Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAHAN KONTRUKSI TEKNIK KIMIA

“ BESI TUANG / COR “

DISUSUN OLEH :
Kelompok III
MUTIAWALIA PUTRI (09220190007)
OLIVIA ALDISA WELLY (09220190006)
A. ALYA RANA ATIKAH (09220190020)
DIAN MELIANI (09220190010)
LISA (09220190013)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat rahmad serta karunia -nya kami dapat menyelesaikan Makalah BAHAN
KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA tentang Besi Tuang/ Cor ini telah dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA tentang Besi
Tuang/ Cor ini kami buat sebagai salah satu prasyarat untuk memenuhi kriteria
penilaian bagi setiap mahasiswa yang menempuh pendidikan di program studi
Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia.
Makalah ini tidak akan dapat terwujud tanpa bantuan dari semua pihak.
Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, tak lupa kami sampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata
kuliah BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA yang selama ini telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada kami untuk bisa
mengerti dan memahami dengan benar apa saja yang terkandung dalam mata
kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia.
Sebagai akhir kata, kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
teman-teman penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas atensi
serta bantuannya dalam bertukar pikiran mengenai isi materi yang kami buat
dalam Makalah BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA ini.

Makassar, 06 Oktober 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1. Besi Cor .......................................................................................... 3
2.2. Klasifikasi Besi Cor ........................................................................ 4
2.3. Proses Pengolahan Besi Tuang ........................................................ 10
2.4. Penerapan Besi Tuang ..................................................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan .................................................................................... 15
3.2. Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri pengecoran logam tumbuh seiring dengan perkembangan teknik
dan metode pengecoran serta berbagai model produk cor yang membanjiri pasar
domestik. Produk cor banyak dipergunaan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari
perabotan rumah tangga, komponen otomotif, pompa air sampai propeller kapal.
Permintaan pasar akan produk logam cor yang prospektif dan luas ini kurang
diimbangi dengan peningkatan kualitas produk (Slamet & Hidayat, 2010).
Besi cor (cast iron) merupakan paduan besi yang mengandung karbon (C)
lebih dari 1,7 % dan silikon (Si) sebanyak 1-3 %. Unsur lain dapat ditambahkan
dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan (strength),
kekerasan (hardness), atau ketahanan korosi (corrosion resistance). Unsur yang
umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni. Besi cor memiliki selang
temperatur cair yang relatif lebih rendah dari pada baja dan relatif lebih “encer”
ketika cair. Sifat mekanis besi cor tergantung pada jenis strukturmikronya, yaitu
bentuk dan distribusi elemen-elemen penyusun.
Salah satu elemen memiliki pengaruh yang berarti adalah grafit. Jumlah,
ukuran, dan bentuk grafit mempengaruhi kekuatan (strength), keliatan (ductility),
dan ketangguhan (toughness) dari besi cor. Selain grafit matriks juga ikut
mempengaruhi sifat mekanis. Matriks besi cor sama dengan yang terdapat pada
baja, yaitu ferit, sementit dan perlit (Abdulah, 2008).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu BesiTuang (Cast Iron)?
2. Apa saja jenis-jenis materialnya?
3. Bagaimana cara pengolahannya?
4. Bagaimana aplikasi dan penerapannya dalam dunia industri?

1
1.3. Tujuan Makalah
1. Agar penyusun dan pembaca mengetahui BesiTuang.
2. Agar penyusun dan pembaca mengetahui jenis-jenis material BesiTuang.
3. Agar penyusun dan pembaca dapat mengetahui cara pengolahan Besi
Tuang.
4. Agar penyusun dan pembaca dapat mengetahui penerapan Besi
Tuang dalam dunia industri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Besi Cor


Besi cor merupakan paduan antara unsur besi yang mengandung karbon
(C), silicon (Si), mangan (Mg), phosphor (P) dan sulfur (S), pada besi cor karbon
biasanya antara 2% sampai 6,67% sedang pada baja kandungan karbon hanya
mencapai 2%, semakin tinggi kadar karbon yang ada pada besi cor akan
mengakibatkan besi cor rapuh getas. Selain dari karbon besi cor juga mengandung
silikon (Si) (1-3%), mangan (0,25-15%), dan phosphor (P) (0,05,15%), selain itu
juga terdapat unsur-unsur lain yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat
tertentu.
Kehadiran silicon dalam besi cor mengakibatkan terjadinya dekomposisi
karbida-karbida menjadi besi dan grafit: Fe3C-Si> 3Fe+C grafit. Proses
dekomposisi ini disebabkan oleh sifat Fe3C yang stabil. Dekomposisi ini disebut
grafitisasi yang menghasilkan grafit dalam besi cor. Selain unsur-unsur yang
ditambahkan dalam besi cor,juga terdapat faktor-faktor penting lainya yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat besi cor tersebut antara lain proses pembekuan laju
pendinginan dan perlakuan panas yang dilakukan.
Besi cor mempunyai keuntungan yaitu mampu tuang (castability) yang
baik, kemudahan proses produksi dan rendahnya proses temperatur kamar. Akan
tetapi besi cor mempunyai titik lebur yang relatif rendah yakni 1150ºC - 1300ºC
dan dapat dituang kedalam bentuk-bentuk yang sulit. Hal ini merupakan
keuntungan dari besi cor karena mendapatkan bentuk benda yang diinginkan
hanya diperlukan proses pemanasan dan juga besi cor mempunyai kekerasan,
ketahanan aus dan ketahanan terhadap korosi yang cukup baik.Salah satu logam
yang banyak digunakan oleh manusia untuk keperluan industri dan rekayasa
adalah besi cor (Surdia & Saito, 1984).

3
2.2. Klasifikasi Besi Cor
2.2.1. Besi Cor Kelabu (Gray CastIron)
Besi cor kelabu memiliki kandungan silicon relatif tinggi yaitu antara 1-
3%. Dengan silicon sebesar ini, besi cor akan membentuk garfit dengan mudah,
sehingga fasa karbida Fe3C tidak terbentuk. Grafit serpih besi cor ini terbentuk
saat proses pembekuan. Besi cor kelabu memiliki kandungan karbon antara 2,5 -
4,0 persen dan kandungan mangan antara 0,2 - 1,0 persen. Sedangkan kandungan
phospor antara 0,002 - 1,0 persen dan sulfur antara 0,02 - 0,025persen.

Gambar 2.1 Struktur mikro Besi Cor Kelabu.

Salah satu karekteristik dari besi cor ini adalah bidang patahannya, patahan
terjadi dengan rambatan yang melintasi satu serpih ke serpih yang lainnya. Karena
sebagian besar permukaan patahan melintasi serpih-serpih grafit, maka
permukaannya berwarna kelabu. Untuk itu disebut besi cor kelabu, besi cor
ini memiliki kapasitas peredaman tinggi. Perlakuan panas yang

4
dialami oleh besi cor kelabu dapat mengahasilkan besi cor dengan struktur yang
berbasis pada fasa feritik, perlitik, atau martensitik. Dengan sifat-sifat yang
dimilikinya, besi cor ini lebih banyak digunakan sebagai landasan mesin, poros
penghubung, dan alat berat. Secara keseluruhan sifat fisik dan mekanik dari besi
tuang kelabu ASTM 40 dapat dilihat pada table di bawah (Jurnal Penelitian
Saintek, Vol, 11. No.1).

Karakteristik Besi Tuang Kelabu

Komposisi Kimia Besi Cor Kelabu C=2,7 – 4,0%, Mn=0,8%, Si=1,8 – 3%, S=0,

ASTM 40 07% max, P=0,2% max

Karakteristik Sifat Fisik Dan Mekanik Besi Tuang Kelabu

Densiti 7, 06 x 10³ – 7,34 x10³ kg/m³

Modulus Elastisitas 124 Gpa

Thermal Expansion (20 C) 9,0 x 10-6 Cˉ¹

Specific Heat Capacity (25 C) 490 J/(kg x K)

Konduktivitas Thermal 53,3 W/(m x K)

Resistivitas Listrik 1,1 x10-7 Ohm x m

Kuat Tarik 276 Mpa

Elongasi 1 %

Kekerasan 180 – 302 HB, Hardness Brinell

5
2.2.2. Besi Cor Nodular
Besi cor nodular dibuat dengan menambahkan sedikit unsur magnesium
atau serium. Penambahan unsur ini menyebabkan bentuk grafit besi cor menjadi
nodular, atau bulat, atau speroid, perubahan bentuk grafit ini diikuti dengan
perubahan ke uletan. Maka dari itu, besi cor nodular disebut besi cor ulet, besi cor
ini memiliki keuletan antara 10 - 20%.

Gambar 2.2 Besi Cor Nadular

Besi cor nodular memiliki kandungan karbon antara 3,0- 4,0%, kandungan
silicon antara 1,8-2,8% dan mangan antara 0,1- 1,0%. Sedangkan kandungan
fosfornya antara 0,01- 0,1% dan sulfur antara 0,01- 0,03%. Perlakukan panas yang
diterapkan pada besi cor nodular akan menghasilkan besi cor ferit, perlit atau
martensit temper. Dengan sifat yang dimilikinya, besi cor ini banyak digunakan
untuk aplikasi poros engkol, pipa dan suku cadang khusus. Secara keseluruhan
sifat fisik dan mekanik besi cor nodular, ulet ASTM A536 dapat dilihat pada table
di bawah (Jurnal Penelitian Saintek, Voll, 11. No.1).

