Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKKUM

SISTEMATIKA HEWAN
PISCES

OLEH:

NAMA : ADINDA PUTRI ABRANI


NIM : 08041281924040
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : RACHMAH ISWARA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hewan adalah organisme yang tidak mempunyai klorofil, mampu bergerak,
atau tidak. Tidaknya menggerakkan tubuhnya dan tersusun dari banyak sel. Hewan
dapat dikelompokkan berdasarkan atas dua atau tidaknya. Yaitu hewan beruas tulang
belakang (vertebrata) dan hewan tidak beruas tulang belakang (invertebrata). Secara
umum struktur dan susunan tubuh hewan invertebrata adalah rangka tubuh yng
terletak diluar, tidak  memiliki ruas tulang belakang, dan letak susunan saraf berada
dibawah saluran pencernaan (Kadaryanto, 2003).
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang
memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut
vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata
dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, “lintah laut”, atau
hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui (Djuhanda, 1974).
Vertebrata yang pertama kalinya ditemukan sebagai fosil adalah ikan yang
tidak mempunyai rahang. Ostrakodermi  beberapa terdapat di dalam batu-batuan.
Ordovisium meskipun pada zaman silur mereka terdapat dalam jumlah yang lebih
banyak. Hewan ini adalah ikan pipih yang relative berukuran kecil dengan ukuran
sekitar 15 sampai 30 cm. Dengan ukurannya tersebut, diperkirakan hidup dengan
mengisap zat-zat organik dari dasar sungai tempat mereka hidup. Pertukaran gas
terjadi pada pasangan-pasangan insang antenna, dengan tiap insang ditunjang oleh
satu lengkung tulang. Air masuk melalui mulut, melalui insang dan keluar melalui
serangkaian kantung insang yang bermuara di permukaan (Kimball 1983).

1.2. Tujuan Praktikkum


Untuk mengamati dan mengenal ciri morfologi beberapa spesies anggota filum
Pisces.

Universitas Sriwijaya
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisces
Pisces disebut hewan poikiloterm karena suhu tubuh tidak tetap  (berdarah
dingin), yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang
(operculum) dan dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi
untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada ikan jantung terdiri atas satu
serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala dan badan. Ikan berenang dengan
bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi jenis ikan berbeda-beda.(Campbell, 2004).
Secara taksonomi, ikan tergolong ke dalam kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya,
kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan Osteichtyes. Ciri- ciri kelas
Agnatha adalah   mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris  tubuh
halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan,
cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang terletak dalam
kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh (Brotowidjoyo,1995).
Ikan bertulang rawan sebagian besar hidup di laut. Hewan yang bertulang
rawan di antaranya termasuk hiu, ikan pari, dan chimaera. Hiu bertubuh langsing.
Bagian atas sirip ekornya lebih panjang daripada bagian bawah. Hiu tidak memiliki
kantung udara. Ikan pari berbadan pipih atas bawah.Tubuh pipihnya berperan untuk
menyembunyikan diri di dasar perairan dan untuk menggali pasir guna mencari
makanan berupa hewan lunak dan udang-udangan. Beberapa jenis ikan pari memiliki
duri pada ekornya yang seperti pecut dan berfungsi untuk melindungi dari serangan
musuh.Jenis lainnya juga ada yang memiliki sengatan listrik (Yasin, 1984).
Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik pada ikan bertulang
rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam terdiri dari hiu dan
ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies ikan tidak umum yang
disebut chimaera atau ratfish. Chondrichthyes memiliki kerangka bertulang rawan

