Anda di halaman 1dari 74

HUBUNGAN HIPERTENSI TERHADAP GAMBARAN

ELEKTROKARDIOGRAM DI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD RIDHO TIYAS PRATAMA


17310183

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi dengan judul :


Hubungan Hipertensi Terhadap Gambaran Elektrokardiogram Di RS Pertamina
Bintang Amin

Nama : MUHAMMAD RIDHO TIYAS PRATAMA


NPM : 17310183

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar proposal.

Bandar Lampung, 4 Februari 2021

Pebimbing I Pebimbing II

(dr.Yesi Nurmalasari, M.kes) (dr. H. Dwi Robbiardy Eksa, M.kes)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi dengan judul :


Hubungan Hipertensi Terhadap Gambaran Elektrokardiogram Di RS Pertamina
Bintang Amin

Nama : MUHAMMAD RIDHO TIYAS PRATAMA


NPM : 17310183

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.

Bandar Lampung, 4 Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

(dr.Yesi Nurmalasari, M.kes) (dr. H. Dwi Robbiardy Eksa, M.kes)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul skripsi : HUBUNGAN HIPERTENSI TERHADAP GAMBARAN


ELEKTROKARDIOGRAM DI RS PERTAMINA BINTANG
AMIN

Nama : Muhammad Ridho Tiyas Pratama

NPM : 17310183

Fakultas : Kedokteran

Jurusan : Kedokteran umum

MENYETUJUI
1. Komisi Pebimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Yesi Nurmalasari, M.kes dr. H. Dwi Robbiardy Eksa, M.kes

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

dr. Toni Prasetya, Sp. PD., FINASIM

iv
MENGESAHKAN

Tim Penguji

Pembimbing I : dr.Yesi Nurmalasari, M.kes ..………

Pembimbing II : dr.H.Dwi Robbiardy Eksa, M.kes ..………

Penguji : dr.Toni Prasetya, Sp.PD.,FINASIM ………..

1. Dekan Fakultas Kedokteran


Univesitas Malahayati

(dr. Toni Prasetya, Sp. PD.,FINASIM)

Tanggal lulus ujian skripsi :

v
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MUHAMMAD RIDHO TIYAS PRATAMA
NPM : 17310183
Judul Skripsi : “Hubungan hipertensi terhadap gambaran elektrokardiogram
di RS Pertamina Bintang Amin”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan

maupun kegiatan Programming yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika

terdapat karya orang lain, saya akan mencatumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilan

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

di Universitas Malahayati.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Bandar Lampung, 4 Maret 2021

Materai

Muhammad Ridho Tiyas Pratama


17310183

vi
BIODATA PENULIS

Nama : Muhammad Ridho Tiyas Pratama


NPM : 17310183
Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 12 Juli 1999
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Wartawan No.1 Gunung sulah, Way Halim, Bandar
Lampung
Email : Ridhotiyas1@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1.SD AL-AZZHAR 2 Bandar Lampung, Tahun 2005 – 2011
2. SMP Negeri 22 Bandar Lampung, Tahun 2011 – 2013
3. SMA YP UNILA Bandar Lampung, Tahun 2014 – 2017
4. Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran Umum,
Universitas Malahayati Bandar Lampung, Tahun 2017 –
Sekarang

Bandar Lampung, 4 Februari 2021

Muhammad Ridho Tiyas Pratama

vii
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, Februari 2021
Muhammad Ridho Tiyas Pratama

HUBUNGAN HIPERTENSI TERHADAP GAMBARAN


ELEKTROKARDIOGRAM DI RS PERTAMINA BINTANG AMIN
xvii + 41 Halaman + 7 Tabel + 9 Gambar + Lampiran

ABSTRAK

Latar belakang: Peningkatan tekanan darah (Hipertensi) merupakan salah satu kasus
penyakit tidak menular yang sering kita lihat sehari – hari. Hipertensi merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya gagal jantung. Beberapa studi juga menyatakan
bahwa dengan penurunan tekanan darah berhubungan erat dengan perbaikan
hipertrofi ventrikel kiri. (Arieska Ann S. et al, 2015). Peningkatan massa otot jantung
ini kemudian dapat menimbulkan perubahan pola dalam kompleks QRS pada EKG
yang dilihat melalui gelombang R dan gelombang S. (Henry, 2016)
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan hipertensi terhadap gambaran
elektrokardiogram di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode analitik kualitatif. populasi
pada penelitian ini adalah pasien yang tercatat di rekam medik RS Pertamina Bintang
Amin Kota Bandar Lampung Periode Januari 2019 – November 2020 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampling menggunakan Total
Sampling.
Hasil: Distribusi frekuensi pada penelitian ini yaitu hipertensi derajat 2 sebanyak 12
orang (60%). Kemudian hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang (40%). Dengan
gambaran EKG Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH) yaitu sebanyak 14
orang (70%) dan diikuti gambaran Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sebanyak 6
orang (30%).Berdasarkan uji kolerasi Chi-Square dari 20 sampel yang di periksa
didapatkan nilai Pearson Chi-Square sebesar 0.163 atau p>0,05.
Kesimpulan: Tidak Terdapat hubungan antara hipertensi terhadap gambaran
elektrokardiogram pada sampel di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.

Kata Kunci : Hipertensi, EKG, LVH, Non-LVH


Pustaka: 20 (2013-2020)

viii
FACULTY OF MEDICINE
MALAHAYATI UNIVERSITY
Thesis, February 2021
Muhammad Ridho Tiyas Pratama

HYPERTENSION RELATIONSHIP TOWARDS OVERVIEW OF


ELECTROCARDIOGRAM AT PERTAMINA BINTANG AMIN HOSPITAL

xvii + 41 Pages + 7 Tables + 9 Pictures + Attachments

ABSTRACT

Background: Increased blood pressure (hypertension) is one of the cases of non-


communicable disease that we often see everyday. Hypertension is one of the main
causes of heart failure. Some studies also suggest that a decrease in blood pressure is
closely related to improve of left ventricular hypertrophy. (Arieska Ann S. et al,
2015). The increases in heart muscle mass can cause an changes in the QRS complex
pattern on the ECG seen through the R wave and S wave (Henry, 2016)
Research Objectives: Relationship between hypertension and the electrocardiogram
overview at Pertamina Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung.
Research Methods: This study uses a qualitative analytic method. The population in
this study were patients who were recorded in the medical records of Pertamina
Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung City for the period January 2019 -
November 2020 who met the inclusion and exclusion criteria. The sampling
technique uses total sampling.
Results: The frequency distribution in this study was hypertension grade 2 as many
as 12 people (60%) and hypertension grade 1 as many as 8 people (40%). With a
picture of the Non - Left Ventricular Hypertrophy (Non - LVH) ECG as many as 14
people (70%) and followed by a Left Ventricular Hypertrophy (LVH) picture of 6
people (30%). Based on the Chi-Square correlation test of the 20 samples examined
obtained Pearson Chi-Square value of 0.163 or p> 0.05.
Conclusion: There is no relationship between hypertension and the
electrocardiogram result at Pertamina Bintang Amin hospital, Bandar Lampung.

Keywords: Hypertension, ECG, LVH, Non-LVH


Reference: 20 (2013-2020)

ix
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-

nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang judul ” Hubungan

Hipertensi Terhadap Gamabaran Elektrokardiogram ” untuk memenuhi tugas

dan persyaratan dalam menempuh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas atas dukungan dan doa

keluarga, kerabat dan banyak pihak lainnya. Sehingga pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Ahmad Farich, M. M selaku Rektor Universitas Malahayati.

2. dr. Toni Prasetya, Sp. PD., FINASIM. selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati dan pembimbing akademik.

3. dr. Sri Maria Puji Lestari, M.Pd. Ked, selaku Kepala Prodi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.

4. dr. Yesi Nurmalasari, M.kes selaku pembimbing pertama yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu mengarahkan saya

selama penyusunan skripsi ini.

5. dr. H. Dwi Robbiardy Eksa, M.kes selaku pembimbing kedua telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu mengarahkan saya

selama penyusunan skripsi ini

x
6. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan doa dan dukungan

selama menempuh pendidikan kedokteran ini.

