Anda di halaman 1dari 53

BUKU PANDUAN PRAKTEK PROFESI

KEPERAWATAN GERONTIK

TAHUN 2020/2021

PROGRAM STUDI PROFERSI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

DESKRIPSI MATA AJAR

Praktek keperawatan gerontik merupakan salah satu stase dalam pelaksanaan program studi
profesi. Pada saat pandemi COVID 19, praktik keperawatan gerontik dilaksanakan secara
online dengan melakukan pengkajian terhadap lansia di rumah dan sekitarnya. Pengalaman
belajar ini akan berguna dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan gerontik. Fokus
keperawatan gerontik adalah pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan dalam
pencegahan primer, sekunder dan tersier terhadap lanjut usia (lansia) sebagai individu dan
kelompok dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan masalah kesehatan yang
bersifat aktual, risiko dan promosi kesehatan yang lazim terjadi pada lansia.
Mata ajar ini mempunyai bobot keperawatan gerontik 5 SKS dan lama pembelajaran
selama 5 minggu, termasuk proses evaluasi akhir stase. Perhitungannya sebagai berikut
(5x4x16 minggu efektif = 320 jam/semester/56 jam = 5 minggu waktu yang digunakan
selama 5 minggu dengan hari efektif Senin sampai Jum’at.
Metode evaluasi mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan menggunakan diskusi
kasus, supervisi (untuk prosedur tindakan keperawatan dan kinerja, penampilan kerja serta
pencapaian target), presentasi kasus, Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) serta ujian praktek
profesi yang dilaksanakan secara online.

2
BAB II
DESKRIPSI MATA KULIAH DAN KOMPETENSI

A. Deskripsi Mata Kuliah

Praktik profesi keperawatan gerontik merupakan program yang menghantarkan presepti


dalam adaptasi profesi untuk menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk pencegahan primer, sekunder dan tersier
kepada individu maupun kelompok lansia dengan masalah kesehatan yang bersifat
aktual, risiko dan potensial, menjalankan fungsi advokasi, membuat keputusan legal
dan etik serta menggunakan hasil penelitian terkini terkait dengan keperawatan
gerontik. Praktik profesi keperawatan gerontik berfokus kepada kebijakan dan program
pemerintah tentang kesehatan lanjut usia melalui kerjasama dengan lintas program dan
sektoral serta dengan organisasi swasta.

Praktek keperawatan gerontik merupakan salah satu stase dalam pelaksanaan program
studi profesi. Pelaksanaan program studi profesi keperawatan gerontik dilaksanakan di
wilayah/setting keluarga karena pandemic COVID 19, pengalaman belajar ini akan
berguna dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan gerontik termasuk di
bidang keperawatan lainnya. Fokus keperawatan gerontik adalah pemberian pelayanan
dan asuhan keperawatan dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier terhadap lanjut
usia (lansia) sebagai individu dan kelompok dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia lanjut usia (lansia) sebagai invidu dan kelompok dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dan masalah kesehatan yang bersifat aktual, resiko dan
potensial yang lazim terjadi pada lansia.

Mata ajar ini mempunyai bobot keperawatan gerontik 5 SKS dan lama pembelajaran
selama 5 minggu, termasuk proses evaluasi akhir stase. Perhitungannya sebagai berikut
(6x4x16 minggu efektif=320 jam/semester/56 jam = 5 minggu) waktu yang digunakan
selama 5 minggu dengan hari efektif Senin sampai Jum’at.

Metode evaluasi mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan menggunakan diskusi


kasus, supervisi (untuk prosedur tindakan keperawatan dan kinerja, penampilan kerja di
lahan praktek serta pencapaian target), presentasi kasus, TAK serta ujian praktek profesi
yang dilaksanakan secara online.

3
BAB II
DESKRIPSI MATA KULIAH DAN KOMPETENSI

B. Deskripsi Mata Kuliah


Praktik profesi keperawatan gerontik merupakan program yang menghantarkan presepti
dalam adaptasi profesi untuk menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk pencegahan primer, sekunder dan tersier
kepada individu, dan kelompok, lansia dengan masalah kesehatan yang bersifat aktual,
risiko dan potensial, menjalankan fungsi advokasi, membuat keputusan legal dan etik
serta menggunakan hasil penelitian terkini terkait dengan keperawatan gerontik.
Praktik profesi keperawatan gerontik berfokus kepada kebijakan dan program
pemerintah tentang kesehatan lanjut usia melalui kerjasama dengan lintas program dan
sektoral.

C. Tujuan dan Kompetensi


1. Tujuan Umum
Praktik profesi keperawatan gerontik merupakan program yang menghantarkan
presepti dalam adaptasi profesi untuk menerima pendelegasian kewenangan secara
bertahap dalam melakukan asuhan keperawatan untuk pencegahan primer, sekunder
dan tersier kepada individu dan kelompok lansia dengan masalah kesehatan yang
bersifat aktual, risiko dan potensial, menjalankan fungsi advokasi, membuat
keputusan legal dan etik serta menggunakan hasil penelitian terkini dengan
keperawatan gerontik.

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesikan praktek keperawatan gerontik diharapkan presepti dapat:
1. Membina hubungan interpersonal dan komunikasi teraputik dengan target
gerontik.
2. Melaksanakan pengkajian individu lansia di rumah yang meliputi:
a. Mengidentifikasi data kesehatan yanag diperlukan.
b. Mengumpulkan data dengan menggunakan metode/strategi yang sesuai.
c. Menganalisis data yang telah diperoleh.
d. Mengidentifikasi penentuan masalah keperawatan gerontik.

4
e. Membantu penentuan prioritas masalah keperawatan gerontik.
3. Merencanakan asuhan keperawatan gerontik bersama lansia.
4. Melaksanakan rencana keperawatan Gerontik bersama lansia.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan Gerontik sesuai dengan standar/acuan yang
telah ditentukan bersama lansia/kelompok lansia

3. Kompetensi
Setelah melaksanakan praktek profesi keperawatan gerontik presepti memiliki
kemampuan:
a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan metode Comprehensive Geriatric
Assessment (CGA) sesuai dengan perubahan dan gangguan semua system tubuh
dan kelompok lansia: MNA, IMT, MFS, BBT, Bartel index, Time Up and Go
Test, Katz index, MMSE, CDR, GDS.
b. Mampu menggunakan instrument pengkajian tambahan (HWALEK & sleep
disorder) yang diperlukan bagi lansia untuk lebih mengetahui kondisi dan tingkat
perubahan serta adaptasi fungsi tubuh karena proses penuaan sesuai dengan
kondisi kesehatan lansia.
c. Melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keparawatan pada
individu dan kelompok gerontik.
d. Menggunakan keterampilam interpersonal yang efektif dalam kerja tim.
e. Mengunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif dan
bertanggungjawab.
f. Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
terkait dengan individu dan kelompok lansia.
g. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan analisis data, informasi,
dan hasil kajian dari berbagai sumber untuk menetapkan priorotas asuhan
keperawatan.
h. Merencanakan asuhan keperawatan yang mereflesikan prioritas, kesinambungan,
dan alternatif tindakan untuk mencapai tingkat kemandirian lansia sebagai
individu.
i. Memberikan asuhan keperawatan lansia dengan masalah kesehatan spesifik :
gangguan cardiovaskuler (hipertensi dan jantung koroner), gangguan endokrin
(DM), Muskuloskeletal (OA, RA, Artritis Gout, osteoporosis dan fraktur),
gangguan indera (katarak, glukoma, presbiopi, presbiakusis dan kebersihan

5
telinga), gangguan neurologis (stroke, dan parkinsone), gangguan pernafasan
(PPOK dan asma), gangguan eliminasi (inkontinensia, ISK, BPH dan GGA/K),
gangguan integument (decubitus dan dermatitis), gangguan gastrointestinal
(gastritis dan konstipasi), gangguan reproduksi (menopause dan andropose),
gangguan system hemopoitik (anemia), gangguan psikososial (Demensia, depresi,
cemas, insomnia dan kesepian) dan frail elderly syndrome (14 I) yang mencakup
tindakan keperawatan dasar, pendidikan kesehatan dan rehabilitasi untuk
memandirikan dalam memenuhi kebutuhan lansia.
j. Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etis dan legal.
k. Memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etik, agama atau faktor lain
dari setiap individu dan kelompok lansia.
l. Mendemostrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan standar
yang berlaku atau secara kreatif dan inovatif agar pelayanan yang diberikan
efisien dan efektif .
m. Memberikan asuhan yang berkualitas secara holistic, kontnyu dan konsisten:
pengenalan ABJ, massage abdomen, back massage, life review therapy, guide
imagery, kegel exercise, ROM, fisioterapi dada,
n. Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan secara regular
dengan/atau tanpa tim kesehatan lain.
o. Mendokumentasikan setiap tindakan keperawatan dan evaluasi yang di lakukan.
p. Mengkreasikan atau menciptakan suatu aktivitas yang dapat meningkatkan
kesehatan, harga diri dan kemandirian lansia.
q. Menciptakan atau memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
resiko cedera dan kecacatan pada lansia.
r. Menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak lansia dan kelompok
lansia agar dapat mengambil keputusan.
s. Memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akontabilitas
asuhan keperawatan yang diberikan
t. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan berkesinambungan
yang menjamin keselamatan klien (patient safety) sesuai standar asuhan
keperawatan.

6
BAB III
METODE BIMBINGAN, TATA TERTIB DAN LAHAN PRAKTIK

A. Kehadiran / Presensi
1. Praktik dimulai dari hari Senin sampai dengan Jum’at .Setiap preseptee diwajibkan
hadir tepat waktu pada saat presentasi kasus atau pre dan post konferen dengan
masing – masing pembimbing. sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penentuan kehadiran adalah hak mutlak pembimbing masing – masing.
2. Setiap preseptee wajib memenuhi kehadiran 100% termasuk hari libur nasional.
3. Dalam 1 (satu) hari praktik berlaku 1 (satu) kali shift/dinas.
4. Preseptee yang terlambat datang mengikuti kegiatan pre dan post konferen profesi
atau diskusi dengan alasan apapun wajib memberitahukan kepada preseptor
akademik. Preseptee yang tidak hadir pada kegiatan diskusi wajib melaporkan secara
lisan atau tertulis terlebih dahulu kepada preseptor akademik.
5. Ketidakhadiran dengan alasan sakit harus disertai dengan surat keterangan sakit dari
dokter dan diserahkan kepada preseptor akademik (sakit ringan tanpa keterangan
dokter dianggap sebagai keterangan ijin). Yang bersangkutan wajib mengganti
praktik sejumlah hari yang ditinggalkan.
6. Preseptee yang tidak dapat mengikuti praktik dengan alasan ijin, harus mendapatkan
ijin dari preseptor klinik pendidikan. Yang bersangkutan wajib asuhan keperawatan
gerontik.
7. Preseptee yang tidak mengikuti praktik lebih dari 2 hari dengan alasan apapun dan
tanpa pemberitahuan kepada preseptor akademik wajib mengulang praktik pada
stase tersebut.
8. Preseptee yang tidak mengikuti praktik selama lebih dari 5 hari dengan alasan
apapun pada satu bagian / departemen tertentu kecuali sakit dan alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan, dinyatakan gugur pada bagian/departemen yang
bersangkutan.

7
B. Seragam
1. Kegiatan profesi :
a. Seragam yang dikenakan adalah atas dan bawah putih, sepatu warna hitam tertutup,
kerudung polos warna putih, tanda pengenal, skort lengkap dengan logo dan bet
FIKES UIA, hak maksimal 3 cm dan tidak bersuara.
b. Selama praktik preseptee tidak diperkenankan memakai perhiasan dalam bentuk
apapun, kecuali bros sederhana.
c. Selama praktik preseptee tidak diperkenankan membawa/ menggunakan
handphone, khususnya saat berinteraksi dengan lansia
d. Rambut rapi bagi preseptee putra.
2. Preseptee yang tidak memenuhi ketentuan diatas tidak diperkenankan mengikuti
praktik dan dinyatakan tidak hadir.

C. Peralatan Klinik
1. Setiap preseptee dianjurkan membawa perlengkapan klinik (nursing kit) yang
menunjang pelaksanaan praktik, minimal peralatan TTV antara lain : Stetoskop,
Tensimeter, Termometer, jam digital atau dengan jarum detik, masker dan sarung
tangan.

D. Pelaksanaan Program Profesi


1. Preseptee wajib mengikuti kegiatan orientasi (pengarahan praktik) yang telah
dijadwalkan oleh preseptor akademik.
2. Preseptee yang tidak mengikuti pre conference dan post conference dinyatakan tidak
hadir.
3. Preseptee wajib mengikuti jadwal yang sudah disusun oleh preseptor klinik

E. Evaluasi
1. Preseptee dinyatakan berhak mengikuti ujian setelah memenuhi ketentuan kehadiran
100% di masing-masing bagian.
2. Ujian klinik/ lapangan dilakukan diminggu ke 3 pelaksanaan kegiatan profesi di
setiap bagian/departemen.
3. Kasus yang akan diujikan ditentukan pada hari pelaksanaan ujian dan disepakati
oleh pembimbing.
4. Penguji sekurang-kurangnya terdiri dari 1 (satu) orang yaitu preceptor akademik.
5. Ketentuan ujian disesuaikan dengan ketentuan dari masing-masing pembimbing.

8
6. Preseptee yang dinyatakan tidak lulus ujian diberikan kesempatan untuk
memperbaiki /mengulang ujian pada hari berikutnya atau sesuai dengan kesepakatan
dengan penguji
7. Preseptee yang tidak mengikuti ujian dengan alasan; sakit / ijin dan disertai dengan
surat keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan, diberikan kesempatan untuk
mengikuti ujian susulan pada bagian yang bersangkutan.

9
BAB IV

PROSES PEMBELAJARAN KLINIK

A. METODE
Selama praktek profesi keperawatan gerontik, metode pembelajaran pada praktik
profesi keperawatan gerontik akan melalui tahapan orientasi, implementasi, dan umpan balik,
dimana masing-masing tahapan akan terdiri dari beberapa kegiatan seperti pada tabel I
Tabel 1
Kegiatan pembelajaran profesi keperawatan gerontik

Tahapan Kegiatan
Orientasi Penjelasan profesi, orientasi lapangan, laporan pendahuluan
Implementasi/  Pre dan post Confrence
pelaksanaan  Pengelolaan kasus individu sebanyak 3 lansia pada
keluarga, dengan membuat 3 askep gerontik
 Buat LP lansia, buat LP 14 i
 Supervisi kasus individu
 Membuat proposal TAK dalam 1 kelompok
 Buat askep untuk seminar dengan Evidance Based
Practicedalam kelompok
 Laporan individu, dokumentasi, asuhan keperawatan
 Kegiatan kelompok seminar di akhir praktik
 Terminasi
Umpan balik Responsi pasca supervisi, response pasca kegiatan kelompok
untuk terapi aktivitas dan modifikasi lingkungan, masukan
pada laporan pendahuluan dan laporan asuhan keperawatan,
serta masukan saat pre conference dan post confrence

10
B. PROSES PELAKSANAAN PRAKTEK
Proses pelaksanaan praktek profesi keperawatan gerontik melalui tahap kegiatan pra
interaksi, introduksi, orientasi, terminasi proses dan terminasi akhir sesuai pada table 2

Tabel 2
Proses pelaksanaan praktek

Tahap waktu Kegiatan precepti Kegiatan preseptor


kegiatan klinik
1. Pra Setiap hari  Membuat laporan  Menyiapkan
interaksi sebelum pendahuluan atau
melaksanakan  Memahami laporan memberikan
praktek pendahuluan yang sudah informasi
 Pre dibuat tentang kasus
confrence yang akan di
rawat
 Evaluasi
pemahaman
presepti tentang
laporan
pendahuluan
2. Introduksi Hari pertama Memperkenalkan diri dengan  Mengobservasi
/orientasi praktek menggunakan teknik kegiatan
 Pada awal pendekatan pada lansia, presepti
pertemuan menyampaikan Mengobservasi
dan memberikan
umpan Balik
Setiap hari Tujuan
praktek  Mempelajari dulu
catatan/dokumentasi yang
ada tentang lansia, bila tidak
ada catatan data bertanya
kepada orang lain (Petugas
atau Lansia lain) yang kenal
dengan lansia

