Anda di halaman 1dari 9

Motiva : Jurnal Psikologi

2019, Vol 2, No 2, 9-17

EFEKTIVITAS MODIFIKASI PERILAKU PADA ANAK DENGAN


RETARDASI MENTAL DAN DBD (DISRUPTIVE BEHAVIOR DISORDER)
EFFECTIVENESS OF BEHAVIOR MODIFICATION IN CHILDREN WITH
MENTAL RETARDATION AND DBD (DISRUPTIVE BEHAVIOR DISORDER)
Ellyana Dwi Farisandy (1), Nurul Hartini (2)
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Surabaya(1), Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga,
Surabaya (2)
E-mail: ellyanadwif@gmail.com (1), nurul.hartini@psikologi.unair.ac.id (2)

Abstrak : Retardasi mental ditandai oleh keterbatasan individu yang signifikan baik dalam fungsi
intelektual maupun dalam fungsi adaptif. Individu dengan retardasi mental lebih sering mengalami
komorbid dengan gangguan psikologis lainnya. Studi kasus ini memfokuskan pada anak (10 tahun) yang
mengalami retardasi mental ringan dan Disruptive Behavior Disorder (DBD). Asesmen yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, antara lain: wawancara, observasi, dan tes psikologis. Intervensi dilakukan
dengan memfokuskan pada perilaku bermasalah subyek yakni memukul, tidak mau mengikuti perintah,
berteriak, serta tidak mau meminta maaf ketika berbuat kesalahan. Intervensi yang dilakukan dengan teknik
modifikasi perilaku yakni kombinasi antara token ekonomi dan response cost. Berdasarkan intervensi yang
telah dilakukan, subyek sudah mengalami perubahan seperti mulai mampu untuk mengikuti perintah dan
mengurangi perilaku berteriak serta memukul orang lain. Akan tetapi, tidak ada perubahan yang signifikan
berkaitan dengan perilaku meminta maaf ketika berbuat kesalahan.
Kata Kunci : Modifikasi Perilaku, Response Cost, Token Ekonomi, Retardasi Mental, Disruptive Behavior
Disorder

Abstract : Mental retardation is characterized by significant individual limitations both in intellectual


functioning and in adaptive functions. Individuals with mental retardation more often experience
comorbidities with other psychological disorders. This case study focuses on children (10 years old) who
experience mild mental retardation and Disruptive Behavior Disorder (DBD). Assessments conducted to
establish a diagnosis include: interviews, observations, and psychological tests. The intervention was
carried out by focusing on participant's problematic behavior: hitting, not following orders, shouting, and
not apologizing when making mistakes. Interventions carried out using behavior modification techniques
are a combination of token economy and response costs. Based on the interventions that have been made,
subject have experienced changes such as being able to follow orders and reduce the behavior of shouting
and hitting others. However, there were no significant changes regarding the subject who apologized when
he made a mistake.
Keywords: Behavior Modificaction, Response Cost, Token Economy, Mental Retardation, Disruptive
Behavior Disorder

9
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

PENDAHULUAN dengan skor kecerdasan (IQ) dibawah 20 atau 25,


serta (5) retardasi mental dengan keparahan yang
tidak ditentukan: bila terdapat dugaan kuat
World Health Organization (WHO) adanya retardasi mental tetapi inteligensi
memperkirakan bahwa lebih dari 450 juta orang seseorang tersebut tidak dapat diuji oleh tes
mengalami gangguan mental di dunia. Saat ini, standar (APA, 2000).
gangguan mental dan perilaku yang menjadi Individu yang mengalami mental
beban penyakit di dunia sebesar 12% dan retardation (MR) lebih sering mengalami
diperkirakan meningkat 15% pada tahun 2020 komorbid dan dual diagnosis dengan gangguan
(Sharma et al, 2016). Salah satu gangguan mental psikologis lainnya. Individu tersebut seringkali
pada anak adalah retardasi mental. Daily, terlibat dengan permasalahan perilaku yang lebih
Ardinger, dan Holmes (2000) menjelaskan tinggi dibandingkan dengan individu seusianya.
bahwa 2-3% populasi di dunia mengalami Terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa
retardasi mental. Heikara dkk. (2003) terdapat hubungan yang signifikan antara ODD
melaporkan kejadian 12.6 dari 1.000 populasi di dan gangguan perilaku lainnya dengan fungsi
Finlandia mengalami retardasi mental; di kognitif dimana individu dengan kemampuan
Indonesia, jumlah individu yang mengalami kognitif rendah memiliki tingkat perilaku
retardasi mental cukup tinggi yakni 6.6 juta orang bermasalah yang lebih tinggi (Christensen,
atau berkisar antara 3.3% dari jumlah penduduk 2012). Berdasarkan penelitian Chirstensen,
Indonesia (Purwanto, 2007). Baker dan Blacher (2013), gangguan perilaku
The American Association on mengganggu seperti ADHD (Attention Deficit
Intellectual and Developmental Disorders Hyperactivitty Disorder), ODD (Oppositional
(sebelumnya dikenal sebagai American Defiant Disorder) dan CD (Conduct Disorder)
Association on Mental Retardation) akan meningkat sebesar 20-25% terutama pada
mendefinisikan intellectual disability (ID), yang individu MR. Lebih lanjut, individu dengan MR
sebelumnya disebut sebagai mental retardation menunjukkan tingkat komorbiditas sebesar 53%
(MR) sebagai keterbatasan individu yang dengan ODD.
signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun ODD (oppositional defiant disorder)
perilaku adaptif di area konseptual, sosial, dan atau yang lebih dikenal sebagai gangguan
praktis yang muncul sebelum usia 18 tahun. perilaku menentang merupakan salah satu dari
Individu dengan retardasi mental memiliki dua gangguan psikologis yang paling umum pada
keterbatasan dalam keterampilan perkembangan masa anak-anak. Gangguan ini merupakan
dalam beberapa domain fungsi, termasuk variasi dari gangguan perilaku bermasalah yang
kognitif, motorik, pendengaran, bahasa, ditandai dengan perilaku oposisi, bermusuhan,
psikososial, moral, serta aktivitas adaptif spesifik ketidak patuhan akan aturan, dan dikaitkan
dalam kehidupan sehari-hari (Pratt & Greydanus dengan kesulitan akademik, sosial, serta perilaku
dalam Vujik, Hartman, Scherder, & Visscher, bermasalah di masa depan. Mereka melawan
2010). tokoh otoritas yang ditunjukkan dengan
Tingkat keparahan retardasi mental berargumentasi serta menolak untuk mengikuti
diklasifikasikan mulai dari ringan hingga berat. aturan dan perintah yang diberikan. Mereka
The diagnostic and Statistical Manual of Mental secara sengaja mengganggu orang lain, mudah
Disorders (DSM-IV TR) merupakan standar marah, sensitif, mudah tersinggung, dan
diagnostik profesional perawatan kesehatan cenderung menyalahkan orang lain atas perilaku
mental di seluruh dunia. Secara lebih spesifik, buruk yang mereka lakukan. Gangguan ini
kategori retardasi mental adalah: (1) retardasi biasanya dimulai sebelum berusia 8 tahun dan
mental ringan dengan skor kecerdasan (IQ) berkembang secara bertahap selama beberapa
antara 50-55 hingga sekitar 70, (2) retardasi bulan atau tahun. Biasanya, perilaku tersebut
mental sedang dengan skor kecerdasan (IQ) bermula di lingkungan rumah namun juga dapat
antara 35-40 hingga 50-55, (3) retardasi mental meluas ke lingkungan sekolah. Banyak anak-
berat dengan skor kecerdasan (IQ) antara 20-25 anak dengan ODD kemudian memenuhi kriteria
hingga 35-40, (4) retardasi mental sangat berat gangguan CD (Conduct Disorder), termasuk
10
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

terlibat dalam perilaku kekerasan atau kriminal ekonomi dan response cost juga efektif dalam
yang serius dan mengalami permasalahan hukum meningkatkan keterlibatan akademis serta
dan penyalahgunaan obat (Barry et al, 2013; mengurangi perilaku mengganggu di kelas
Christensen, Baker, & Blacher, 2013; Khadar, (Fiksdal, 2014). Lebih jauh lagi, intervensi token
Babapour, & Sabourimoghaddam, 2013; Carr, ekonomi juga mampu untuk diaplikasikan pada
2016). individu dengan retardasi mental. Penelitian dari
Intervensi yang dinilai signifikan untuk Mirzamani, Ashoori, dan Sereshki (2011)
mengatasi perilaku bermasalah pada anak yakni menjelaskan bahwa token ekonomi paling efektif
modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku dalam meningkatkan prestasi akademik siswa
berfokus pada perilaku yang dapat didefinisikan retardasi mental
secara operasional, dapat diamati, serta dapat
diukur (Corey, 2005). Modifikasi perilaku
bertujuan untuk mengubah suatu perilaku yang METODE
maladaptif menjadi lebih adaptif sehingga hal
tersebut dapat meningkatkan beberapa aspek Subyek Intervensi
dalam kehidupan seseorang (Miltenberg, 2008). Pendekatan penelitian yang digunakan
Salah satu modifikasi perilaku yang biasa adalah penelitian kualitatif, yakni studi kasus.
digunakan untuk anak-anak dengan perilaku Studi kasus berfokus pada satu unit tertentu, yang
bermasalah seperti ODD adalah token ekonomi. dapat berupa individu, kelompok, organisasi,
Token ekonomi adalah suatu bentuk ataupun masyarakat (Prihatsanti, Suryanto, &
reinforcement positif dimana subyek menerima Hendriani, 2018). Subyek dalam studi kasus ini
suatu token ketika mereka memperlihatkan berjumlah satu orang. Subyek dipilih berdasarkan
perilaku-perilaku yang diinginkan. rekomendasi baik dari pembina, pendamping,
Variasi dari token ekonomi adalah serta psikolog. Subyek merupakan anak laki-laki
penambahan response cost. Response cost adalah berusia 10 tahun. Subyek bersuku Jawa dan
sebuah metode operant conditioning yang beragama islam. Saat ini, subyek berada di kelas
didasarkan pada prinsip hukuman dan melibatkan 1 SD di salah satu sekolah Negeri di Surabaya.
penghilangan suatu stimulus positif untuk Subyek merupakan anak ke tiga dari empat
mengurangi perilaku tertentu. Subyek tidak bersaudara. Sebelum memulai proses asesmen
hanya mendapatkan token ketika dan intervensi, penulis memberikan inform
memperlihatkan perilaku yang diinginkan consent kepada pendamping selaku wali anak dan
(desirable behavior), namun juga menyerahkan Ibu dari subyek yang menjelaskan bahwa
token ketika memperlihatkan perilaku yang tidak pendamping dan ibu menyetujui proses yang
diinginkan (undesirable behavior) (Carr, 2016; akan dilakukan oleh penulis.
Erford, 2016). Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan perilaku yang tidak Pengukuran Asesmen
diharapkan di masa mendatang dan Pada proses asesmen, penulis
meningkatkan kemungkinan perilaku yang menggunakan metode wawancara, observasi,
diharapkan di masa mendatang. Perilaku target serta tes psikologis. Wawancara dilakukan tidak
yang biasanya menggunakan kombinasi antara hanya kepada subyek namun juga kepada
keduanya adalah keterampilan akademis dan significant other yakni pendamping, pembina,
sosial, gangguan perhatian, kemampuan psikolog, keluarga subyek serta wali kelas
berbicara, kecanduan narkoba, perawatan diri, subyek. Wawancara dilakukan dengan
serta perilaku mengganggu (Miltenberger, 2008; menggunakan teknik semi-terstruktur. Terdapat
Maggin, Chafouleas, Goddard, & Johnson, 2011; pertanyaan wawancara yang telah penulis susun
Fiksdal, 2014; Erford, 2016). sebelumnya namun tidak menutup kemungkinan
Berkaitan dengan efektivitas intervensi, penulis melakukan probing terhadap jawaban
terdapat penelitian dari Peterkin & Bourne (2013) yang diberikan. Penulis melakukan observasi
yang mengungkapkan bahwa token ekonomi pada kegiatan sehari-hari subyek, terutama terkait
efektif untuk menurunkan perilaku mengganggu permasalahan perilaku subyek. Selain itu, penulis
anak di kelas. Selain itu, kombinasi antara token juga melakukan serangkaian tes psikologis,
11
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

seperti: (a) tes VSMS untuk mengetahui bertambahnya sesi, maka semakin banyak pula
kematangan sosial subyek, (b) tes BINET untuk kelereng yang harus dikumpulkan oleh subyek
mengetahui kapasitas inteligensi subyek, serta (c) untuk mendapatkan sesuatu yang subyek
tes CBCL yang diberikan kepada pendamping inginkan.
dan pembina untuk mengetahui permasalahan
Pengukuran Efektivitas Intervensi
yang dialami oleh subyek.
Pengukuran efektivitas intervensi dilakukan
Prosedur Intervensi
dengan menggunakan token ekonomi worksheet
Intervensi yang akan dilakukan kepada dan response cost yang telah disusun sebelumnya
subyek ditujukan kepada perilaku bermasalah oleh penulis. Worksheet digunakan agar Penulis
subyek dimana subyek seringkali menjahili orang dapat memonitor perilaku subyek setiap harinya.
lain dengan cara berteriak dan/atau memukul. Hal ini juga dapat mempermudah Penulis untuk
Subyek juga mengalami kesulitan untuk patuh mengevaluasi peningkatan dan/atau penurunan
terhadap aturan dan tidak mau meminta maaf pada perilaku subyek setiap minggunya. Penulis
ketika berbuat kesalahan. Penulis menggunakan juga melakukan wawancara kepada pendamping,
modifikasi perilaku, yakni kombinasi antara pembina, dan psikolog terkait perubahan yang
token ekonomi dan response cost. Beberapa dirasakan serta melakukan observasi terhadap
perilaku yang ingin dikurangi adalah: (a) perilaku subyek.
berteriak, dan (b) memukul orang lain. Di sisi
lain, perilaku yang ingin ditingkatkan adalah: (a) HASIL
mengikuti perintah, dan (b) meminta maaf ketika
berbuat kesalahan. Intervensi ini akan dilakukan Hasil Tes Psikologis
selama tiga sesi dimana masing-masing sesi Berikut merupakan tabel hasil tes psikologis
berkisar 60 menit. subyek.
Sebelum intervensi dimulai, penulis akan Tabel 1. Hasil tes psikologis
memberikan instruksi secara sederhana kepada
subyek. Subyek diminta untuk melakukan hal-hal INTERPRETASI TES
Aspek Dorongan/ Motivasi Wawancara,
yang penulis inginkan dan dilarang untuk Subyek memiliki dorongan dan/atau motivasi belajar observasi
melakukan hal-hal yang tidak penulis inginkan. yang rendah. Subyek juga merupakan individu yang
sulit untuk memusatkan perhatiannya dan mudah
Penulis menjabarkan keempat perilaku tersebut sekali terdistraksi oleh stimulus yang berasal dari luar.
Aspek Emosi Wawancara,
kepada subyek. Jika subyek melakukan sesuatu Subyek merupakan anak yang ceria dan aktif. Namun, observasi
yang penulis inginkan, subyek akan mendapatkan subyek merupakan tipikal anak yang mudah menangis.
Biasanya, subyek akan menangis ketika diganggu oleh
satu buah kelereng dan jika subyek melakukan teman yang usianya lebih tua dibandingkan dengan
sesuatu yang tidak diinginkan, penulis akan dirinya.

mengambil satu kelereng. Subyek juga akan Aspek Kognitif BINET,


diberikan gelas yang dapat dibawa kemana-mana Subyek memiliki kapasitas intelektual yang tergolong VSMS
midly impaired (IQ=63) berdasarkan alat tes BINET.
untuk menaruh kelereng tersebut. Subyek membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
memahami instruksi. Penulis juga menyimpulkan
Setelah subyek memahami hal tersebut, bahwa kemampuan verbal subyek tergolong kurang.
Subyek kesulitan dalam mengekspresikan apa yang
penulis dan subyek membuat 4 rangking ingin dia katakan dalam bentuk verbal sehingga
perolehan sejumlah kelereng untuk subyek subyek seringkali mengungkapkannya dengan kata-
kata pendek, mengatakan tidak tahu, dan/atau lebih
mendapatkan sesuatu. Misalnya, pada sesi memilih untuk diam.
pertama ketika subyek mendapatkan: (a) 10-14 Aspek Relasi Sosial Wawancara,
kelereng, subyek akan dapat bermain games di Subyek merupakan anak yang ramah dan mudah untuk observasi,
bersosialisasi dengan orang lain. Walaupun begitu, CBCL
Hand Phone selama 15 menit, (b) 15-19 kelereng, subyek seringkali menjahili dan mengusili teman-
subyek mendapatkan ice cream, (c) 20-24 temannya. Ketika temannya menangis karena
perbuatannya, subyek akan tertawa dan menunjukkan
kelereng, subyek mendapatkan koko crunch, dan ekspresi wajah aneh. Jika teman subyek membalas
(d) >24 kelereng, subyek mendapatkan coklat. perbuatan subyek dengan memukul dan/atau mencubit
subyek, subyek kemudian akan menangis.
Sesi pertama berlangsung selama tiga hari, sesi
kedua berlangsung selama lima hari, dan sesi
ketiga berlangsung selama tujuh hari. Semakin Dinamika Psikologis

12
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

Subyek merupakan seorang anak laki- penjelasan atas perilaku subyek yang salah.
laki berusia 10 tahun 3 bulan dengan retardasi Adanya ketidakkonsistenan serta perbedaan pola
mental ringan dan gangguan perilaku. Subyek asuh yang diterapkan oleh ayah dan ibu subyek
dibesarkan di keluarga dengan status sosial membuat subyek kebingungan dalam
ekonomi rendah. Ayah dan ibu subyek bekerja menerapkan aturan. Hal ini juga ditambah dengan
mulai dari pagi hingga sore hari sehingga tidak tidak adanya penjelasan atas apa yang boleh
ada yang mengawasi subyek selama di rumah. dan/atau tidak boleh dilakukan sehingga subyek
Ibu subyek seringkali menitipkan subyek di tidak memahami mengenai konsekuensi serta
rumah neneknya, namun subyek seringkali pemecahan masalah yang tepat dari kesalahan
bermain di luar rumah sejak pagi hari sampai yang diperbuatnya.
dengan malam hari; dan orangtu subyek
cenderung mengabaikan. Kemampuan kognitif subyek sangat
berpengaruh terhadap proses belajar subyek, baik
Kurangnya perhatian serta pengawasan dalam proses akademik maupun pada konteks
dari orang tua membuat subyek mencari kehidupan sehari-hari. Ayah dan kakak subyek
perhatian di luar lingkungan rumah. Subyek terkadang membantu subyek untuk belajar
seringkali mengganggu dan mengusili membaca, menulis, dan berhitung, namun
masyarakat yang berada di dekat lingkungan seringkali menggunakan kekerasan seperti
rumahnya. Subyek juga seringkali berbicara memukul dan mencubit sehingga bagi subyek,
kotor dan kasar seperti jembut, jancok, dan belajar bukanlah suatu hal yang menyenangkan.
sebagainya kepada orang-orang disekitarnya. Selain itu, tidak terdapat jadwal bagi subyek
Tidak adanya penanaman nilai moral dan disiplin untuk belajar sehingga subyek tidak pernah
yang konsisten sejak dini oleh orang tuanya belajar kecuali disuruh oleh kedua orang tua
membuat subyek tidak memiliki rasa bersalah subyek.
ketika subyek melakukan perilaku tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, subyek yang tidak Berkaitan dengan proses akademik,
mendapatkan hukuman atas perbuatannya serta subyek memiliki hambatan dalam memahami
subyek yang merasa mendapatkan perhatian di materi yang diajarkan oleh guru subyek.
lingkungannya semakin menguatkan perilaku Ketidakmampuan subyek dalam memahami
subyek sehingga subyek terus mengulangi materi yang diberikan oleh guru menjadi pemicu
perilakunya. perilaku mengganggu subyek di sekolah. Subyek
yang seringkali menjahili dan/atau mengganggu
Ayah dan ibu subyek menerapkan pola temannya selama pelajaran dengan cara
asuh yang berbeda kepada subyek. Ayah subyek memukul, mencubit, berteriak dapat
merupakan tipikal seseorang yang keras. Ayah diidentifikasi sebagai kebutuhan subyek untuk
subyek akan menggunakan kekerasan fisik mendapatkan perhatian yang tidak didapatkannya
kepada subyek ketika subyek tidak mematuhi di rumah. Selain itu, subyek juga memiliki
aturan. Sebaliknya, ibu subyek menerapkan pola keterlambatan dalam kemampuan membaca,
asuh yang tidak konsisten kepada subyek. Ketika menulis, dan juga berhitung yang berdampak
subyek berbuat kesalahan dan/atau tidak pada subyek yang seringkali mendapatkan nilai
mematuhi aturan, terkadang ibu subyek akan dibawah standar minimum.
memarahi dan memukul subyek ; namun di waktu
yang berbeda, ibu subyek terkadang membiarkan Pada konteks kehidupan sehari-hari,
subyek melakukan hal tersebut. Baik ayah subyek sudah dapat melakukan kegiatan rutinitas
ataupun ibu subyek juga tidak memberikan dengan cukup baik walaupun ada beberapa hal

