Kelas : XI MIPA 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
RESENSI BUKU
DATA BUKU
Judul Buku : Dalam Kurung
Penulis : Haditha
Penyunting : MB Winata
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tahun Terbit : 2019
Tebal Buku : vi + 250 Hlm
TENTANG BUKU
Berawal dari sebuah ramalan dari Mbok Sasih kejadian mengerikan menimpah
sebuah desa di Bojonegoro.
Djabrik masih terpukul dengan perginya Nuansa, teman masa kecilnya. Tak
ingin berlarut-larut dalam kegundahan Djabrik memutuskan untuk membuka
hati pada Elsa.
Di suatu malam, Djabrik mendapati Nuansa muncul dari lubang Hitam di antara
rimbunnya bambu. Djabrik tak pernah menduga akan bisa bertemu lagi dengan
Nuansa. Djabrik selalu menunggu kedatangan Nuansa.
Tema yang di angkat horror klenik. Bisa juga fantasi, apakah fantasi klenik? Bisa
jadi genre baru di dunia kepenulisan Indonesia. Berhubung aku suka dengan
fantasi, tak terlalu sulit buatku menangkap isi cerita, dan lagi penulisannya yang
ringan.
Karakter dalam buku ini, cukup banyak. Ada Djabrik, pemuda desa yang
sepertinya mengalami banyak sekali kesialan. Pemain Band, suka membuat
lagu. Serta punya sifat yang suka menolong. Sayangnya, dia sedikit labil. Elsa,
gadis yang baru saja lulus SMA, berani, kuat dan pantang menyerah. Nuansa,
sosok yang misterius, kuat, berani dan punya keistimewaan.
Selain mereka bertiga, ada Tri Darma yang awalnya lemah, setelah bertemu
dengan khodamnya, menjadi sosok yang tangguh.
Mbok Sasih, Abah dan juga teman2 Djabrik yang lain. Serta makhluk2 lain
dengan gaya baru. Seperti macam putih, pelindung Tri Darma, maupun
makhluk yang lepas dalam kurung.
Sungguh enak dan renyah mengikuti kisah mereka dalam buku ini.
Misteri yang dibangun cukup pelik, apalagi setiap bab di buat penasaran,
karena cerita yang di gantung, kemudian akan dijabarkan pada bab-2 akhir.
Konfliknya kuat dan membuat betah untuk membaca.
Gaya penulisan yang cerdik, meskipun kadang tak berhasil membuat pembaca
merasa senang. Kesal dan sulit memahami iya. Hehehe, untungnya bahasa yang
digunakan sangat ringan.
Setting waktu sendiri kurang begitu di jelaskan. Ada yang masih kurang relevan.
Karena sudut pandang yang diceritakan bergantian antar tokoh, membuat
pembaca berada dalam waktu dan tempat yang berbeda dua kali. Dan itu,
seperti mengulang waktu yang sudah berlalu.
Paling menarik di sini adalah saat penulis, tidak hanya membuat pembaca
ketakutan, tapi juga berpikir. Dengan menyisipkan isu-isu hangat. Seperti
pelestarian lingkungan.
Rasanya aku hanya perlu berharap kalau di buku ini, di buat dialog dengan
bahasa Jawa yang lebih banyak lagi. Dengan catatan kaki tentunya. Aku rasa,
meskipun beberapa sudah terdapat bahasa Jawa, masih kurang mengigit.
Mengingat setting cerita yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Mengingat peminat novel misteri tak kalah besar dengan novel Romance?
Apapun itu? Aku sebagai pembaca sangat bersyukur bisa mengkhatamkan buku
ini. Asal kamu tahu, di sini tidak hanya ada horror-horrornya saja. Banyak hal di
ungkap. Komedi yang tak jarang membuat pembaca tersenyum, atau adegan
yang membuat jantung berdenyut-denyut. Tegang,.. Hingga tak sadar sudah di
ujung halaman.
Aku sangat suka dengan dunia yang diciptakan. Mulai dari semesta WatuKayu,
pohon berbentuk piramida, juga makhluk-makhluk tak kasat mata gaya baru.
Setidaknya seperti itu lah yang diucapkan penulis.
Memilihan nama tokoh yang tak lazim. Ya, berbeda dengan novel lain. Lebih
merakyat kalau aku bilang. Dan itu, akan membuat pembaca dengan mudah
merasuk ke dalam cerita. Sangat dekat dengan lingkungan kita. Mulai dari
penjabaran dan juga gambaran.
.
Hanya saja, ada beberapa pemilihan kata yang kurang tepat. Contohnya, dalam
kalimat berikut "Masuk merasuk melalui lubang di tubuh si gadis." (hlm 183)
terdapat pemborosan kata.
Selain itu, karakter Mbok Sasih yang perlu pengembangan. Melalui dialog,
Mbok Sasih masih terlihat modern, bukan nenek2 tua dan kuno.
AKU MERASA
Buku ini cukup ringan untuk di nikmati oleh siapa saja. penyuka horror klenik
maupun bukan. Kisahnya sangat menarik, dengan konflik yang membuat bulu
kuduk tidak hanya merinding, Tapi juga berdansa riang.