Universitas Sriwijaya
dan kerangka bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang
setelahnya (Campbell, 2004).
Ciri-ciri Kelas Osteichthyes yaitu kulit ditutupi dengan sisik dermal yang pipih
atau plat tulang, tapi kadang-kadang tidak bersisik. Rahang merupakan struktur yang
kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama tulang dermal. Pada
umumnya rangka terdiri atas tulang sejati, tapi tulang rawan terdapat pada beberapa
golongan (Coelacanthiformes dan Acipenseridae). Ruang insang ditutupi dengan tiga
tulang dermal yang besar disebut operculum. Tiap lengkung insang berfilamen
(septum direduksi dan tidak melebihi panjang filamen). Paru-paru berkembang
sebagai penonjolan keluar dari saluran pencernaan makanan (Alamsjah,1974).
Ikan bertulang sejati umumnya adalah perenang yang dapat mengontrol arah,
siripnya yang lentur lebih sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan
dengan sirip hiu yang lebih kaku. Ikan bertulang keras yang paling cepat, yang dapat
berenang dalam jarak pendek dengan kecepatan mencapai 80 km/jam, memiliki
bentuk badan dasar yang sama dengan hiu. Ternyata, bentuk tubuh ini yang disebut
fusiform yang sangat umum ditemukan pada semua ikan perenang cepat dan
mamailia air seperti anjing laut dan paus. Air kurang lebih ribuan kali lebih rapat
dibandingkan dengan udara dan dengan demikian tonjolan sedikit saja yang
menyebabkan gesekan akan lebih mengganggu pada ikan dibandingkan pada burung.
Terlepas dari asal usul mereka yang berbeda, kita seharusnya memperkirakan bahwa
ikan perenang cepat dan mamalia laut memiliki bentuk yang langsing karena hukum
hidrodinamika bersifat universal. Inilah contoh lain evolusi kovergen (Sjafei, 1989).
Ikan bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam berbagai hal.
Salah satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru dan gelembung renang
sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan. Gelembung renang merupakan
alat hidrostatik, sedangkan paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subkelas ikan
bertulang sejati yaitu Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di
dalamnya termasuk Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan
leluhur dari tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada Actinopterygii,
divertikulum dari usus depan menjadi gelembung renang (Kimball, 1983).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 01 Maret 2021 pada
pukul 15.30 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Jalan PDAM, Lorong Mandi
Api, Perumahan Bukit Tirta Asri, No.144, Rt. 69, Rw.03, Kecamatan Ilir Barat 1,
Kelurahan Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan.

3.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum yakni bak preparat dan pinset. Adapun
bahan yang digunakan adalah spesies yang termasuk filum Pisces

3.3. Cara Kerja


Pertama, preparat diambil dengan hati-hati. Selanjutnya, preparat diletakkan di
atas bak preparat. Amati bagian-bagiannya dengan seksama. Hasil pengamatan
preparat digambar dan diberi keterangan serta dideskripsikan. Klasifikasi preparat
tersebut ditulis.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Oreochromis niloticus

R = 20,8 cm
1 Totallength : RD= 23,5 cm 17 Dorsal soft rays : 10
wp= 19 cm
R = 17,5
-,
2 Standardlength : WP=15 18 Pectoral fin spines :
1
RD=18
12,
3 Bodydepth : R = 7,31 19 Pectoral soft rays :
8
4 Pre-dorsal length : R = 5,2 20 Pelvic fin spines :
1
5 Pre-pelvic length : 7,5 21 Pelvic soft rays :
5
3
6 Head length : 6 22 Anal fin spines :
3
6
7 Pre-orbital length : 2,3 23 Anal soft rays :
8
2
8 Eye diameter : 1,5 24 Caudal fin spines :
2
9 Post-orbital length : 3 25 Caudal soft rays : 12
7,5
10 Pectoral length : Rumus Sirip:

Dorsal-fin base D. XVI


11 : R = 12,5
length D. 10

12 Pelvic-fin base : P. –,
5 P. I
length
P. 12, P. 8
13 Caudal peduncle : 2,5
length V. I
14 Peduncle depth : 2,55
V.
15 Anal-fin base
: 4
length
16 Dorsal fine spines : 16

