Anda di halaman 1dari 8

POLIHIDRAMNION

Oleh:

Muliana Evelin Datu

20014101051

Masa KKM: 29 Maret – 6 Juni 2021

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
1. Definisi
Polihidramnion atau yang biasa juga disebut hidramnion merupakan peningkatan
abnormal dari volume cairan amnion. Peningkatan volume cairan amnion dapat
didiagnosa biasanya dalam masa trimester kedua ataupun ketiga. Peningkatan abnormal
pada cairan amnion merupakan komplikasi 1-2% pada kehamilan. Kondisi klinis ini
dihubungkan dengan tingginya resiko prognosis kehamilan yang buruk.

2. Etiologi
Secara klinis, polihidramnion merupakan hasil dari produksi berlebihan cairan amnion
ataupun terganggunya eliminasi cairan dari rongga amnion. Walaupun seringnya
polihidramnioin yang ringan idiopatik, namun 2 penyebab tersering dari polihidramnion
adalah diabetes mellitus maternal dan anomaly janin. Polihidramnion juga mungkin dapat
disebabkan oleh infeksi kongenital dan alloimunization. Etiologi yang berpotensial
menyebabkan polihidramnion sebagai berikut:
 Malformasi janin dan kelainan genetik (8-45%)
 Diabetes melitus pada ibu (5-26%)
 Kehamilan multipel (8-10%)
 Anemia janin (1-11%)
 Penyebab lainnya, seperti infeksi virus, Bartter Syndrome, gangguan
neuromuskular, hiperkalsemia pada ibu. Infeksi virus yang dapat menyebabkan
polihidramnion meliputi parvovirus B19, rubella, cytomegalovirus. Infeksi
lainnya seperti toxoplasmosis dan sifilis dapat juga menyebabkan
polihidramnion.

3. Patofisiologi
Dibawah kondisi fisiologis terdapat kesimbangan dinamis antara produksi dan reabsorbsi
cairan amnion. Jumlah cairan dipengaruhi oleh urinasi janin dan produksi cairan paru
janin. Cairan amnion diserap dengan cara ditelan oleh janin danpenyerapan intramembran
dan intravaskular. Hubungan relatif dari masing-masing mekanisme ini bervariasi selama
kehamilan. Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan gangguan fungsi menelan atau
meningkatnya urinasi dan menyebabkan polhidramnion. Polihidramnion dihasilkan dari
kelebihan produksi cairan amnion atau gangguan dalam pemindahan cairan dari rongga
amnion. Penyebab polihidramnion utama dari ibu adalah diabetes melitus, dimana
berkontribusi hingga 25 % dari kasus. Penyebab yang pasti pada diabetes ibu tampaknya
pada peningkatan gradien osmotik pada aliran darah janin dari plasenta disebabkan
hiperglikemia. Penyebab yang berasal dari janin dapat dibagi menjadi dua kategori:
gangguan neurologi pada mekanisme menelan pada janin dan obstruksi mekanik atau
gangguan menelan dan penyerapan sistem gastrointestinal. Gangguan neurologi pada
mekanisme menelan dan kemungkinan hambatan dari mekanisme regulasi homeostasis
cairan amnion, bisa diakibatkan kelainan kongenital seperti pada aneuploid atau kelainan
neuromuskular atau kondisi-kondisi didapat seperti infeksi virus uterus yang
bermanifestasi pada sistem saraf pusat. Penyebab yang paling umum adalah obstruksi
mekanik pada menelan, seperti atresia pada esofagus atau usus atau obstruksi pada
saluran gastrointestinal oleh massa intraabdomen. Penyebab yang jarang pada
polihidramnion adalah anemia janin yang berat dihubungkan hidrops fetalis biasanya
disebabkan oleh isoimunisasi atau perdarahan fetal-maternal. Peningkatan cairan amnion
dapat terjadi akibat tingginya cardiac output dari ginjal, dengan peningkatan produksi
urinatau dari gagal ginjal dan berkurangnya mekanisme menelan. 40%-60% kasus
polihidramnion tidak mempunyai penyebab yang jelas selama kehamilan, sehingga
disebut polihidramnion idiopatik dapat terjadi pada janin yang sehat, walaupun evaluasi
neonatal secara hati-hati telah dilakukan.8

