ELEKTROKARDIOGRAM DI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
SKRIPSI
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Pebimbing I Pebimbing II
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NPM : 17310183
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pebimbing
Pembimbing I Pembimbing II
iv
MENGESAHKAN
Tim Penguji
v
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan
maupun kegiatan Programming yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika
terdapat karya orang lain, saya akan mencatumkan sumber yang jelas.
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Universitas Malahayati.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Materai
vi
BIODATA PENULIS
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, Februari 2021
Muhammad Ridho Tiyas Pratama
ABSTRAK
Latar belakang: Peningkatan tekanan darah (Hipertensi) merupakan salah satu kasus
penyakit tidak menular yang sering kita lihat sehari – hari. Hipertensi merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya gagal jantung. Beberapa studi juga menyatakan
bahwa dengan penurunan tekanan darah berhubungan erat dengan perbaikan
hipertrofi ventrikel kiri. (Arieska Ann S. et al, 2015). Peningkatan massa otot jantung
ini kemudian dapat menimbulkan perubahan pola dalam kompleks QRS pada EKG
yang dilihat melalui gelombang R dan gelombang S. (Henry, 2016)
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan hipertensi terhadap gambaran
elektrokardiogram di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode analitik kualitatif. populasi
pada penelitian ini adalah pasien yang tercatat di rekam medik RS Pertamina Bintang
Amin Kota Bandar Lampung Periode Januari 2019 – November 2020 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampling menggunakan Total
Sampling.
Hasil: Distribusi frekuensi pada penelitian ini yaitu hipertensi derajat 2 sebanyak 12
orang (60%). Kemudian hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang (40%). Dengan
gambaran EKG Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH) yaitu sebanyak 14
orang (70%) dan diikuti gambaran Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sebanyak 6
orang (30%).Berdasarkan uji kolerasi Chi-Square dari 20 sampel yang di periksa
didapatkan nilai Pearson Chi-Square sebesar 0.163 atau p>0,05.
Kesimpulan: Tidak Terdapat hubungan antara hipertensi terhadap gambaran
elektrokardiogram pada sampel di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.
viii
FACULTY OF MEDICINE
MALAHAYATI UNIVERSITY
Thesis, February 2021
Muhammad Ridho Tiyas Pratama
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang judul ” Hubungan
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas atas dukungan dan doa
keluarga, kerabat dan banyak pihak lainnya. Sehingga pada kesempatan kali ini
2. dr. Toni Prasetya, Sp. PD., FINASIM. selaku dekan Fakultas Kedokteran
3. dr. Sri Maria Puji Lestari, M.Pd. Ked, selaku Kepala Prodi Pendidikan Dokter
x
6. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan doa dan dukungan
Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………...i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………
ii
LEMBAR ORISINILITAS…………………………………………………….…...vi
BIODATA PENULIS………………………………………………………………vii
ABSTRAK……………………………………………………………...……….….viii
ABSTRACK………………………………………………………………….….......ix
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………..x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...……......xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...
…...xv
DAFTAR
SINGKATAN……………………………………………………….......xvi
DAFTAR
LAMPIRAN............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….4
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………….4
1.3.2 Tujuan
Khusus……………………………………………………….4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………...4
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian………………………………………………....5
xii
2.3.2 Hipertrofi Ventrikel Kiri……………………………………..…..…
16
2.4 Anatomi Jantung…………………………………………………………17
2.5 Sistem Konduksi
Jantung………………………………………………...18
2.6 Elektrokardiogram (EKG)
………………………………………………..19
2.6.1 Morfologi Gelombang P……………………………………….
…...20
2.6.2 Morfologi Kompleks QRS…………………………………………20
2.7 Kerangka Teori…………………………………………………………..21
2.8 Kerangka Konsep………………………………………………………...21
2.9 Hipotesis Penelitian…………………………………………………...…22
xiii
3.11 Alur
Penelitian…………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 4.3 Hipertensi dan Gambaran EKG Crosstabulation …………...
……………...31
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR SINGKATAN
EKG Elektrokardiogram
HE Hipertensi Essensial
HS Hipertensi Sekunder
HT Hipertensi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Motto
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
dunia meskipun merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang
(14,2%), dan penyakit sendi (11.1%). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi penduduk yang mengalami penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi
pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
1
2
2018 di kota bandar lampung (16,71%) sedangkan berasarkan kelompok umur 18-24
(2,37%), umur 25- 34 (3,43%), umur 35- 44 (8,82%), umur 45-54 (21,97%), umur
55-64 (29,97%), umur 65-74 (36,47%), umur ≥75 (37,89%). (Nunik Kusumawardani,
2018)
Peningkatan tekanan darah (Hipertensi) merupakan salah satu kasus PTM yang
sering kita lihat sehari – hari. Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila memiliki
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,
essensial (HE) dan hipertensi sekunder (HS). Pada Sembilan puluh persen pasien
dengan hipertensi mengalami kenaikan tekanan darah tanpa alasan yang diketahui
dengan jelas yang disebut sebagai hipertensi esensial. Meskipun pada gambaran klinis
humoral dapat ditemukan pada sebagian kecil pasien disebut sebagai hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gagal jantung. Beberapa
studi juga menyatakan bahwa dengan penurunan tekanan darah berhubungan erat
Hipertensi dapat menjadi salah satu penyebab terjadi nya hipertrofi ventrikel
(baik ventikel kanan atau kiri) sehingga terjadi peningkatan massa ventrikel akibat
meningkatnya ukuran miosit. kondisi ini disebabkan oleh karena adanya kelebihan
3
tekanan (pressure overload) atau volume (volume overload) yang dialami venrtikel.
Otot jantung Perlahan – lahan akan mengalami hipertrofi sebagai adaptasi untuk
mengatasi tahanan sistemik atau dari paru yang tinggi. Peningkatan massa otot
QRS pada EKG yang dilihat melalui gelombang R dan gelombang S. (Henry, 2016)
tidak pernah pudar hingga saat ini di tengah – tengah semakin canggih dan
demikian tentu saja dikarenakan nilai diagnostik nya yang sangat kuat pada situasi
klinis tertentu, di satu sisi tidak dapat disangkal bahwa pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cepat, mudah, murah, tersedia luas di hampir semua daerah, tidak
memiliki komplikasi (risk free) serta dapat dilakukan berulang – ulang tanpa
(Hipertensi) sebagai salah satu faktor resiko mayor untuk penyakit jantung, dan
aktivitas kelistrikan jantung tersebut dapat direkam dengan menggunakan alat EKG.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara
hipertensi yang berbeda terhadap gambaran EKG yang dituangkan dalam penelitian
sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Bintang Amin.
2. Manfaat Akademis
1. Subjek: Subjek penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi di
Bandar Lampung.
Tekanan darah merupakan gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh dan daya regang, atau distensibilitas, dinding pembuluh (seberapa mudah
pembuluh tersebut diregangkan). Sewaktu sistol ventrikel, satu isi sekuncup darah
masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut
yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Sedangkan selama diastol, tidak
ada darah yang masuk ke arteri, dan darah terus keluar dari arteri yang di dorong oleh
rekoil elastik. Tekanan sistol adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri
sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut dengan tekanan sistol rerata
adalah 120 mmHg. Tekanan diastol adalah tekanan minimal di dalam arteri Ketika
darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil dari hilir dengan tekanan
diastol rerata adalah 80 mmHg. Tekanan darah arteri digambarkan sebagai tekanan
6
7
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit hipertensi bila tekanan darah
lebih tinggi dari angka normal yang disepakati, masalahnya iaIah berapa mmHg
tekanan darah itu dapat disebut normal, sehingga bila tekanan darah di atas harga
2.2.2 Klasifikasi
manifestast temuan fisik yang spesifik (TD tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan hipertensi berdasarkan nilai tekanan darah dapat dilihat pada tebel 2.1.
2.2.3 Patofisiologi
pada sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga
tidak dapat diterangkan hanya dengan satu mekanisme tunggal. (Leonard S. Lilly,
2019)
8
Ada beberapa faktor yang mendominasi terjadi nya hipertensi yaitu peran
volume intravaskular, peran kendali saraf autonom, dan peran renin angiotensin
hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR {total
beberapa faktor. Bila asupan NaCI meningkat, maka ginjal akan merespons agar
ekskresi garam keluar bersama urin ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya
mengeksresi NaCI ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan
juga akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume intra vaskular, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan
meningkat, lalu secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akibat
vasokontriksi bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila
TPR vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat. (Siti Setiati et al, 2014)
Peran Kendali sistem saraf autonom pada hipertensi sebagai berikut. Saraf
autonom ada dua macam, pertama iaIah sistem saraf simpatis yang akan menstimulasi
maupun dopamine sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi saraf
dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan
9
katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya Selanjutnya neurotransmiter ini akan
meningkatakan denyut jantung {Heart Rate) lalu diikuti kenaikan CO atau CJ,
tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks baroreseptor. Berikutnya
secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti kaskade. pembentukan renin
angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin yang dihasilkan oleh
makula densa apparat juxta glomerulus ginjal. Lalu angiotensin I akan dirubah
Usia dan jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi hipertensi
2018)
Salah satu pembagian kelompok atau kategori umur yang dikeluarkan oleh
Pada usia 80-90 tahun terjadi penurunan fungsi pada banyak organ dan sistem.
Pada follow – up 4 tahun dari 3.220 orang yang berusia 40 tahun ke atas dalam
Studi Jantung Framingham, terjadi peningkatkan risiko kejadian LVH 1,49 kali untuk
1. Pada pasien usia 45-54 tahun - 36,1% laki-laki dan 33,2% perempuan
2. Pada pasien usia 55-64 tahun - 57,6% laki-laki dan 55,5% perempuan
Pada usia lanjut (80 – 90 tahun) terjadi proses penuaan, di mana secara struktur
anatomi maupun fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses degenerasi. Pada
Usia juga dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung (Heart rate). Seorang
anak dinyatakan takikardia pada frekuensi denyut jantung > 180 kali/menit sedangkan
pada orang dewasa dinyatakan takikardia apabila frekuensi denyut jantungnya > 100
beberapa macam fungsi di dalam tubuh, diantaranya sistem renin angiotensin dan
pengaturan natrium dalam tubuh, kedua faktor ini mempunyai peranan yang dominan
dalam pengaturan keseimbangan tekanan darah pada tubuh. (Siti Setiati et al, 2014)
metabolik dan sering menyertai DM tipe 2. Hiperglikemia yang terjadi pada diabetes
2.2.5 Komplikasi
kronis. Kerusakan organ ini dapat terjadi akibat peingkatan beban kerja jantung
(afterload ↑) dan kerusakan arteri akibat efek peningkatan tekanan itu sendiri
serebrovaskular, aorta dan sistem vascular perifer, ginjal dan retina. Jika tidak diobati,
sekitar 50 % pasien hipertensi dapat meninggal akibat penyakit arteri koroner atau
gagal jantung kongestif, sekitar 33 % mengalami stroke, dan 10% – 15% meninggal
pada perubahan di ventrikel kiri, atrium kiri dan arteri koroner sebagai akibat dari
peningkatan tekanan darah kronis. Hipertensi meningkatkan beban kerja pada jantung
ini termasuk hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berkembang menjadi gagal jantung.
yang harus diatasi jantung saat kontraksi dan perkembangan aterosklerosis pada arteri
tegangan dinding ventrikel kiri yang kemudian dikompresi dengan hipertrofi ventrikel
ventrikel kiri dan disfungsi diastol yang ditunjukkan dengan peningkatan tekanan
14
pengisisan ventrikel kiri saat diastol yang mengakibatkan kongesti paru seperti pada
atrosklerosis koroner (penurunan oksigen miokard) dan beban kerja sistolik yang
tinggi (peningkatan kebutuhan oksigen) dapat dilihat pada kompleks QRS. (Leonard
S. Lilly, 2019)
diastol. Terjadinya disfungsi diastol dengan perubahan tekanan atrium kiri terjadi
al, 2015)
massa ventrikel akibat meningkatnya ukuran miosit. Pada umumnya, kondisi ini
overload) yang dialami ventrikel karena berbagai sebab salah satunya hipertensi.
tahanan sistemik atau pulmonal yang tinggi. Peningkatan massa otot jantung ini
ventrikel juga dapat mengubah vektor QRS, tergantung ventikel mana yang
aktivasi kedua ventrikel masih berlangsung biasa. Namun, karena massa ventrikel
kanan besar, electrical force akan teralihkan menuju ventrikel kanan yang dominan
ke arah kanan – anterior sehingga terjadi perubahan vektor QRS dibandingkan EKG
normal. (Henry,2016)
1. Gelombang R di V1 ≥ 7 mm.
2. Gelombang S di V1 ≤ 2 mm.
ventrikel dapat menyebabkan iskemia miokard akibat ketidak sesuaian antara aliran
Diagnosis LVH dapat dicurigai bila terdapat 1 atau lebih kriteria sebagai berikut :
Sisi kanan jantung menerima daerah yang tidak teroksigenasi dengan baik
(vena) dari tubuh melalui SVC dan IVC serta memompanya melalui truncus
pulmonalis ke paru untuk oksigenasi. Jantung memiliki empat bilik: atrium dextrum,
atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Atrium adalah bilik
1. Endocardium : Suatu lapisan internal tipis (endotelium dan jaringan ikat sub
endothelial)
2. Myocardium : Suatu lapisan tengah yang tebal terdiri terdiri otot jantung.
2013)
18
Pada keadaan normal, setiap siklus jantung dimulai dari sebuah cetusan
potensial aksi yang di produksi oleh “generator khusus” yang berada di jantung.
Generator ini disebut sebagai sel – sel pacu jantung (pacemaker cells) yang dominan
diperankan oleh sel – sel di simpul sinoatrial (sinoatrial node/SA node), selanjutnya
akan di sebut simpul SA. Simpul SA inilah yang berfungsi sebagai pacu jantung
menuju target akhir, yaitu sel- sel otot jantung yang disebut miosit (contractile cells).
Di miokardium, proses listrik akan berubah menjadi proses mekanik, yaitu sistolik
Sel – sel pacu jantung memiliki kemampuan untuk mencetuskan potensial aksi
secara spontan dan ritmik. Sel – sel ini banyak terdapat di simpul SA dan simpul
atrioventrikular (Simpul AV). Sel lain juga ada yang memiliki kemampuan ini seperti
potensial aksi paling cepat, yaitu antara 60 – 100 x/menit,dengan demikian berperan
sebagai pacu jantung alami. Bila simpul SA tidak dapat memberi perintah atau
perintah yang dihasilkan mengalami hambatan (blok), sel – sel dengan kemampuan
yang lebih lambat dapat mengambil alih ini bisa dilakukan oleh simpul AV atau serat
19
Purkinje. Dengan demikian sel – sel pacu ini dapat berperan sebagai pacu jantung
aktivitas listrik jantung yang direkam di permukaan tubuh. Aktivitas listrik ini di
rekam oleh beberapa elektroda dengan cara ditempatkan pada lokasi tertentu yang
telah disepakati sejak dulu. Elektrokardiogram standar terdiri dari 12 sadapan yaitu
gabungan dari enam sadapan ekstremitas dan enam sadapan prekordial. Sadapan
ekstremitas/ tungkai terdiri dari tiga sadapan bipolar (I, II, III) dan tiga sadapan
kertas EKG dan 25 mm ini muncul sebagai sebuah kotak besar. Sehingga 1 kotak
Gelombang P normal pada sadapan II memiliki durasi ≤ 2.5 mm (≤ 0.10 detik), Pada
Kompleks QRS adalah defleksi yang timbul akibat depolarisasi ventrikel kanan
dan kiri. Massa otot ventikel yang besar menyebabkan morfologi QRS tampak lebih
Tekanan Darah
Meningkat
Afterload (↑)
Hypertensive Heart
Disease (HHD)
Perubahan Gambaran
EKG
Peningkatan
Gambaran EKG
Tekanan Darah
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai Februari
2021.
Lampung.
3.4.1 Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien HHD
(Hypertension Heart Disease) di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada
24
bulan Januari 2019 sampai November 2020 yang berusia 45 – 65 tahun. Pengambilan
populasi penelitian pada golongan usia tersebut diambil mengingat bahwa pada usia
banyak terjadi penurunan fungsi organ dan sistem yang dapat menjadi faktor perancu
3.4.2 Sampel
Sampel adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
di RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Cara perhitungan untuk penelitian,
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total
Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
Jenis data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data rekam
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria dalam penelitian yaitu :
2. Usia 45 – 65 tahun.
memenuhi inklusi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah
2. Data rekam medis atau hasil EKG yang diambil sebelum Januari tahun 2019.
Ginjal, dll.
27
1. Editing
2. Coding
Setelah data diedit selanjutnya memberikan kode pada setiap data yang
pencampuran data.
3. Processing
dapat dianalisis.
4. Cleaning
Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari hasil pengamatan melalui catatan
rekam medik tiap pasien diolah menggunakan program Microsoft Office Excel dan
SPSS dengan metode uji Chi-Square untuk mendapatkan hasil seperti yang
diinginkan.
28
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Hasil
Lampung pada bulan Januari tahun 2021 sampai dengan selesai. Data diambil dari
rekam medik pasien HHD (Hypertension Heart Disease) Januari 2019 – November
inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dapat dilihat pada table dibawah ini.
mengetahui distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan 2 dengan LVH atau Non –
Pertamina Bintang Amin Kota Bandar Lampung periode Januari 2019 – November
Frequency Percent
Derajat 1 8 40.0
Hipertensi Derajat 2 12 60.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil distribusi frekuensi hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 sebanyak 12 orang yang berusia (52 – 64 tahun) (60%). Kemudian diikuti
kelompok hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang yang berusia (45 – 64 tahun) (40%).
Frequency Percent
LVH 6 30.0
Gambaran
Non-LVH 14 70.0
EKG
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 hasil distribusi frekuensi LVH dan Non – LVH yang
Hypertrophy (Non – LVH) yaitu sebanyak 14 orang yang berusia (45 – 64 tahun)
1 yang memiliki gambaran LVH sebanyak 1 orang yang berusia (62 tahun /
12,5%)dan Non – LVH sebanyak 7 orang berusia (52 – 64 tahun / 87,5%) dengan
jumlah sampel 8 orang. Pada penderita hipertensi derajat 2 yang memiliki gambaran
LVH sebanyak 5 orang berusia (46 – 64 tahun / 41,7%) dan Non – LVH sebanyak 7
orang berusia (45 – 63 tahun / 58,3%) dengan jumlah sampel 12 orang. Pada
penderita yang memiliki gambaran LVH sebanyak 6 orang berusia (46 – 64 tahun /
30%) dan Non – LVH sebanyak 14 orang berusia (45 – 64 tahun / 70%) dengan total
sampel 20 orang.
P
OR
Gambaran Elektrokardiogram N % valu
(CI (95%))
e
LVH Non – LVH
N % N %
Hipertensi 1 12,5 7 87, 8 100 0,163 0,2
Derajat 1 5 (0,18 –
32
Hipertensi 58,
5 41,7 7 12 100
Derajat 2 3 2,181)
N 6 30 14 70 20 100
Berdasarkan uji kolerasi Chi-Square pada tabel 4.4 di atas, dari 20 sampel yang
di periksa didapatkan nilai Pearson Chi-Square sebesar 0.163 atau p>0,05. Pada
penelitian ini risk estimate di dapatkan pada penderita hipertensi derajat 2 berisiko 0,2
kali lebih besar mengalami gambaran LVH dibandingkan dengan penderita hipertensi
berkisar antara 0,18 – 2,181 kali (CI 95%). Probabilitas penderita hipertensi derajat 2
sebesar 0,3 dengan resiko relatif berkisar antara 0,043 – 2,112 (CI 95%).
4.3 Pembahasan
Kemudian diikuti kelompok hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang yang berusia (45 –
Hal ini sama dengan pendapat penelian yang menyebutkan bahwa usia
terbanyak adalah pada Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH) yaitu
sebanyak 14 orang yang berusia (45 – 64 tahun) (70%). Kemudian diikuti gambaran
Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sebanyak 6 orang yang berusia (46 – 64 tahun)
(30%). Hal ini menujukkan bahwa usia penderita hipertensi yang mengalami
gambaran EKG Non – LVH lebih muda dibandingkan dengan penderita hipertensi
peningkatan kekakuan vaskular dan hipertensi sehingga secara khusus, pasien usia
1 yang memiliki gambaran LVH sebanyak 1 orang yang berusia (62 tahun / 12,5%)
dan Non – LVH sebanyak 7 orang berusia (52 – 64 tahun / 87,5%) dengan jumlah
sampel 8 orang. Pada penderita hipertensi derajat 2 yang memiliki gambaran LVH
sebanyak 5 orang berusia (46 – 64 tahun / 41,7%) dan Non – LVH sebanyak 7 orang
berusia (45 – 63 tahun / 58,3%) dengan jumlah sampel 12 orang. Pada penderita yang
memiliki gambaran LVH sebanyak 6 orang berusia (46 – 64 tahun / 30%) dan Non –
LVH sebanyak 14 orang berusia (45 – 64 tahun / 70%) dengan total sampel 20 orang.
34
(12,5%) yang memiliki gambaran LVH dan 7 orang berusia 52 – 64 tahun (87,5%)
memiliki gambaran Non – LVH. Hal ini menunjukkan bahwa pada penderita
Hasil ini sama seperti penelitian alenizi dengan hasil penelitian konsisten
menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang tidak adekuat berhubungan dengan
kompensasi, pada akhirnya peningkatan massa ventrikel kiri menjadi tidak cukup
yang harus diatasi jantung saat kontraksi dan perkembangan aterosklerosis pada arteri
tegangan dinding ventrikel kiri yang kemudian dikompresi dengan hipertrofi ventrikel
ventrikel kiri dan disfungsi diastol yang ditunjukkan dengan peningkatan tekanan
pengisisan ventrikel kiri saat diastol yang mengakibatkan kongesti paru seperti pada
LVH dikarenakan LVH dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya
perkembangan menjadi LVH ini sebagian besar tidak diketahui. (Cesare Cuspidi et al,
2019)
Pada atlet juga dapat terjadi LVH fisiologis dimana merupakan kondisi yang
relatif jinak. Pelatihan intensif menghasilkan peningkatan massa otot ventrikel kiri,
ketebalan dinding, dan ukuran ruang, tetapi fungsi sistolik dan fungsi diastolik tetap
Hasil dari analisis data melalui uji chi square pada penelitian ini menunjukan
tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan (P-Value = 0,163) atau p>0,05 dan
OR (Odd Ratio) (0,2) dengan CI (Confidence Interval) 95% sebesar (0,018 – 2,181)
gelombang S yang dihitung pada lead V1 atau V2) dan gelombang R maksimum
( jumlah kotak kecil terbanyak di gelombang R yang dihitung pada lead V5 atau V6)
memiliki angka koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.177 atau sangat
lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan
Darah Sistol dan gelombang maksimum adalah signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0.002 yaitu < 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara Tekanan Darah Sistol dan gelombang S+R maksimum tetapi korelasinya
hipertensi pada penelitian. Usia dari onset hipertensi hanya menawarkan nilai
Pada atlet dapat terjadi LVH fisiologis dimana merupakan kondisi yang relatif
ketebalan dinding, dan ukuran ruang, tetapi fungsi sistolik dan fungsi diastolik
Chen, 2020)
38
EKG memiliki spesifisitas tinggi (75 – 95%). (Gary Tackling et al, 2020)
5.1 Kesimpulan
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode Januari 2019 sampai November
(40%)
2. Hasil distribusi frekuensi LVH dan Non – LVH yang memenuhi kriteria inklusi
yang terbanyak adalah pada Non – Left Ventricular Hypertrophy (Non – LVH)
5.2 Saran
penyakit hipertensi di Masyarakat dan komplikasi yang dapat terjadi karena telah
Masyarakat jadi dapat diberikan informasi mengenai gejala dan tanda yang di
timbulkan oleh hipertensi agar dapat mendetksi sedini mungkin. Bila memiliki gejala
hipertensi untuk segera berobat ke instansi kesehatan terdekat sehingga tidak menjadi
selain hipertensi dan gambaran EKG (LVH dan Non-LVH) karena menambahkan
Februari 2020].
Antonius H. Pudjiadi et al, (2020), Panduan Klinis Tata Laksana COVID-19 pada
2020].
Arieska Ann Soenarta et al. (2015), Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Cesare Cuspidi et al, (2019), High Normal Blood Pressure and Left Ventricular
Februari 2021].
during
of
Gary Tackling et al, (2020), Hypertensive Heart Disease, NCBI, [Diakses dari:
https://
2020].
Giffary Alif Miraza, (2019), Hubungan hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol
Jakarta.
Isman Firdaus, (2019), Hari Jantung Sedunia, PERKI, [Diakses dari: www.inaheart.
org/news_and_events/news/2019/9/26/press_release_world_heart_day_perki
Keith L. Moore dan Arthur F. Dalley, (2013), Anatomi Berorientasi Klinis, Penerbit
Erlangga Jakarta.
Lauralee Sherwood, (2013), Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, EGC,
Jakarta.
Liliana Sugiharto et al, (2014), Sobotta Atlas Anatomi Manusia, EGC, Jakarta.
Mohd Khairu Izzuddin, (2017), Gambaran Elektrokardiogram Berdasarkan
Klasifikasi
files/temporary/DigitalCollection/OTVlNjIwMDczNjAwZGUyM2E4MThjZG
Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi
Abstract/2019/07001/ASSOCIATION_BETWEEN_HYPERTENSION_
[Diakses
dari: http://www.pusat3.litbang.kemkes.go.id/dwn.php?file=LAPORAN%20
http://
kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas
Siti Setiati et al. (2014), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta.
[Diakses
dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/hari-hipertensi-
dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik#.
Cardiology
-Practice/Volume-13/Early-changes-on-the-electrocardiogram-in-hypertension.
Zhongjie Sun, (2015), Aging, Arterial Stiffness, and Hypertension, AHA, [Diakses
dari: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.114.
Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat 1 8 40.0 40.0 40.0
Derajat 2 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Gambaran EKG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LVH 6 30.0 30.0 30.0
Non-LVH 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.944 1 .163
Continuity Correctionb .804 1 .370
Likelihood Ratio 2.106 1 .147
Fisher's Exact Test .325 .187
Linear-by-Linear
1.847 1 .174
Association
N of Valid Cases 20
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Hipertensi (Derajat 1
.200 .018 2.181
/ Derajat 2)
For cohort Gambaran EKG = LVH .300 .043 2.112
For cohort Gambaran EKG = Non-
1.500 .870 2.587
LVH
N of Valid Cases 20
Motto