Universitas Sriwijaya
4.1.2. Clarias batrachus

1 Total length : 24 cm 17 Dorsal soft rays : 66

2 Standard length : 20 cm 18 Pectoral fin spines : 1

3 Body depth : 3cm 19 Pectoral soft rays : 6

4 Pre-dorsal length : 7,5cm 20 Pelvic fin spines : -

5 Pre-pelvic length : 10 cm 21 Pelvic soft rays : 4

6 Head length : 4,5cm 22 Anal fin spines : -

7 Pre-orbital length : 1,5 cm 23 Anal soft rays : 43

8 Eye diameter : 0,4 cm 24 Caudal fin spines : -

9 Post-orbital length : 1 cm 25 Caudal soft rays : 18

2 cm
10 Pectoral length : Rumus Sirip:

D.-, D. 66
11 Dorsal-fin base : 15 cm
length P. I, P. 6

12 Pelvic-fin base : V. -, V. 4
1,5cm
length
A. -, A. 43
13 Caudal peduncle : 0,5-,cm
C. C. 18
length

14 Peduncle depth : 2 cm

15 Anal-fin base
: 8,5 cm
length

16 Dorsal fine spines : -

4.1.3.Anabas testudineus

Universitas Sriwijaya
1 Total length : 16,5 cm 17 Dorsal soft rays : D9

2 Standard length : 13,2 cm 18 Pectoral fin spines : -

3 Body depth : 4,3 cm 19 Pectoral soft rays : P 12

4 Pre-dorsal length : 4,5 cm 20 Pelvic fin spines : VI

5 Pre-pelvic length : 4,6 cm 21 Pelvic soft rays : V8

6 Head length : 3,7 cm 22 Anal fin spines : A XI

7 Pre-orbital length : 0,5 cm 23 Anal soft rays : A9

8 Eye diameter : 0,7 cm 24 Caudal fin spines : -

9 Post-orbital length : 2,6 cm 25 Caudal soft rays : C 17


3 cm
10 Pectoral length
Rumus :Sirip :
Dorsal-fin base
D. XVIII. 9 ; A. XI. 9; P. 12; V. I.
11 : 8 cm
length 8; C. 17
Pelvic-fin base
12 : 1 cm
length
Caudal peduncle
13 : 1,1 cm
length

14 Peduncle depth : 2,1 cm


Anal-fin base
15 : 5,4 cm
length
16 Dorsal fine spines : D XVIII

4.2. Pembahasan

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah praktikkan laksanakan sebelumnya,
praktikkan melakukan pengamatan morfometrik dan pengamatan meristik pada
Oreochromis niloticus, Anabas testudineus, dan Clarias batrachus. Morfometri
merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan. Ikan memiliki
bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu dengan ikan yang lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada spesifikasi karakteristik, bentuk dan ukuran
ikan yang hidup di alam ini. Adapun Menurut Effendi (1998), meristik adalah ciri
yang berkaitan dengan jumlah bagian luar tubuh ikan seperti perhitungan jumlah jari
sirip, jumlah sisik, yang dipakai sebagai dasar pembanding dalam penentuan spesies
ikan dalam satu genus.
Adapun hasil yang didapatkan oleh praktikkan dari pengamatan morfometrik
terhadap Oreochromis niloticus adalah total panjang tubuh yang dimulai dari mulut
hingga ekor sebesar 19 cm, ukuran panjang standarnya sebesar 15 cm, body depth
7,31 cm, panjang kepala sebesar 5 cm, diameter pada mata 1,5 cm, panjang pre-
orbital sebesar 2,3 cm, panjang pre-dorsal sebesar 5,2 cm, panjang pre-pelvic sebesar
7,5 cm, panjang post-orbital sebesar 2,3 cm, panjang pectoral sebesar 7,5 cm,
panjang dorsal-fin sebesar 12,5 cm, panjang pelvic-fin sebesar 5 cm, panjang caudal
penducle sebesar 2 ,5 cm, penducle depth sebesar 2,5 cm, dan panjang anal-fin
sebesar 2,5 cm.
Selanjutnya hasil yang didapatkan praktikkan dari pengamatan morfometrik
pada Clarias batrachus ialah adalah total panjang tubuh yang dimulai dari mulut
hingga ekor sebesar 24 cm, ukuran panjang standarnya sebesar 20 cm, body depth
sebesar 3 cm, panjang kepala sebesar 4,5 cm, diameter pada mata 0,4 cm, panjang
pre-orbital sebesar 1,5 cm, panjang pre-dorsal sebesar 7,5 cm, panjang pre-pelvic
sebesar 10 cm, panjang post-orbital sebesar 1 cm, panjang pectoral sebesar 2 cm,
panjang dorsal-fin sebesar 15 cm, panjang pelvic-fin sebesar 1,5 cm, panjang caudal
penducle sebesar 0 ,5 cm, penducle depth sebesar 2 cm, dan panjang anal-fin sebesar
8,5 cm.
Adapun hasil yang didapatkan praktikkan dari pengamatan morfometrik pada
Anabas testudineus ialah adalah total panjang tubuh yang dimulai dari mulut hingga