4. Diagnosis
- Anamnesis
Pasien-pasien menderita polihidramnion sering dirujuk ke rumah sakit dengan
keluhan tidak nyaman pada perut dan gangguan pernapasan. Jika polihidramnion
berat atau berkembang dengan cepat, gejala pada ibu jarang terjadi. Pada
polihidramnion kronik, akumulasi cairan bertahap, dan seorang wanita mungkin
mentolerir distensi perut yang berlebihan dengan sedikit ketidaknyamanan. Pada
polihidramnion akut cenderung berkembang lebih awal pada kehamilan.
- Pemeriksaan Fisik
Besarnya uterus abnormal (dibandingkan usia gestasi) disertai kesulitan menyentuh
bagian janin dan masalah yang berhubungan dengan auskultasi pada janin (kesulitan
mendengar denyut jantung janin) dapat diamati pada pemeriksan fisik.
- Pemeriksaan Penunjang
Amniosintesis untuk penilaian kariotipe janin sangat dianjurkan, terutama adanya
kelainan struktural. Disamping itu, skrining pada ibu untuk tanda perdarahan ibu-
janin, infeksi kongenital dan kemungkinan anemia herediter dapat dipertimbangkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium prenatal rutin harus ditinjau, terutama skrining gula
darah, isoimunisasi dan pemeriksaan darah ibu. Diagnosis klinis polihidramnion
harus selalu dikonfirmasi menggunakan ultrasonografi. Metode yang digunakan
adalah mengukur single deepest pocket dan mengukur indeks cairan amnion
(Aminiotic Fluid Index/AFI).12 USG dan penilaian subjektif atau semikuantitatif
adalah yang digunakan untuk mengevaluasi volume cairan amnion. Dengan metode
subjektif, pemeriksa memperkirakan volume cairan amnion berdasarkan pengalaman
pribadi. Pengalaman sonografer memainkan peranan yang penting dalam hal ini.
a. Pengukuran Cairan Amnion
1) Ultrasonografi
Evaluasi volume cairan amnion merupakan salah satu pemeriksaan standar
yang dilakukan menggunakan USG pada trimester ketiga. Volume cairan
dinilai secara semikuantitatif dengan mengukur kantong tunggal (single
pocket) dan indeks cairan amnion (AFI). Perkiraan secara kualitatif atau
subjektif dapat dipertimbangkan jika dilakukan oleh pemeriksa yang
berpengalaman. Kekurangan dari perkiraan secara subjektif adalah tidak
memungkinkannya untuk melakukan penilaian longitudinal terhadap
kecenderungan dalam jumlah atau ke cukupan volume cairan.
2) Single deepest pocket (kantong tunggal terdalam)
Disebut juga kantong vertikal maksimum. Tranduser USG diarahkan tegak
lurus terhadap dasar dan paralel terhadap aksis panjang dari wanita hamil.
Pada potongan sagital, kantong vertikal terbesar dari cairan diidentifikasi.
Kantong cairan dapat terdiri dari bagian fetus atau korda umbilikal, namun
kedua hal tersebut tidak termasuk dalam pengukuran. Rentang normal untuk
kantong tunggal terdalam umumnya adalah 2 cm sampai 8 cm, dengan nilai
diatas atau dibawah secara berurutan menunjukkan polihidramnion atau
oligohidramnion. Rentang yang kurang umum digunakan untuk menentukan
kecukupan volume cairan amnion adalah menggunakan pengukuran kantong
tunggal secara vertikal dan transversal. Kecukupan volume cairan amnion
didefinisikan sebagai kantong 2x1 cm, kantong 2x2cm atau kantong dengan
ukuran 15 cm2 Ketika mengevaluasi kehamilan ganda atau multigravida, tiap
kantong harus diukur masing-masing dengan rentang normal 2 cm-8 cm.
3) Indeks cairan amnion (AFI)
Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran kantong
tunggal terdalam, yaitu Tranduser USG diarahkan tegak lurus terhadap dasar
dan paralel terhadap aksis panjang dari wanita hamil. Uterus dibagi menjadi 4
kuadran sama besar, yaitu atas kanan dan kiri dan bawah kanan dan kiri. AFI
merupakan penjumlahan dari hasil pengukuran kantong tunggal terdalam dari
4 kuadaran. Kantong cairan dapat terdiri dari bagian fetus atau korda
umbilikal, namun kedua hal tersebut tidak termasuk dalam pengukuran. Color
doppler biasanya digunakan untuk memastikan bahwa umbilikal kord tidak
ikut terukur. Namun penggunaan color dopler dapat memberikan hasil
pengukuran yang lebih rendah sehingga dapat menyebabkan overdiagnosis
pada oligohidramnion.
b. Tes Diagnostik Lebih Lanjut jika ditemukan Polihidramnion10
1) Ultrasound
Janin harus dievaluasi secara hati-hati selama skrining organ janin. Jika
kelainan janin ditemukan, pemeriksaan fetal karyotiping direkomendasikan
setelah mendapatkan inform consent orangtua. Di jerman, pemeriksaan
ultrasound secara detail telah diterapkan di renatal centerdan
direkomendasikan jika terdapat kecurigaan yang tinggi terhadap malformasi
janin. Beberapa penyebab, seperti gangguan menelan dan tracheoseophageal
fistula atau atresia belum dapat dipastikan dengan ultrasound. Pada kasus ini
MRI pada janin dapat memberikan alternatif yang lebih baik pada diagnosis
tracheoesophageal fistula atau atresia pada janin.
2) Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab polihidramnion
harus meliputi:
o 75 gr tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mengekslusikan diabetes
gestasional
o Pemeriksaan diagnostik pada ibu untuk infeksi (TORCH serologi)
o Jika terdapat kecurigaan adanya anemia fetal atau hidrops fetalis, pemeriksaan
untuk mengekslusikan penyebab imunologi (pemeriksaan darah ibu, faktor
rhesus, skrining antibodi) dan kelainan hematologi (tes Kleihauer-Betke untuk
mengeksklusikan fetomaternal hemoragi).