11
 Orientasi
- Evaluasi/validasi
Keadaan kelompok
- Mengingatkan lansia
kontrak yang lain
3. Kerja Setiap hari  Melakukan pengkajian baik  Membimbing
praktek untuk kasus individu yang dan
dikelola juga pengkajian memvalidasi
secara umum tentang jenis kegiatan
aktivitas lansia sehari-hari presepti
serta kondisi lingkungan  Mensupervisi
yang ada kasus individu
 Merumuskan/memvalidasi dan kegiatan
masalah dan diagnose kelompok
keperawatan
 Penyusunan intervensi
 Melaksanakan implementasi
 Melaksanakan kegiatan
kelompok untuk terapi
aktivitas dan modivikasi
lingkungan
 Melakukan evaluasi proses
terhadap individu
(tergantung terhadap proses
keperawatan) juga evaluasi
keberhasilan terapi aktivitas
dan modivikasi lingkungan
4. Terminasi  Pada akhir  Mengevaluasi hasil Membimbing dan
pertemuan pertemuan memvalidasi
setiap hari  Membuat modivikasi kegiatan presepti
praktek tindakan
 Post  Membuat kontrak pertemuan
confrence berikutnya
5. Terminasi Pada akhir Mengevaluasi hasil praktik Membimbing dan

12
akhir praktek secara kesuluruhan yang telah memvalidasi
dicapai individu dan kelompok kegiatan presepti

C. KEGIATAN PESERTA PRAKTEK PROFESI


1. Tahap persiapan
Peserta praktek profesi sebelumnya harus mempersiapkan diri dulu yang meliputi :
a. Peserta praktek profesi telah menguasai konsep, prinsip dan teknik pendekatan
pada lansia
b. Siap secara fisik, mental dan sosial untuk memberikan bantuan pada klien
c. Membawa selalu alas tulis di dalam saku, kedua tangan sebaiknya tidak
memegang apapun agar kesannya ingin membantu dapat di rasakan oleh klien
d. Menyiapkan laporan pendahuluan sesuai kasus yang di ambil

2. Tahap pelaksanaan
a. Mempelajari kebiasaan-kebiasaan atau pola aktivitas umum termasuk aturan-
aturan dan tata pendekatan pada lansia, pelajari juga catatan atau data yang ada
tentang lansia yang dikenal minimal harus mengetahui nama panggilan yang di
sukai lansia, bahasa yang di pergunakan ( verbal dan non verbal ), kondisi fungsi
panca indranya dan topik pembicaraan yang di senangi dan yang tidak di senangi
lansia
b. Mengidentifikasi berbagai gangguan dan perubahan yang terjadi akibat proses
penuaan pada berbagai system tubuh meliputi : perubaan sensory, persyarafan,
pencernaan, pernafasan, kardiovaskular, musculoskeletal, perkemihan,
integument, pernafasan, imunitas , reproduksi , dan endrokrin.
c. Melakukan pendekatan secara individu kepada lansia sebelum memulai kegiatan
asuhan keperawatan pada lansia
d. Menetapkan 3 lansia yang dapat di jadikan kasus induvidu dengan rincian : 1
kasus kajian secara komprehensif dan untuk superfisi. Melakukan pengajian pada
lansia dengan selalu memperhatikan kebutuhan lansia saat proses pengkajian,
jangan memaksakan lansia untuk menjawab semua pertanyaan dan menjalani
pemeriksaan pada saat bersamaan, perhatikan kondisi kelelahan dan kebosanan
yang ditunjukkan lansia

13
e. Mengimplementasikan rencana tindakan perawatan untuk mengatasi masalah
yang di temukan berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data
f. Mempersiapkan diri untuk supervisi kasus induvidu dengan melalui proses
bimbingan pada bimbingan masing-masing sesuai jadual yang sudah di sepakati.
g. Melakukan pendekatanan terhadap keluarga lansia selama praktek profesi bertemu
dengan keluarga anggota lansia yang berkunjung serta dapat membantu keluarga
untuk memberikan alternative dalam memecahkan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan lansia
h. Melakukan pendekatan dengan anggota tim pelayanan kesehatan dan terkait yang
perlu di perhatikan dalam membina hubungann dengan tim pelayanan kesehatan
atau pihak terkait adalah kejelasan maksud dan tujuan, keuntungan mutualisme
serta sikap saling menghormati dan menghargai kepada masing-masing pihak
i. Merancang dan melaksanakan suatu aktivitas bagi lansia sebagai kegiatan
kelompok dimana aktivitas tersebut bermanfaat bagi memacu kreativitas lansia
dan menciptakan suasana baru untuk membuat lansia menerima proses penuaan
secara adaptive
j. Menciptakan atau memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk keadaan lansia
berdasarkan kemampuan kondisi fasilitas yang ada di tempat praktek

3. Tahap evaluasi penampilan praktek


Membuat laporan praktek yang terdiri atas :
a. Laporan Individu
 Laporan Pendahuluan (LP)
Peserta praktek profesi membuat laporan tinjauan teoritis tentang gangguan
kesehatan yang lazim ditemukan pada lansia, nantinya dapat menjadi sumber
bacaan dan pedoman bagi peserta praktek profesi pada saat mengambil kasus
nyata di panti werdha, setiap peserta praktek profesi hanya mempersiapkan 1
laporan pendahuluan untuk kasus yang di ajukan untuk di supervisi serta yang
dibuat laporan secara lengkap. Pada saat pre conference dan post conference
digunakan sebagai bahan pembahasan dan diskusi dengan preseptor klinik,
sehingga pada hari pertama praktek masing-masing peserta praktek profesi
sudah mempunyai laporan pendahuluan.
 Laporan kasus individu lengkap

14
Peserta praktek profesi menyusun 1 laporan lengkap proses keperawatan
gerontik dalam bentuk pendokumentasian hasil tahapan pengkajian, analisa
masalah, diagnosa keperawatan minimal 3, intervensi dan implementasi
minimal 5 serta catatan evaluasi.
Pendokumentasian ini sudah terlihat saat tahap supervisi sesuai dengan
pencapaian perkembangan yang ditemui pada lansia yang dikaji.

D. TATA TERTIB PERAKTEK


 Presepti wajib mengenakan seragam praktek seperti dipaanti, saat melakukan
kunjungan dan supervisi pada lansia di rumah.
 Bersikap jujur, ramah dan penuh tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti, dan saling
menghargai serta dapat bekerja sama dengan lansia.
 Waktu praktek dinas pagi : 07.15 – 14.00, dinas sore 13.00 – 20.00 WIB.
 Presepti yang tidak dapat praktek karena sakit, wajib, memberitahukan pada
koordinator mata ajar dan preseptor klinik praktek, disertai surat sakit dan wajib
mengganti dengan jumlah hari yang bersangkutan tidak masuk.
 Tidak praktek dan tidak ada pemberitahuan atau surat ijin kepada preseptor klinik
atau koordinator wajib mengganti dinas 2 kali lipat sesuai jumlah hari yang
bersangkutan tidak masuk..
 Tidak diperbolehkan memakai make up mencolok, perhiasan, pemerah kuku.
 Bagi pria tidak berambut gondrong dan tidak merokok di lingkungan tempat praktek
maupun tempat lain.
 Tidak diperbolehkan meminjam barang pada keluarga lansia tanpa ijin.

E. JADUAL PRAKTEK
Siklus praktik profesi keperawatan gerontik dapat dilihat pada table 3.

15
TAHAPAN S S R K J S S R K J S S R K J
KEGIATAN E L
Pengkajian √ √
Perencanaan √ √
Implementasi √ √ √ √ √ √ √ √ √
kegiatan
individu dan
supervise
Implementasi √ √ √ √ √
kegiatan
kelompok
kecil
Implementasi √
kegiatan
kelompok
besar
Evaluasi √ √

Tabel 3
Siklus praktek

Catatan : Implementasi, kegiatan kelompok serta evaluasi dapat dilanjutkan di minggu ke IV dan VII

F. KEJADIAN LUAR BIASA SELAMA PRAKTEK


Apabila selama atau dalam proses praktek profesi keperawatan gerontik, terjadi hal-hal
yang tidak terduga, tidak menyenangkan dan dapat mempengaruhi keselamatan lansia
ataupun peserta praktek profesi, maka :
1. Wajib melaporkan dan menghadap preseptor klinik, koordinator Mata Ajar
2. Wajib membuat laporan tertulis urutan kejadian luar biasa tersebut.
3. Menyerahkan laporan tertulis kejadian luar biasa untuk pendokumentasian tanggung
jawab dan tanggung gugat profesi kepada koordinator mata ajar,.
4. Presepti memberikan penjelasan kepada pihak terkait seperti: pihak keluarga, pihak
panti werdha dan pihak-pihak lain yang diperlukan.