7. Sahabat yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Bandar Lampung, 4 Februari 2021

Muhammad Ridho Tiyas Pratama

xi
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………...i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………
ii
LEMBAR ORISINILITAS…………………………………………………….…...vi
BIODATA PENULIS………………………………………………………………vii
ABSTRAK……………………………………………………………...……….….viii
ABSTRACK………………………………………………………………….….......ix
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………..x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...……......xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...
…...xv
DAFTAR
SINGKATAN……………………………………………………….......xvi
DAFTAR
LAMPIRAN............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….4
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………….4
1.3.2 Tujuan
Khusus……………………………………………………….4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………...4
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian………………………………………………....5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tekanan Darah…………………………………………………………….6
2.2 Hipertensi………………………………………………………………….7
2.2.1 Definisi………………………………………………………………
7
2.2.2 Klasifikasi…………………………………………………………...7
2.2.3 Patofisiologi…………………………………………………………7
2.2.4 Faktor Resiko………………………………………………………10
2.2.5 Komplikasi………………………………………………………....13
2.3 Hipertofi Ventrikel……………………………………………………….14
2.3.1 Hipertrofi Ventrikel Kanan…………………………………………
15

xii
2.3.2 Hipertrofi Ventrikel Kiri……………………………………..…..…
16
2.4 Anatomi Jantung…………………………………………………………17
2.5 Sistem Konduksi
Jantung………………………………………………...18
2.6 Elektrokardiogram (EKG)
………………………………………………..19
2.6.1 Morfologi Gelombang P……………………………………….
…...20
2.6.2 Morfologi Kompleks QRS…………………………………………20
2.7 Kerangka Teori…………………………………………………………..21
2.8 Kerangka Konsep………………………………………………………...21
2.9 Hipotesis Penelitian…………………………………………………...…22

BAB III METODE PENELITIAN


7.1 Jenis
Penelitian…………………………………………………………...23
7.2 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………23
3.2.1 Tempat
Penelitian…………………………………………………..23
3.2.2 Waktu Penelitian…………………………………………………...23
7.3 Rancangan Penelitian…………………………………………………….23
7.4 Subyek
Penelitian………………………………………………………...23
3.4.1 Populasi………………………………………………………….…23
3.4.2 Sampel………………………………………………………….
…..24
7.5 Variabel Penelitian……………………………………………………….24
3.5.1 Variabel Independen……………………………………………….24
3.5.2 Variabel Dependen…………………………………………………
25
7.6 Definisi Operasional……………………………………………………..25
7.7 Pengumpulan Data……………………………………………………….25
3.7.1 Bahan Penelitian……………………………………………………
25
3.7.2 Jenis Data…………………………………………………………..25
7.8 Kriteria
Seleksi…………………………………………………………...26
3.8.1 Kriteria Inklusi……………………………………………………..26
3.8.2 Kriteria
Eksklusi…………………………………………………....27
7.9 Pengolahan Data…………………………………………………………26
3.10 Analisi
Data……………………………………………………………..27

xiii
3.11 Alur
Penelitian…………………………………………………………..28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Penelitian……………………………………………………..29
4.2 Hasil Penelitian…………………………………………………………..29
4.2.1 Analisis Univariat……………………………………………….....29
4.2.2 Analisis Bivariat……………………………………………………32
4.3 Pembahasan……………………………………………………………....33
4.3.1 Pembahasan Univariat……………………………………………..33
4.3.2 Pembahasan Bivariat……………………………………………….34
4.4 Keterbatasan Dalam Penelitian…………………………………………..35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan………………………………………………………………38
5.2 Saran……………………………………………………………………..39
5.2.1 Bagi Pemerintah…………………………………………………....39
5.2.2 Bagi Masyarakat……………………………………………….…..39
5.2.3 Bagi Institusi………………………………………………….……39
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………………..40

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII (mmHg)


……………………...6

Tabel 2.2 Variabel tanda vital sesuai


usia…………………………………………….12

Tabel 3.1 Definisi


Oprasional………………………………………………………...24

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan


2……………………………..30

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi gambaran EKG…………………………..


…………...30

xiv
Tabel 4.3 Hipertensi dan Gambaran EKG Crosstabulation …………...
……………...31

Tabel 4.4 Hubungan Hipertensi Terhadap Gambaran


Elektrokardiogram…………...32

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses angiotensinogen menjadi angiotensin II (sistem RAA)


…………...9

Gambar 2.2 Prevalensi hipertensi di


Indonesia……………………………………….10

Gambar 2.3 Perubahan vektor kompleks QRS pada RVH……………………………


15

Gambar 2.4 Vektor kompleks QRS pada hipertrofi ventrikel


kiri…………………….16

Gambar 2.5 Anatomi


Jantung………………………………………………………...17

Gambar 2.6 Sistem Konduksi


Jantung………………………………………………..18

Gambar 2.7 Kerangka


Teori………………………………………………………….20

Gambar 2.8 Kerangka Konsep……………………………………………………….21

Gambar 3.1 Alur


Penelitian…………………………………………………………..27

xvi
DAFTAR SINGKATAN

EKG Elektrokardiogram

HE Hipertensi Essensial

HHD Hypertension Heart Disease

HS Hipertensi Sekunder

HT Hipertensi

LVH Left Ventricular Hypertrophy

Non – LVH Non – Left Ventricular Hypertrophy

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin PreSurvey

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Data Spreadsheet Penelitian

Lampiran 5 Hasil Analisis Penelitian

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Motto

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama 70% kematian di

dunia meskipun merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang

maupun dari binatang ke orang, kurangnya pengendalian faktor risiko dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kasus setiap tahun. Di Indonesia berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menunjukkan kecenderungan

peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes (10.9%), hipertensi (34.11%), stroke

(14,2%), dan penyakit sendi (11.1%). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi penduduk yang mengalami penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi

sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi

dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi

(34,43%) dibandingkan dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi semakin meningkat

seiring dengan pertambahan umur. (Oscar Primadi, 2019)

Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan

Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah

kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di

Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. (Oscar Primadi, 2019)

1
2

Prevalensi hipertensi pada penduduk umur ≥ 18 tahun berdasarkan riskesdas

2018 di kota bandar lampung (16,71%) sedangkan berasarkan kelompok umur 18-24

(2,37%), umur 25- 34 (3,43%), umur 35- 44 (8,82%), umur 45-54 (21,97%), umur

55-64 (29,97%), umur 65-74 (36,47%), umur ≥75 (37,89%). (Nunik Kusumawardani,

2018)

Peningkatan tekanan darah (Hipertensi) merupakan salah satu kasus PTM yang

sering kita lihat sehari – hari. Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila memiliki

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,

pada pemeriksaan yang berulang. (Arieska Ann S. et al, 2015)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua yaitu hipertensi

essensial (HE) dan hipertensi sekunder (HS). Pada Sembilan puluh persen pasien

dengan hipertensi mengalami kenaikan tekanan darah tanpa alasan yang diketahui

dengan jelas yang disebut sebagai hipertensi esensial. Meskipun pada gambaran klinis

HE mendominasi akan tetapi penyebab definitif hipertensi baik struktural maupun

humoral dapat ditemukan pada sebagian kecil pasien disebut sebagai hipertensi

sekunder. (Leonard S. lilly, 2019)

Apabila Hipertensi dibiarkan dapat menyebabkan beberapa penyakit.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gagal jantung. Beberapa

studi juga menyatakan bahwa dengan penurunan tekanan darah berhubungan erat

dengan perbaikan hipertrofi ventrikel kiri. (Arieska Ann S. et al, 2015)

Hipertensi dapat menjadi salah satu penyebab terjadi nya hipertrofi ventrikel

(baik ventikel kanan atau kiri) sehingga terjadi peningkatan massa ventrikel akibat

meningkatnya ukuran miosit. kondisi ini disebabkan oleh karena adanya kelebihan
3

tekanan (pressure overload) atau volume (volume overload) yang dialami venrtikel.

Otot jantung Perlahan – lahan akan mengalami hipertrofi sebagai adaptasi untuk

mengatasi tahanan sistemik atau dari paru yang tinggi. Peningkatan massa otot

jantung ini kemudian dapat menimbulkan gambaran peningkatan voltase kompleks

QRS pada EKG yang dilihat melalui gelombang R dan gelombang S. (Henry, 2016)

Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) Merupakan sarana diagnostik yang

tidak pernah pudar hingga saat ini di tengah – tengah semakin canggih dan

berkembangnya alternatif sarana diagnostik lainnya. Banyak faktor yang membuatnya

demikian tentu saja dikarenakan nilai diagnostik nya yang sangat kuat pada situasi

klinis tertentu, di satu sisi tidak dapat disangkal bahwa pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan cepat, mudah, murah, tersedia luas di hampir semua daerah, tidak

memiliki komplikasi (risk free) serta dapat dilakukan berulang – ulang tanpa

meningkatkan risiko penyakit dasarnya. (Henry, 2016)

Aktivitas jantung dapat dipengaruhi juga oleh peningkatan tekanan darah

(Hipertensi) sebagai salah satu faktor resiko mayor untuk penyakit jantung, dan

aktivitas kelistrikan jantung tersebut dapat direkam dengan menggunakan alat EKG.

(Leonard S. lilly, 2019)

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara

hipertensi yang berbeda terhadap gambaran EKG yang dituangkan dalam penelitian

kali ini dengan judul Hubungan Hipertensi Terhadap Gambaran Elektrokardiogram

Di RS Pertamina Bintang Amin.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan hipertensi terhadap gambaran elektrokardiogram?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat hubungan hipertenisi terhadap gambaran

elektrokardiogram pada hipertensi yang berbeda.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2 yang


memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi di RS Pertamina Bintang Amin
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi LVH dan Non – LVH yang memenuhi
kriteria inklusi di RS Pertamina Bintang Amin
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan hipertensi terhadap gambaran
elektrokardiogram.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dalam rangka meningkatkan pengetahuan pembaca terhadap hubungan


5

hipertensi dengan gambaran EKG berdasarkan tekanan darah di RS. Pertamina

Bintang Amin.

2. Manfaat Akademis

Dapat menabah wawasan pengetahuan dan pengembangan diri penulis

tentang hubungan hipertensi terhadap gambaran ekektrokardiogram di RS.

pertamina bintang amin dan sebagai bahan masukan untuk penelitian

mahasiswa universitas malahayati berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek: Subjek penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi di

RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.

2. Tempat: Penelitian ini akan dilaksanakan di RS. Pertamina Bintang Amin

Bandar Lampung.

3. Waktu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2021.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap dinding

pembuluh dengan bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam

pembuluh dan daya regang, atau distensibilitas, dinding pembuluh (seberapa mudah

pembuluh tersebut diregangkan). Sewaktu sistol ventrikel, satu isi sekuncup darah

masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut

yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Sedangkan selama diastol, tidak

ada darah yang masuk ke arteri, dan darah terus keluar dari arteri yang di dorong oleh

rekoil elastik. Tekanan sistol adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri

sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut dengan tekanan sistol rerata

adalah 120 mmHg. Tekanan diastol adalah tekanan minimal di dalam arteri Ketika

darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil dari hilir dengan tekanan

diastol rerata adalah 80 mmHg. Tekanan darah arteri digambarkan sebagai tekanan

sistolik per tekanan diastolik. (Sherwood, L. 2017)

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII (mmHg)

Tekanan Darah Sistol Diastol


Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 - 139 80 - 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 - 99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100
Sumber: Lara C. Kovell, 2015

6
7

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi
Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit hipertensi bila tekanan darah

lebih tinggi dari angka normal yang disepakati, masalahnya iaIah berapa mmHg

tekanan darah itu dapat disebut normal, sehingga bila tekanan darah di atas harga

kesepakatan normal tersebut, maka ia akan dikatakan sebagai hipertensi (tekanan

darah tinggi). (Siti Setiati et al,2014)

2.2.2 Klasifikasi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial (HE) lebih merupakan

deskriptif penyakit dibandingkan diagnosis; diindikasikan hanya pada pasien dengan

manifestast temuan fisik yang spesifik (TD tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya.

Sedangkan hipertensi berdasarkan nilai tekanan darah dapat dilihat pada tebel 2.1.

(Leonard S. Lilly, 2019)

2.2.3 Patofisiologi

Hipertensi merupakan suatu manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik

pada sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga

tidak dapat diterangkan hanya dengan satu mekanisme tunggal. (Leonard S. Lilly,

2019)
8

Ada beberapa faktor yang mendominasi terjadi nya hipertensi yaitu peran

volume intravaskular, peran kendali saraf autonom, dan peran renin angiotensin

aldosteron (RAA). (Siti Setiati et al, 2014)

Peranan volume intravaskluar pada tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah

hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR {total

peripheral resistance, tahanan total perifer) yang masing-masing dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Bila asupan NaCI meningkat, maka ginjal akan merespons agar

ekskresi garam keluar bersama urin ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya

mengeksresi NaCI ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan

meretensi H2O sehingga volume intravaskular meningkat. Pada akhirnya CO atau CJ

juga akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume intra vaskular, sehingga

tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan

meningkat, lalu secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akibat

autoregulasi. Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisi vasodilatasi atau

vasokontriksi bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila

TPR vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat. (Siti Setiati et al, 2014)

Peran Kendali sistem saraf autonom pada hipertensi sebagai berikut. Saraf

autonom ada dua macam, pertama iaIah sistem saraf simpatis yang akan menstimulasi

saraf viseral (termasuk ginjal) melalui neurotransmiter : katekolamin, epinefrin,

maupun dopamine sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi saraf

simpatis. Karena adanya pengaruh-pengaruh misalnya genetik, stres kejiwaan, rokok,

dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan
9

katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya Selanjutnya neurotransmiter ini akan

meningkatakan denyut jantung {Heart Rate) lalu diikuti kenaikan CO atau CJ,

sehingga tekanan darah akan meningkat. (Siti Setiati et al, 2014)

Peran renin angiotensin aldosteron (RAA) pada hipertensi adalah apabila

tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks baroreseptor. Berikutnya

secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti kaskade. pembentukan renin

dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang dibuat di hati Selanjutnya

angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin yang dihasilkan oleh

makula densa apparat juxta glomerulus ginjal. Lalu angiotensin I akan dirubah

menjadi angiotensin II oleh enzim ACE {angiotensin converting enzyme) dapat

dilihat pada gambar 2.1. (Siti Setiati et al, 2014)

Gambar 2.1 Proses angiotensinogen menjadi angiotensin II (sistem RAA).

(Sumber: Siti Setiati et al, 2014)


10

2.2.4 Faktor Resiko

Usia dan jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi hipertensi

di Indonesia menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. (Siswanto,

2018)

Gambar 2.2 Prevalensi hipertensi di Indonesia.


(Sumber : Isman Firdaus, 2019)

Usia dapat di kelompokan berdasarkan tahap pertumbuhan manusia tersebut.

Salah satu pembagian kelompok atau kategori umur yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan RI adalah sebagai berikut :

1. Masa balita = 0 – 5 tahun

2. Masa kanak-kanak = 6 – 11 tahun

3. Masa remaja Awal = 12 – 16 tahun

4. Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun

5. Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun

6. Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun


11

7. Masa Lansia Awal = 46 – 55 tahun

8. Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun

9. Masa Manula = 65 – atas

(Muchammad Al Amin, 2017)

Pada usia 80-90 tahun terjadi penurunan fungsi pada banyak organ dan sistem.

(Siti Setiati et al, 2014)

Pada follow – up 4 tahun dari 3.220 orang yang berusia 40 tahun ke atas dalam

Studi Jantung Framingham, terjadi peningkatkan risiko kejadian LVH 1,49 kali untuk

pria dan 1,57 kali untuk wanita. (Wilbert S. Aronow, 2017)

Meta-analisis menunjukkan hubungan linier antara peningkatan tekanan darah

dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular yang meningkat secara substansial

seiring bertambahnya usia yaitu :

1. Pada pasien usia 45-54 tahun - 36,1% laki-laki dan 33,2% perempuan

2. Pada pasien usia 55-64 tahun - 57,6% laki-laki dan 55,5% perempuan

(Gary Tackling et al, 2020)

Pada usia lanjut (80 – 90 tahun) terjadi proses penuaan, di mana secara struktur

anatomi maupun fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses degenerasi. Pada

sistem kardiovaskular, proses penuaan menyebabkan: penurunan basal heart rate,

penurunan LV compliance: akibat terjadi hipertrofi, komplains pembuluh darah

perifer menurun, sehingga terjadi peningkatan afterload, dan terjadi proses

aterosklerotik. (Siti Setiati et al, 2014)


12

Usia juga dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung (Heart rate). Seorang

anak dinyatakan takikardia pada frekuensi denyut jantung > 180 kali/menit sedangkan

pada orang dewasa dinyatakan takikardia apabila frekuensi denyut jantungnya > 100

kali/menit. (Mohd Khairu Izzuddin, 2017)

Tabel 2.2 Variabel tanda vital sesuai usia.