5. Tatalaksana
Tatalaksana teridiri dari mengurangi volume cairan amnion untuk memperbaiki
kesehatan ibu dan mempertahankan kehamilan. Metode yang dapat digunakan untuk
mengurangi cairan amnion berupa:
a. Amnioreduksi
Sebagian besar kasus polihidramnion, tidak ada intervensi atau terapi agresif yang
dianjurkan. Namun, berdasarkan tingkat kelebihan cairan amnion, kehamilan
mungkin berisiko untuk terjadi PPORM (premature rupture of membranes), kelahiran
prematur, sesak pada ibu. Selain itu, terdapat peningkatan risiko kematian janin,
kemungkinan terkait dengan penyebab kelainan cairan. Kehamilan dengan kelebihan
cairan amnion harus di pantau dengan hati-hati, dengan skrining untuk tanda dan
gejala kelahiran prematur serta kondisi ibu. Berdasarkan usia gestasi, dua pilihan
yang ada berupa: aminoreduksi atau penggunaan prostaglandin inhibitor untuk
mengurangi cairan amnion. Pada beberapa kasus, amnioreduksi telah disarankan
sebagai terapi intervensi yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan sesak. USG
digunakan sebagai panduan, sebuah jarum besar ditempatkan di rongga amnion, dan
cairan dipindahkan dengan pompa suction. Tujuannya adalah untuk memindahkan
cairan secara lambat, mengurangi volume cairan sehingga mendekati normal AFI
kurang dari 25 cm. Beberapa pasien memerlukan sedasi, analgesik atau tokolitik
dalam prosedur ini, walaupun kebanyakan bertoleransi terhadap amnioreduksi.
Volume cairan amnion harus di evaluasi lebih sering (minimal dua kali seminggu)
dan prosedur ini diulang ketika gejala kembali atau volume mulai meningkat secara
signifikan. Tokolitik secara rutin digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah onset
kelahiran preterm. Komplikasi terjadi sekitar 1-3% kasus dan dapat meliputi
kelahiran prematur, abrupsi plasenta, ketuban pecah dini, hiperproteinemia dan
sindrom infeksi amnion setelah prosedur dilakukan, monitoring secara reguler pada
volume cairan amnion direkomendasikan, dengan pemantauan dilakukan setiap 1
sampai tiga minggu.
b. Prostaglandin Synthetase Inhibitor
Prostaglandin Synthetase Inhibitor menstimulasi janin mensekresikan arginine
vasopresin, hal ini menghasilkan antidiuretik yang diinduksi vasopresin.
Berkurangnya aliran darah ginjal janin mengurangi produksi urin pada janin.
Susbtansi tesebut dapat juga menghambat produksi cairan paru janin atau
meningkatkan reabsorbsi. Prostaglandin synthetase inhibitor digunakan sebagai
anlagesik atau antiinfamasi pada usia kehamilan trimester pertama dan kedua, pasien
disarankan untuk tidak menggunakan substansi ini setelah usia kehamilan 28 minggu.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat-obat tersebut umumnya tidak dianjurkan
dalam kehamilan. Indometasin adalah inhibitor sintesis prostaglandin yang telah
digunakan sebagai tokolitik sejak tahun 1970an dan baru-baru ini sebagai pilihan
pertama di Canada. Indometasin berperan sebagai kompetitif dengan asam arakidonat
(cyclooxygenase/COX). Indometasin menyebabkan efek samping minimal pada ibu,
meliputi mual, muntah dan dispepsia. Secara hematologi, indometasin menyebabkan
pemanjangan waktu perdarahan, tetapi tidak mempengaruhi prothrombin time dan
activated partial thromboplastin. Reaksi hipersensitifitas yang berat (sesak,
bronkospasme dan kerusakan hepar), reaksi alergi pada indometasin jarang terjadi.
Indometasin menghalangi produksi prostaglandin vasoaktif, sehingga mendorong
beberapa ahli untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap aliran darah rahim. Karena
kemampuannya untuk mengurangi volume cairan amnion, indometasin telah
digunakan dalam pengobatan polihidramnion simptomatik. Dosis optimal
indometasin dalam pengobatan polihidramnion belum diketahui, tetapi berbagai
laporan menggunakan 25 mg peroral setiap 6 jam atau 2-3 mg/kgBB/hari.
6. Komplikasi
Komplikasi pada ibu yang dihubungkan dengan polihidramnion meliputi abrupsio
plasenta, disfungsi uterus, dan perdarahan postpartum. Polihidramnion dikaitkan dengan
meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas pada janin meliputi kelahiran preterm,
aneuploid, persalinan secara seksio cesarea, kelainan janin, ketuban pecah dini, kelainan
presentasi janin, prolaps tali pusar dan perdarahan postpartum serta mortalitas pada
perinatal. Komplikasi yang berpotensial terjadi berupa:
- Tingginya angka seksio sesarea untuk indikasi janin
- Tingginya angka perawatan NICU pada naonatus
- Apgar skor yang rendah pada menit ke-5

Referensi:

1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008.
2. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC,
2005.

Anda mungkin juga menyukai