Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PELAYANAN KONTRASEPSI PASCA ABORSI

DISUSUN OLEH:

Aprilia Dwi Putri (P05140319003)

Frilia Anggun Lestari (P05140319010)

Karina Dwi Ratna (P05140319013)

Lara Anggraini (P05140319014)

Linda Alifia Yulianti (P05140319015)

Nur Annisa Muslimah (P05140319019)

Shalsabilillah Defia Putri ( P05140319026 )

Vemmy Zelpita (P05140319032)

DOSEN PEMBIMBING:

Elly Wahyuni,SKM,M.Pd

PRODI DIV KEBIDANAN+PENDIDIKAN PROFESI TINGKAT II

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Pelayanan Kontrasepsi Pasca
Aborsi ini tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu , 4 februari 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

A. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi.........................................................................


B. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan Kondom..
....................................................................................................................................
C. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan PIL..........
D. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan Suntik.....
....................................................................................................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan hasil SP 2010 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 237,6


juta jiwa. Salah satu hasil usaha pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk adalah penurunan pertumbuhan penduduk sebesar 2,32 persen per tahun
selama periode 1970-1980 menjadi 1,49 persen per tahun pada periode 2000-2010. Hal
tersebut tidak lepas dari keberhasilan pemerintah menekan angka kelahiran yang juga
menunjukkan penurunan yang konsisten. Namun pada satu dasawarsa terakhir
penurunan angka pertumbuhan penduduk maupun angka kelahiran melambat, hal ini
ditunjukkan dengan hasil SDKI. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002/03, 2007dan 2012 menunjukkan bahwa TFR mengalami stagnasi.

Pada waktu yang bersamaan hasil SP 2010 menunjukkan bahwa angka


pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan dibandingkan dengan SP tahun
2000. Jumlah anak yang dimiliki oleh wanita usia subur di Indonesia pada awal tahun
1971 tercatat sebanyak 5,6 anak mengalami penurunan sampai dengan 2,6 anak sampai
dengan tahun 2002, atau dengan kata lain dalam waktu lebih kurang 30 tahun terjadi
penurunan sampai dengan separuhnya. Namun sejak tahun 2002 sampai dengan 2012
terlihat TFR stagnan pada posisi 2,6 anak, artinya dalam 10 tahun terakhir menunjukkan
tidak adanya penurunan rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh wanita usia subur 15-
49 tahun di Indonesia. Padahal untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang pada
tahun 2020 diharapkan TFR mencapai 2,1 anak.
Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat
mencegah terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan adalah penggunaan alat
kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan. Alasan
pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan resiko
terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta
ketidak tersediaan kontrasepsi. KB Pasca Keguguran adalah penggunaan kontrasepsi
pasca keguguran.
Di Indonesia pemakaian alat kontrasepsi tidak terlepas dari peran serta
penggunanya, rendahnya peran serta suami dalam penggunaan alat kontrasepsi juga
mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi. Idealnya, terkait dengan upaya
penundaan kehamilan atau kelahiran anak berikutnya setelah anak pertama lahir, hal
yang penting dilakukan adalah mengatur jarak kehamilan. Upaya untuk mengatur jarak
kehamilan atau kelahiran ini dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pelayanan Kontrasepsi pasca Aborsi dengan kontrasepsi menggunakan
Kondom, PIL, dan Suntik?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui bagaimana Pelayanan Kontrasepsi pasca Aborsi dengan kontrasepsi
menggunakan Kondom, PIL, dan Suntik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi


KB Pasca Keguguran yang selanjutnya disingkat KB PK adalah pelayanan KB
yang diberikan setelah penanganan keguguran saat di faskes atau 14 hari pasca
keguguran. Wanita pasca keguguran dapat subur kembali antara 11-14 hari pasca
keguguran, namun sangat disarankan untuk menunggu 6 bulan setelah keguguran untuk
hamil kembali. KB Pasca keguguran dapat diberikan selama t idak ditemukan komplikasi
atau komplikasi atau komplikasi telah tertangani.
Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya
fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap
bayi dan ibu serta ketidaktersediaan kontrasepsi. Dalam rangka menurunkan resiko
terhadap ibu dan luaran bayi, WHO pada tahun 2006 merekomendasikan jarak kehamilan
yang optimal untuk dapat memberikan peluang bagi ibu untuk memulihkan
kesehatannya. Pentingnya perempuan untuk dapat memberikan kesempatan pemulihan
kesehatan perlu didukung oleh keluarga dan lingkungannya, sebagai salah satu hak dalam
CEDAW karena selama ini dianggap kehamilan merupakan urusan perempuan, serta
rendahnya peran suami dalarn mendukung isteri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
ibu. Hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan ibu tentang tanda bahaya saat kehamilan,
persalinan dan nifas, rendahnya peran ibu dalam mengambil keputusan bagi kesehatan
dan keselamatan dirinya (pemilihan metode kontrasepsi, jumlah persalinan oleh dukun
masih tinggi) serta masalah kesehatan perempuan masih dianggap kurang penting.
Lebih kurang 63 persen wanita menggunakan kontrasepsi dalam waktu 0-2 bulan
pasca melahirkan atau keguguran, sementara sisanya menggunakan kontrasepsi setelah 3
bulan keatas. Hal ini perlu menjadi perhatian karena fertilitas akan meningkat kembali
setelah 6 bulan melahirkan bagi wanita yang menyusui secara eksklusif, bagi wanita yang
tidak menyusui secara eksklusif kesuburannya akan lebih cepat kembalinya.
Pendidikan akseptor sangat penting untuk mengetahui metode kontrasepsi
tersebut secara lebih rinci yaitu untuk memahami dengan baik tentang kelebihan dan
kekurangan alat kontrasepsi, hal ini berdampak pada kualitas dan kelangsungan
pemakaian metode kontrasepsi yang dipilih. Semakin tinggi pendidikan akseptor maka
semakin tinggi pula tingkat pemakaian alkon pada wanita setelah melahirkan ataupun
keguguran.
B. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan Kondom
1. alat kontrasepsi untuk pria berbentuk selubung atau sarung yang terbuat dari
lateks/karet, plastik (vinil) yang dipasang pada alat kelamin pria saat berhubungan
seksual.

2. Efektifitas: 88% - 98% (2-12 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
3. Cara kerja:
i. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma
tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan
ii. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk virus hepatitis B, HIV, dan
AIDS dari satu pasangan kepada pasangan yang lain)

4. Manfaat pemakaian kondom:


i. Efektif bila digunakan dengan benar
ii. Tidak mengganggu produksi ASI
iii. Memiliki fungsi ganda ( kontrasepsi dan pencegahan penularan IMS, HIV dan
AIDS)
iv. Murah dan dapat dibeli secara umum
C. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan PIL

1. kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang mengandung hormon
progestin atau dikenal dengan istilah minipil.
2. sangat dianjurkan bagi ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan (tidak menghambat
produksi ASI)
3. dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
4. Efek samping: gangguan perdarahan, perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur.
5. Efektifitasnya: 98,5% (1,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
6. Cara kerja: Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat masuknya
sperma
7. Waktu penggunaan:
i. Mulai hari 1-5 siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.
ii. Dapat digunakan setiap saat, syarat kehamilan (-). Bila menggunakan setelah hari-
5 siklus haid,
iii. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari/menggunakan kontrasepsi lain
untuk 2 hari saja.
iv. Dapat digunakan sejak 3 hari setelah bersalin.
8. Keuntungan kontrasepsi minipil:
i. Sangat efektif bila digunakan secara benar
ii. Tidak menghambat produksi ASI
iii. Kesuburan cepat kembali jika putus konsumsi kontrasepsi pil
iv. Nyaman dan mudah digunakan juga tidak mengganggu hubungan seksual
v. Dapat dihentikan setiap saat
9. Yang dapat menggunakan:
i. Usia produktif
ii. Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi ASI
iii. Pascapersalinan dan menyusui
iv. Tidak mempunyai tekanan darah tinggi (kurang dari 180/110 mmHg)
10. Tidak digunakan pada:
i. Hamil
ii. Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya
iii. Ibu yang sedang minum OAT
iv. Riwayat stroke
v. Kanker payudara

D. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi dengan Kontrasepsi menggunakan Suntik


1. kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan intra muskuler di daerah bokong yang
mengandung progestin.
2. Ada 2 jenis:
i. Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
ii. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
3. Suntikan diberikan tiap 3 bulan sekali dan bisa digunakan mulai 7 hari setelah bersalin
4. Cara kerja:
i. mencegah ovulasi
ii. mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
iii. selaput lendir rahim menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel
telur oleh saluran telur
5. Efektifitas: 99,7% (0,3 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
6. Waktu pemakaian:
i. Suntikan progestin bisa digunakan dalam 7 hari pascapersalinan.
ii. Pada pascakeguguran, penggunaan kontrasepsi ditunda sampai anemia dapat
diatasi.
7. Yang dapat menggunakan:
i. Usia reproduksi
ii. Ibu sedang menyusui dan memerlukan kontrasepsi yang tidak mengganggu
produksi ASI
iii. Ibu pascakeguguran
iv. Ibu perokok
v. Tekanan darah kurang dari 180/110 mmhg
8. Keuntungan
i. cocok untuk ibu menyusui karena tidak menekan produksi ASI
ii. menurunkan kejadian penyakit tumor payudara
iii. tidak mempengaruhi hubungan suami istri
iv. menurunkan kasus anemi
9. Yang tidak boleh menggunakan:
i. hamil atau dicurigai hamil
ii. perdarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya
iii. menderita penyakit payudara/ riwayat kanker payudara
10. Yang perlu diperhatikan:
i. sering menimbulkan gangguan haid yang sifatnya sementara
ii. efek samping: berat badan bertambah, sakit kepala, dan nyeri pada payudara
iii. dapat digunakan oleh ibu yang ingin menunda kehamilan berikutnya dalam waktu
dekat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada 76,8 persen wanita menggunakan alat kontrasepsi pasca kelahiran dan pasca
keguguran, meningkat dibanding SDKI 2007. Tetapi hanya 7,29 persen diantara yang
menggunakan alkon memilih MKJP (MOP, MOW,Susuk dan IUD) yang 70,5 persen
sumber pelayanan KB PP dan PK berasal dari bidan.

Hanya 1 dari 4 pemakai KB PP dan PK menggunakannya dalam jangka waktu 1


bulan, Persentase yang menggunakan KB PP dan PK menurun dengan meningkatnya
urutan anak yang dilahirkan, dan makin menurun dengan meningkatnya umur ibu,
namun persentase yang menggunakan KB MKJP makin meningkat dengan
meningkatnya umur ibu. Persentase yang menggunakan KB PP dan PK lebih tinggi di
daerah perkotaan dan pada ibu yang berpendidikan tinggi

B. Saran

Perlunya meningkatkan sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi pasca kelahiran


dan pasca keguguran melalui advokasi KIE, terutama alkon MKJP (MOP, MOW,Susuk
dan IUD). Peningkatan kualitas dan pengetahuan bidan serta dokter sebagai sumber
pelayanan KB PP dan PK, interval atau jangka waktu penggunaan KB PP dan PK,
sosialisasi mengenai penggunaan KB PP dan PK terutama kepada keluarga yang
mempunyai anak lebih dari dua, kesadaran penggunaan KB PP dan PK pada semua
tingkatan usia ibu.
Meningkatkan pendidikan ibu serta peranan gender agar perempuan dapat
semakin menentukan penggunaan alkon KB PP dan PK, serta perlu membuat kebijakan
nasional dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu melalui penggunaan KB PP dan PK
DAFTAR PUSTAKA
1. Ananta, A, Kecenderungan dan factor penentu fertilitas dan mortalitas di Indonesia.
Ed Djakarta, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, tahun 1993
2. Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional,BadanPusat Statistik,
Kementerian Kesehatan, Survei Demografi danKesehatan Indonesia 2012.
3. Bappenas. 2002. Analisis Gender dalam Pembangunan Keluarga Berencana Nasional.
Bappenas: Jakarta.
4. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Editor, BiranAffandi, dkk.Ed. 3,
Cetakan kedua. PT BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, Jakarta. 2012
5. Bulatao, R. Lee, R.1983. Determinants of Fertility in Developing Countries.Academic
Press: New York.
6. Easterlin, Richard A. Modernisation and Fertility. A critical Essay, in Richard A
Bulatao and R.D.Lee (eds). Determinant of Fertility in Developing Countries,
Washington DC, National Academic Press, 1983
7. Friedman, Ronald C. The Sociology and Human Fertility : A trend report and
Bibliography. Current Sociology 10/11: 35- 68, 1961/1962
8. John Bongaarts, A framework for analyzing the proximate determinants of fertility.
Population and Development Review Vol.4, No.1, pp 105-132, March 1978

Anda mungkin juga menyukai