6
Ductile Cast Iron ASTMA536

Komposisi Besi Cor Nodular C=3,5 - 3,9%, Mn=0,15 - 0,35%, Si=2,25

ASTM A536 -2,75%, S=0,01 - 0,025%,

P=0,05%max

Karakteristik Sifat Fisik Dan Mekanik Besi Cor Nodular, Ulet ASTM A536

Densiti 6,64 x 10³ - 7,2 x 10³ Kg/m³

Modulus Elastisitas 172 Gpa

Thermal Expansion (20 C) 11,6 x 10-6 Cˉ¹

Specific Heat Capacity 506 J/(kg x K)

Konduktivitas Thermal 32,3 W/(m x K)

Resistivitas Listrik 6,0 x 10-7 Ohm x m

Kuat Tarik 496 Mpa

Kuat Luluh 345 Mpa

Elongasi 18 %

Kekerasan 130 – 217 HB, Hardness


Brinell

2.2.3. Besi Cor Mampu Tempa


Besi Cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih dengan menerapkan
suatu perlakuan panas. Perlakuan panas yang diterapkan pada besi cor putih
umumnya adalah anil. Dengan perlakukan ini fasa-fasa karbida Fe3C akan
terdekomposisi menjadi besi dan grafit, grafit yang terbentuk tidak serpih atau

7
bulat, namun berbentuk gumpalan grafit yang tidak memiliki tepi-tepi tajam. Besi
cor mampu tempa memiliki kandungan karbon antara 2,2-2,9 persen, kandungan
silicon antara 0,9-1,9 persen, dan mangan antara 0,15-1,2 persen, sedangkan
kandungan fosfornya antara 0,02-0,2 persen dan sulfur antara 0,02 - 0,2 persen.

Gambar : 2.3 Besi Cor Mampu Tempa

Perlakuan panas yang dialaminya dapat membentuk besi cor berfasa


feritik, perlitik atau martensit temper. Perubahan struktur pada laku panas diikuti
juga dengan perubahan sifat mekaniknya. Besi cor ini memiliki keuletan yang
tinggi dan mampu tempa yang baik. Oleh kerena itu disebut besi cor mampu
tempa besicor ini umumnya digunakan untuk perkakas dan alat-alat kereta api.
Secara keseluruhan sifat fisik dan mekanik dari besi tuang mampu tempa ASTM
A220 dapat dilihat pada table di bawah (Jurnal Penelitian Saintek, Vol, 11. No.1).

8
Malleable Cast Iron ASTM A220

Komposisi Kimia: Malleable Cast Iron C=2 - 2,7%, Mn=0,25 - 1,25%, Si=1 -

ASTM A220 1,75%, S=0,03 - 0,18%,

P=0,05%max

Karakteristik Sifat Fisik Dan Mekanik Besi Taung ASTM


A220

Densiti 7,2 x 10³ - 7,45 x 10³ Kg/m³

Modulus Elastisitas 172 Gpa

Thermal Expansion (20 C) 11,9 x 10-6 Cˉ¹

Resistivitas Listrik 3,9 x 10-7 Ohm x m

Kuat Tarik 586 Mpa

Kuat Luluh 483 Mpa

Elongasi 3 %

2.2.4. Besi Cor Putih

Gambar 2.4 Besi Cor Putih

9
Besi cor putih dibuat dengan pendinginan yang sangat cepat. Pada laju
pendinginan yang cepat akan terbentuk karbida Fe3C yang metastabil dan karbon
tidak memiliki kesempatan untuk membentuk grafit. Karbida yang terbentuk
mencapai sekitar 30 persen volume. Besi cor putih mengandung karbon antara
1,8-3, 6%, dan kandungan mangan antara 0,25 - 0,80%. Sedangkan kandungan
fosfornya antara 0,06 - 0,2%, dan sulfur antara 0,06 - 0,2%. Besi cor ini memiliki
sifat yang getas, namun memiliki kekerasan yang tinggi. Sifat yang dimilikinya
menyebabkan besi cor ini lebih aplikatif untuk suku cadang yang mensyaratkan
ketahanan aus tinggi. Secara umum sifat - sifat yang dimiliki oleh besi cor putih
dapat dilihat pada table di bawah (Jurnal Penelitian Saintek, Voll, 11.No.1).

Karakteristik Besi Cor Putih

Komposisi Kimia C=2,5 %, Mn=0,4%, Cr=17%, Si=1,3%,


Ni+Cu=1,5% Cr=1%, P=0,15%, S=0,15%,
Mo=0,5%

Karakteristik Sifat Fisik Dari Besi Cor Putih

Densiti 7,7 x 103 Kg/m3

Thermal Expansion (20


9,0 x 10-6 C-1
C)

Electric Resistivity 8 x 10-7 Ohm x m

2.3. Proses Pengolahan Besi Tuang


Besi cor merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam
industri pengecoran. Hal ini dikarenakan ketersediaannya dalam alam yang
melimpah dibandingkan logam lainnya. Besi cor memiliki sifat mampu mesin
yang baik dalam proses pembentukan maupun permesinan. Secara umum
peleburan besi cor menggunakan kupola, karena mempunyai beberapa
keuntungan, diantaranya Konstruksinya sederhana dan operasinya mudah.

10
Memberikan kemungkinan peleburan kontinu. Memungkinkan untuk
mendapatkan laju peleburan yang besar. Biaya yang rendah untuk alat-alat dan
peleburan. Kupola dibuat dari silinder baja yang tegak, dilapisi oleh bata tahan
api. Bahan baku logam dan kokas diisikan dari pintu pengisi. Udara ditiupkan
melalui tuyer, kokas terbakar dan logam mulai mencair. Logam cair dan terak
dikeluarkan melalui lubang-lubang keluar pada dasar kupola. Jadi dalam kupola
logam dipanaskan langsung oleh panas pembakaran dari kokas, oleh karena itu
kupola mempunyai efesiensi yang tinggi.
Besi Tuang terbuat dari besi kasar (pig iron) hasil tanur tinggi dari bijih
besi. Kemudian besi kasar dilebur kembali agar bisa menjadi besi tuang.
Peleburan besi tuang biasanya dilakukan dalam tungku yang sering disebut
Kupola. Bentuk dan konstruksi Kupola tersebut hampir sama dengan konstruksi
tanur tinggi (blast furnace). Bahan baku yang dilebur terdiri dari batang logam
besi kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi. Bahan baku yang dilebur
terdiri dari ingot besi kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi, ditambah
dengan skrap baja ataupun skrap besi tuang (return scrap). Disamping itu
penambahan bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi) dan feromangan (FeMn)
sering pula dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan kembali kadar Si
dan Mn dalam besi tuang karena sebagian dari kedua unsur tersebut biasanya
berkurang (hilang) akibat oksidasi pada saat peleburan.
Bahan bakar yang digunakan adalah kokas dan dimasukkan ke dalam
Kupola selang seling dengan muatan logam. Proses pembakaran terjadi dengan
meniupkan udara ke dalam Kupola dengan menggunakan Blower. Untuk
mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan antara muatan
logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin.
Disamping membutuhkan bahan-bahan seperti yang disebutkan diatas, ke
dalam Kupola juga ditambahkan sejumlah batu kapur. Bahan ini dapat membantu
pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat kotoran-kotoran sehingga
memisahkannya dari besi cair. Proses peleburan besi tuang dengan Kupola
biasanya terjadi secara kontinyu artinya begitu muatan logam mencair maka
langsung mengalir keluar tungku. Logam cair yang keluar dari Kupola ditampung

11
pada alat perapian depan (forehearth) yang kemudian diangkut dengan
menggunakan ladel untuk dituang ke dalam cetakan. Dengan proses peleburan
seperti itu maka sering kali mempersulit untuk melakukan pengaturan komposisi
kimia. Hal ini dapat mengakibatkan daerah komposisi kimia yang dihasilkan
menjadi lebar sehingga memberikan variasi pula terhadap kualitas produk yang
dibuat. Disamping itu kekurangan lainnya pada proses peleburan dengan Kupola
yaitu logam cair mudah mengalami kontaminasi oleh sulfur atau unsur-unsur
lainnya yang disebabkan oleh bahan bakar kokas. Pengotoran karena sulfur ini
dapat menurunkan sifat-sifat besi tuang.
Karena kekurangan-kekurangan di atas, maka dewasa ini banyak pabrik
pengecoran menggunakan tungku listrik untuk menggantikan Kupola. Tungku
listrik yang banyak digunakan adalah dari jenis tungku induksi. Bahan baku yang
dilebur pada umumnya tidak menggunakan besi kasar melainkan sebagian besar
berupa skrap baja atau skrap besi tuang. Peleburan dengan tungku ini dapat
menghasilkan logam cair dengan komposisi kimia yang lebih konsisten dengan
kadar impuritas yang lebih rendah karena bahan baku yang dilebur biasanya
berupa skrap baja, maka untuk menaikkan kadar karbon agar mencapai kadar
yang sesuai untuk besi tuang biasanya dilakukan dengan memasukkan sejumlah
arang kayu ke dalam tungku. Berikut ini adalah gambar proses peleburan dan
penuangan besi tuang

Gambar 2.5 Proses Pembuatan Besi Tuang

12
Dalam pemakaian di industri, ada tiga jenis besi tuang yang banyak
digunakan, yaitu: besi tuang kelabu (grey cast iron), besi tuang ulet atau besi
tuang nodular (nodular cast iron) dan besi tuang putih (white cast iron). Ketiga
jenis besi tuang ini mempunyai komposisi kimia yang hampir sama yaitu : 2,55 -
3,5 %C, 1-3 %Si, Mn kurang dari 1% sedangkan S dan P dibatasi antara 0,05-0,10
% (maksimum). Walaupun komposisi kimianya hampir sama, tetapi karena
prosesnya berbeda maka struktur dan sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut
berbeda.
2.4. Penerapan Besi Tuang
2.4.1. Besi Tuang Kelabu
Aplikasi besi cor kelabu antara lain untuk silinder blok, plat kopling, gear
box, bodi mesin Perkakas. Karena kemapuannya meredam getaran.

1. Besi Tuang Kelabu 15 digunakan untuk benda cor yang tipis yang dapat
beban tidak berat, tetapi bentuknya sulit seperti: deksel, kas untuk nok as
roda gigi dengan kuat tarik minimum = 14 kg/mm2

2. Besi Tuang Kelabu 20 digunakan sebagai kerangka mesin yang


bentuknya sulit seperti frame, kolom, kruk as, dan lain sebagainya, kuat
tarik minimum = 18 kg/mm2
3. Besi Tuang Kelabu 25 digunakan untuk pembuatan silinder kereta api,
kompresor, silinder mesin uap, dan sebagainya, kuat tarik minimum = 25
kg/mm2

4. Besi Tuang Kelabu 30 digunakan untuk kerangka mesin yang sangat


berat bebannya dan bentuknya sederhana.
2.4.2. Besi Tuang Putih
Aplikasi besi cor putih digunakan untuk membuat komponen yang
membutuhkan permukaan material tahan aus akibat abrasi seperti plat landasan,
liner pompa, komponen mesin yang bergesekan, dan penggiling pasir.

2.4.3. Besi Tuang Melleable


Aplikasi dari besi cor malleable ini antara lain peralatan agrikultur,
komponen lokomotif, jangkar kapal, komponen mesin industri.

13
2.4.4. Besi Tuang Nodular
Aplikasi dari besi cor Nodular biasanya digunakan untuk ring piston,
karena memiliki kemampuan yang cukup tinggi.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Besi tuang (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan dari besi dengan
lebih dari 1,7 % karbon, biasanya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4
hingga 4 %. Besi tuang mempunyai klasifikasi yaitu : Besi tuang putih, besi tuang
kelabu, besi tuang mampu tempa dan besi tuang nodular. Besi tuang mempunyai
sifat mekanisme antara lain tahan dalam tekanan tinggi dan juga tidak mudah
berkarat. Besi tuang mempunyai kegunaan pada alat berat yang digunakan untuk
bahan baku dari silinder blok.

3.2. Saran
Beberapa saran yang bisa diberikan untuk penyempurnaan “Tugas Bahan
Kontruksi Teknik Kimia” ini adalah:
1. Sebelum menggunakan alat untuk alat berat, pahami dulu alat tersebut dari
bahan apa dan sifat mekanismenya.
2. Teliti sebelum mengerjakan sesuatu.
3. Selalu ikuti petunjuk penggunaan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Bayuseno, A. P. 2010. Penambahan Magnesium-Ferrosilikon Evaluasi Terhadap
Peningkatan Sifat Mekanik Dan Impak. Jurnal Rotasi. Universitas
Diponegoro. 12, 43–50.
Istiyono, E. 2006. Kajian Sifat Mekanik Bahan Yang Mengalami anilisasi. Kajian
Sifat Mekanik Bahan Yang Mengalami anilisasi, 11(1), 56–86.
https://doi.org/10.21831/jps.v11i1.5545
Mawardani, P. 2010. Proses Pembuatan Besi Tuang ( Cast Iron ) Fisika Logam
dan Alloy.
Science, N. 2005. / 3 Si. 6–37.

16

Anda mungkin juga menyukai