16
BAB V

EVALUASI KLINIK

Untuk menentukan kelulusan praktek profesi keperawatan gerontik maka penilaian dan
evaluasinya adalah:
Nilai individu 60 %

Laporan pendahuluan 10 %
Laporan kasus individu 20 %
Supervisi 30 %

Nilai kelompok 40 %

Laporan kegiatan kelompok 15 %


Proses kegiatan kelompok 25 %

17
DAFTAR PUSTAKA

Referensi :

Meiner S.E. (2015). Gerontologic Nursing. Mosby: Elsevier Inc. (Wajib)


Black, JM., Matassin E. (2002). Medical surgicalnursing, clinicalmanagement for continuity
of care. JB. Lipincott.co
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2-vol set).
Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2007). Fundamental of nursing: Human health and function. Fifth
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Chenitz, W.C, Stone, J.T., Salisbury, S.A. (1991). Clinical Gerontological Nursing: a
guide to advanced practice. Philadelphia: WB Saunders. (dianjurkan)
Darmojo, R. B., & Martono, H. (2010). Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FK
UI.
Touhy, T., Jett, K. (2016). Ebersole & Hess’ Toward Healthy Aging. 10th edition. Mosby:
Elsevier Inc. (Wajib).
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J. & Snyder (2004). Fundamental nursing: Concepts,
process, and practice. Seventh edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Matteson, MA. And Mc Connel, E.S (1988). Gerontological Nursing: concept and practice.
Philadelphia: WB Saunders. (dianjurkan).
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults. (6th Ed). Philadephia: Lippincott
Williams & Wilkins.(Wajib).
Miller, C. A. (2005). Nursing care of older adults : theory and practice. Philadelphia: JB.
Lippincot.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vot set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
Roach, S. (2006). Introductory Gerontological Nursing. Philadelphia :Lippincot.
Sherwood, L. (2004). Human physiology: From cells to systems, (5thed.). Ch 31, pp 459-509.
California: Thomson Learning.
Stanhope M. & Lancaster J. (2013). Foundation of Nursing in the Community: Community-
Oriented Practice, 4th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Stanhope M. & Lancaster J. (2016). Public Health Nursing, 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Stanley, M. & Beare, P.G. (1999). Gerontological nursing: a health promotion/ protection
approch. 2nd ed. Philadephia: F. A. Davis Company
Nanda International. (2009). Nursing diagnoses: definition & classification 2009-2011.
United Kingdom: Blackwell Publishing.

18
Bulechek G.M., Butcher H.K., Dochterman J.M., Wagner C. (2013). Nursing Interventions
Classifications (NIC). 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC): Measurement of Health Outcomes. 5th edition. Mosby:
Elsevier Inc
Albert, S.M. & Freedman, V.A (2010).Public health and aging : maximizing function and
whell-being. New York : Springer Publishing Company
Badan Pusat Statistik. (2010). Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia Agustus 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik.(2011, Juni 30). Banyaknya Penduduk Berdasarkan Hasil Registrasi
Menurut Wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Maret 3 Maret,2014
http://jakarta.bps.go.id/idex.php?
bWVudT0yMzA0JnBhZ2U9ZGF0YSZzdW19MDQmaWQ9MzE=
Hussain, R., Marino, R., Coulson, I. (2005). The Role of Health Promotion in Health
Ageing. Dalam V. Minichiello & I. Coulson (Eds.) Contemporary issues in
Gerontology :Promoting Positive Ageing (pp. 34-52).Crows Nest : Allen & Unwin
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Kementerian
Kesehatan RI.2013:Jakarta
Kementerian Sosial RI. (2011). Pelayanan sosial lanjut usia. Direktoral Pelayanan Lanjut
Usia. Dirjen. Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI.
Kusumoputro, S., Lilik, K. (2004). Neurogeriatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Lumbantobing, S.M. (2006). Kecerdasan Pada usia Lanjut dan Demensia.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Lumbantobing, S.M. (2011). Neurogeriatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Notoatmojo,S. (2007). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2011). Dasar – Dasar Metodelogi Penelitian Klinis, Edisi 4.
Jakarta: Sagung Seto
Spar, J.E. & La Rue, A. (2006). Clinical manual of geriatric psychiatry. Washington, DC:
American Psychiatric Publishing, Inc.
Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa, Nety, J., Sari, K. (Edisi
2). Jakarta: EGC
Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2004). Community Health Nursing : Promoting Health Of
Agregates, Families And Individuals, 4 th ed. St.Louis : Mosby, Inc.
Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2012). Public Health Nursing : Population – Centered
Health Care in the Community (8th ed). Elsevier Science Health Science Devision.

19
20
FORMAT KONTRAK BELAJAR

Periode : 2018/2019 Genap Preseptee :


Unit : Keparawatan Gerontik Preseptor :

Tujuan Belajar Rencana Kegiatan Metode/Media Alokasi Waktu Tandatangan


Perseptor
1. Mahasiswa program profesi Orientasi Sosialisasi 2 hari
memahami lahan Praktek
2. Mahasiswa program rofesi Pendelegasian tindakan prosedural: 1. Pre dan post 8 hari
memahami tentang tindakan conference
prosedural keperawatan gerontik Promosi kesehatan : penkes : Kiat 2. Tutorial
hidup sehat di usia lanjut, penyakit- individual yang
penyakit degenerative. diberikan
a. Preventif : Skrening/ preseptor
deteksi dini masalah 3. Diskusi kasus
kesehatan 4. Case report dan
(comprehensive geriatric overan dinas
assessment (CGA) sesuai
dengan perubahan dan
gangguan semua system
tubuh dan kelompok

21
lansia: MNA, IMT, MFS,
BBT, Bartel index, Time
Up and Go Test, Katz
index, MMSE, CDR,
GDS. (HWALEK & sleep
disorder)

Rehabilitatif: pemulihan kesehatan


dengan olah raga dan pengembangan
hoby/ pengisian waktu luang
3. Mahasiswa program profesi Pendelegasian kasus sederhana 1. Pre dan post 10 hari
memahami kasus sederhana secara secara bersama-sama: conference
bersama-sama - Askep pada lansia dengan 2. Tutorial
pendekatan sindroma geriatric 14 individual yang
I diberikan
preseptor
3. Diskusi kasus
4. Case report dan
overan dinas
5. Pendelegasian
kewenangan
bertahap

22
4. Mahasiswa program profesi Pendelegasian kasus sederhana 1. Pre dan post 10 hari
memahami kasus sederhana secara secara mandiri: conference
mandiri - Askep pada lansia dengan frail 2. Tutorial
elderly syndrome (14 I) individual yang
- Askep pada lansia dengan diberikan
penyakit degenerative gangguan preseptor
cardiovaskuler (hipertensi dan 3. Diskusi kasus
jantung koroner), gangguan 4. Case report dan
endokrin (DM), Muskuloskeletal overan dinas
(OA, RA, Artritis Gout, 5. Pendelegasian
osteoporosis dan fraktur), kewenangan
gangguan indera (katarak, bertahap
glukoma, presbiopi, presbiakusis
dan kebersihan telinga), gangguan
neurologis (stroke, dan
parkinsone), gangguan pernafasan
(PPOK dan asma), gangguan
eliminasi (inkontinensia, ISK,
BPH dan GGA/K), gangguan
integument (decubitus dan
dermatitis), gangguan

23
gastrointestinal (gastritis dan
konstipasi), gangguan reproduksi
(menopause dan andropose),
gangguan system hemopoitik
(anemia), gangguan psikososial
(Demensia, depresi, cemas,
insomnia dan kesepian).

5. Mahasiswa program profesi Pendelegasian kasus agak kompleks 1. Problem solving 6 hari
memahami kasus agak kompleks secara bersama-sama: for better health
secara bersama-sama - Askep pada kelompok lansia (PSBH)
2. Belajar
berinovasi dalam
pengelolaan
asuhan
6. Mahasiswa program profesi Pendelegasian kasus agak kompleks 1. Problem solving 6 hari
memahami kasus agak kompleks secara mandiri for better health
secara bersama mandiri - Askep pada lansia dengan (PSBH)
sindroma geriatric 14 I plus 2. Belajar
penyakit akut dan atau terminal berinovasi dalam
(dying) pengelolaan

24
asuhan

25
lampiran 1 :

PEDOMAN TEKHNIS PENDEKATAN PADA LANSIA


DAN KELUARGA LANSIA
1. Lansia yang mempunyai gangguan penglihatan
 Tempatkan diri perawat dalam lapangan pandang klien.
 Cahaya difus, terang dan tidak menyilaukan.
 Pastikan klien menggunakan kaca matanya (jika ada) dan dapat berfungsi dengan
baik.
 Berhadapan dengan klien, jangan menutupi mulut dengan tangan atau benda lain saat
berbicara.
 Duduk didepan pasien dengan ujung kaki perawat menyentuh ujung kaki pasien.
2. Lansia yang mempunyai gangguan pendengaran
 Bicara langsung pada klien dengan nada rendah dan jelas dengan kecepatan yang
sedang.
 Artikulasi konsonan dengan jelas.
 Ulangi jika klien tidak mengerti pertanyaan awal.
 Bicara pada telinga yang masih baik.
 Pastikan posisi duduk lebih miring kebagian pendengaran yang masih berfungsi baik.
 Kurangi kegaduhan (pastikan lingkungan cukup tenang saat pengkajian)
 Pastikan klien menggunakan alat alat bntu dengar (jika ada).
3. Lansia dengan kecemasan
 Berikan waktu yang lebih untuk merespon terhadap pertanyaan.
 Bina rasa percaya dengan menunjukan perhatian kita.
 Gunakan pertanyaan terbuka.
 Panggil klien dengan nama yang disukai.
4. Pada lansia dengan penurunan tingkat energi
 Posisi yang nyaman bagi klien.
 Pertemuan jangan terlalu lama tapi sering
 Waspadai tanda-tanda kelelahan seperti tidak mampu berkonsentrasi, penurunan
rentang perhatian, postur tubuh lelah
 Sabar,wawancara dengan kecepatan lambat

26
5. Pada lansia dengan nyeri
 Jangan memaksa jika klien merasa tingkat nyerinya berat, lakukan upaya untuk
menurunkan nyeri lebih dahulu (jika dapat) atur atau kembali waktu pertemuan
dengan klien.
 Perhatikan lingkungan yang nyaman, hangat, dan santai, termasuk juga sentuhan
untuk mengurangi nyeri.
6. Memperkenalkan diri kepada lansia pada waktu yang tepat (misalnya tidak saat lansia
sedang ingin menyendiri atau sedang sibuk) dan tanyakan kebenaran nama.
7. Minta izin kepada lansia untuk duduk di dekatnya, dengan posisi :
 Jarak dengan klien ± 1 m
 Bahu perawat sejajar dengan bahu klien
 Mata dapat saling berpandangan lansung
8. Pendekatan terhadap keluarga lansia pada saat, berkunjungan, dengan memperhatikan
prinsip-prinsip :
 Memperhatikan sikap dan perilaku keluarga terhadap lansia .
 Berperan sebagai model peran bagi keluarga
 Berkolaborasi dengan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan
 Membantu keluarga dalam keluarga membuat keputusan kesehatan
 Memberikan penguatan positif pada keluarga
 Berperan sebagai penghubung untuk rujukan atau kolaborasi antara sumber-sumber
yang ada di komunitas
 Membantu keluarga memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
lansia .

27
Lampiran 2

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM ASSYA’FIIYAH


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK


Tanggal masuk : Nama Panti Werdha :

I. IDENTITAS
NAMA : Jenis kelamin :
Umur : Suku :
Alamat : Agama :
Pendidikan : Status perkawinan :
Tanggal pengkajian :
II. RIWAYAT KESEHATAN
Dikirim dari
Alasan datang ke panti werdha
Keluhan kesehatan utama saat ini
Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga
III. AKTIVITAS / LATIHAN
Jenis kegiatan dan latihan yang di lakukan lansia selama di panti, baik yang bersifat
rutin terprogram atau sewaktu-waktu
IV. NUTRISI
Jenis nutrisi yang saat ini di konsumsi oleh lansia, frekuensi makan, apakah ada diet
yang sedang di jalani atau pantangan terhadap makanan tertentu, kebiasaan lain
pengkajian , apakah mengalami masalah dengan pemasukan nutrisi dan sudah berapa
lama, serta bagaimana cara pengolahan dan pengkajian makanan yang di konsumsi
sehari-hari ( sendiri atau dibantu )

V. ELIMINASI
Frekuensi dalam sehari , kesulitan atau keluhan yang sedang di rasakan berkaitan
dengan kebiasaan BAK dan BAB, atau apakah terdapat kebiasaan – kebiasaan lain
yang terkait dengan eliminasi.

28
VI. ISTIRAHAT / TIDUR
Pola istirahat dan tidur, lamanya , keluhan atau gangguan tidur, kebiasaan – kebiasaan
lain terkait.
VII. PENGKAJIAN
Keadaan umum

Pengkajian fisik secara umum

Pengkajian dengan pendekatan sistem

VIII. PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


Pola interaksi dengan lingkungan, hal-hal yang sedang menjadi pemikiran lansia,
kebiasaan menyendiri, mendominasi dalam komunikasi dan interaksi dengan
lingkungan, harga diri, perilaku-perilaku yang menyimpang, aktivitas ibadah yang
dilakukan lansia sehari-hari, kepercayaan yang diyakini oleh lansia konsep hidup,
tujuan hidup serta hal-hal yang di inginkan tapi belum tercapai serta lain-lain yang
berkaitan .

IX. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


Pengkajian fungsional ini di perlukan untuk mendukung dan memperkuat data yang
sudah ada, sehingga gambaran masalah yang terjadi pada lansia akan lebih terlihat,
terutama yang berkaitan dengan masalah yang terjadi pada lansia akan lebih terlihat,
terutama yang berkaitan dengan masalah keterbatasan fisik, dan mental, tidak perlu
menggunakan semua instrument pengkajian, dapat di gunakan 2-3 instrument sesuai
kondisi lansia dan keterbutuhan, adapun intrumenya meliputi :
KAZT Indeks
BARTHEL indeks
Functional status index
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ )
Mini mental status EXAM

X. MASLAH KEPERAWATAN
XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
XII. INTERVENSI
XIII. IMPLEMENTASI

29
XIV. EVALUASI

Lampiran 3:

Instrument pengkajian fungsional ini diperlukan untuk melengkapi pengkajian utama pada
lansia, serta dapat digunakan untuk membantu menentukan tingkat gangguan mobilitas,
kemampuan kognitif dan kegangguan psikososial yang sangat lazim ditemui pada lansia.
Peserta praktek profesi dapat menggunakan beberapa instrument sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi pasien, beberapa daftar pertanyaan dapat disesuaikan dengan kondisi di lahan
praktek.

INSTRUMENT PENGKAJIAN FUNGSIONAL

1. KAZT ADL INDEX


Di desain untuk mengukur tingkat kemandirian dengan menggunakan penilaian
sejauhmana kemampuan lansia dalam melakukan activity daily living seperti mandi,
berpakaian, pergi ke toilet, melakukan pergerakan secara bebas, continence, dan makan.

Dengan pertanyaan berupa :

a. Mandi (ke kamar mandi, menggosok bagian tubuh)


Sama sekali tanpa bantuan

Dengan menggunakan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (mis: untuk
menggosok bagian punggung atau kaki)

Dengan bantuan lebih dari satu bagian tubuh

b. Berpakaian (memakai dan melepaskan pakaian, dan melakukannya dengan cepat)


Memakai pakaian dengan komplit tanpa bantuan sama sekali

Memakai pakaian tanpa bantuan tapi untuk kegiatan tertentu memerlukan


asisten seperti memakai / mengikat tali sepatu

Memakai pakaian komplit dengan bantuan

c. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihak sendiri serta memakai
baju/celana sendiri)
Dapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri, dan menata baju/celana tanpa
bantuan sama sekali

Membutuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkannya, memakai


pakaian setelah eliminasi

Tidak bisa pergi ke toilet sendiri

30
d. Pergerakan
Bergerak dari dan ke tempat tidur/kursi tanpa bantuan/assisten (mungkin bisa
juga dengan pegangan/tongkat penyangga)

Bergerak dari dan ke tempat tidur/kursi dengan bantuan/dengan assisten

Tidak dapat keluar dari tempat tidur sama sekali

e. Continence
Dapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan sendiri

Kadang tidak dapat mengontrol BAK dan BAB sendiri

Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK dan BAB, atau
dengan penggunaan kateter

f. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan

Makan sendiri tetapi membutuhkan bantuan untuk memotong makanan,


seperti daging, sayur, ataupun buah

Makan dengan bantuan atau makan dengan melalui IV Fluids/tubes

Keterangan :

Mengindikasikan ketidaktergantungan

Mengindikasikan ketergantungan

Kategori :

A. Ketidaktergantungan dalam semua fungsi/ ke enam fungsi


B. Ketidaktergantungan dalam semua tetapi masih ada satu fungsi yang tidak bisa
dilakukan
C. Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi sendiri dan satu
tambahan fungsi lainnya
D. Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian dan satu
tambahan fungsi yang lain
E. Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet,
dan satu tambahan fungsi lain
F. Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet,
bergerak, dan satu tambahan fungsi lain
G. Tergantung dalam semua fungsi

31
2. BARTHEL INDEX
Barthel index adalah suatu parameter yang dipergunakan untuk mengukur fungsi
keseharian seseorang terutama pada aktifitas dan mobilitas sehari-hari. Terdiri dari 10
item, makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya, merawat diri,
bergerak dari dan ke toilet, mandi, berjalan pada permukaan datar, naik turun tangga,
berpakaian, pengontrolan BAK dan BAB.

Barthel index digunakan untuk :

 Screening
 Assesment
 Monitoring
 Maintenance
Waktu yang diperlukan untuk prosedur ini adalah 5-10 menit

Cara penggunaan :

Pengkajian dengan mempergunakan Barthel index untuk menetapkan nilai dasar dari
fungsi yang dikaji dan untuk memonitor peningkatan aktifitas daily living dalam jangka
lama. Tiap item diukur berdasarkan pada perencanaan sistem yang dibuat oleh
pengkajinya. Penilaian diberikan dengan melihat perlu dan tidaknya seseorang dibantu
dalam melakukan aktifitas. Score yang dihasilkan kemudian dijumlahkan untuk
menghasilkan score total. Semakin tinggi scorenya berarti individu tersebut semakin
mandiri. Sebaliknya bila score rendah berarti ketergantungan. Dalam hal ini
ketergantungan adalah seseorang yang memerlukan bantuan pada salah satu bagian dalam
melakukan suatu aktifitas. Jika seseorang hanya bisa mempunyai ketergantuan 50%
dalam melakukan aktifitas maka bisa disebut “middle” dalam barthel index scorenya.
Score dimulai dari 0 sampai 100.

Kelebihan dan Kekurangan :

Kelebihan: Sederhana dan tidak memakan waktu lama pengulangan pengkajian dengan
interval bisa menunjukkan terjadi perubahan kemampuan pasien.

Kelemahan: Tidak terlalu sensitive terhadap perubahan yang terjadi pada pasien tertentu,
misalnya pada pasien stroke, secara klinis kondisi pasien membaik tapi belum ada
perubahan pada barthel scorenya, demikian pula sebaliknya pasien dengan score
maksimum tapi masih harus mengalami pembatasan dalam beberapa hal seperti,
mengendarai kendaraan, memasak dan membersihkan rumah.

32
Tabel Barthel Index :

Dengan Tanpa
No Aktifitas
bantuan bantuan

1 Makan (jika makan harus dipotong terlebih dahulu 5 10


berarti memerlukan bantuan)

2 Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali 5-10 15


(termasuk duduk tegak di tempat tidur)

3 Personal toilet (mencuci muka, menyisir rambut, 0 5


bercukur, membersihkan gigi)

4 Duduk dan berdiri dari toilet (cara memegang pakaian, 5 10


mengelap, menyiram WC

5 Mandi sendiri 0 5

6 Berjalan di permukaan yang berbeda (jika tidak bisa 0 5


berjalan, penggunaan kursi roda)

7 Naik turun tangga 5 10

8 Berpakaian (termasuk di dalamnya mengikat tali 5 10


sepatu, mengencangkan dan mengendorkan)

9 Mengontrol BAB 5 10

10 Mengontrol BAK 5 10

3. FUNCTIONAL STATUS INDEX


Biasanya digunakan pada pasien Rematik yang sering mengalami nyeri pada tulang dan
sendi

Jenis kegiatan Bantuan Nyeri Kesulitan Komentar

Pergerakan

Berjalan ________

Menaiki tangga ________

Berpindah dari dan ke ________

Toilet

Masuk dan keluar kamar tidur ________

33
Perawatan diri

Menyisir rambut ________

Memakai celana ________

Mengancing baju ________

Mandi & membersihkan tubuh ________

Memakai sepatu/sandal ________

Kegiatan rumah tangga

Membersihkan karpet ________

Mengambil benda yang tinggi ________

Mencuci baju ________

Membersihkan jendela ________

Membersihkan halaman ________

Aktivitas tangan

Menulis ________

Membuka kotak ________

Memutar kran ________

Memotong makanan ________

Pekerjaan

Tampilan pekerjaan ________

Tanggung jawab ________

Avocasional

Melakukan hobi ________

Melakukan pekerjaan tangan ________

34
Ke tempat ibadah ________

Sosialisasi dengan teman ________

Keterangan :

Dengan Bantuan

1. Tidak memerlukan alat


2. Memerlukan bantuan alat
3. Memerlukan bantuan orang lain
4. Memerlukan bantuan orang lain dan alat
5. Tidak bisa apa-apa

Sakit/ Nyeri

1. Tidak sakit
2. Sakit ringan
3. Sakit sedang
4. Sakit berat

Tingkat kesulitan

1. Sangat mudah
2. Mudah
3. Sedang
4. Sulit
5. Sangat sulit

35
4. INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING
Instrumen ini menggambarkan sejauh mana kondisi dasar ADL lansia, diperlukan untuk
menentukan atau mengetahui sejauh mana dan jenis aktivitas sehari-hari apa yang dapat
dilakukan oleh lansia secara mandiri, membutuhkan bantuan atau tidak dapat melakukan
sendiri.

Keterangan :

I : Independent

A : Assisten

D : Dependent

Daftar pertanyaan berupa :

1. Kemampuan menggunakan telepon


I : Mengoperasikan telepon dengan inisiatif sendiri

A : Menjawab telepon dan mencet beberapa nomor yang telah dihafal

D : Tidak menggunakan telepon sama sekali

2. Menggunakan transportasi
I : Bepergian secara mandiri (dengan angkutan umum/ menyetir mobil)

A : Dapat melakukan perjalanan tapi tidak bisa sendirian

D : Tidak melakukan perjalanan sama sekali

3. Kemampuan belanja
I : Dapat berbelanja sendiri dengan transportasi yang ada

A : Dapat berbelanja tapi tidak sendiri

D : Tidak dapat berbelanja

4. Kemampuan menyiapkan makanan


I : Dapat merencanakan dan memasak sendiri

A : Dapat menyiapkan bahan masakan tapi saat memasak harus dibantu

D : Tidak dapat menyiapkan makanan

36
5. Melakukan pekerjaan rumah
I : Dapat melakukan pekerjaan rumah yang berat (menyikat lantai)

A : Dapat melakukan pekerjaan yang ringan

D : Tidak dapat melakukan sendiri

6. Menyiapkan dan menggunakan obat-obatan


I : Dapat menyiapkan dan minum obat dengan dosis yang tepat

A : Dapat menyiapkan obat-obatan tapi harus diingatkan jadwal minum obat

D : Tidak dapat melakukan semua sendiri

7. Menggunakan keuangan
I : Dapat mengatur keuangan, menulis cek dan membayar tagihan

A : Dapat mengatur keuangan untuk belanja sehari-hari, tapi membutuhkan


bantuan untuk menulis cek dan membayar tagihan

D : Tidak dapat melakukan semua sendiri

37
5. STATUS MENTAL QUESTIONNAIRE
Digunakan untuk mendeteksi persentasi dan derajat gangguan intelektual yang terdiri dari
10 pertanyaan tentang tes orientasi, memori dan kemampuan matematika.

Daftar pertanyaan terdiri dari :

Yang harus diisi oleh perawat

Nama Pasien : Tanggal :

Jenis Kelamin : (L/P) :

Suku :

Tamat Terakhir : Tahun,

Nama Perawat :

Yang diajukan pertanyaan kepada lansia

1. Tanggal berapa hari ini (tanggal, bulan, tahun) ?


2. Hari apa ini ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Berapa nomor telephone anda ? (Bila lansia memiliki telephone) atau
Dimana alamat anda ? (ditanyakan apabila tidak punya nomor telephone)

5. Berapa umur anda saat ini ?


6. Kapan anda dilahirkan ?
7. Siapa presiden kita saat ini ?
8. Siapakah presiden kita sebelum ini ?
9. Siapakah nama ibu anda ?
10. Berapakah 20 dikurangi 3, hasilnya dikurang 3 dan seterusnya ?

Keterangan :

 Pertanyaan 1, benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan, dan tahun dengan
tepat
 Pertanyaan 2, benar apabila tepat menyebutkan hari
 Pertanyaan 3, benar apabila dapat mendeskripsikan tempat dengan benar
 Pertanyaan 4, benar apabila dapat menyebutkan nomor telephonenya dengan tepat
 Pertanyaan 5, benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
 Pertanyaan 6, benar apabila menjawab tanggal, bulan, dan tahun, sesuai dengan
identitas diri
 Pertanyaan 7, benar apabila dapat menyebutkan nama presiden saat ini
 Pertanyaan 8, benar apabila dapat menyebutkan nama presiden sebelumnya
 Pertanyaan 9, benar apabila dapat menyebutkan ibunya
 Pertanyaan 10, benar apabila dapat mengurangi dengan benar sampai akhir

38
Dalam scoring harus dipertimbangkan 3 level pendidikan,

1. Orang yang hanya menyelesaikan beberapa tingkat pendidikan (SD/SMP)


2. Orang yang menyelesaikan tingkat pendidikan SMU
3. Orang yang menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi (universitas)

Penilaian Hasil :

 Salah 0 – 2 fungsi mental masih utuh


 Salah 3 – 4 tingkat gangguan mental ringan
 Salah 5 – 7 tingkat gangguan mental sedang
 Salah 8 – 10 tingkat gangguan mental berat

Tingkat toleransi hasil berdasarkan tingkat pendidikan :

 SD ditolerir salah 1-2


 Tamatan SMA hanya boleh satu salah
 Perguruan tinggi tidak boleh salah

6. MINI MENTAL STATE EXAMINATION


 Merupakan pengkajian komprehensif yang mengukur memori jangka pendek, memori
jangka panjang, orientasi, perhatian, perhitungan, registrasi, bahasa, pemahaman dan
meniru gambar.
 Tes aspek kognitif dari fungsi mental yang meliputi tes orientasi, registrasi, perhatian,
perhitungan, recall, dan bahasa
 Daftar pertanyaan terdiri dari :

a. Orientasi waktu (5)


Tahun

Bulan

Tanggal

Hari

Musim

b. Orientasi tempat (5)


Negara

Kota

Wilayah

Kecamatan

Gedung

39
c. Menyebutkan 3 kata (3)
d. Tes perhatian dan menghitung (5)
Menghitung mundur tujuh angka

Mengeja kata dari belakang

e. Mengulang kembali tiga kata yang sudah disebutkan pada point 3 (3)
f. Menyebutkan nama benda kita ditunjuk (2)
g. Mengulangi kata-kata yang kita ucapkan (1)
h. Memahami dan melakukan perintah (3)
i. Meminta lansia untuk menuliskan sebuah kalimat (1)
j. Meminta lansia untuk meniru sebuah gambar sederhana (1)

 Score tertinggi adalah 30


 Jika score kurang dari 21 hal ini mengindikasikan adanya kerusakan cognitif yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
 Loss of short – term merupakan tanda adanya Dimensia
 Pada alzheimer disease, item yang biasanya hilang yaitu : mengulang 3 kata
 Sebagai perawat yang mempunyai keahlian dalam tes status mental, perawat
seharusnya tahu/ sadar pola tipical Dimensia. Score rendah tanpa kerusakan pada
mengulang kata, orientasi waktu, dan menghitung mungkin mengindikasikan
diagnosis lain selain Dimensia.

7. GERIATRIC DEPRESION SCALE


 GDS diambil dari 30 pertanyaan yang merupakan instrumen yang didesign secara
khusus untuk screening depresi pada lansia.
 Pertanyaan yang dijawab mendapatkan score sampai 9 dianggap normal, score 10-19
mengindikasikan depresi ringan, score lebih dari 20 mengindikasikan depresi berat.
 Keuntungan utama dari GDS daripada scala depresi yang lain adalah bahwa GDS
tidak melibatkan hal-hal somatik yang mungkin mengacaukan deteksi depresi lansia,
orang-orang dengan penyakit fisik
 GDS telah divalidasi penggunaannya baik pada lansia normal dan mereka yang
menjalani treatment untuk depresi dalam setting yang berbeda
 Daftar pertanyaan GDS
1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ? (no)
2. Apakah anda telah menurun pada banyak aktifitas dan ketertarikan ? (yes)
3. Apakah anda merasa hidup anda kosong ? (yes)
4. Apakah anda sering bosan ? (yes)
5. Apakah anda berharap tentang masa depan ? (no)
6. Apakah anda direpotkan oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat keluar dari kepala
anda ? (yes)
7. Apakah anda pada keadaan semangat sepanjang waktu ? (no)
8. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (yes)
9. Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu ? (no)
10. Apakah anda sering merasa tak berdaya ? (yes)
11. Apakah anda sering gelisah dan resah ? (yes)

40
12. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan melakukan hal
yang baru ? (yes)
13. Apakah anda sering khawatir tentang masa depan ? (yes)
14. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan ingatan daripada
kebanyakan ? (yes)
15. Apakah anda pikir hidup anda menakjubkan ? (no)
16. Apakah anda sering merasa murung dan sedih ? (yes)
17. Apakah anda merasa benar-benar tidak berharga dengan cara hidup anda sekarang
? (yes)
18. Apakah anda khawatir banyak tentang masa lalu anda ? (yes)
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang sangat menyenangkan ? (no)
20. Apakah sulit bagi anda untuk memulai proyek yang baru ? (yes)
21. Apakah anda merasa bertenaga ? (no)
22. Apakah anda merasa putus asa pada situasi anda ? (yes)
23. Apakah anda berfikir kebanyakan orang lain lebih baik daripada anda ? (yes)
24. Apakah anda sering marah pada hal-hal yang kecil ? (yes)
25. Apakah anda merasa seperti ingin menangis ? (yes)
26. Apakah anda mempunyai gangguan konsentrasi ? (yes)
27. Apakah anda menikmati bangun di pagi hari ? (no)
28. Apakah anda lebih senang menghindari perkumpulan sosial ? (yes)
29. Apakah mudah bagi anda untuk mengambil keputusan ? (no)
30. Apakah pikiran anda sejernih saat dulu ? (no)

 Keterangan penilaian GDS


1. Nilai normal untuk GDS adalah 4 + 5
2. Nilai depresi ringan adalah 6 + 15
3. Nilai depresi berat adalah 16 + 23

41
Lampiran 4

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gambaran ringkas perubahan yang terjadi secara fisiologis pada system tubuh dan
gambaran teoritis penyakit yang lazim ditemukan pada lansia akibat proses penuaan oleh
proses penuaan meliputi : definisi, etiologi, tanda dan gejala, serta patofisiologi.

2. Proses Keperawatan
Menjelaskan proses keperawatan secara teoritis meliputi : tahapan pengkajian utama dan
tambahan (fungsional), diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi.

3. Referensi.

42
Lampiran 5

FORMAT LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK BESAR

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang : Jelaskan latar belakang baik statistik maupun masalah


kesehatan yang lazim terjadi pada usia lanjut baik yang berada pada institusi
pelayanan kesehatan lansia maupun yang berada di masyarakat serta
keluarga.

B. Tujuan : Jelaskan apa yang menjadi tujuan praktek saudara di sasana tresna
werdha (STW).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Asuhan Keperawatan pada lansia sesuai temuan/ data dan kebutuhan (Needs)
saat ini

B. Terapi aktifitas kelompok/ kegiatan/ latihan yang diperlukan saat ini.

BAB III LAPORAN PRAKTEK PROFESI

A. Jumlah presepti praktek

B. Waktu pelaksanaan praktek

C. Tempat : (wisma apa saja)

D. Preseptor klinik

E. Kegiatan

1. Kegiatan individu disajikan rekap kasus kelolaan dalam, tabel yang


berisi: nama presepti, kasus kelolaan, initial nama werdha, diagnosa
media, diagnosa keperawatan (lampiran rekap kasus kelolaan)

2. Kegiatan Kelompok Kecil : Dilaporkan kegiatan kelompok kecil di tiap


wisma secara tertulis lengkap dengan Satuan Acara Penyuluhan, materi
dan media yang digunakan

3. Kegiatan Kelompok Besar : Merupakan uraian kegiatan yang dilakukan


oleh seluruh praktikan pada saat terminasi dilakukan. Disampaikan
secara rinci bagaimana kegiatan terminasi yang menjadi tanggung jawab
kelompok besar dilaksanakan.