(Sumber : Antonius H. Pudjiadi et al, 2020)

Hipertensi adalah penyebab terjadinya penyakit gagal ginjal. Ginjal memiliki

beberapa macam fungsi di dalam tubuh, diantaranya sistem renin angiotensin dan

pengaturan natrium dalam tubuh, kedua faktor ini mempunyai peranan yang dominan

dalam pengaturan keseimbangan tekanan darah pada tubuh. (Siti Setiati et al, 2014)

Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulin/sindrom

metabolik dan sering menyertai DM tipe 2. Hiperglikemia yang terjadi pada diabetes

melitus dapat menyebabkan disfungsi endotel. Pada pasien DM adanya hipertensi

akan memperberat disfungsi endotel dan meningkatkan risiko Penyakit Jantung

Koroner. (Siti Setiati et al, 2014)


13

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi target organ pada hipertensi merefleksikan derajat peningkatan TD

kronis. Kerusakan organ ini dapat terjadi akibat peingkatan beban kerja jantung

(afterload ↑) dan kerusakan arteri akibat efek peningkatan tekanan itu sendiri

(dinding pembuluh darah menjadi lemah serta perkembangan aterosklerosis. Target

organ utama pada komplikasi destruktif hipertensi adalah jantung, sistem

serebrovaskular, aorta dan sistem vascular perifer, ginjal dan retina. Jika tidak diobati,

sekitar 50 % pasien hipertensi dapat meninggal akibat penyakit arteri koroner atau

gagal jantung kongestif, sekitar 33 % mengalami stroke, dan 10% – 15% meninggal

karena komplikasi gagal ginjal. (Leonard S. Lilly, 2019)

Hypertension Heart Disease (HHD) atau Penyakit jantung hipertensi mengacu

pada perubahan di ventrikel kiri, atrium kiri dan arteri koroner sebagai akibat dari

peningkatan tekanan darah kronis. Hipertensi meningkatkan beban kerja pada jantung

yang menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada miokardium. Perubahan

ini termasuk hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berkembang menjadi gagal jantung.

(Gary Tackling et al, 2020)

Efek utama hipertensi pada jantung berhubungan dengan peningkatan afterload

yang harus diatasi jantung saat kontraksi dan perkembangan aterosklerosis pada arteri

koroner. Pada tekanan arteri yang tinggi (peningkatan afterload) meningkatkan

tegangan dinding ventrikel kiri yang kemudian dikompresi dengan hipertrofi ventrikel

kiri / Left Ventricular Hypertrophy (LVH) menyebabkan peningkatan kekakuan

ventrikel kiri dan disfungsi diastol yang ditunjukkan dengan peningkatan tekanan
14

pengisisan ventrikel kiri saat diastol yang mengakibatkan kongesti paru seperti pada

gagal jantung. Hipertofi juga merupakan kontributor utama dalam perkembangan

iskemia dan infark miokard. Komplikasi ini merefleksikan kombinasi perkembangan

atrosklerosis koroner (penurunan oksigen miokard) dan beban kerja sistolik yang

tinggi (peningkatan kebutuhan oksigen) dapat dilihat pada kompleks QRS. (Leonard

S. Lilly, 2019)

Efek hipertensi terhadap gelombang P pada EKG dapat terjadi disfungsi

diastol. Terjadinya disfungsi diastol dengan perubahan tekanan atrium kiri terjadi

akibat peningkatan tekanan end-diastolik ventrikel oleh hipertensi. (Usama Boles et

al, 2015)

2.3 Hipertrofi Ventrikel

Hipertrofi ventrikel (baik ventrikel kanan atau kiri) merupakan peningkatan

massa ventrikel akibat meningkatnya ukuran miosit. Pada umumnya, kondisi ini

disebabkan oleh kelebihan tekanan (pressure overload) atau volume (volume

overload) yang dialami ventrikel karena berbagai sebab salah satunya hipertensi.

Miokardium perlahan – lahan mengalami hipertrofi sebagai adaptasi untuk mengatasi

tahanan sistemik atau pulmonal yang tinggi. Peningkatan massa otot jantung ini

kemudian dapat menimbulkan peningkatan voltase QRS pada EKG. Hipertrofi

ventrikel juga dapat mengubah vektor QRS, tergantung ventikel mana yang

mengalami hipertrofi. (Henry,2016)


15

2.3.1 Hipertrofi Ventrikel Kanan (RVH)

Hipertrofi Ventrikel kanan / Right Ventricular Hypertrophy (RVH) proses

aktivasi kedua ventrikel masih berlangsung biasa. Namun, karena massa ventrikel

kanan besar, electrical force akan teralihkan menuju ventrikel kanan yang dominan

ke arah kanan – anterior sehingga terjadi perubahan vektor QRS dibandingkan EKG

normal. (Henry,2016)

Kriteria diagnosis sebagai berikut :

1. Gelombang R di V1 ≥ 7 mm.

2. Gelombang S di V1 ≤ 2 mm.

3. Gelombang R di aVR ≥ 5 mm.

4. Gelombang R di V5 atau V6 < 5 mm. (Henry,2016)

Gambar 2.3 Perubahan vektor kompleks QRS pada RVH.


(Sumber: Henry,2016)
16

2.3.2 Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)

Hipertrofi Ventrikel Kiri / Left Ventricular Hypertrophy (LVH) yang terjadi

semakin memperkuat vektor QRS ke kiri-posterior. Pada kondisi tertentu, hipertrofi

ventrikel dapat menyebabkan iskemia miokard akibat ketidak sesuaian antara aliran

koroner dan ketebalan dinding ventrikel. (Henry,2016)

Diagnosis LVH dapat dicurigai bila terdapat 1 atau lebih kriteria sebagai berikut :

1. Amplitudo gelombang R di V5 atau V6 + gelombang S di V1 > 35 mm.

Kritertia ini memiliki sensitifitas lebih tinggi dibandingkan kriteria lain.

2. Amplitudo gelombang R di aVL > 11 mm.

3. Amplitudo gelombang R di aVR > 20 mm.

4. Amplitudo gelombang S di aVR > 14 mm. (Henry,2016)

Gambar 2.4 Vektor kompleks QRS pada hipertrofi ventrikel kiri.


(Sumber: Henry,2016)
17

2.4 Anatomi Jantung

Sisi kanan jantung menerima daerah yang tidak teroksigenasi dengan baik

(vena) dari tubuh melalui SVC dan IVC serta memompanya melalui truncus

pulmonalis ke paru untuk oksigenasi. Jantung memiliki empat bilik: atrium dextrum,

atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Atrium adalah bilik

penerima yang memompa darah ke dalam ventrikel (kamar pengeluaran). Dinding

setiap kamar jantung terdiri dari tiga lapis yaitu :

1. Endocardium : Suatu lapisan internal tipis (endotelium dan jaringan ikat sub

endothelial)

2. Myocardium : Suatu lapisan tengah yang tebal terdiri terdiri otot jantung.

3. Epicardium : Suatu lapisan eksternal tipis (mesotelium) (Keith L. Moore,

2013)
18

Gambar 2.5 Anatomi Jantung.


(Sumber: Liliana Sugiharto et al, 2014)
2.5 Sistem Konduksi Jantung

Pada keadaan normal, setiap siklus jantung dimulai dari sebuah cetusan

potensial aksi yang di produksi oleh “generator khusus” yang berada di jantung.

Generator ini disebut sebagai sel – sel pacu jantung (pacemaker cells) yang dominan

diperankan oleh sel – sel di simpul sinoatrial (sinoatrial node/SA node), selanjutnya

akan di sebut simpul SA. Simpul SA inilah yang berfungsi sebagai pacu jantung

alami (nautal pacemaker). Impuls /potensial aksi yang di hasilkan kemudian

diteruskan ke distal melalui sistem konduksi khusus (specialized conduction system)

menuju target akhir, yaitu sel- sel otot jantung yang disebut miosit (contractile cells).

Di miokardium, proses listrik akan berubah menjadi proses mekanik, yaitu sistolik

dan diastolik. (Henry, 2016)

Sel – sel pacu jantung memiliki kemampuan untuk mencetuskan potensial aksi

secara spontan dan ritmik. Sel – sel ini banyak terdapat di simpul SA dan simpul

atrioventrikular (Simpul AV). Sel lain juga ada yang memiliki kemampuan ini seperti

serat Purkinje. Dalam keadaan basal, simpul SA memiliki kecepatan cetusan

potensial aksi paling cepat, yaitu antara 60 – 100 x/menit,dengan demikian berperan

sebagai pacu jantung alami. Bila simpul SA tidak dapat memberi perintah atau

perintah yang dihasilkan mengalami hambatan (blok), sel – sel dengan kemampuan

yang lebih lambat dapat mengambil alih ini bisa dilakukan oleh simpul AV atau serat
19

Purkinje. Dengan demikian sel – sel pacu ini dapat berperan sebagai pacu jantung

cadangan (subsidiary pacemaker). (Henry, 2016)

Gambar 2.6 Sistem Konduksi Jantung.

(Sumber: Liliana Sugiharto et al, 2014)

2.6 Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) merupakan sebuah grafik yang ditimbulkan oleh

aktivitas listrik jantung yang direkam di permukaan tubuh. Aktivitas listrik ini di

rekam oleh beberapa elektroda dengan cara ditempatkan pada lokasi tertentu yang

telah disepakati sejak dulu. Elektrokardiogram standar terdiri dari 12 sadapan yaitu

gabungan dari enam sadapan ekstremitas dan enam sadapan prekordial. Sadapan

ekstremitas/ tungkai terdiri dari tiga sadapan bipolar (I, II, III) dan tiga sadapan

unipolar (aVR, aVL, aVF). (Henry, 2016)


20

Pada kecepatan standar elektrokardiogram merekam aktifitas jantung dengan

kecepatan 25 mm/detik. Sehingga demikian waktu 1 detik akan melalui 25 mm pada

kertas EKG dan 25 mm ini muncul sebagai sebuah kotak besar. Sehingga 1 kotak

kecil memiliki durasi 0.04 detik. (Henry, 2016)

2.6.1 Morfologi Gelombang P

Gelombang P adalah gelombang /defleksi yang ditimbul/terekam akibat

depolarisasi atrium. Karena posisinya yang strategis, sadapan aVR, II dan V1

merupakan sadapan yang paling sering digunakan untuk menilai gelombang P.

Gelombang P normal pada sadapan II memiliki durasi ≤ 2.5 mm (≤ 0.10 detik), Pada

beberapa penulis tertentu menyebutkan durasi nomal ≤ 3.0 mm (≤ 0.12). Dalam

keadaan normal gelombang P memiliki tinggi ≤ 2.5 mm. Gelombang P normal di

sadapan V1 memiliki ukuran < 1 mm x 1 mm (<0.04 detik x 0.04 detik) dan

amplitude awal < 1.5 mm. (Henry, 2016)

2.6.2 Morfologi Kompleks QRS

Kompleks QRS adalah defleksi yang timbul akibat depolarisasi ventrikel kanan

dan kiri. Massa otot ventikel yang besar menyebabkan morfologi QRS tampak lebih

mencolok dibandingkan gelombang P. Dalam keadaan normal durasi komples QRS

adalah 0.05 – 0.11 detik (≤ 2 kotak kecil). (Henry, 2016)


21

2.7 Kerangka Teori

Tekanan Darah
Meningkat

Afterload (↑)

Hypertensive Heart
Disease (HHD)

Hipertofi Ventrikel kiri Non - Hipertofi Ventrikel


(LVH) kiri (Non-LVH)

Perubahan Gambaran
EKG

Gambar 2.7 Kerangka Teori.

(Sumber : Leonard S. Lilly, 2019 )

2.8 Kerangka Konsep


Variabel Independent Variabel Dependent

Peningkatan
Gambaran EKG
Tekanan Darah
22

Gambar 2.8 Kerangka Konsep.


2.9 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan hipertensi terhadap gambaran elektrokardiogram pada

sampel di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.


23

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di laksanakan menggunakan metode penelitian kualitatif

3.2 Waktu dan tempat penelitian

3.2.1. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai Februari

2021.

3.2.2. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian yang digunakan ini adalah rancangan penelitian analitik

dengan menggunakan metode cross sectional.

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien HHD

(Hypertension Heart Disease) di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada
24

bulan Januari 2019 sampai November 2020 yang berusia 45 – 65 tahun. Pengambilan

populasi penelitian pada golongan usia tersebut diambil mengingat bahwa pada usia

45 – 65 tahun mulai terjadi peningkatan resiko penyakir kardiovaskular dan belum

banyak terjadi penurunan fungsi organ dan sistem yang dapat menjadi faktor perancu

dalam pengambilan hasil data penelitian.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien

di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Cara perhitungan untuk penelitian,

Menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total

sampling karena jumlah populasi yang kurang yaitu sebanyak 20 orang.

3.5 Variable Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu. Variable dalam penelitian ini dari :

3.5.1 Variable Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah tekanan darah tinggi

(Hipertensi) pada sampel rekam medik.


25

3.5.2 Variable Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil gambaran Elektrokardiografi

pada sampel rekam medik.

3.6 Definisi Oprasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional


Definisi Alat
Variable Cara Ukur Kategori Skala
Oprasional Ukur
1.Hipertensi
Gaya yang
Derajat 1 = 1 = Hipertensi
timbulkan oleh
140 – 159 Derajat 1
darah terhadap Rekam
Tekanan Darah Ordinal
dinding pembuluh. Medik
2.Hipertensi 2 = Hipertensi
(Sherwood,
Derajat 2 = Derajat 2
L.2017)
> 160
Interpretasi hasil Mengkaji
1. LVH
Gambaran pemeriksaan EKG. Rekam data dari
Nominal
Elektrokardiogram (Mohd Khairu Medik rekam
2. Non-LVH
Izzuddin, 2017) medis

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik.

3.7.2 Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data rekam

medik di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.


26

3.8 Kriteria Seleksi

3.8.1 Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria dalam penelitian yaitu :

1. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Usia 45 – 65 tahun.

3. Pasien menjalani pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

4. Tekanan darah hipertensi tahap 1 dan hipertensi tahap 2.

3.8.2 Kriteria Eksklusi :

Kriteria eksklusi adalah untuk menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

memenuhi inklusi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah

1. Data rekam medis atau hasil EKG yang rusak/tidak terbaca.

2. Data rekam medis atau hasil EKG yang diambil sebelum Januari tahun 2019.

3. Pasien yang memiliki penyakit komorbid seperti: Diabetes Mellitus, Gagal

Ginjal, dll.
27

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa data yang dikumpulkan apakah terdapat kekurangan yang

mungkin menyulitkan langkah dalam analisis berikutnya.

2. Coding

Setelah data diedit selanjutnya memberikan kode pada setiap data yang

didapatkan agar mudah mengklasifikasikan data dan menghindari terjadinya

pencampuran data.

3. Processing

Proses memasukan data dari rekam medis ke pogram komputer agar

dapat dianalisis.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukkan ke dalam komputer

tidak terjadi kesalahan.

3.10 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari hasil pengamatan melalui catatan

rekam medik tiap pasien diolah menggunakan program Microsoft Office Excel dan

SPSS dengan metode uji Chi-Square untuk mendapatkan hasil seperti yang

diinginkan.
28

3.11 Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Peroposal dan perizinan


penetiltian

Tahap Pelaksanaan

Data pasien di kelompokan berdasarkan tekanan darah


Hipertensi derajat 1 dan Hipertensi derajat 2.

Tahap Pengolahan data

Melakukan input data

Analisis SPSS dengan


menggunakan uji Chi - Square

Hasil

Gambaran 3.1 Alur Penelitian


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung pada bulan Januari tahun 2021 sampai dengan selesai. Data diambil dari

rekam medik pasien HHD (Hypertension Heart Disease) Januari 2019 – November

2020. Sampel didapatkan 20 data di rekam medik dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dapat dilihat pada table dibawah ini.

Data dalam penelitian ini diolah menggunakan analisis bivariat untuk

mengetahui distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2 dengan LVH atau Non –

LVH dan hubungan hipertensi terhadap gambaran elektrokardiogram di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Kota Bandar Lampung periode Januari 2019 – November

2020. Pengolahan data dilakukan menggunakan menggunakan SPSS (Statistical

Product and Service Solutions).

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1. Distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2.


30

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2.

Frequency Percent
Derajat 1 8 40.0
Hipertensi Derajat 2 12 60.0
Total 20 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan

2 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RS Pertamina Bintang Amin

didapatkan kelompok penderita hipertensi yang tertinggi adalah pada Hipertensi

derajat 2 sebanyak 12 orang yang berusia (52 – 64 tahun) (60%). Kemudian diikuti

kelompok hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang yang berusia (45 – 64 tahun) (40%).

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi gambaran EKG.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Gambaran EKG

Frequency Percent
LVH 6 30.0
Gambaran
Non-LVH 14 70.0
EKG
Total 20 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 hasil distribusi frekuensi LVH dan Non – LVH yang

memenuhi kriteria inklusi di RS Pertamina Bintang Amin didapatkan Gambaran

Elektrokardiogram (EKG) yang terbanyak adalah pada Non – Left Ventricular

Hypertrophy (Non – LVH) yaitu sebanyak 14 orang yang berusia (45 – 64 tahun)

(70%). Kemudian diikuti gambaran Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sebanyak 6

orang yang berusia (46 – 64 tahun) (30%).


31

3. Crosstabulation Hipertensi dan Gambaran EKG

Tabel 4.3 Hipertensi dan Gambaran EKG Crosstabulation


Count
Gambaran EKG
Total
LVH Non-LVH
Hipertensi Derajat 1 1 7 8
Derajat 2 5 7 12
Total 6 14 20

Berdasarkan tabel 4.3 crosstabulation di atas, untuk penderita hipertensi derajat

1 yang memiliki gambaran LVH sebanyak 1 orang yang berusia (62 tahun /

12,5%)dan Non – LVH sebanyak 7 orang berusia (52 – 64 tahun / 87,5%) dengan

jumlah sampel 8 orang. Pada penderita hipertensi derajat 2 yang memiliki gambaran

LVH sebanyak 5 orang berusia (46 – 64 tahun / 41,7%) dan Non – LVH sebanyak 7

orang berusia (45 – 63 tahun / 58,3%) dengan jumlah sampel 12 orang. Pada

penderita yang memiliki gambaran LVH sebanyak 6 orang berusia (46 – 64 tahun /

30%) dan Non – LVH sebanyak 14 orang berusia (45 – 64 tahun / 70%) dengan total

sampel 20 orang.

4.2.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan Hipertensi Terhadap Gambaran Elektrokardiogram

P
OR
Gambaran Elektrokardiogram N % valu
(CI (95%))
e
LVH Non – LVH
N % N %
Hipertensi 1 12,5 7 87, 8 100 0,163 0,2
Derajat 1 5 (0,18 –
32

Hipertensi 58,
5 41,7 7 12 100
Derajat 2 3 2,181)
N 6 30 14 70 20 100

Berdasarkan uji kolerasi Chi-Square pada tabel 4.4 di atas, dari 20 sampel yang

di periksa didapatkan nilai Pearson Chi-Square sebesar 0.163 atau p>0,05. Pada

penelitian ini risk estimate di dapatkan pada penderita hipertensi derajat 2 berisiko 0,2

kali lebih besar mengalami gambaran LVH dibandingkan dengan penderita hipertensi

derajat 1. Risiko penderita hipertensi derajat 2 yang mengalami gambaran LVH

berkisar antara 0,18 – 2,181 kali (CI 95%). Probabilitas penderita hipertensi derajat 2

dibandingkan penderita hipertensi derajat 1 untuk mengalami gambaran LVH adalah

sebesar 0,3 dengan resiko relatif berkisar antara 0,043 – 2,112 (CI 95%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Univariat

Hasil distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2 di RS Pertamina Bintang

Amin didapatkan kelompok penderita hipertensi yang tertinggi adalah pada

Hipertensi derajat 2 sebanyak 12 orang yang berusia (52 – 64 tahun) (60%).

Kemudian diikuti kelompok hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang yang berusia (45 –

64 tahun) (40%). Sehingga, menunjukkan bahwa usia penderita hipertensi derajat 2

lebih tua dibandingkan penderita hipertensi derajat 1.

Hal ini sama dengan pendapat penelian yang menyebutkan bahwa usia

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yang signifikan disebabkan oleh


33

peningkatan lemak viseral dan leptin yang bersirkulasi sehingga menyebabkan

penebalan dinding pembuluh darah. (Zhongjie Sun, 2015)

Sedangkan, berdasarkan tabel 4.2 hasil distribusi frekuensi gambaran EKG di

RS Pertamina Bintang Amin didapatkan, Gambaran Elektrokardiogram (EKG) yang

terbanyak adalah pada Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH) yaitu

sebanyak 14 orang yang berusia (45 – 64 tahun) (70%). Kemudian diikuti gambaran

Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sebanyak 6 orang yang berusia (46 – 64 tahun)

(30%). Hal ini menujukkan bahwa usia penderita hipertensi yang mengalami

gambaran EKG Non – LVH lebih muda dibandingkan dengan penderita hipertensi

yang mengalami gambaran EKG LVH.

Sama seperti penelitian yang menyebutkan bahwa penuaan dikaitkan dengan

peningkatan kekakuan vaskular dan hipertensi sehingga secara khusus, pasien usia

lanjut memiliki peningkatan prevalensi hipertrofi ventrikel kiri (LVH).

Berdasarkan tabel 4.3 crosstabulation di atas, untuk penderita hipertensi derajat

1 yang memiliki gambaran LVH sebanyak 1 orang yang berusia (62 tahun / 12,5%)

dan Non – LVH sebanyak 7 orang berusia (52 – 64 tahun / 87,5%) dengan jumlah

sampel 8 orang. Pada penderita hipertensi derajat 2 yang memiliki gambaran LVH

sebanyak 5 orang berusia (46 – 64 tahun / 41,7%) dan Non – LVH sebanyak 7 orang

berusia (45 – 63 tahun / 58,3%) dengan jumlah sampel 12 orang. Pada penderita yang

memiliki gambaran LVH sebanyak 6 orang berusia (46 – 64 tahun / 30%) dan Non –

LVH sebanyak 14 orang berusia (45 – 64 tahun / 70%) dengan total sampel 20 orang.
34

Pada penderita hipertensi derajat 1 hanya memiliki 1 orang berusia 62 tahun

(12,5%) yang memiliki gambaran LVH dan 7 orang berusia 52 – 64 tahun (87,5%)

memiliki gambaran Non – LVH. Hal ini menunjukkan bahwa pada penderita

hipertensi derajat 1 usia mempengaruhi gambaran EKG.

Sedangkan penderita hipertensi derajat 2 penderita yang memiliki gambaran

LVH sebanyak 5 orang berusia 46 – 64 tahun (41,7%) dan 7 orang berusia 45 – 63

tahun memiliki gambaran Non – LVH (58,3%). Sehingga menunjukan bahwa

peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi derajat 1 meningkatkan

kemungkinan memiliki gambaran LVH. Hal ini menunjukkan pada penderita

hipertensi derajat 2 usia tidak terlalu mempengaruhi gambaran EKG melainkan

tekanan darah penderita hipertensi derajat 2 yang lebih menunjukan pengaruh

terhadap perubahan gambaran EKG.

Hasil ini sama seperti penelitian alenizi dengan hasil penelitian konsisten

menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang tidak adekuat berhubungan dengan

derajat LVH yang terjadi. (Asdiana Nur et al, 2015)

Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan peningkatan

afterload sehingga meningkatkan tegangan dinding ventrikel kiri yang kemudian di

kompensasi dengan hipertrofi. Meskipun LVH awalnya merupakan mekanisme

kompensasi, pada akhirnya peningkatan massa ventrikel kiri menjadi tidak cukup

dalam menjaga keseimbangan tegangan dinding yang tinggi akibat peningkatan

tekanan pada hipertensi sistemik. (Leonard S. lilly, 2019)


35

4.3.2 Pembahasan Bivariat

Efek utama hipertensi pada jantung berhubungan dengan peningkatan afterload

yang harus diatasi jantung saat kontraksi dan perkembangan aterosklerosis pada arteri

koroner. Pada tekanan arteri yang tinggi (peningkatan afterload) meningkatkan

tegangan dinding ventrikel kiri yang kemudian dikompresi dengan hipertrofi ventrikel

kiri / Left Ventricular Hypertrophy (LVH) menyebabkan peningkatan kekakuan

ventrikel kiri dan disfungsi diastol yang ditunjukkan dengan peningkatan tekanan

pengisisan ventrikel kiri saat diastol yang mengakibatkan kongesti paru seperti pada

gagal jantung. (Leonard S. Lilly, 2019)

Akan tetapi pada penderita hipertensi tidak selalu menyebabkan terjadinya

LVH dikarenakan LVH dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya

seringkali untuk periode waktu hipertensi yang relatif singkat membuat

perkembangan menjadi LVH ini sebagian besar tidak diketahui. (Cesare Cuspidi et al,

2019)

Pada atlet juga dapat terjadi LVH fisiologis dimana merupakan kondisi yang

relatif jinak. Pelatihan intensif menghasilkan peningkatan massa otot ventrikel kiri,

ketebalan dinding, dan ukuran ruang, tetapi fungsi sistolik dan fungsi diastolik tetap

normal. (Abraham B. Bronstein et al, 2020)


36

Hasil dari analisis data melalui uji chi square pada penelitian ini menunjukan

tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan (P-Value = 0,163) atau p>0,05 dan

OR (Odd Ratio) (0,2) dengan CI (Confidence Interval) 95% sebesar (0,018 – 2,181)

pada variabel hipertensi derajat 1 dan derajat 2 terhadap gambaran elektrokardiogram

pada pasien HHD (Hypertension Heart Disease) di RS Pertamina Bintang Amin

periode Januari 2019 – November 2020.

Sama seperti hasil penelitian izzudin yang menyebutkan bahwa untuk

parameter EKG yaitu gelombang S maksimum (jumlah kotak kecil terbanyak di

gelombang S yang dihitung pada lead V1 atau V2) dan gelombang R maksimum

( jumlah kotak kecil terbanyak di gelombang R yang dihitung pada lead V5 atau V6)

memiliki angka koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.177 atau sangat

lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan

Darah Sistol dan gelombang maksimum adalah signifikan karena angka signifikansi

sebesar 0.002 yaitu < 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara Tekanan Darah Sistol dan gelombang S+R maksimum tetapi korelasinya

sangat lemah. (Mohd Khairu Izzuddin, 2017)

4.4 Keterbatasan Dalam Penelitian

Pada penelitian terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan , antara lain

1. Peneliti tidak memasukan berapa lama sampel penderita mengalami

hipertensi pada penelitian. Usia dari onset hipertensi hanya menawarkan nilai

tambahan yang kecil di atas kehadiran sederhana hipertensi saat menilai


37

kemungkinan EKG – LVH. Namun demikian, usia onset hipertensi harus

dinilai pada pasien hipertensi untuk mengidentifikasi individu yang berisiko

tinggi untuk mencegah komplikasi hipertensi. (Niiranen, T, 2019)

2. Peneliti tidak memasukan gaya hidup penderita pada penelitian.

Pada atlet dapat terjadi LVH fisiologis dimana merupakan kondisi yang relatif

jinak. Pelatihan intensif menghasilkan peningkatan massa otot ventrikel kiri,

ketebalan dinding, dan ukuran ruang, tetapi fungsi sistolik dan fungsi diastolik

tetap normal. (Abraham B. Bronstein et al, 2020)

3. Pada penelitian tidak memperhatikan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pencitraan radiologi yang merupakan komponen penting dalam deteksi serta

penatalaksanaan pasien HHD (hypertensive heart disease) karena sebagian

besar penderita hipertensi tidak mengalami gejala sampai saat komplikasi

timbul. (Gary Tackling et al, 2020)

4. Peneliti tidak memasukan jenis pengobatan penderita pada penelitian.

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular

(CVD) dan secara signifikan terkait dengan peningkatan morbiditas dan

mortalitas dari CVD. European Society of Cardiology (ESC) / European

Society of Hypertension (ESH) 2018 Guidelines for Hypertension Diagnosis

and Treatment menunjukkan bahwa terapi antihipertensi membalikkan LVH

yang ditunjukkan dengan pengurangan kejadian CV dan mortalitas. (Jian‐Shu

Chen, 2020)
38

5. Sensitivitas EKG yang mungkin mempengaruhi penelitian. EKG

direkomendasi untuk evaluasi awal pasien HHD (hypertensive heart disease).

EKG memiliki spesifisitas tinggi (75 – 95%). (Gary Tackling et al, 2020)

Pada orang normal seperti atlet dapat terdiagnosa LVH menggunakan

kriteria voltase QRS (Pseudo-LVH). (Henry, 2016)

Pada penderita obesitas dapat terjadi perubahan geometris pada jantung

serta perubahan elektrofisiologis jantung. Perubahan EKG yang umum berupa

penurunan tegangan (Voltages) pada sadapan prekordial, dan deviasi aksis

telah membuat pencarian hipertrofi ventrikel kiri (LVH) menjadi lebih

bermasalah. (Giuseppe Germano, 2015)

Pada usia tua dapat terjadi Kardiomiopati Restriktif, infiltrasi sistem

konduksi jantung dapat terjadi gangguan konduksi menyebabkan tegangan

rendah (Low-Voltage) kompleks QRS sehingga menganggu pencarian

hipertrofi ventrikel kiri (LVH). (Ed Burns, 2021)


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada pasien HHD di RS

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode Januari 2019 sampai November

2020, maka dapat disimpulkan beberapa sebagai berikut :

1. Hasil distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2 yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi di RS Pertamina Bintang Amin didapatkan kelompok

penderita hipertensi yang tertinggi adalah pada Hipertensi derajat 2 sebanyak 12

orang (60%). Kemudian diikuti kelompok hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang

(40%)

2. Hasil distribusi frekuensi LVH dan Non – LVH yang memenuhi kriteria inklusi

di RS Pertamina Bintang Amin didapatkan Gambaran Elektrokardiogram (EKG)

yang terbanyak adalah pada Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH)

yaitu sebanyak 14 orang (70%). Kemudian diikuti gambaran Left Ventricular

Hypertrophy (LVH) sebanyak 6 orang (30%).

3. Tidak Terdapat hubungan antara hipertensi terhadap gambaran

elektrokardiogram pada sampel di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung dengan hasil Pearson Chi-Square sebesar 0.163 atau p>0,05.


40

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pemerintah


Pemerintah harus memberikan informasi mengenai deteksi dini, khususnya

hipertensi kepada masyarakat secara luas untuk peningkatan pelayanan mutu

pelayanan kesehatan seperti melakukan tindakan preventif dan Promotif untuk

menangani hipertensi di masyarakat. Jadi, pemerintah juga dapat mengurangi

penyakit hipertensi di Masyarakat dan komplikasi yang dapat terjadi karena telah

meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan.

5.2.2 Bagi Masyarakat

Masyarakat jadi dapat diberikan informasi mengenai gejala dan tanda yang di

timbulkan oleh hipertensi agar dapat mendetksi sedini mungkin. Bila memiliki gejala

hipertensi untuk segera berobat ke instansi kesehatan terdekat sehingga tidak menjadi

buruk di kemudian hari.

5.2.3 Bagi Institusi (Universitas Malahayati)

Memberikan pengetahuan mengenai hubungan hipertensi terhadap gambaran

elektrokardiogram. Jadi, mahasiswa dapat mempelajari hubungan hipertensi terhadap

gambaran elektrokardiogram yang tersedia di perpustakaan maupun di website

Universitas Malahayati Bandar Lampung


41

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selajutnya untuk menambahkan variabel penelitian ini

selain hipertensi dan gambaran EKG (LVH dan Non-LVH) karena menambahkan

variabel penelitian ini sehingga dapat menambah referensi tentang hubungan

hipertensi terhadap gambaran elektrokardiogram. Diharapkan juga peneliti

menambahkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi untuk

mengurangi bias pada penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abraham B. Bronstein et al, (2020), Left Ventricular Hypertrophy, NCBI, [Diakses

dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557534/. Pada Tanggal 7

Februari 2020].

Antonius H. Pudjiadi et al, (2020), Panduan Klinis Tata Laksana COVID-19 pada

Anak, IDAI, [Diakses dari: https://www.idai.or.id/about-idai/idai-statement

/panduan-klinis-tata-laksana-covid-19-pada-anak. Pada Tanggal 7 November

2020].

Arieska Ann Soenarta et al. (2015), Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit

Kardiovaskular, PP PERKI, Jakarta.

Asdiana Nur et al, (2015), KORELASI ANTARA TEKANAN DARAH DAN

INDEKS MASSA VENTRIKEL KIRI (LEFT VENTRICULAR MASS

INDEX) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP PROF. DR. R. D.

KANDOUMANADO, UNSRAT, [Diakses dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/

index.php/ebiomedik/article/view/6631/6152. Pada tanggal 19 Februari 2021]

Cesare Cuspidi et al, (2019), High Normal Blood Pressure and Left Ventricular

Hypertrophy Echocardiographic Findings From the PAMELA Population,

AHA, [Diakese dari: https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/

HYPERTENSIONAHA.118.12114. Pada Tanggal 9 Februari 2021].


David Leibowitz, (2014), Left Ventricular Hypertrophy and Chronic Renal

Insufficiency in the Elderly, Cardiorenal Med, [Diakses dari: https://www.

karger.com/Article/Pdf/366455. Pada tanggal 22 Februari 2021].

Ed Burns, (2021), Restrictive Cardiomyopathy, Life in the Fastlane, [Diakese dari:

https://litfl.com/restrictive-cardiomyopathy-ecg-library/. Pada Tanggal 8

Februari 2021].

E Gerdts et al, (2004), Impact of age on left ventricular hypertrophy regression

during

antihypertensive treatment with losartan or atenolol (the LIFE study), Journal

of

Human Hypertension, [Diakses dari: https://www.nature.com/articles/1001718.

Pada tanggal 16 Februari 2021]

Gary Tackling et al, (2020), Hypertensive Heart Disease, NCBI, [Diakses dari:

https://

www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539800/. Pada Tanggal 26 November

2020].

Giffary Alif Miraza, (2019), Hubungan hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol

dengan kardiomegali di RSMP 2018, Universitas Muhammadiyah Palembang,

[Diakses dari: http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/4677/2/

702015062_ BAB_II_SAMPAI_BAB_TERAKHIR%5B1%5D.pdf. Pada

Tanggal 23 Januari 2021].

Giuseppe Germano, (2015), Electrocardiographic Signs of Left Ventricular

Hypertrophy in Obese Patients: What Criteria Should be Used?, Springer Link,


[Diakses dari: https://link.springer.com/article/10.1007/s40292-014-0062-3.

Pada Tanggal 9 Februari 2021

Henry A. P. Pakpahan, (2016), Elektrokardiografi Ilustratif, Badan Penerbit FKUI,

Jakarta.

Isman Firdaus, (2019), Hari Jantung Sedunia, PERKI, [Diakses dari: www.inaheart.

org/news_and_events/news/2019/9/26/press_release_world_heart_day_perki

_2019 Pada Tanggal 4 November 2020].

Jian‐Shu Chen, (2020), Comparative efficacy of different types of antihypertensive

drugs in reversing left ventricular hypertrophy as determined with

echocardiography in hypertensive patients: A network meta‐analysis of

randomized controlled trials, Wiley, [Diakses dari: https://onlinelibrary.

wiley.com/doi/epdf/10.1111/jch.14047. Pada Tanggal 22 Februari 2020].

Keith L. Moore dan Arthur F. Dalley, (2013), Anatomi Berorientasi Klinis, Penerbit

Erlangga Jakarta.

Lara C. Kovell et al, (2015), US Hypertension Management Guidelines, AHA,

[Diakses dari: https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/JAHA.115.002315

pada tanggal 6 November 2020].

Lauralee Sherwood, (2013), Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, EGC,

Jakarta.

Leonard S. lilly, (2019), Patofisiologi Penyakit Jantung : Kolaborasi Mahasiswa dan

Dosen, MEDIK, Jakarta.

Liliana Sugiharto et al, (2014), Sobotta Atlas Anatomi Manusia, EGC, Jakarta.
Mohd Khairu Izzuddin, (2017), Gambaran Elektrokardiogram Berdasarkan

Klasifikasi

Tekanan Darah, UNHAS, [Diakses dari: http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_

files/temporary/DigitalCollection/OTVlNjIwMDczNjAwZGUyM2E4MThjZG

E5ZTEyNDdlOWIzMTI0MDIzYQ==.pdf. Pada tanggal 6 November 2020].

Muchammad Al Amin, (2017), Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan

Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi

Canny, UNESA, [Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/

249455 -none-23b6a822.pdf Pada tanggal 26 November 2020].

Niiranen, T, (2019), ASSOCIATION BETWEEN HYPERTENSION ONSET AGE

AND ECG-LVH IN A POPULATION SAMPLE OF 2867 INDIVIDUALS,

Journal of Hypertension, [Diakses dari: https://journals.lww.com/jhypertension/

Abstract/2019/07001/ASSOCIATION_BETWEEN_HYPERTENSION_

ONSET_AGE_AND.124.aspx. Pada tanggal 15 Februari 2021]

Nunik Kusumawardani, (2018), Laporan RISKESDAS lampung 2018, LPB,

[Diakses

dari: http://www.pusat3.litbang.kemkes.go.id/dwn.php?file=LAPORAN%20

RISKESDAS%20LAMPUNG%202018.pdf pada tanggal 15 November 2020].

Oscar Primadi, (2019), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Siswanto, (2018), Hasil Utama RISKESDAS 2018, KEMENKES, [Diakses dari:

http://
kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas

-2018_1274.pdf. pada tanggal 4 November 2020].

Siti Setiati et al. (2014), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta.

Tunggul Diapari Situmorang, (2019), Hari Hipertensi Sedunia, KEMENKES,

[Diakses

dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/hari-hipertensi-

dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik#.

pada tanggal 4 November 2020].

Usama Boles et al, (2015), Early changes on the electrocardiogram in hypertension,

ESC, [Diakses dari: https://www.escardio.org/Journals/E-Journal-of-

Cardiology

-Practice/Volume-13/Early-changes-on-the-electrocardiogram-in-hypertension.

pada tanggal 15 November 2020].

Wilbert S. Aronow, (2017), Hypertension and left ventricular hypertrophy, NCBI,

[Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5555990/. Pada

tanggal 25 November 2020].

Zhongjie Sun, (2015), Aging, Arterial Stiffness, and Hypertension, AHA, [Diakses

dari: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.114.

03617#. Pada tanggal 22 Februari 2021].


LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin PreSurvey
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Data Spreadsheet Penelitian

Nomor Hipertensi kode Gambaran EKG kode Umur

1 Derajat 2 2 LVH 1 54 Tahun

2 Derajat 2 2 Non-LVH 2 61 Tahun

3 Derajat 2 2 Non-LVH 2 63 Tahun

4 Derajat 1 1 LVH 1 62 Tahun

5 Derajat 2 2 LVH 1 64 Tahun

6 Derajat 2 2 LVH 1 64 Tahun

7 Derajat 1 1 Non-LVH 2 63 Tahun

8 Derajat 2 2 Non-LVH 2 57 Tahun

9 Derajat 1 1 Non-LVH 2 57 Tahun

10 Derajat 1 1 Non-LVH 2 57 Tahun

11 Derajat 2 2 LVH 1 62 Tahun

12 Derajat 2 2 Non-LVH 2 60 Tahun

13 Derajat 2 2 Non-LVH 2 45 Tahun

14 Derajat 1 1 Non-LVH 2 64 Tahun

15 Derajat 2 2 Non-LVH 2 47 Tahun

16 Derajat 1 1 Non-LVH 2 59 Tahun

17 Derajat 1 1 Non-LVH 2 63 Tahun

18 Derajat 2 2 Non-LVH 2 52 Tahun

19 Derajat 1 1 Non-LVH 2 52 Tahun

20 Derajat 2 2 LVH 1 46 Tahun


Lampiran 5 Hasil Analisis Penelitian

Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat 1 8 40.0 40.0 40.0
Derajat 2 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Gambaran EKG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LVH 6 30.0 30.0 30.0
Non-LVH 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Hipertensi * Gambaran EKG Crosstabulation


Count
Gambaran EKG
LVH Non-LVH Total
Hipertensi Derajat 1 1 7 8
Derajat 2 5 7 12
Total 6 14 20

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.944 1 .163
Continuity Correctionb .804 1 .370
Likelihood Ratio 2.106 1 .147
Fisher's Exact Test .325 .187
Linear-by-Linear
1.847 1 .174
Association
N of Valid Cases 20
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Hipertensi (Derajat 1
.200 .018 2.181
/ Derajat 2)
For cohort Gambaran EKG = LVH .300 .043 2.112
For cohort Gambaran EKG = Non-
1.500 .870 2.587
LVH
N of Valid Cases 20

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate .200
ln(Estimate) -1.609
Std. Error of ln(Estimate) 1.219
Asymp. Sig. (2-sided) .187
Asymp. 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound .018
Interval
Upper Bound 2.181
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -3.998
Upper Bound .780
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Motto

Motto

The extraordinary is in what you do, not who you are ~

Muhammad Ridho Tiyas Pratama

Anda mungkin juga menyukai