13
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

yang belum dikembangkan secara maksimal. SEBELUM INTERVENSI SESUDAH INTERVENSI


Pada kemampuan interpersonal skills, subyek SESI I : 17 September – 19 September 2018 (3 hari)
Subyek belum mengetahui Subyek mengetahui mengenai
seringkali mengusili teman-temannya yang lain mengenai tujuan dan cara tujuan dan cara pengerjaan token
seperti mencubit, memukul dan/atau berteriak pengerjaan token ekonomi ekonomi dan response cost
dan response cost
hingga temannya menangis. Ketika teman subyek Subyek sudah mengetahui reward
apa yang diinginkan dan minimal
menangis, subyek akan merasa bangga yang Subyek belum mengetahui
kelereng yang didapatkan untuk
reward apa yang diinginkan
mendapatkan reward
dibuktikan dengan subyek tertawa. Subyek yang dan minimal kelereng yang
(a) 10-14: bermain games di HP
didapatkan untuk
selama 15 menit, (b) 15-19: ice
seringkali mengganggu teman-temannya juga mendapatkan reward
cream, (c) 20-24: koko crunch, dan
merupakan cara subyek untuk mendapatkan (d) >24: coklat silverqueen
Subyek belum mendapatkan Subyek sudah mendapatkan
perhatian dari lingkungan sekitarnya. Hal itulah reward dari perilaku yang reward yakni ice cream karena
diperoleh berhasil mengumpulkan 19
yang membuat subyek terus mengulangi kelereng dalam 3 hari
SESI II : 20-22 & 24-25 September 2018 (5 hari)
perbuatannya karena perhatian dari lingkungan Subyek sudah mengetahui reward
akan berfokus kepada subyek ketika subyek apa yang diinginkan serta minimal
Subyek belum mengetahui kelereng yang didapatkan untuk
mengganggu teman-temannya. Hambatan dalam reward apa yang diinginkan mendapatkan reward
dan minimal kelereng yang (a) 30-34: koko krunch, (b) 35-39:
fungsi kognitif subyek juga berdampak pada didapatkan untuk ice cream magnum, (c) 40-44: ice
mendapatkan reward cream magnum dan bermain HP 10
kemampuan subyek dalam berbicara dan menit, dan (d) >45: ice cream
berbahasa dimana subyek seringkali kesulitan magnum dan bermain HP 20 menit
Subyek sudah mendapatkan
Subyek belum mendapatkan
dalam mengungkapkan apa yang dia pikirkan reward dari perilaku yang
reward yakni ice cream magnum
karena berhasil mengumpulkan 37
diperoleh
dan/atau rasakan. kelereng dalam 5 hari
SESI III: 27-28 September & 1 -5 Oktober 2018 (7 hari)
Subyek sudah mengetahui reward
apa yang diinginkan serta minimal
Subyek belum mengetahui kelereng yang didapatkan untuk
Diagnosis berdasar DSM IV-TR reward apa yang diinginkan mendapatkan reward
dan minimal kelereng yang (a) 50-54: koko krunch, (b) 55-59:
Berdasarkan pemeriksaan psikologis yang didapatkan untuk coklat silverqueen, (c) 60-64:
mendapatkan reward coklat silverqueen dan permen
dilakukan, maka diagnosis yang dapat ditegakkan karet, dan (d) >65: coklat
untuk subyek berdasarkan DSM IV-TR (APA, silverqueen chunky bar
Subyek sudah mendapatkan
2000), yakni: Subyek belum mendapatkan
reward yakni coklat silverqueen
reward dari perilaku yang
karena berhasil mengumpulkan 55
diperoleh
kelereng dalam 7 hari
Tabel 2. Diagnosa berdasar DSM IV-TR TERMINASI
Axis I 312.9 Disruptive Behavior Disorder Not Other Specified
Kecenderungan Oppositional Defiant Disorder
(ODD)
Subyek memenuhi 3 dari 8 kriteria ODD, yakni : (a)
seringkali menolak dalam memenuhi perintah orang
dewasa, (b) seringkali mengganggu orang lain, serta DISKUSI
(c) seringkali iri atau pendendam
Axis II 317 Mild Mental Retardation
Subyek memenuhi kriteria kapasitas inteligensi di Intervensi modifikasi perilaku yang
bawah 70 (IQ=63) dan kurangnya fungsi adaptif
pada lima bidang, mencakup kemampuan
diterapkan merupakan kombinasi token ekonomi
akademik, kesehatan dan keselamatan, komunikasi, dan response cost secara umum mampu untuk
kemampuan interpersonal, dan kepedulian diri.
Axis III - Tidak ada diagnosa mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan
meningkatkan perilaku yang diinginkan pada
Axis IV Problems with a primary support group
Problems related to the social environment
subyek dengan perilaku bermasalah. Hal ini
Axis V 62 Terdapat hendaya ringan atau keterbatasan dalam sesuai dengan beberapa teori yang
fungsi sosial, pekerjaan, dan/atau sekolah.
mengungkapkan bahwa modifikasi perilaku yang
biasa digunakan untuk anak-anak dengan
Hasil Intervensi perilaku bermasalah seperti ODD adalah token
ekonomi (Carr, 2016; Erford, 2016). Penelitian
Hasil intervensi selama tiga sesi pada subyek Mirzamani, Ashoori, dan Sereshki (2011) yang
dapat terlihat pada tabel berikut ini: melakukan penelitian terhadap 30 siswa laki-laki
Tabel 3. Hasil Intervensi yang berusia 13-17 tahun dan memiliki IQ antara

14
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

60-70 menunjukkan bahwa token ekonomi paling ketika memanggil orang lain. Akan tetapi, ketika
efektif dalam meningkatkan prestasi akademik subyek digoda dan/atau diganggu oleh orang lain,
siswa retardasi mental. Penelitian Fiksdal (2014) subyek akan berteriak dan kemudian menangis.
juga menjelaskan bahwa kombinasi antara token Wali kelas subyek juga menambahkan bahwa
ekonomi dan response cost efektif dalam saat ini subyek jarang berteriak di dalam kelas.
meningkatkan keterlibatan akademis dan Subyek akan berjalan ke arah wali kelas subyek
mengurangi perilaku mengganggu di kelas pada dan meminta penjelasan mengenai hal yang tidak
siswa kelas 2 SD. Penelitian Shakespeare, subyek mengerti.
Peterkin, & Bourne (2018) mengungkapkan Adapun keterbatasan dari sebuah studi
bahwa token ekonomi efektif untuk menurunkan kasus adalah bahwa keberhasilan intervensi pada
perilaku mengganggu di kelas pada 40 siswa SD kasus ini dapat diterapkan pada kasus yang sama
dengan rentang usia 7-10 tahun. atau hampir sama, namun tingkat keberhasilan
Berkaitan dengan efektivitas token ekonomi intervensi tidak dapat ditentukan. Terdapat
dan response cost secara lebih spesifik pada banyak perbedaan individu yang turut
subyek penelitian ini, baik pembina maupun menentukan keberhasilan dan kegagalan dari
pendamping mengungkapkan bahwa terdapat sebuah intervensi individual.
perubahan sebelum diberikannya intervensi dan
setelah diberikannya intervensi, antara lain: (a) KESIMPULAN
mengikuti perintah. Sebelumnya, subyek akan
menolak dan mengabaikan ketika diberikan
perintah. Subyek juga terkadang mengatakan Intervensi pada anak retardasi mental
“enaaaaak” sembari menunjukkan ekspresi dengan comorbid gangguan perilaku bermasalah
mengejek. Saat ini, subyek sudah mampu untuk dengan menggunakan modifikasi perilaku
mengikuti perintah yang diberikan dengan kombinasi antara token ekonomi dan response
segera. Hal ini ditunjukkan ketika pendamping cost secara umum dapat mengurangi perilaku
menyuruh subyek untuk mandi dan/atau shalat. yang tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku
Begitu pula ketika pembina meminta subyek yang diinginkan. Terdapat empat target perilaku
untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh yang ingin diubah, yakni: mengikuti perintah,
guru subyek di sekolah. (b) mengatakan terima mengatakan maaf, tidak berteriak, dan tidak
kasih dan maaf. Sebelumnya, subyek tidak memukul. Saat ini, subyek lebih mampu untuk
pernah mengatakan maaf ketika menyakiti orang mengikuti perintah, mengurangi frekuensi
lain. Akan tetapi, hingga saat ini baik berteriak serta memukul. Namun, subyek belum
pendamping maupun pembina mengungkapkan bisa mengatakan maaf ketika subyek melakukan
bahwa tidak ada perubahan berkaitan dengan hal kesalahan. Dibutuhkan perhatian dari
tersebut. Hal ini dikarenakan baik pendamping pendamping, pembina serta orang tua untuk
maupun pembina tidak membiasakan subyek mengoptimalkan hasil intervensi. Perhatian
mengenai hal tersebut. (c) memukul orang lain. merupakan reinforcement positif bagi subyek
Sebelumnya, subyek biasanya mencari perhatian untuk mempertahankan perilaku baik yang
dengan cara memukul dan/atau mencubit orang terbentuk; selain itu, dibutuhkan contoh langsung
lain. Saat ini, baik pendamping maupun pembina dari pendamping, pembina serta orang tua untuk
kognitif mengungkapkan bahwa selama dua membentuk perilaku baik yang belum terbentuk
minggu paska terminasi subyek belum pernah yaitu meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
terlihat memukul dan/atau berkelahi dengan
orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
wali kelas dimana subyek sudah jarang memukul
dan membuat teman lainnya menangis. (d)
berteriak. Salah satu cara yang dilakukan oleh
subyek untuk mendapatkan perhatian adalah
memanggil orang lain dengan berteriak. Saat ini,
pendamping dan pembina mengungkapkan
bahwa subyek sudah jarang sekali berteriak
15
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

DAFTAR PUSTAKA Heikura, U., Taanila, A., Olsen, P., Hartikainen,


A. L., Wendt, L. V., & Järvelin, M. R.
APA. (2000). Diagnostic and statistical manual of (2003). Temporal changes in incidence
mental disorders text revision, 4th Ed. and prevalence of intellectual disability
Washington, DC: American Psychiatric between two birth cohorts in Northern
Association Press. Finland. American Journal on Mental
Retardation, 108(1), 19.-31.
Barry, T. D., Marcus, D. K., Barry C. T., & doi:10.1352/0895-
Coccaro, E. F. (2013). The latent 8017(2003)108<0019:tciiap>2.0.co;2
structure of oppositional defiant disorder
in children and adults. Journal of Khadar, G. M., Babapour, J.,
Psychiatric Research, 47, 1932-1939. Sabourimoghaddam, H. (2013). The
effect of art therapy based on painting
Carr, A. (2016). The handbook of child and therapy in reducing symptoms of
adolescent clinical psychology, 3rd Ed. oppositional defiant disorder (ODD) in
New York: Routledge. elementary school boys. Social and
Behavioral Sciences, 84, 1872 – 1878.
Christensen, L. (2012). Dual diagnosis:
Intellectual disability and oppositional Leonard, H., & Wen, X. (2002). The
defiant disorder . Los Angeles: epidemiology of mental retardation:
University of California.
challenges and opportunities in the new
Christensen, L., Baker, B. L. & Blacher, J. millennium. Mental Retardation And
(2013). Oppositional defiant disorder in Developmental Disabilities: Research
children with intellectual disabilities. Reviews, 8(3), 117–134. doi:
Journal of Mental Health Research in 10.1002/mrdd.10031
Intellectual Disabilities, 6(3), 225-244.
Maggin, F. M., Chafouleas, S. M., Goddard, K.
Corey, G. (2005). Teori dan praktek konseling & M., & Johnson, A. H. (2011). A
psikoterapi. Bandung: PT Refika systematic evaluation of token
Aditama economies as a classroom management
tool for students with challenging
Daily, D. K., Ardinger, H. H., & Holmes, G. E. behavior, Journal of School Psychology,
(2000). Identification and evaluation of 49, 529-554.
mental retardation. American Family
Physician, 61(4), 1059-1067. Miltenberger, R. G. (2008). Behavior
modification: Principles and procedures.
Erford, B. T. (2016). 40 teknik yang harus 4th Ed. USA: Thompson Wadsworth.
diketahui setiap konselor. Edisi kedua.
Jakarta: Pustaka Pelajar. Mirzamani, S. M., Ashoori, M., & Sereshki, N.
A. (2011). The effect of social and token
Fiksdal, B. A. (2014). A comparison of the economy reinforcements on academic
effectiveness of a token economy system, achievement of students with intellectual
a response cost condition, and a disabilities. Iran J Psychiatry, 6(1), 25-
combination condition in reducing 30.
problem behaviors and increasing
student academic engagement and Prihatsanti, U., Suryanto, & Hendriani, W.
performance in two first grade (2018). Menggunakan studi kasus
classrooms". Theses, Dissertations, and sebagai metode ilmiah dalam psikologi.
Other Capstone Projects. Paper 343, 1- Buletin Psikologi, 26(2), 126-136. doi:
88. 10.22146/buletinpsikologi.38895.

16
Motiva : Jurnal Psikologi
2019, Vol 2, No 2, 9-17

Purwanto, H. (2007). Tuna grahita di Indonesia


capai 6.6 juta orang. Antaranews
[Online]. Diunduh dari
https://www.antaranews.com/berita/837
21/tunagrahita-di-indonesia-capai-66-
juta-orang#mobile-src

Shakespeare, S., Peterkin, V. M., & Bourne P. A.


(2018). A token economy: An approach
used for behavior modifications among
disruptive primary school children. MOJ
Public Health, 7(3), 89‒99. doi:
10.15406/mojph.2018.07.00212.

Sharma, S., Raina, S. K., Bhardwaj, A. K.,


Chaudhary, S., Kashyap, V., & Chander,
V. (2016). Prevalence of mental
retardation in urban and rural populations
of the goiter zone in Northwest India.
Indian J Public Health, 60, 131-137.

Vujik, P. J, Hartman, E., Scherder, E., &


Visscher, C. (2010). Motor performance
of children with mild intellectual
disability and borderline intellectual
functioning. Journal of Intellectual
Disability Research, 54, 955–965. doi:
10.1111/j.1365-2788.2010.01318.x

17

Anda mungkin juga menyukai