F. Faktor pendukung dan penghambat

43
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan : apa yang kelompok dapatkan selama berproses dan bagaimana


profesional development yang akan dilakukan oleh kelompok

B. Saran : ditujukan kepada siapa dan harus jelas saran yang disampaikan.

REFERENSI

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Satuan Acara Penyuluhan

Proposal Kegiatan

Kuesioner

Foto dan atau Video Kegiatan

44
Lampiran 6

FORMAT PENILAIAN LAPORAN PENDAHULUAN

No Kriteria Penilaian 5 4 3 2 1

1 Perubahan fisiologis pada lansia

2 Definisi, etiologi, tanda dan gejala

3 Patofisiologi

4 Proses keperawatan

5 Referensi (minimal 3 buku)

Bobot Nilai :

5 = Laporan dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran, mampu


mempertanggungjawabkan isi laporan, dan menggambarkan spesifikasi proses
penuaan secara teoritis dan terorganisir dan efisien.

4 = Laporan sesuai dengan tujuan pembelajaran, isi laporan lengkap,


menggambarkan spesifikasi proses penuaan secara teoritis tapi kurang
terorganisir

3 = Laporan dikerjakan dengan baik, cukup memuaskan, sebagian besar sesuai


tujuan pembelajaran

2 = Laporan cukup memuaskan, tugas dikerjakan dengan baik dan dipahami

1 = Laporan tidak dikerjakan dengan baik, kurang memahami teori yang terkait
serta tidak lengkap

Lampiran 7

FORMAT PENILAIAN LAPORAN KASUS

45
No Kriteria Penilaian 5 4 3 2 1

Pengkajian menggambarkan spesifikasi


1
perubahan karena penuaan

Terdapat pengkajian fungsional sesuai kondisi


2
pasien

3 Analisa masalah yang sesuai

4 Diagnosa keperawatan (minimal 3)

5 Menggambarkan rencana tindakan

6 Melakukan implementasi

7 Melakukan evaluasi

Bobot Nilai :

5 = Laporan dibuat sesuai dengan kondisi pasien, mampu


mempertanggungjawabkan isi laporan, dan menggambarkan spesifikasi proses
penuaan dan tingkat adaptif serta terorganisir dan efisien.

4 = Laporan sesuai dengan kondisi pasien, isi laporan lengkap, menggambarkan


spesifikasi proses penuaan tapi kurang terorganisir

3 = Laporan dikerjakan dengan baik, kurang menggambarkan spesifikasi proses


penuaan tapi terorganisir dengan baik

2 = Laporan cukup memuaskan, kurang menggambarkan spesifikasi proses


penuaan dan kurang terorganisir

1 = Laporan tidak dikerjakan dengan baik, kurang memahami kondisi lansia serta
tidak lengkap

Lampiran 8 FORMAT PENILAIAN SUPERVISI

ASPEK PENILAIAN 4 3 2 1 0

PERSIAPAN

a. Persiapan pasien/klien
b. Persiapan lingkungan
c. Persiapan perawat
d. Persiapan media/alat bantu
PELAKSANAAN

46
1. FASE PERTEMUAN
a. Memberi salam, melakukan
orientasi
b. Menyebutkan tujuan pertemuan
c. Memperhatikan kondisi lansia
(here and now)
d. Melakukan modifikasi rencana
dengan masalah yang dihadapi saat
ini
2. TEKNIK KOMUNIKASI & MEDIA
a. Menggunakan prinsip-prinsip
pendekatan pada lansia
b. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik
c. Mendorong peran aktif klien
d. Menggunakan media dan
komunikasi dengan tepat
3. PELAKSANAAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
a. Kesesuaian materi
penyuluhan/latihan/dengan
kebutuhan klien
b. Penguasaan materi
c. Kemampuan menjawab pertanyaan
klien
d. Kepekaan terhadap kebutuhan
klien saat implementasi
e. Mengevaluasi respon klien
4. TERMINASI
a. Mengklarifikasi hasil yang telah
dicapai dan disetujui
b. Membuat rencna tindakan yang
akan dilakukan berikutnya
c. Menyampaikan rencana tindak
lanjut
d. Menyampaikan tugas klien dan
keluarga

Tak ada Sebagian kecil Beberapa Sebagian besar Semua ukuran


penampilan di penampilan penampilan ada penampilan penampilan
atas didemonstrasikan tetapi ada yang adekuat didemonstrasikan
kurang adekuat

0 1 2 3 4

47
Score

0–4 : D

5 – 10 : C

11 – 18 : B

19 – 25 : A

Nilai Akhir

Angka :

Lampiran 9 FORMAT PENILAIAN KEGIATAN KELOMPOK

No Kriteria Penilaian Bo Nilai Presepti


bot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bina hubungan dengan lansia 5

2 Identifikasi kebutuhan kegiatan 10


yang sesuai dan kondisi
lingkungan yang berbahaya untuk

48
lansia

3 Merumuskan rencana kegiatan 10


(jenis kegiatan, waktu, tempat dan
pelaksana)

4 Melibatkan kelompok lansia dan 10


petugas panti

5 Memotivasi lansia untuk dapat 5


berperan aktif dalam kegiatan

6 Melaksanakan kegiatan secara 20


terorganisir sesuai rencana

7 Menggunakan media yang tepat 10


sesuai kebutuhan

8 Mengatasi masalah yang timbul 10


selama aktivitas

9 Menerima ide dari lansia, petugas 10


serta pihak lain yang terkait

10 Menyusun dan 10
mendokumentasikan laporan
secara tertulis hasil dari
pelaksanaan kegiatan

Jumlah

Catatan preseptor klinik :

Kegiatan :

Tanggal :

Preseptor klinik :

Lampiran 1

DAFTAR HADIR PRESEPTI

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA :

NIM :

N HARI/TGL JAM JAM PARAF PARAF


O DATANG PULANG PRESEPTI PRESEPTOR

49
KLINIK

10

11

12

13

14

15

16

Lampiran 11 FORMAT PENILAIAN PRE DAN POST CONFERENCE

Ke
Presepti
t
No Aspek Penilaian Bobot
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0

1 Membuat rencana kegiatan 15


harian

2 Menyampaikan rencana 20
asuhan keperawatan

3 Menyampaikan hasil asuhan 20


keperawatan

4 Memberikan masukan 30
(tanggapan, ide terhadap
asuhan keperawatan)

50
5 Memberikan respon (kognitif 15
dan afektif terhadap
masukan)

Jumlah 100

Tanggal : ……………………..……....

Preseptor klinik : …………..………………....

Nama Presepti : 1. ………………………….

2. ………………………….

3. ………………………….

4. ………………………….

5. ………………………….

6. ………………………….

7. ………………………….

8. ………………………….

9. ………………………….

10.………………………….

51
DAFTAR NAMA PRESEPTI

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

ANGKATAN, 2019/2020

KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III

Pembimbing : Siti Fatimah Pembimbing : M. Idris Pembimbing : Mulyanah


Abdulhaq

1. Rani Kumalasari 1. Fitri Rahayu 1. Yusmanizar


2. Kartika Sari 2. Hanan Afdya Maharani 2. Afdella Modesvi R
3. Lilis Nurcholifah 3. Eka Novita Putri 3. Sri Yarsuningsih
4. Rahmawati 4. Nur Azmi Amelia 4. Rini Dianawati
5. Dian Esthi Arisandi 5. Maria Magdalena 5. Citra Laras Mutiiara
6. Wiwik Wijayanti 6. Heny Kurniawaty 6. Triastika Ratna
7. Agoes Triana 7. Sarah Susilawati
1.
KELOMPOK IV KELOMPOK V KELOMPOK VI

Pembimbing : Imelda Pembimbing : Kusdiah Eny Pembimbing : Ibnu Abas


Pujiharti

1. Mumun Mulyani 1. Ferdiaztuti 1. Teguh Ardianto


2. Rizki Padliah 2. Adhitya Curigo 2. Agus Suwoko
3. Reni Tri Untari 3. Ari Widyastuti 3. Woro Andini
4. Eka Novita Sari 4. Risa Fitrianingtias 4. Fitria Nuraeni
5. Margalinda Ayuningti 5. Hikmah Mutiara Dini 5. Septiana Rahma Dewi
6. Ratu Nur Aisyah 6. Lusiana Ardhalilah 6. Fitri Mufrihatin
7. Kacih 7. Anita Kurniati 7. Zainal Abidin
1.

52
53

Anda mungkin juga menyukai