tinggi

b) Mudah bosan

10
c) Memiliki energi berlebihan untuk mewujudkan rasa keingintahuannya

d) Memiliki gaya belajar tertentu

e) Menentang otoritas bila tidak berorientasi demokratis

f) Suka bereksplorasi

G) Mudah merasa kasihan dengan orang lain/ empati yang tinggi

h) Mudah frustasi karena banyak ide namun kurang sumber untuk membimbingnya

i) Tidak duduk diam kecuali pada objek yang menjadi minatnya

j) Mudah menyerah dan terhambat belajar jika di awal kehidupannya mengalami


kegagalan.

Erwin (dalam Sampurno 2013: 15), menyatakan bahwa indigo memiliki:

1. Tingkat kecerdasan superior, biasanya IQ indigo di atas 120.

2. Dapat menangkap perasaan, kemauan, atau pikiran orang lain

3. Indigo dapat mengerjakan sesuatu tanpa diajarkan terlebih dahulu.Berbagai


kondisi-kondisi intelegensi tersebut dapat disimpulkan bahwa indigo biasanya
memiliki tingkat kecerdasan superior atau IQ di atas 120, sering disebut individu
yang cerdas karena mengerjakan segala sesuatu tanpa diajarkan terlebih dahulu.
Indigo juga memiliki gaya belajar sendiri sering memiliki insisiatif untuk melakukan
segala sesuatu dengan caranya sendiri yang berbeda dengan orang lain, sangat
tertarik kepada objek yang menjadi minatnya, sangat suka bereksplorasi, meskipun
begitu indigo mudah merasa bosan, mudah frustasi karena banyak idepada
penglihatan serta perasaan daripada apa yang didengar oleh individu. (Virtue, 2011:
181).Robert Gerard juga menyatakan bahwa indigo merasa kagum dengan akurasi
dan cara individu lain saling berhubungan, indigo sering merasa terganggu ketika
percakapan tidak singkron. Indigo senang menjadi spontan dan mudah menjadi
sangat gembira tanpa alasan yang jelas. Banyak orang merasa kesulitan
berhubungan dengan para indigo karena individu lain menggunkan pendekatan dan
keyakinan dan peraturan yang sudah terpasang tetap, yang dimiliki olah indigo.
(Carroll dan Tober, 2006 : 53) Namun indigo juga bisa lembut dan mencinta, banyak

11
dantaranya tampak bijaksana dan memiliki mata yang penuh daya. Indigo hidup
secara mendalam pada dengan tampak selalu bahagia, penuh semangat, dan
dengan agenda yang dimilikinya. Indigo akan merasa kacau dengan teman sebaya
ketika individu lain tidak mampu memahami dirinya, indigo tidak memikirkan bahwa
orang lain dapat melakukan segala sesuatu selain dengan cinta, meskipun demikian
indigo sangat ulet dan dapat memberikan bantuan kepada individu lain , meski
sering dilakukan penolakan. Hal tersebut membuat para indigo sulit menyesuaikan
diri dengan individu lain. ( Carroll dan Tober, 2006: 54)

b. Permasalahan eksternal

Permasalahan eksternal di sini meliputi permasalahan sosial indigo. Permasalahan


ini menyebabkan individu tidak dapat mampu menerima dirinya dengan baik, sulit
melakukan penyesuaian diri/ berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak mampu
mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal. Pemaparan kondisi sosial yang
terjadi pada indigo dapat disimpulkan bahwa indigo menunjukan kecenderungan
ingin menarik diri berkumpul dengan orang lain, sehingga indigo dapat berdiam diri
dengan segala pemikirannya kecuali dengan individu yang lebih tua atau yang
memahami dirinya. Indigo juga mengalami kesulitan dalam kedisiplinan, dan sering
tidak patuh sehingga orangtua dan sekitar sulit dalam melakukan interaksi. Namun
indigo sebenarnya lembut dan mencinta, banyak di antaranya tampak bijaksana dan
memiliki mata yang penuh daya, penuh semangat, tampak selalu bahagia dan
sering memberikan bantuan terhadap individu lain serta memilki rasa mendalam
dapat melakukan segala sesuatu dengan cinta.

2.3 Penyebab Keberbakatan

1. Faktor Genetik
Sudah sering terdengar bahwa intelegensi dan kemampuan merupakan
sesuatu yang diturunkan, namun hal tersbut tidak dapat diterima sepenuhnya oleh
masyarakat. Namun penelitian dalam genetika perilaku berpendapat bahwa setiap
jenis dari perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan melalui
gen/keturunan.
2. Faktor Biologis
Tak kalah mempengaruhi, faktor biologis seperti faktor gizi dan neurologik
dapat mempengaruhi keberbakatan. Pentingnya untuk mencukupi nutrisi sejak dini

12
dan juga tidak ada riwayat neurologik yang dapat mempengaruhi mental dipercaya
menjadi salah satu faktor yang mendorong keberbakatan.
3. Faktor Lingkungan
Keberbakatan sendiri memiliki pengaruh yang diperoleh dari faktor lingkungan.
Dukungan dari keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat sangat
berpengaruh dalam perkembangan anak berbakat. Menurut Hallahan & Kauffman,
1994 (dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, 2016) anak-
anak yang menyadari potensi mereka perlu dikembangkan, perlu memiliki keluarga
yang penuh rangsangan, pengarahan, dorongan dan imbalan-imbalan untuk
kemampuan-kemampuan mereka itu. Dalam lingkungan sekolah, walaupun sekolah
masih mendapatkan perhatian kecil dalam mengembangkan pendidikan bagi anak
gifted talent namun peran sekolah tidak dapat dikesampingkan sebab apabila
sekolah mampu memfasilitasi performa dari siswa-siswinya dan berhasil meraih
superioritas pada masing-masing bidang yang didalaminya maka besar harapan
keberbakatan akan dimiliki semua siswa-siswi. Dapat disimpulkan bahwa faktor
lingkungan dapat menentukan seorang individu akan berfungsi pada titik pencapaian
yang lebih rendah atau tinggi dari rentang tersebut.

2.4 Dampak Anak Berbakat dan Indigo

2.4.1 Dampak Anak Berbakat

2.4.1.1 Dampak Terhadap Fisik

Secara fisik, perkembangan anak berbakat sama dengan anak-anak


lainnya. Kebanyakan seorang anak gifted talent memiliki fisik yang sesuai
dengan usianya sehingga dalam aspek fisik sendiri tidak ada dampak yang
signifikan.

2.4.1.2 Dampak Terhadap Kognitif

Dianugerahi kecerdasan yang tidak biasa layaknya anak-anak


seusianya akan menimbulkan dampak tersendiri dalam aspek
kognitif/akademik yaitu bagi anak-anak berbakat yang berasal dari keluarga
dengan tingkat sosial-ekonomi menengah keatas dapat memiliki kesempatan
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka dengan
mendapatkan kesempatan pendidikan yang tepat namun disisi lain mereka

13
yang bisa masuk kedalam program akselerasi atau pengayaan (enrichment)
merasakan tekanan atas tugas-tugas yang membuat anak-anak berbakat
tersebut kehilangan waktu dan lebih memprioritaskan belajar. Persaingan
dikelas akselerasi juga membuat sebagian anak-anak berbakat ini merasa
kesulitan untuk mempertahankan prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
Kemampuan dalam berpikir yang dimiliki anak berbakat menyebabkan
seorang anak berbakat memiliki proses kognitif serta strategi dalam belajar
lebih canggih dan efisien, anak-anak gifted talent juga diketahui memiliki
pengetahuan umum yang luas megenai dunia, pembendaharaan kata
seorang anak berbakat juga kaya didukung pula oleh kemamouan berbahasa
yang tinggi serta keterampilan membaca di atas rata-rata. Memiliki
kecerdasan yang tinggi juga membuat anak berbkat memiliki kemampuan
belajar yang lebih cepat, mudah, dan mandiri jika dibandingkan kawan
sebayanya.

2.4.1.3 Dampak Terhadap Sosial-Emosional

Dalam aspek sosial-emosional, seorang anak berbakat merasakan


beberapa dampak diantaranya, pertama penyesuaian dengan teman
sebaya. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial sudah jelas terbukti, dalam
kesehariannya individu kerap kali melakukan interaksi dengan individu
lainnya. Namun hal ini sepertinya cukup menjadi kendala yang sulit bagi
anak berbakat atau gifted talent. Diluar keluarga, teman sebaya menjadi
salah satu perkembangan sosial yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh
seorang anak gifted talent sebab dilingkungan teman sebaya nantinya
seorang anak gifted talent akan belajar menemukan jati diri berdasarkan
dengan emosi anak sesuai dengan usianya. Anak berbakat memang dikenal
sebagai anak jenius yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata usianya, hal
tersebut dapat menjadi alasan anak berbakat akan banyak kehilangan waktu
bersama teman sebaya. Menurut Yulistin Tresnawati (2015:3) anak berbakat
cenderung memiliki kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman
sebanyanya, sehingga mereka kehilangan aktivitas sosial yang penting
dalam usia perkembangannya dan hal ini akan menyulitkan mereka ketika
menyesuaikan diri dengan orang lain. Penyesuaian sosial menjadi
permasalahan utama bagi seorang anak gifted talent, menurut Wandasari

14
Yetty (2011:86), penyesuaian sosial pada anak gifted talent terkait dengan
dampak yang ditimbulkan bagi terhambatnya perkembangan potensinya,
anak gifted talent sering mengalami permasalahan antara bakatnya dengan
perkembangan sosialnya bila anak tidak memilih untuk fokus dengan
keunggulan, maka anak kehilangan keunggulannya, namun bila ia memilih
konformitas terhadap kelompok maka ia akan terdesak pada
underachievement demi mempertahankan keanggotaan dalam kelompok.

Dampak yang kedua, emosi tidak stabil. Seorang anak berbakat juga
seringkali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap orang lain ataupun
dirinya dan terkadang ekspektasi yang tinggi tersebut tidak disertai dengan
kesadaran diri akan keterbatasan yang ada sehingga seringkali membuat
seorang anak gifted talent frustasi terhadap dirinya, orang lain, bahkan
terhadap situasi. Hal tersebut bisa berdampak pada perkembangan emosi
yang tidak stabil dan juga seorang anak gifted talent sulit untuk melakukan
penyesuaian terhadap lingkungannya. Dampak yang ketiga, menjadi
korban/pelaku bullying. Anak berbakat bisa menjadi individu yang
melakukan/mendapatkan perlakuan bullying, dan anak berbakat memeiliki
kecenderungan utnuk menjauh dari kelompok usia mereka (Hallahan,
Kauffman & Pullen, 2009).

2.4.2 Dampak Indigo

2.4.2.1 Dampak Terhadap Fisik

Secara fisik, pertumbuhan dan perkembangan anak Indigo tidak berbeda


dengan anak anak lain pada umumnya. Anak Indigo merupakan anak yang
rasional, anak Indigo seringkali mempertanyakan manfaat dan tujuan dari
aturan dan perintah yang diberikan oleh orang tua dan guru, karena itu anak
Indigo sering dianggap sebagai anak yang bermasalah dan menentang sistem.

2.4.2.2 Dampak Terhadap Kognitif

Secara kognitif anak Indigo tidak memiliki masalah dalam memahami


pelajaran di sekolah, namun seringkali tidak menyukai sekolah karena sekolah
memiliki perintah perintah dan aturan yang tidak memiliki penjelasan kenapa
peraturan tersebut diadakan, Mereka menganggap bahwa peraturan

15
peraturan tersebut tidak masuk akal. Dalam konteks ini anak Indigo juga
sering mempertanyakan tentang manfaat dari sebuah ritual agama, namun
anak Indigo karena anak yang spriritual, jadi anak Indigo mampu melihat
kebaikan dibalik setiap kejadian yang menyakitkan yang terjadi.

2.4.2.3 Dampak Terhadap Sosial-Emosional

Anak Indigo ketika berada di lingkungan yang baru, akan melakukan


pengamatan terlebih dahulu, jika lingkungan tersebut baik, maka anak Indigo
akan merasa cocok dan nyaman. Selain itu seringkali anak Indigo
mengungkapkan emosinya secara lahiriah ketika melihat sesuatu yang tidak
sesuai dengan jalan pikiran mereka, tetapi tidak jarang juga anak Indigo yang
menutup diri dan diam karena merasa tidak ada Yang bisa memahaminya di
dalam lingkungan tersebut.

Menurut Gerard dalam Mangunsong (2011), dampak dan permasalahan


yang seringkali ada dalam kehidupan anak Indigo ada tiga, yaitu:

1. Anak Indigo biasanya menuntut perhatian lebih dan merasa bahwa


hidup terlalu berharga untuk dilewati begitu saja. Biasanya menginginkan hal
hal tertentu terjadi dan seringkali memaksakan situasi upaya sesuai dengan
harapan mereka.
2. Anak Indigo seringkali merasa dikecewakan oleh teman temannya
yang tidak memahami fenomena yang dialaminya. Biasanya mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan anak anak yang lain.
3. Anak Indigo sering dicap sebagai anak yang mengalami ADHD
atau bentuk hiper aktivitas lainnya.

2.5 Intervensi Pendidikan Anak Berbakat dan Indigo


2.5.1 Intervensi Pendidikan Anak Berbakat
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah:

1. Program Akselerasi untuk Anak Berbakat

Program akselerasi ini yaitu dengan cara “lompat kelas”, artinya, anak dari
Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar,
tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Dapat juga

16
program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa
saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam
bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika
di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak
kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia
boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.

2. Home-schooling

Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah


memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering
disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli
yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat
istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap
kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas
tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.

3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.

Dalam model ini biasanya jumlah murid dalam suatu kelas terbatas,
misalnya maksimum 20 anak. Anak didorong untuk belajar menurut ritmenya
masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang
lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya dan juga sebaliknya.
Guru juga harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh
anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan
memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat
perkembangan dan ritme belajarnya.

4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.

Anak-anak yang memiliki bakat atau kemampuan yang kurang lebih


sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-
kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus
merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan
daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki
kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-

17
anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Seorang anak berbakat juga memiliki beberapa klasifikasi diantaranya :

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat


diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh
Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius.
Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegensi
yang berbeda.

1. Genius

Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga


dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence
Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200.

a. Sifat positif anak genius :

- Banyak ide

- Kritis terhadap sesuatu

- Suka menganalisis

- Kreatif

b. Sifat negative anak genius :

- Cenderung mementingkan diri sendiri

- Tempramen tinggi

- Sulit untuk bergaul

2. Gifted

Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat
kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki
IQ tinggi,memiliki bakat yang menonjol pada suatu bidang tertentu.

3.Superior

18
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai
dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Terdapat
beberapa karakterisik anak superior diantaranya :

1. Dapat berbicara lebih dini

2. Dapat membaca lebih awal

3. Dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat


perhatian dari teman temannya.

James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302) mengemukakan


bahwa karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical, personal,
and social characteristics. Sedangkan David G. Amstrong and Tom V.
Savage (1983; 327) mengemukakan; “Gifted and talented students are
individuals who are characteristized by a blaned of (1) high intelligence,
(2) high task comitment, and (3) high creativity. Secara umum hampir
semua pendapat itu sama, bahwa anak berbakat memiliki kemampuan
yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.

2.5.2 Intervensi Pendidikan Indigo


Jeniffer Palmer (dalam Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,
2016) menyatakan bahwa dalam mengajar anak-anak indigo sangat diperlukan
keterbukaan untuk berdiskusi mengenai harapan dan hak-hak mereka terutama
didalam kelas. Pada dasarnya layanan pendidikan yang diperlukan anak-anak
indigo adalah kebebasan dan kepercayaan terhadap mereka. Terdapat pula
karakteristik-karakteristik yang dianggap cocok untuk pendidikan anak indigo dan
dua sistem sekolah yang memenuhi kriteria sekolah yang cocok untuk anak indigo
adalah sistem Montessori dan Waldorf.

1. The Montessori Schools Nation


Sistem yang pertama kali muncul di Roma pada tahun 1907 kemudian
berkembang menjadi sistem berskala nasional. Sistem ini memiliki filosofi
utama yakni menghargai individualitas masing-masing yang nantinya akan
membawa kepada pengembangan hubungan saling percaya. Di Indonesia
sendiri, sistem Montessori sudah digunakan beberapa sekolah.

19
2. The Waldorf Schools Worldwide
Sistem ini memiliki tujuan antara lain untuk menciptakan individu yang
bebas, kreatif, independen, bermoral, dan bahagia. Sistem ini diperkenalkan
oleh Steiner.

Indigo sendiri memiliki tipe antara lain:

Tipe anak indigo menurut Nancy Ann Tappe yang diwawancari oleh Jan
Tober (dalam Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, 2016)
antara lain :

a. Humanis
Seorang indigo yang humanis memiliki rasa perikemanusiaan yang
tinggi. Mereka akan suka berada dalam lingkungan masyarakat dan
melayani masyarakat,
b. Konseptual
Seorang indigo konseptual merupakan seseornag yang memiliki fokus
yang besar pada suatu proyek daripada orang. Seorang dengan indigo
tipe ini cenderung memiliki adiksi terhadap obat-obatan terlarang saat
maa remaja sehingga memerlukan perngawasan yang ekstra.
c. Artis
Seorang indigo dengan tipe ini biasanya sangat artistic dan otak kanan
mereka dominan, namun mereka sangan sensitif dan kebanyakan
memiliki tubuh lebih kecil. Saat usia-usia kanak-kanak biasanya anak
indigo dengan tipe artis banyak mempelajari sesuatu dan terkesan tidak
menetap pada satu keahlian tertentu namun saat usia dewasa akan
menekuni satu keahlian bidang dan benar-benar ahli dalam bidangnya.
d. Interdimensional
Seorang indigo yang interdimensional biasanya lebih besar
dibandingkan indigo dengan tipe lainnya, namun seorang indigo
interdimensional kurang dapat masuk ke dalam lingkungannya.

Carrol & Tober (2000) membagi indigo menjadi 4 macam, yaitu:


(a) Humanis: memiliki perikemanusiaan tinggi. Dr. Erwin menyebutkan
contoh indigo humanis, misalnya tidak mau lihat ayam dipotong, kasih

20
sayang yang tinggi kepada manusia lain (wawancara pribadi, Tubagus
Erwin Kusuma SpKj, 2009);
(b) Konseptual: lebih tertuju pada sebuah proyek daripada manusia. Dr.
Erwin menyebutkan satu contoh anak indigo konseptual yang masih
berusia 5 tahun dan sudah mahir dalam membuat konsep rancangan
detail sebuah rumah;
(c) Seniman/ Artis: yang tertuju pada seni dan kreatif. Anak indigo
biasanya sangat artistik dan otak kanan mereka dominan. Hasil
karyanya biasanya ke arah spiritual, contoh: membuat sajak yang isinya
spiritual;
(d) Interdimensional: lebih banyak mengalami peristiwa ESP
dibandingkan tipe yang lain. Mereka memiliki kemampuan spiritual tinggi
dan diyakini akan membawa filosofi dan agama baru di dunia.

Semua jenis indigo tetap mengalami ESP dan spiritual, namun ada
kecenderungan masing-masing dan sifat yang paling menonjol.
Pembedaaan tipe ini bukan untuk mengkotak-kotakkan mereka, hanya
untuk memudahkan melihat sifat mana yang paling menonjol
(wawancara pribadi, Tubagus Erwin Kusuma SpKj, 2009). Penelitian ini
tidak menggali lebih lanjut mengenai jenis indigo karena hanya
memfokuskan pada konsep diri dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

2.6 Teori Multiple Intelligence


Teori Multiple Intelligences (MI) dikembangkan oleh Howard Gardner, ahli psikologi
perkembangan dan guru besar pendidikan pada Graduate School of Education, Harvard
University, Amerika Serikat. Teorinya tentang MI dipublikasikan pada tahun 1993.
Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacammacam dan dalam situasi
yang nyata. 5 Gardner menemukan—setidaknya--sembilan inteligensi yang dimiliki
peserta didik, yaitu :

1. Inteligensi linguistik (linguistic intelligence)


Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah katakata secara efektif baik
secara oral maupun tertulis. Anak yang memiliki intelegensi linguistik tinggi akan

21
berbahasa lancar, baik, dan lengkap, mudah mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, dan mudah belajar beberapa bahasa. Kegiatan yang cocok
bagi orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain; pencipta puisi, editor,
jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, dan orator.

2. Inteligensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence)


Adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara
efektif. Anak yang memiliki intelegensi matematis-logis menonjol, dapat dengan
mudah melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti
matematika dan filsafat, mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan
angka. Bahkan ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku matematika
daripada kalimat yang panjang-panjang.

3. Inteligensi ruang-visual (spatial intelligence)


Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti
dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Juga kepekaan terhadap
keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.

4. Inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetik intelligence)


Adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli
bedah.

5. Inteligensi musikal (musical intelligence)


Adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati
bentu-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan
intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta
lagu, dan kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian.

6. Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence)


Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, watak, temperamen orang lain. Kemampuan untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang. Seperti dipunyai oleh para komunikator,
fasilitator, dan penggerak massa.

7. Inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence)

22
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri.

8. Inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence)


Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik.
Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan
kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan
pengetahuan akan alam.

9. Inteligensi eksistensial (existencial intelligence).


Adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk
menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

Implikasi Teori Multiple Intelligences dalam Proses Pembelajaran

Menurut Gardner, kesembilan jenis inteligensi di atas terdapat dalam diri


setiap orang, hanya kadarnya tidak selalu sama. Untuk orang tertentu suatu
inteligensi lebih menonjol daripada inteligensi lain. Inteligensi bukanlah kemampuan
yang tetap tak berubah sepan jang hayat. Inteligensi dapat dikembangkan dan
ditingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi pemiliknya. Di sinilah
pendidik memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi peserta
didik. Karena itu, guru perlu memahami teori MI agar pembelajaran di kelas
berlangsung optimal.

Menurut teori MI, setiap siswa memiliki inteligensi yang mungkin berbeda.
Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran jika materinya disajikan sesuai
dengan inteligensi yang menonjol dalam diri siswa. Misalnya, bila siswa menonjol
dalam inteligensi musikal, ia akan mudah memahami mata pelajaran tertentu,
misalnya biologi, jika dijelaskan dengan memasukkan unsur musik ke dalamnya.
Jika siswa menonjol dalam inteligensi visual, ia akan lebih mudah menangkap
pelajaran jika dijelaskan menggunakan bermacam-macam bentuk yang dapat
diamati. Oleh karena inteligensi siswa di kelas beragam, maka guru—bidang studi
apapun—perlu memasukkan dan mengolah materi yang akan diajarkan sesuai
dengan inteligensi siswa-siswa tersebut. Mereka perlu mengajar dengan model
bervariasi sehingga setiap siswa merasa dibantu secara tepat. Karena itu, akan

23
sangat baik jika sebelum mengajar, setiap guru mencoba mengenali inteligensi apa
saja yang dimiliki anak didiknya.

Biasanya guru, karena memiliki inteligensi tertentu yang menonjol, cenderung


menggunakan pendekatan yang sesuai dengan inteligensi tersebut secara terus
menerus. Guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik akan senang mengajar
dengan menggunakan model inteligensi itu, seperti berceramah, bercerita panjang
lebar, dengan puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang inteligensi matematis-
logisnya menonjol akan lebih senang mengajar dengan menekankan cara
pendekatan matematis-logis; secara sistematis, dengan skema, bagan, rumus, dan
sebagainya. Guru tersebut jarang mengajar dengan menggunakan inteligensi
kinestetik-badani, interpersonal, ruang-visual, natural, atau lainnya, yang mungkin
lebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa yang tidak memiliki inteligensi sama
dengan yang digunakan guru, kurang merasa terbantu secara baik dalam
belajarnya. Bahkan bisa jadi siswa tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru
mengajar dengan pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.

Muncul pertanyaan, apakah guru yang kurang menonjol pada inteligensi


tertentu dapat mengembangkan strategi mengajar dengan inteligensi tersebut.
Misalnya, guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik, yang senang mengajar
dengan bercerita, bisa mengembangkan strategi mengajar dengan inteligensi
matematis-logis, padahal ia tidak menonjol dalam inteligensi ini?. Menurut Gardner,
bisa. Secara umum seorang guru bisa mengembangkan strategi pembelajaran
dengan menggunakan inteligensi lain yang tidak dikuasainya. Caranya, dengan
berlatih terus menerus. Misalnya, guru yang inteligensi musikalnya kurang, dapat
mengajar dengan menggunakan lagu atau musik asal dia berlatih terus menerus.
Tentu kualitasnya tidak sebaik dengan guru yang inteligensi musikalnya menonjol,
namun cukup untuk mengajar siswa.

Dengan demikian, guru tidak boleh merasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi
harus lebih yakin bahwa selalu dapat mengembangkan cara mengajar mereka. Jika
anak didik dapat dibantu mengembangkan inteligensi mereka, guru pun juga dapat
dikembangkan. Tentu butuh semangat dan upaya kuat. Di samping berpengaruh
terhadap strategi pembelajaran, teori MI juga berdampak pada rangkaian kegiatan
pembelajaran lainnya, seperti peralatan, pengaturan kelas, dan evaluasi. Karena
harus menggunakan strategi beragam sesuai inteligensi siswa, tentu perlu

24
dilengkapi peralatan memadai sesuai strategi yang dipakai. Demikian pula dengan
pengaturan kelas, tidak bisa hanya diatur dalam satu kedudukan yang tetap,
berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas perlu diatur melingkar, berkelompok-
kelompok kecil, atau bisa jadi kelas perlu dikosongkan dari kursi. Bahkan suatu
ketika siswa, missalnya untuk mengembangkan inteligensi naural, perlu diajak
keluar ruangan melihat taman, hutan, gunung, dan alam raya. Dalam hal
evaluasipun juga perlu beragam sesuai inteligensi para siswa. Sistem evaluasi yang
hanya menggunakan tes tertulis tidaklah cukup karena tidak mengungkapkan
inteligensi siswa yang beragam. Gardner mencontohkan, ada seorang siswa yang
cerdas dalam menganalisis flora-fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada
siswa lain. Namun dalam ujian, dengan soal esai, siswa tersebut selalu gagal.
Gurunya tidak mengerti penyebabnya. Ternyata siswa tersebut menonjol dalam
inteligensi linguistik dan natural, sehingga ia membutuhkan cara evaluasi lain,
mungkin dengan lisan atau diminta mengekspresikan dengan cara lain.

2.7 Proses Identifikasi Anak Berbakat dan Indigo


2.7.1 Identifikasi Anak Berbakat

Dalam menentukan metode proses identifikasi anak berbakat sangat


diperlukan metode yang tepat agar anak gifted talent dapat meraih pemenuhan diri
dan dapat membantu mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Hunser dan
Callahan (dalam Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus) ada delapan
identifikasi umum, diantaranya:

1. Pengukuran mengenai keterbakatan melebihi konsep sempit dari talents.


2. Strategi identifikasi tepat dan terpisah diperlukan dalam melakukan
identifikasi aspek yang berbeda dari keterbakatan.
3. Instrumen dan strategi yang reliabel dan valid dibutuhkan dalam menilai
keterbakatan
4. Instrumen yang tepa digunakan untuk underserver population atau populasi
yang dilayani
5. Setiap anak dilihat secara individu, dikenali dari skor tunggal pada semua
pengukuran
6. Pendekatan multiple-measur/multiple-criteria diijinkan.

25
7. Apresiasi ditunjukan pada nilai dari kasus setiap indivifu dan keterbatasan
kombinasi pengukuran.
8. Identifikasi dan penempatan didasarkan pada kebutuhan individu dan
kemampuan dibandingkan dengan jumlah individu.

2.7.2 Identifikasi Indigo


Dalam proses identifikasi, seringkali seorang anak indigo dianggap
sebagai ADHD hal tersebut ternyata salah. Terdapat beberapa cara
mengidentifikasi anak indigo menurut Sumarlis, 2003 (dalam Psikologi Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus) diantaranya :
1. Lapangan Aura
Dengan melakukan foto aura diyakini dapat melihat lapangan aura yang
mengelilingi seseorang. Biasanya jika seseorang memang benar indigo hasil
foto yang keluar akan berwarna biru tua/nila.
2. Kecerdasan
Cara ini dapat dilakukan dengan tes IQ menggunakan skala Wechsler guna
mengetahui kecerdasan seseorang. Seseorang yang indigo biasanya memiliki
kecerdasan diatas rata-rata.
3. Prestasi Belajar
Hasil tes prestasi belajar anak indigo melalui tes prestasi belajar yang
terstandarisasi minimal berada dalam kategori rata-rata.
4. Perilaku
Diyakini bahwa anak indigo biasanya bertingkah laku seakan destruktif dan
terkadang tidak bisa langsung mengeluarkan respon atas intruksi langsung.

2.8 Peran Pendidik dan Orang tua bagi Anak Berbakat dan Indigo
2.8.1 Peran Pendidik dan Orang tua bagi Anak Berbakat
a. Peran Pendidik
Sekolah merupakan sarana untuk mengembangkan kepribadian siswanya,
karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan dalam rangka
membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal,
baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,emosional, sosial,
maupun fisik-motoriknya. Untuk dapat meningkatkan hal tersebut maka

26
diperlukannya kerjasama antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat hal tersebut
dikarenakan Pendidikan merupakan tanggung jawab secara bersama oleh
Keluarga/ Orangtua, Masyarakat/ Lingkungan sekitar dan Sekolah/ Instansi
Pendidikan. Dalam hal ini juga Orangtua dapat bekerja sama dengan Sekolah
untuk memberikan pelayanan yang baik bagi anak-anak berbakat dengan
memberikan fasilitas-fasilitas serta dukungan penuh diantara kedua belah pihak.
Hal ini bertujuan untuk dapat bekerjasama mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki oleh anak berbakat.

b. Peran Orang tua


Anak merupakan aset yang paling berharga bagi orangtua, potensi yag dimiliki,
sebagai penerus pejuang cita-cita bangsa, oleh sebab itu anak-anak berhak atas
pendidikan, baik itu anak-anak normal maupun anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus. Dalam hal ini anak berbakat yang dapat diartikan sebagai anak
yang memiliki suatu kemampuan pada dirinya baik itu dibidang akademik maupun
non-akademik yang dapat dikembangkan dengan cara dilatih secara bertahap dan
berkala sehingga menimbulkan suatu keahlian dan potensi yang dimiliki oleh anak
tersebut. Telah kita ketahui secara bersama bahwa pada dasarnya bakat yang
dimiliki oleh anak itu telah dibawa sejak lahir dan mereka akan berkembang sesuai
dengan lingkungannya. Untuk dapat mengembangkan potensi anak tersebut maka
diperlukannya peran orangtua dan pendidikan untuk anak, sehingga anak akan
mudah mengetahui arah potensi yang dimilikinya untuk terus berlatih. Orangtua
yang terdiri atas ayah dan ibu, dan merupakan sebuah prestasi dari ikatan
perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga (Okta Vera, 2019).
Dalam hal ini juga orangtua merupakan dasar dalam memberikan pengenalan-
pengenalan pendidikan sebelum kepada jenjang pendidikan formal, peranan
orangtua sangat menentukan bagaimana anak dapat berkembang dengan baik
dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Menurut Indah Pertiwi (2010:15)(dalam Okta Vera, 2019) mengatakan bahwa
orangtua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab
pada keturunannya sejak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa
tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual. Peran orangtua sangat di pengaruhi
oleh peran-perannya atau kesibukannya yang lain. Misalnya seorang ibu yang

27
disibukkan dengan pekerjaanya akan berbeda dengan peran ibu yang sepenuhnya
konsentrasi dalam urusan rumah tangga, bagaimanapun peran seseorang sebagai
orangtua, ditentukan pula oleh kepribadiannya sehingga anak merasa terpenuhi
kebutuhannya yang menunjang pada bakat-bakat yang dimilikinya.

2.8.2 Peran orang tua dan Pendidik bagi Indigo

a. Peran Pendidik

Secara umum untuk membuat Pemahaman tentang individu anak Indigo lebih
mudah disimpulkan bahwa individu ini guru merupakan variasi baru dalam
karakteristik manusia. Dengan memiliki karakteristik yang mengarah kepada
sesuatu yang spiritual, selain itu mereka juga dikenal sebagai individu yang cerdas,
dapat menangkap informasi dengan mudah meskipun belum pernah diajarkan
sebelumnya. Selain itu individu Indigo memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap hal
hal yang berkaitan dengan alam dan Manusia.

Menurut Carrol & Tober (1999) terdapat 10 cara dasar yang penting dalam
membesarkan, yaitu :

1. Respect, perlakukan anak Indigo dengan hormat, seperti menghargai


keberadaan mereka dan tidak membedakan atau mengisolasi mereka dari
keadaan yang ada.
2. Kreatif dan fleksibel, kreatif berarti mendorong anak dalam membuat batas
atau aturan aturan yang berlaku untuk mereka dan fleksibel maknanya
sebagai Pendidik atau orang tua harus fleksibel dalam melihat sudut
pandang dan menaruh pandangan terhadap anak.
3. Menemukan persetujuan atau pilihan, membangun kerjasama yang baik
dengan anak juga akan menjadi sebuah bimbingan dan pengarahan agar
mereka dapat berperilaku disiplin.
4. Jangan biarkan mereka dalam posisi down, Hal ini agar anak Indigo dapat
memiliki kepercayaan dan terbuka.
5. Penjelasan, saat menginstruksikan sesuatu harapnya diberikan penjelasan
bukan hanya memberi perintah yang tidak efektif.
6. Menjadikan anak sebagai partner, hal ini dapat menguatkan ikatan kelekatan
antara orang tua atau Pendidik dengan anak Indigo.

28
7. Saat anak yang memiliki kemampuan Indigo pada saat masih kecil lebih baik
sering diajak berbicara atau sering adanya percakapan.

Selanjutnya peran Pendidik tentunya yang paling penting bukan hanya terhadap
anak Indigo saja, tetapi pada umumnya seorang Pendidik juga tidak boleh bersifat
diskriminasi terhadap mereka yang memiliki kemampuan yang special atau lebih
maupun kurang, dapat mengerti keadaan anak Indigo dan tidak meragukan ucapan
anak Indigo. Dan juga pendidikan yang mengajarkan anak berkebutuhan khusus
dalam bagian anak Indigo, juga harus memiliki kompetensi dan professionalisme
yang baik, sehingga mereka yang Memiliki kemampuan Indigo akan mendapat
pencapaian Akademika, karakter, moralitas yang baik dan sempurna seperti anak
norma lainnya. Memiliki sifat sabar dan pengertian terhadap keinginan dan
kebutuhan anak Indigo, juga memahami keinginan mana yang dapat dikabulkan
oleh para Pendidik dan secara umum memfasilitasi segala kebutuhan yang
dibutuhkan dalam rangka membantu perkembangan Sang anak indigo, membantu
perkembangan kognitif, dan lain sebagainya.

b. Peran orang tua

Peran orang tua yang memiliki anak Indigo selain hal hal yang sesuai dengan
teori Carrol, orang tua juga perlu menekankan bersikap jujur dan mencegah anak
Indigo mengalami kebosanan. Kejujuran dapat dikatakan sebagai kekuatan mereka
untuk terbuka terhadap orang tua. Bagi anak Indigo, hal tersebut adalah sesuatu
yang serius. Anak Indigo akan bersikeras terhadap integritas nya sampai orang tua
dapat menyadari, menyerah atau menerima mereka. Perlu diperhatikan juga dari
anak Indigo adalah mengenai kebosanan. Anak Indigo akan mudah merasa dan
bersifat arogan jika bosan. Sikap arogan tersebut menjadi tantangan dan batasan
baru. Membiarkan otak anak Indigo berkerja adalah cara terbaik untuk mencegah
mereka melakukan hal hal yang tidak baik. Hal selanjutnya jika hal tersebut tidak
dapat diikuti oleh anak Indigo, anak tersebut dapat dibiarkan saja karena Mungkin
anak tersebut sedang memperkaya pengalaman dan mencari pengalaman hidup
mereka dengan cara mereka sendiri. Pada dasarnya anak Indigo sama seperti anak
anak yang lain sangat butuh merasa dipahami, dihargai dan dicintai sehingga anak
Indigo dapat menerima dirinya sendiri dan dapat menggunakan kemampuan nya
sebagai manfaat untuk banyak orang.

29
Tidak diragukan lagi, orang tua berperan besar dalam memperingan beban
Indigo yang dipikul Sang anak. Orang tua harus mampu memberi pengertian pada
anak Indigo tentang potensi mereka yang lain. Nasihat atau kata kata orang tua lebih
bersifat instruktif dibandingkan informatif. Pola asuh atau cara berkomunikasi yang
instruktif tidak cocok untuk anak Indigo. Apabila seorang anak Indigo diperintahkan
tanpa diberi tahu sebab atau tujuan maka anak tersebut tidak akan mengikuti
perintah tersebut, hal itu sering terjadi, Dan menjadi masalah antara hubungan
orang tua dengan anak Indigo. Selanjutnya yang dibutuhkan oleh anak Indigo
adalah kedekatan emosional dengan orang tua dan pengakuan dari orang tua
terhadap dirinya bahwa ia adalah seorang anak Indigo dan hal tersebut dapat
membuat anak Indigo dapat lebih terbuka terhadap lingkungan sosialnya yang
bukan anak Indigo. Kebanyakan orang tua selalu menganggap semua anak Indigo
dengan anak yang non Indigo adalah sama maka hal tersebut bisa menjadi konflik
antara hubungan orang tua dan anak. Orang tua harus dapat membuat anaknya
yang Indigo untuk diperlakukan sewajar-wajar nya oleh lingkungan sekitarnya,
karena perilaku yang tidak wajar diterapkan kepada seorang anak maka perilaku
anak tersebut akan menjadi tidak wajar juga. Orang tua harus sangat bersifat
melindungi kepada anaknya terutama pada saat masih anak anak, supaya mereka
dapat memiliki masa kecil yang baik.Kesabaran orang tua juga menjadi hal yang
penting dalam pengasuhan anak Indigo. Selanjutnya pola komunikasi atau pola
pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua anak Indigo seharusnya bersifat
demokratis, dalam artian lain harus mengikutsertakan anak Indigo karena anak
tersebut juga masih merupakan bagian dari Keluarga dan tidak harusnya di
asingkan. Sebagai orang tua, mereka harus dapat berbuat sesuatu yang kreatif
untuk mengembangkan diri si anak secara keseluruhan meliputi tingkah laku anak
normal ditambah tingkah laku anak yang memiliki kemampuan Indigo. Serta orang
tua juga harus mampu membuat anak Indigo merasa di akui keberadaannya oleh
lingkungan di mana mereka berada.

2.9 Telaah Film


2.9.1 “The Gifted”
Judul : Gifted
Asal : Amerika Serikat
Tahun : 2017
Sutradara : Marc Webb

30
Sinopsis :
Marry Adler merupakan seorang anak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata
usianya, ia memiliki minat yang besar pada matematika. Marry memiliki paman
yang bernama Frank Adler yang mengasuhnya sejak ia kecil, seteah ibunya
Diane Adler seorang yang juga ahli dalam matematika menghabisi nyawanya
sendiri dengan bunuh diri disebabkan karena tidak kuat karena tekanan
pendidikan yang dijalani. Marry yang sejak kecil diasuh oleh Frank dan jauh dari
jangkauan keluarga lainnya suatu hari didatangi oleh Evelyn (nenek Marry) yang
berniat merebut hak asuh Marry dan mengarahkan Marry untuk mendapatkan
pendidikan yang cocok agar potensinya bisa berkembang, namun
bertolakbelakang dengan Frank yang ingin Marry bersekolah disekolah
seusianya agar ia memiliki hubungan dengan teman sebayanya.
Analisis :
Film Gifted ini sangat relevan dengan salah satu pembahasan materi pada
makalah ini yakni anak berbakat. Anak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata
anak seusianya, sehingga mengalami beberapa permasalahan dalam
kehidupannya salah satunya adalah hubungan sosial dengan teman sebaya dan
juga permasalahan disekolahnya. Dilema anak berbakat yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata usianya adalah mengenai sekolahnya, dimana
dengan dimilikinya kecerdasan diatas rata-rata tersebut perlu mendapatkan jenis
pelayanan yang tepat guna mengembangkan potensi yang dimiliki namun disisi
lainnya hubungan sosial dengan teman sebaya juga diperlukan. Terkadang
muncul rasa kebosanan pada anak berbakat yang bersekolah disekolah umum
atau sesuai dengan usianya karena ia merasa pelajaran yang diajarkan pada
sekolah tersebut sudah mampu ia kuasai sehingga dikhawatirkan dirinya tidak
berkembang, gambaran emosional anak berbakat juga sering dikatakan memiliki
tempramen yang tinggi. Sehingga disimpulkan diperlukan jenis layanan
pendidikan yang tepat untuk anak berbakat agar potensi yang dimilikinya dapat
berkembang, namun tak kalah penting juga ia perlu memiliki hubungan sosial
dengan teman sebayanya

2.9.2 “Danur”
Judul : Danur

Asal : Indonesia

31
Tahun : 2017

Sutradara : Awi Suryadi

Penulis : Risa Saraswati

Sinopsis :

Film Danur dibuka dengan adegan ulang tahun Risa. Risa adalah anak kecil
yang kerap merasa kesepian karena keseringan ditinggal orang tuanya bekerja. Di
hari ulang tahunnya, Risa berdoa bisa memiliki teman. Di saat itulah Peter, William,
dan Jansen datang. Kehadiran anak-anak ini membuat hari-hari Risa terasa
berwarna. Risa pun sudah tak lagi kesepian. Hingga suatu ketika ia tersadar
bahwa teman-teman ciliknya adalah sosok hantu yang sudah lama meninggal.
Tersadar dengan status teman-temannya, Risa akhirnya melihat wujud asli
mereka yang ternyata sangat menyeramkan. Sejak saat itulah Risa sudah tak bisa
lagi melihat wujud teman-teman hantunya. Belasan tahun sejak kejadian itu, Risa
yang sudah beranjak dewasa dihadapkan pada suatu masalah. Nasib na’as
menimpanya ketika berkunjung ke rumah neneknya yang dulu pernah
ditinggalinya semasa kecil. Saat menjaga sang nenek, adiknya, Riri malah diculik
oleh hantu perempuan yang menyamar sebagai pengasuh neneknya. Bimbang
harus berbuat apa, Risa akhirnya memanggil teman-teman hantunya dengan
sebuah tembang ikonik yang dulu kerap didendangkannya saat masih bermain
bersama teman-teman hantunya. Konon, lagu berbahasa Sunda ini merupakan
lagu yang bisa memanggil arwah-arwah temannya.

Analisis :

Menurut kelompok kami film Danur ini sangat relevan dengan materi Indigo yang
juga menjadi pembahasan dalam makalah ini, film yang menceritakan tentang
seorang anak yang memiliki kelebihan serta dianggap aneh oleh lingkungan
sekitar sangat sejalan lurus dengan kehidupan sosial yang dijabarkan pada
penjelasan diatas, kesulitan memiliki hubungan dengan teman sebaya juga
menjadi salah satu tantangannya. Anak indigo juga sering menyendiri, lebih suka
memendam apa yang dirasakan karena merasa tidak ada yang percaya pada
dirinya. Dukungan dari keluarga serta lingkungan sangat diperlukan anak indigo
sebab ia membutuhkan rasa percaya dari lingkungannya.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Uraian pembatasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut .
1) Anak berbakat adalah anak yang diperoleh orang-orang profesional yang diidentifikasi
memiliki IQ di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata, dan mampu mengaitkan diri
terhadap tugas dengan cukup baik sehingga mampu mencapai prestasi tinggi sehingga
membutuhkan pendidikan khusus. Sementara, anak indigo adalah anak berbakat yang
menunjukkan seperangkat atribut psikologis baru dan luar biasa.
2) Anak berbakat memiliki karakteristik positif dan negatif bergantung penanganannya. Anak
indigo menonjol dalam spiritual dan pengalaman ESP.
3) Anak berbakat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu genius, gifted, dan superior. Anak indigo
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu humanis, konseptual, artis, dan interdimensional.
4) Masalah yang dihadapi anak berbakat meliputi :
a) Labeling
b) Grading
c) Underachievement
d) Konsep diri.

Masalah anak indigo meliputi masalah anak berbakat, namun sering kali diakibatkan karena
kekeliruan dalam identifikasi dan pandangan kontroversial mengenai anak indigo.

5) Layanan pendidikan pada anak berbakat meliputi akselerasi, home-schooling,kelas


tradisional dengan pendekatan individual, kelas khusus anak berbakat. Identifikasi anak
indigo melalui wawancara dengan psikiater anak, evaluasi psikolog klinik anak, dan foto
aura. Anak indigo dapat disekolahkan di sekolah khusus.

3.2 Saran
1. Anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berbakat dan indigo harus diberi perhatian
dan layanan pendidikan yang memadai agar bakat mereka dapat dikembangkan.
2. Identifikasi anak berbakat perlu dikedepankan di sekolah-sekolah agar masalah-masalah
anak berbakat diminimalkan.
3. Identifikasi anak indigo harus dilakukan secara intensif agar tidak terdapat kekeliruan
diagnosa.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A. 2014. Masalah-masalah Anak Berbakat. Online

https://aisyahemail.wordpress.com/2014/06/29/masalah-masalah-anak-berbakat/

Amir Hamzah. 2009. Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan

Pembelajaran. Jurnal Tadris. 4(9), 252-261.

Apsari, Dini. 2019. Gambaran Konsep Diri Pada Remaja. Psikologi Universitas
Indonesia
Arifiana, I., Y. 2006. Penerimaan diri pada individu. Persona. Jurnal psikologi Indonesia. 5(3),

194-203

Berk, Laura.E. (2012). Development Through The Lifespan : Dewasa Awal Sampai Menjelang

Ajal . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Damayanti, E. (2018). PENDEKATAN RUQYAH SYAR’IYYAH DALAM MENGATASI


KECEMASAN INDIGO (SIX SENSE) STUDI KASUS PADA KLIEN “P” DI FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN RADEN FATAH PALEMBANG. UPT Perpustakaan UIN
Raden Fatah Palembang.

Desinigrum, D., R. 2016. Psikologi anak berkebutuhan khusus. Psikosain:Jogjakarta.

Husniah, A. 2014. Penyesuaian diri anak Indigo. Skripsi: UIN Malang.

Mangunsong, F. 2016. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok : LPSP3

UI.

Maryani, eni Dkk.2016. Komunikasi verbal pada anggota keluarga yang memiliki anak Indigo.

Jurnal manajemen komunikasi. 1(1), 42-56.

Nasution, M., R. (n.d). Pemberian Pelayanan bagi Anak Berbakat dan Anak Kreatif. Online

https://riyadiscorpio.wordpress.com/2013/11/04/pemberian-pelayanan-bagi-anak-
berbakat-dan-anak-kreatif/

34
Nurhalimah, S. (2019). Kecerdasan Spiritual pada orang Indigo: studi kasus pada mahasiswa

Tasawuf & Psikoterpi 7D. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Ormrod, J., E. 2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.

Jakarta: Erlangga.

Parathon, V., P. 2010. Pola komunikasi orang tua dengan anak Indigo. Skripsi: Fakultas ilmu

sosial dan ilmu politik. Universitas pembangunan nasional Veteran

Pilosusan, S., Veronika, M., Sum, D., E., E. 2018. Konsep Penyesuaian Sosial Anak Berbakat.

Indonesian Journal of School Counseling. 3(1), 5-8.

Sudana, A., A. (2013). Seluk-Beluk Anak Indigo. Yogyakarta : Familia.

Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta :

Kanisius.

Tim Direktorat PSLB. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar.

Jakarta : Diknas.

Tim CNN Indonesia. 2020. Mengenal Karakteristik dan Kemampuan “Anak Indigo. Online

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200508115743-284-501254/mengenal-
karakteristik-dan-kemampuan-anak-indigo

Vera, O. 2019. Peran Orangtua dan Guru Dalam Mendidik Anak Tunagrahita Yang Berprestasi

di SLB Sri Mujinab Kota Pekanbaru. JOM FISIP. 6(1).

Wiwik, N., S. 2018. Perkembangan Sosial Anak Gifted Talent Dalam Bersosialisasi Dengan

Teman Sebaya. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Malang.

Yohana, N., & Kamaetoe, H. A. (2016). Pengalaman Komunikasi dan Konsep Diri Seorang

Indigo di Kota Pekanbaru. Riau University

35

Anda mungkin juga menyukai