Universitas Sriwijaya
ekor sebesar 16,5 cm, ukuran panjang standarnya sebesar 13,2 cm, body depth
sebesar 4,3 cm, panjang kepala sebesar 3,7 cm, diameter pada mata 0,7 cm, panjang
pre-orbital sebesar 0,5 cm, panjang pre-dorsal sebesar 4,5 cm, panjang pre-pelvic
sebesar 4,6 cm, panjang post-orbital sebesar 2,6 cm, panjang pectoral sebesar 3 cm,
panjang dorsal-fin sebesar 8 cm, panjang pelvic-fin sebesar 1 cm, panjang caudal
penducle sebesar 1,1 cm, penducle depth sebesar 2,1 cm, dan panjang anal-fin
sebesar 5,4 cm.
Selain pengamatan morfometrik, praktikkan juga melakukan pengamatan
meristik. Oroechromis niloticus mempunyai 16 dorsal fine spines 10 dorsal soft
rays , 1 pectoral fine spines, 12 pectoral soft rays, 1 pelvic fin spines, 5 pelvic soft
rays, 3 anal fin spines, 6 anal soft rays, 2 caudal fin spines, dan 12 caudal soft rays.
Pada Clarias batrachus mempunyai 66 dorsal soft rays , 1 pectoral fine spines, 6
pectoral soft rays, 4 pelvic soft rays, 43 anal soft rays, dan 18 caudal soft rays. Pada
Anabas testudineus didapatkan 9 dorsal soft rays, 12 pectoral soft rays, 1 pelvic fin
spines, 8 pelvic soft rays, 11 anal fin spines, 9 anal soft rays, dan 17 caudal soft
rays.
Clarias batrachus, Oreochromis niloticus, dan Anabas testudineus termasuk ke
dalam kelas Actinopterygii dan mempunyai tulang sejati (Osteichytes) Menurut
Brotowidjoyo (1995), Secara taksonomi, ikan tergolong ke dalam kelompok
paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan
tulang penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan
Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah mulut tanpa rahang, ,tubuh gilig, tubuh
halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan,
dan insang terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh.
Ciri-ciri Kelas Osteichthyes yaitu kulit ditutupi dengan sisik dermal yang
pipih atau plat tulang, tapi kadang-kadang tidak bersisik. Rahang merupakan struktur
yang kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama tulang dermal. Pada
umumnya rangka terdiri atas tulang sejati. Paru-paru berkembang sebagai penonjolan
keluar dari saluran pencernaan makanan (Alamsjah,1974).
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Brotowidjoyo. 1995. Zoologi. Surabaya: penebar Swadaya.

Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Djuhanda,T. 1981. Dunia Ikan. Bandung: Penerbit Armiko.

Effendie, M.I, 1985. Biologi Perikanan (bagian I. Study Natural History). Fakultas
Perikanan IPB. Bogor.

Kadaryanto. 2003. Biologi 2. Jakarta: Yudhistira.

Kimball, john. 1985. Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran


Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Yasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya:
Sinar Wijaya.  

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
Gambar : Clarias batrachus Gambar : Oreochromis niloticus
Sumber : Dokumen Pribadi (2021) Sumber : Dokumen Pribadi (2021)

Gambar : Anabas testudineus


Sumber : Dokumen Pribadi (2021)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai