Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI (FEKAL, URIN)


PADA PASIEN Dg. KONSTIPASI

A. Pengertian Eliminasi
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urin. Biasanya orang yang mengalami
gangguan dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin.
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air
besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan
huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui
anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

Sumber : Eliminasi urin dan fekal id.scribd.com


B. Tanda dan Gejala
1. Gangguan Eliminasi Urin
a. Inkontinensia urine fungsional
Tanda mayor
Subjektif :
1. Mengompol sebelum mencapai atau selama usaha mencapai toilet
Objektif :
1. –
Tanda minor
Subjektif
1. Mengompol di wakktu pagi hari
2. Mampu mengosongkan kandung kemih lengkap
Objektif :
1. –
2. Gangguan eliminasi fekal
a. Inkontinensia fekal
Tanda mayor
Subjektif :
1. Tidak mampu mengontrol pengeluaran fese
2. Tidak mampu menunda defekasi
Objektf :
1. Feses keluar sedikit-sedikit dan sering
Tanda minor
Subjektif :
1. –
Objektif
1. Bau feses
2. Kulit perianal kemerahan
Sumber : SDKI Edisi 1, Desember 2016

C. Pohon Masalah
1. Masalah Eliminasi Urin

Respon Keinginan awal


untuk berkemih

Menahan Urin/ Kemampuan


mengabaikan keinginan Pengontrolan Urin
awal untuk beberkemih menurun
Kandung kemih akan
Kesulitan mengontrol
mengalami atrofi/
buang air kecil
melemah

Mengompol sebelum Mengompol di


mencapai/ selama waktu pagi hari
usaha mencapai toilet

Gangguan Eliminasi Urin

Inkontinensia
Urin Fungsional

Sumber: Http://repository.usu.ac.id- Etiologi Gangguan Eliminasi Urine


https://idscribd.com LP Eliminasi
SDKI Edisi 1 cetakan 1 2016

2. Masalah Eliminasi Fekal

Faktor Makanan

Bakteri, virus, dan Parasit

Masuk dalam saluran cerna

Reaksi pertahanan dari E.coli


Pertahanan Tubuh Menurun

Kurangnya asupan Cairan Bab sering dengan


Pola Makan Terganggu
dan Makanan Konsitensi Cair

Tidak mampu
Tidak mampu
mengontrol
menunda
Pengeluaran
defekasi
feses

Inkontinensia Fekal
Sumber: https://studylibid.com/doc/Laporan-Pendahuluan-gangguan eliminasi fekal
SDKI Edisi 1 Cetakan 1 2016

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Eleminasi Urine
A. Pemeriksaan urine (urinalisis):
1. Warna (N: jernih kekuningan)
2. Penampilan (N: Jernih)
3. Bau (N: beraroma)
4. pH (N: 4,5- 8,0)
5. Berat jenis (N: 1,005- 1,030)
6. Glukosa (N: negatif)
7. Keton (N: negatif)
B. Kultur urine (N: kuman pathogen negatif).
2. Eleminasi Fekal
a. Endoskopi atau gastroskopi UGI
Endoskopi atau gastroskopi UGI memungkinkan visualisasi esophagus,
lambung, dan duodenum. Sebuah gastroskop memampukan dokter mengambil
specimen jaringan (biopsi), mengangkat pertumbuhan jaringan yang abnormal
(polip), dan sumber- sumber darah samar dari perdarahan.
b. Proktoskopi dan sigmoidoskopi
Proktoskopi dan sigmoidoskopi merupakan instrumen yang kaku, berbentuk
selang yang dilengkapi dengan sumber cahaya.Sigmoidoskopi memungkinkan
visualisasi anus, rectum, dan kolon sigmoid.Protoskopi memungkinkan visualisasi
anus dan rectum.Kedua tes memungkinkan dokter mengumpulkan specimen jaringan
dan membekukan sumber- sumber perdarahan.
c. Rongen Media Kontras
Klien menelan media kontras atau media yang diberikan sebagai enema.Salah
satu media paling umum digunakan adalah barium, suatu substansi radioopaq
berwarna putih menyerupai kapur, yang diminumkan ke klien seperti
milkshake.Pemeriksaan GI bagian atas adalah pemeriksaan media kontras yang
ditelan dengan menggunakan sinar-X, yang memungkinkan dokter melihat
esophagus bagian bawah, lambung, dan duodenum.
Sumber :

E. Penatalaksanaan Medis
1. Eleminasi Urine
a. Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Cara pengambilan urine antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan
urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
1) Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan
urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya
dilakukan untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2) Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat
steril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan
urine steril bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi pada utera, ginjal, atau
nsaluran kemih lainnya.
3) Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan
dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan
mengukur berat jenis, asupan dan pengeluaran, serta mengetahui fungsi ginjal.
b. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urinal
Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine
(air kemih) dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
c. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantumemenuhi
kebutuhan eleminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan
kateterisasi dapat dilakukan melalui dua cara: intermiten (straight kateter) dan
indwelling (foley kakteter).
d. Menggunakan Kondom Kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter kepada pasien yang tidak mampu mengontrol
berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
2. Eleminasi Fekal
a. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan
untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan
pemeriksaan kultur (pembiakan).
1) Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses terdiri atas pemeriksaan
warna, bau, konsistensi, lender, darah, dan lain- lain.
2) Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara
toucher
b. Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot
Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar
secara sendiri di kamar kecil dengan membantu menggunakan pisot (penampung)
untuk buang air besar di tempat tidur dan bertujuan memenuhi kebutuhan
eliminasi fekal.
Sumber :

F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnosa medis, sumber biaya. Identitas
penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Menurut pola fungsional gorden 1982, terdapat 11 pengkajian pada pola fungsi :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Apakah pasien memahami keadaan dirinya?
b. Bagi pendapat Pasien dengan keadaan selatannya?
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Apakah pasien menolak untuk makan dan minum?
b. Apakah pasien mengonsumsi obat dengan rutin?
c. Apakah pasien mampu makan secara oral?
3. Pola eliminasi
Apakah pasien rutin melakukan eliminasi fekal dan urin?
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Kebersihan diri: Apakah pasien selalu berusaha menjaga kebersihan diri secara
mandiri?
b. Aktif sehari-hari: Apakah pasien Memiliki kegiatan selama Berbaring di tempat
tidur?
c. Rekreasi : Apakah pasien melakukan rekreasi selama sakit?
5. Pola istirahat dan tidur
Pola tidur, frekuensi dan intensitas tidur
6. Pola sensori persepsi dan kognitif
Apakah pasien mengalami nyeri?Jika iya lakukan pengkajian: PQRST
7. Konsep diri
a. Body image /gambaran diri: Apakah pasien memiliki perasaan tidak berguna?
b. Role/peran: Apakah pasien masih menjalankan peran dalam keluarga?
c. Identity : Apakah pasien mengalami perubahan sikap?
d. Self Esteem/harga diri : Apakah pasien merasa malu dengan meminta bantuan Saat
ingin melakukan kegiatan
e. Self ideal garing ideal diri: Apakah pasien memiliki cita-cita yang ingin dicapai
tahtanya
8. Pola seksual dan reproduksi
Apakah pasien memiliki masalah seksual?
9. Pola peran dan hubungan
Apakah pasien tetap berkomunikasi dengan baik bersama keluarga/orang terdekat? jika
tidak Apakah pasien menutup diri?
10. Manajemen koping stress
Apakah pasien mengungkapkan stress akibat kondisinya kepada orang terdekat?
11. Sistem nilai dan keyakinan
Apakah pasien dapat melakukan ibadah selama sakit?

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
2) Keluhan Utama
3) Kronologi Keluhan
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual
Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual meliputi: bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan
nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi,
dan ibadah.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit, turgor
kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan hasil pemeriksaan laboratorium.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia Urin Fungsional berhubungan dengan ketidakmampuan atau penurunan
mengenali tanda – tanda berkemih, dibuktikan dengan mengompol sebelum mencapai
atau selama usaha mencapai toilet, mengompol di waktu pagi hari, dan mampu
mengosongkan kandung kemih lengkap. D.0044
2. Inkontinensia fekal berhubungan dengan kehilangan fungsi pengendalian sfingter
rektum, dibutikan dengan tidak mampu mengontrol feses , tidak mampu menunda
defekasi dan feses keluar sedikit sedikit dan sering. D.0041

H. Rencana Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1. Inkontinensia Setelah diberikan Label siki Label siki
Urin Fungsional Intervensi utama Intervensi utama
asuhan keperawatan
berhubungan : Latihan berkemih
dengan selama 2 x 24 jam Latihan -Observasi
ketidakmampuan berkemih 1. Memeriksa
diharapkan
atau penurunan - Observasi kembali penyebab
Kontinensia Urine 1. Periksa gangguan berkemih
mengenali tanda
kembali 2. Memonitor pola
– tanda membaik. Dengan
penyebab dan kemampuan
berkemih, kriteria hasil (SLKI, gangguan berkemih
dibuktikan berkemih. -terapeutik
hal 52) :
dengan Luaran utama 2. Monitor pola 1. Menghidari
mengompol dan kemampun penggunaan kateter
Kontinensia urine
sebelum berkemih. indwelling
mencapai atau 1. Kemampuan - Terapeutik 2. Menyiapkan area
selama usaha 1. Hindari toilet yang aman
berkemih meningkat.
mencapai toilet, penggunaan 3. Menyediakan
2. Noktoria menurun. kateter peralatan yang
mengompol di
indwelling. dibutuhkan dekat
waktu pagi hari, 3. Residu volume urine
2. Siapkan area dan juga mudah
dan mampu setelah berkemih toilet yang dijangkau
mengosongkan aman. - Edukasi
kandung kemih menurun.
3. Sediakan 1. Menjelaskan
lengkap. D.0044 4. Distensi kntung peralatan yang arah-arah menuju
dibutuhkan kamar mandi/toilet
kemih menurun.
dekat dan pada pasien dengan
5. Dribbling menurun. mudah gangguan
dijangkau. pengelihatan
6. Hesitancy menurun.
- Edukasi 2. Menganjurkan
7. Enuresis menurun. 1. Jelaskan arah- intake cairan
arah menuju adekuat untuk
8. Verbalisasi
kamar mendukung output
pengeluaran urin tidak mandi/toilet urine
pada pasien 3. Menganjurkan
tuntas menurun.
dengan eliminasi normal
9. Frekuensi berkemih gangguan dengan beraktivitas
penglihatan. dan olahraga sesuai
membaik.
2. Anjurkan kemampuan
10. Sensasi berkemih intake cairan
adekuat untuk
membaik.
mendukung
output urine.
3. Anjurkan
eliminasi normal
dengan
beraktifitas dan
olah raga sesuai
kemampuan.

2. Inkontinensia Setelah diberikan Label siki Label siki


fekal Intervensi utama
asuhan keperawatan Intervensi utama
berhubungan :
dengan selama 2 x 24 jam Latihan Latihan eliminasi
kehilangan eliminasi fekal fekal
diharapkan
fungsi - Observasi
Kontinensia fekal 1. Monitor -Observasi
pengendalian
sfingter rektum, membaik. Dengan peristaltik usus 1. Memonitor
dibutikan secara teratur. peristaltik usus
kriteria hasil (SLKI,
dengan tidak - Terapeutik secara teratur.
mampu hal 53) 1. Anjurkan
waktu yang -Terapeutik
mengontrol feses Luaran utama :
, tidak mampu konsisten untuk
1. Menganjurkan
Kontinensia fekal buang air besar.
menunda waktu yang
2. Berikan
defekasi dan 1. Kemampuan konsisten untuk
privasi,
feses keluar berkemih meningkat. kenyamanan dan buang air besar.
sedikit sedikit posisi yang
dan sering. 2. Nokturia menurun. 2. Memberikan
meningkatkan
D.0041 privasi,
3. Residu volume urine proses defekasi.
kenyamanan dan
3. Gunakan
setelah berkemih posisi yang
enema rendah,
menurun. jika perlu meningkatkan
4. Anjurkan proses defekasi
4. Distensi kandung
dilatasi rektal 3. Menggunakan
kemih menurun. digital, jika
enema rendah jika
perlu
5. Dribbling menurun. perlu
5. Ubah program
6. Hesitancy menurun. latihan eliminasi 4. Menganjurkan
fekal, jika perlu dilatasi rektal
7. Enuresis menurun.
- Edukasi digital, jika perlu
8. Verbalisasi 1. Anjurkan
mengkonsumsi 5. Mengubah
pengeluaran urin tidak
makanan program latihan
tuntas menurun. tertentu, sesuai eliminasi fekal, jika
program atau perlu
9. Frekuensi berkemih
hasil konsultasi.
membaik. 2. Anjurkan -Edukasi
asupan cairan
10. Sensasi berkemih 1.menganjurkan
yang adekuat
membaik. sesuai mengkonsumsi
kebutuhan. makanan tertentu,
3. Anjurkan olah sesuai program
raga sesuai atau hasil
toleransi. konsultasi
- Kolaborasi
1. Kolaborasi 2. Menganjurkan
penggunaan asupan cairan yang
supositoria, jika adekuat sesuai
perlu. kebutuhan
3. Menganjurkan
oleh raga sesuai
toleransi.
-kolaborasi
1.
Mengkolaborasikan
penggunaan
supositoria, jika
perlu

I. Refrensi

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat,A.AzizAlimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2.Jakarta : Salemba
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperwatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperwatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Gusdiani L, Enno Dian. 2010. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia.
https://id.scribd.com/doc/29388064/LP-ELIMINASI (di akses pada tanggal 6 Februari 2021)
Laporan Pendahuluan Gangguan Eliminasi Fekal. https://studylibid.com/doc/4346839/laporan-
pendahuluan-gangguan-eliminasi-fekal (di akses pada tanggal 6 Februari 2021)
NutT, Okha SeHrie. Eliminasi Urine Dan Fekal. https://id.scribd.com/doc/312097718/Eliminasi-
Urine-Dan-Fekal (di akses pada tanggal 6 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai