Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

“ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL”


Tugas ini disusun untuk melengkapi mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II yang di ampu
oleh :
Apt.Mira Febrina,M.Sc

OLEH :

REYVIA RAHMA NINGSI 1601039


SALEH HAMZAH 1601043
DELVI REGIKA 1901046
GARNIS VIOLA A. 1901051
LYDIA TRI WULANDARI 1901055
NURUL ULFA ISTIQOMAH 1901063
PUTRI MUHMIDA HALIM 1901065
RATIH SRI REZEKI 1901068
VALENTINO FIGHTER B. 19010

KELOMPOK : I
Kelas : SI-III B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Apt.Mira Febrina,M.Sc selaku pembimbing serta
dosen Anatomi Fisiologi Manusia II yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah
ini. Makalah ini di buat agar pembaca mendapat pengetahuan mengenai Anatomi dan Fisiologi
Ginjal serta sebagai tugas di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR) Pekanbaru tahun
ajaran 2020/2021. kami mengucapkan terimakasih atas pertisipasi, bantuan dan juga dukungan
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan makalah
ini dimasa yang akan datang. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Pekanbaru, 23 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................2
Bab II Pembahasan.......................................................................................................................3
2.1.Anatomi Ginjal .............................................................................................................3
2.1.1.Fungsi Ginjal…………………………………………………………………...7
2.2. Fisiologi Ginjal.............................................................................................................8
2.2.1.Fisiologi Ureter..................................................................................................12
2.2.2. Fisiologi Vesica Urinaria..................................................................................13
2.2.3.Fisiologi Uretra……………………………………………………………….13
2.3. Urin Dan Komposisi Urin...........................................................................................17
2.3.1.Urine…………………………………………………………………………...17
2.3.2.Komposisi Urine………………………………………………………………18
2.4. Proses Pembentukan Urine oleh Ginjal…………………………………………….21
2.5. Glomerular Filtration Rate (GFR)………………………………………………….27
2.5.1. Fraksi filtrasi = GFR / aliran plasma ginjal…………………………………..29

Bab III Kesimpulan.....................................................................................................................33


3.1. Kesimpulan.................................................................................................................33
3.1. Saran............................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .........................................................................................................................................4
Gambar 2..........................................................................................................................................6
Gambar 4………………………………………………………………………………………….8
Gambar 5…………………………………………………………………………………………17
Gambar 6………………………………………………………………………………………....18
Gambar 7........................................................................................................................................21
Gambar 8………………………………………………………………………………………....23
Gambar 9………………………………………………………………………………………....23
Gambar 10………………………………………………………………………………………..26
Gambar 11………………………………………………………………………………………..28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1........................................................................................................................... Latar Belakang
Sistem urogenital adalah sistem yang membahas tentang proses kemih atau urinarius
dan organ-organ reproduksi atau genitalia serta jaringan penyusunnya. Dalam keseharian,
manusia melakukan kegiatan seperti makan dan minum, semua yang dikonsumsi tersebut
mengalami proses metabolisme di dalam tubuh, dan menghasilkan zat sisa hasil metabolisme
yang harus dikeluarkan dari tubuh. Sistem ini berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa
metabolisme tersebut dalam bentuk cairan. Organ yang berperan disini adalah ginjal.
Ginjal adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh yang berfungsi
mempertahankan kestabilan lingkungan interna tubuh. Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang
mempunyai peran penting dalam mengatur keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin yang akan
meninggalkan ginjal menuju saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di
belakang peritoneum sehingga disebut organ retroperitoneal (Snell, 2006).
Ginjal memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan
menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan
menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan
menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah. Ginjal mempunyai kemampuan untuk
memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan
potassium, dan keseimbangan asam-basa dari tubuh. Pada dasarnya fungsi utama ialah
membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh dengan cara
filtrasi,reabsorbsi ,sekresi dan augumentasi.

Ginjal normal mempunyai 3 fungsi pokok yaitu: ultrafiltrasi oleh glomerulus,


reabsorbsi air dan padatan yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan
non-organik tubulus. Dalam menangani penderita penyakit ginjal diperlukan bantuan
pemeriksaan laboratorium. Disamping untuk menetapkan diagnosis penyakitnya,
pemeriksaan laboratorium juga berperan untuk memantau fungsi ginjal. Pemeriksaan

1
laboratorium fungsi ginjal mempunyai arti penting agar dokter tidak hanya mampu mengatasi
penyakitnya, tetapi juga untuk mengevaluasi fungsi ginjal penderita tidak bertambah parah.

Fungsi ginjal dapat dievaluasi dengan berbagai uji laboratorium secara mudah.
Langkah awal dimulai dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan
sedimen urin. Berbagai informasi penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari
urinalisis. Pengukuran kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum berguna untuk
evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Dalam keterbatasannya, kedua uji tersebut
mampu membuat estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akurat. Untuk menetapkan
LFG yang lebih tepat dapat dilakukan pengukuran dengan klirens kreatinin atau klirens inulin
atau penetapan LFG secara kedokteran nuklir. Evaluasi fungsi tubulus diukur melalui
pengukuran metabolisme air dan mineral serta keseimbangan asam basa.

1.2.................................................................................................................... Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Ginjal?
2. Bagaimana Anatomi dari Ginjal?
3. Bagaimana Fisiologi dari ginjal ?
4. Bagaimana proses Pembentukan urine?
5. Apa yang dimaksud dengan Glomerular Filtration Rate (GFR) ?

1.3....................................................................................................................... Tujuan Penulisan


1.3.1 Dapat memahami pengertian ginjal
1.3.2 Dapat memahami bagaimana anatomi dari ginjal
1.3.3 Dapat memahami bagaimana Fisiologi dari ginjal
1.3.4 Dapat memahami proses dari pembentukkan urine
1.3.5 Dapat memahami maksud dari glomerular filtration rate (GFR)

1.4..................................................................................................................... Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia . Makalah ini juga bermanfaat sebagai
sumber pengetahuan bagi pembaca tentang Kelenjar adrena, kelenjar pineal dan jaringan
system endokrin lainnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak saling
bersebelahan dengan vertebra di bagian posterior inferior tubuh manusia yang normal.Setiap
ginjal mempunyai berat hampir 115 gram dan mengandungi unit penapisnya yang dikenali
sebagai nefron.Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Glomerulus berfungsi sebagai
alat penyaring manakala tubulus adalah struktur yang mirip dengan tuba yang berikatan
dengan glomerulus.Ginjal berhubungan dengan kandung kemih melalui tuba yang dikenali
sebagai ureter. Urin disimpan di dalam kandung kemih sebelum ia dikeluarkan ketika
berkemih. Uretra menghubungkan kandung kemih dengan persekitaran luar tubuh (Pranay,
2010).

Ginjal teletak dalam rongga abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakan peritoneum.Letak ginjal kanan
lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena adanya hepar.Tinggi rendahnya letak ginjal
berubah sesuai dengan respirasi dan perubahan posisi tubuh. Tiap-tiap ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm; lebar 5-7 cm; tebal 2,5 cm. Berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170
gram, wanita dewasa 115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap
vertebra torakalis, sisi luarnya cembung dan di atas setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar
suprarenal.Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat gelapdi bagian luar
yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang.
(Pranay, 2010).

3
Gambar 1. Anatomi ginjal

Secara struktur, ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Apabila kapsul

dibuka akan terlihat permukaan dari ginjal yang licin dengan warna merah tua. Secara umum

ginjal terdiri dari :

a. Bagian dalam (internal) medulla. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang

berjumlah antara 8-16 buah dengan basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya

menghadap ke sinus renalis

b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna merah, konsistensi lunak

dan memiliki granula. Substansia ini berada tepat di bwah tunika fibrosa dan melengkung

sepanjang basis pyramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di

antara pyramid dinamakan kolumna renalis. .(Sherwood, 2001).

4
Bila sebuah ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari

tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga

ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah

yang disebut nefron.Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –

kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus.Tiap glomerolus

dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai

bownman disebut badan malphigi.Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu

diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan

masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke

pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam

sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid

renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila

renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di

dalamnya disebut lobus ginjal.Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis

karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid

terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul

ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam

pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam

badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

5
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong

lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga

disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks

minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks minor ini menampung

urine yang terus kleuar dari papila. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke

pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

4. Nefron

Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus

kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes. Nefron merupakan

bagian terpenting ginjal karena disinilah tempat penyaringan darah terjadi dan merupakan

bagian dari sistem ekskresi pada manusia karena mengeluarkan urin. Nefron terletak di

dalam korteks. Manusia memiliki sekitar 1 juta nefron di masing-masing ginjalnya.

Tubuh tidak dapat memproduksi nefron baru. Maka dari itu, jumlah nefron akan terus

berkurang sekitar 1% setiap tahunnya. Berikut adalah gambar bagian-bagian di dalam

nefron: .(Sherwood, 2001).

6
Gambar 2 . Anatomi nefron

2.1.1. Fungsi Ginjal

Ginjal mempunyai beberapa fungsi yaitu :


i. Mengatur volume cairan dalam tubuh.
Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan sebagai urine encer dalam jumlah besar.
Kekurangan air atau kelebihan keringat menyebabkan urine dieksresikan lebih
pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative
normal
ii. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
Ini terjadi jika plasma terdapat pemasukan atau pengeluaran abnormal dari ion-
ion. Akibat pemasukan garam atau penyakit ginjal akan meningkatkan eksresi ion-
ion penting urine : Na, K, Cl, Ca dan fosfat.
iii. Mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh
Hal ini terjadi karena makanan yang dimakan. Apabila banyak makan sayur, urine
akan basa, jika asam terjadi karena campuran makanan.
iv. Eksresi sisa-sisa hasil metabolisme
Bahan-bahan yang di eksresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat, hasil
metabolisme hemoglobin dan bahan kimia.
v. Fungsi hormonal dan metabolisme
Ginjal akan mengeksresikan hormone renin yang berfungsi dalam mengatur
tekanan darah. Serta hormon dihidroksi kolikalsiferol atau vitamin D aktif untuk
absorpsi ion kalsium dalam usus
vi. Pengaturan tekanan darah
Memproduksi renin , angiotensin dan aldosteron untuk mengatur tekanan darah.
vii. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan dan bahan kimia asing dari tubuh. (Chris.2006)

7
2.2. Fisiologi Ginjal

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan
reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus
ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2005).

Gambar 4. Fisiologi Ginjal

A. Korteks renalis
Merupakan bagian luar Ginjal yang berwarna merah coklat terletak langsung
dibawah kapsula fibrosa dan berbintik bintik.Bintik bintik pada korteks renalis karena
adanya korpuskulus renalis dari Malphigi yang terdiri atas Kapsula Bowmann dan
Glomerulus.
1) Kapsula Bowmann
Kapsula Bowmann merupakan permulaan dari saluran ginjal yang meliputi
Glomerulus

2) Glomerulus 8
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh pembuluh darah pada ginjal.Secara
fisiologis pada bagian Glomerulus terjadi filtrasi darah untuk mengeluarkan zat zat
yang tidak digunakan oleh tubuh.
3) Tubulus renalis
Tubulus renalis merupakan bagian korteks yang masuk kedalam medula di antara
priramida renalis,sering disebut kolumna renalis.

B. Medula renalis
Medula renalis terletak dekat hilus,sering terlihat garis aris putih karena adanya
saluran yang terletak di piramida renalis.Tiap piramida renalis mempunyai basis yang
menjurus ke arah korteks dan apeksnya bermuara kedalam kaliks miror sehingga
menimbulkan tonjolan yang dinamakan papila renalis yang merupakan dasar sinus
renalis.Jaringan medula dari piramida renalis ada yang menonjol masuk ke dalam
jaringan korteks disebut fascilus radiatus ferreini.
     
1) Lengkung henle
2) Dukstus koligentes
3) Duktus Bellini/Duktus papilaris

Fisiologi ginjal terdiri dari 3 mekanisme


9 yaitu
a. Filtrasi Glomerulus
Proses filtrasi membrane melalui 3 lapisan yaitu :
 Sel-sel endotel glomerulus, memiliki pori-pori yang besar
 Basal lamina mengandung fibril-fibril yang mencegah filtrasi protein plasma
yang lebih besar
 Filtrasi slit, yaitu celah antar pedisel yang berbentuk membran tipis yang
memiliki diameter < 6-7 nm

b. Reabsorpsi Tubular
Penyerapan kembali zat-zat ke kapiler peritubular dan vasa recta. Bersifat
aktif dan pasif pada zat terlarut. Protein dan peptida di absorpsi melalui
pinositosis. Rute reabsorpsi yaitu:
 Paraseluler reabsorpsi
Air dan zat terlarut di tubulus kembali ke kapiler dengan bergerak di
antara sel-sel tubulus
 Transeluler reabsorpsi
Substansi dari cairan dilumen tubulus melewati membran apikal di sel
tubulus menyebrangi sel sitosol dan masuk ke interstisial melalui basolateral
membran
 Reabsorpsi di tubulus proksimal
Yang direabsorpsi 65% dari filtrat glomerulus air, Na, K, glukosa, asam
amino.
 Reabsorpsi di loop henle
Air di reabsorpsi melalui osmosi 15% di desendens lengkung henle, di
asendens air tidak di reabsorpsi.
 Reabsorpsi di tubulus distal
Mereabsorbsi Natrium dan 10-15% air.

10
c. Sekresi Tubular

Sekresi adalah proses seluler penguraian dan pelepasan produk spesifik.


Sedangkan fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi
dari zat-zat yang ada didalm ultra filtrat yang berbentuk glomerulus.

Tubulus terbagi atas 3 bagian, yaitu :

1. Tubulus proksimalis
Tubulus proksimalis berfungsi untuk mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
ke dalam tubuli. Sehingga tubulus proksimalis bertanggung jawab pada proses
awal pembentukan filtrat glomeruli. Hampir 75% Na, air, hampir semua glukosa
dan asam amino yang difiltrasi akan di reabsorbsi kembali pada bagian ini.
2. Lengkung Henle
Lengkung henle mempunyai fungsi untuk reabsobsi bahan-bahan dan
cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam tubulus. Misalnya pada nefron
juxtamedullaris 25% air dan Na direabsorbsi pada lengkung henle, sedangkan
urea disekresi ke dalamnya. Lengkung henle juga memegang peranan penting
dalam proses pemekatan dan pengenceran urin.
3. Tubulus distalis
Tubulus distalis adalah mulai dari bagian akhir segmen tebal ascendens
sampai ujung dari papilla pada setiap nefron segmen ascendens yang tebal ini
akan mengadakan kontak dengan glomerulus asalnya pada kutub vascular dan
pada tempat ini terdapat struktur yang disebut juxtaglomerular aporatus.

Mekanisme

Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler


peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi
masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama
adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir
melalui kapiler glomerulus di filtrasi ke dalam kapsul Bowman, sisa 80%
mengalir melalui arteriol efferen ke dalam kapiler peritubulus, sekresi tubulus
merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat
dengan mengenkstraksi sejumlah
11 tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak
terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di
tubulus sebagai hasil filtrasi.

Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang


meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Proses sekresi yang terpenting
adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus melibatkan
transportasi transepitel.

2.2.1. Fisiologi Ureter

Ureter adalah saluran untuk urine yang berasal dadi ginjal (melalui pelvis renalis)
ke vesika urinaria (buli-buli). Saluran ureter dibagi atas dua bagian, yaitu : pars
abdominalis (pada dinding dorsal abdomen ) dan pars pelvina (pada dinding pelvis).
1) Pars Abdominalis
Secara anatomi , pars abdominalis panjangnya kurang lebih 25-35 cm. Terletak
turun ke bawah ventral dari tepi medial muskulus spoas mayor yang memisahkan dari
ujung prosesus transvesus vertebra lumbalis 2-5 dan merupakan lanjutan dari pelvis
renalis yang terletak dorsal dari vasa renalis. Ureter dextra berjalan dorsal dari pars
desenden duodeni, arteri spermatika interna, arteri kolika dextra, dan arteri iliokolika
serta berada di sebelah kanan vena kava inferior. Ureter sinistra berjalan dorsal dari arteri
spermatika interna, arteri kolika sinistera, dan kolon sigmoid.

2) Pars Pelvica
Setelah masuk ke dalam kavum pelvis, ureter berjalan ke kaudal pada dinding
lateral pelvis yang tertutup oleh peritoneum. Mula-mula terletak ventro – kaudal dari
arteri venous iliaka interna kemudian menyilang medial dari (korda) arteri umbinikalis
dan arterivananervus obturatoria. Pada tempt yang setinggi spina iskiadika ia membelok
ke arah ventro medial, kemudian mencapai bagian dorsal vesika urinaria kurang lebih
setinggi 4 cm kranial dari tuberkulum pubikum.

2.2.2. Fisiologi Vesica Urinaria 12


1) Mukosa
Mukosa merupakan jaringan ikat kedur sehingga dalam keadaan kosong
mukosa vesika urinaria membentuk lipatan-lipatan yang disebut sebagai Rugae
vesikae. Rugae ini menghilang bila vesika urinaria terisi penuh sehingga mukosanya
tampak licin.
2) Submukosa
Submukosa terdiri atas jaringan ikat kendur dengan serabut-serabut elastis
kecuali pada trigonum lieutodidi mana mukosanya melekat erat pada jaringan otot di
bawahnya.
3) Muskularis
Lapisan muskularis terdiri atas jaringan otot polos dengan jaringan ikat
fibrous di antaranya. Tebalnya tergantung dari vesika urinaria. Otot-otot ini semua
dinamakan muskuli detrussor. Pada trigonum lieutodi jaringan ototnya adalah
lanjutan dari stratum longitudinalis ureter, sedangkan tonus interureterikus dibentuk
di stratum sirkularis yang mengelilingi ureter. Muskularis vesika urinaria tersusundari
tiga lapisan. Lapisan paling luar berjalan longitudinal menebal pada daerah kollum
melanjutkan diri ke prostat (pada pria) dan ke uretra plika rektovesikalis, plika
pubovesikalis (pada wanita). Lapisan tengah berjalan sirkular dan paling tipis di
antara dua lapisan sebelumnya.

2.2.3. Fisiologi Uretra

A. Uretra Pria
Uretra pada pria merupakan saluran fibromuskular untuk jalan urine dari
vesika urinaria keluar dan juga untuk jalan keluar sekret dari vesikula seminalis,
glandula prostata, dan glandula bulbo uretralis serta spermatozoa. Uretra pria
lebih panjang dari pada uretra wanita. Panjangnya kurang lebih 20 cm di mulai
dari kallum vesikae menembus kelenjar prostat difragma urogenital, kemudian
melalui korpus spongiosum penis berakhir di glans penis.
1) Pars Prostatika Uretrae
Pars prostatika uretrae adlah bagian dari uretra yang melalui prostat dimn
lumennya paling lebar dan palig 13
elastis. Panjangnya kurang lebih 3cm, bentuknya
fusiformis, dan alam keadaan kosong dinding anterior dan posterior saling
berdekatan. Pad dinding posterior (bagian dalam) terdapat beberapa sruktur,
diantaranya sebagai berikut.
 Krista uretralis : merupakan tonjolan memanjang dari mukosa dinding dorsal
di bagian medial ke arah kranial berhubungan dengan uvula vesikae ke kaudal
berhubungan dengan pars membranasea uretrae.
 Kolikus seminalis (verumontanum) : merupakan pelebaran krista uretralis
kira-kira pada pertengahannya.
 Urtikulus protatikus (vagina maskulina) : lubang pada puncak kollikulus
seminalis yang sebetulnya merupakan muara dari suatu suatu saluran yang
berhubungan dengan lobus medius prostat. Bagian ini homolog pada bagian
vagina pada wanita.
 Hiatus ejakulatorius : muara dektus ejakulatoris terdapat sebelah kanan dan
kiri urtikulus prostatikus (sedikit lebih distal).
 Sinus prostatikus : celah di sebelah kanan dan kiri krista uretralis. Disini
terdapat lubang-lubang orifisium dari granula prostata.
2) Pars membranasea uretra
Pars membranasea uretrae dimuali dari apeks prostat sampai setinggi
bulbus penis. Bagian ini adalah bagian uretra waktu menembus diafragma U.G.,
dan merupakan bagian yang pendek (panjang 2cm). Letak pars membranacea
uretrae 2 cm dorsal dari simfisis pubis. Pada bagisn ini terdapat muskulu sfingter
uretra eksternum. Kaudal dari difragma urogenitalis dinding posterior uretra
berhubungan dengan bulbus penis.
3) Pars kavernosa uretrae
Letaknya didalam korpus spongiosum penis berjalan melalui bulbus
korpus dan glans penis (pars navikularis) lumen uretra melebar pada bulbus (fossa
intrabulbar) dan pada glandula (fossa navikularis). Pada dinding ventralnya
bermuara duktuli dari gland15ula bulbouretralis kaudal dari difragma urogenitalis.

Vaskularisasi arteri uretra pria dintaranya arteri haemorrhoidalis media, arteri


vesikalis kaudalis , arteri bulbi penis,
14 dan arteri uretralis. Vaskularisasi vena uretra pria
berjalan melalui pleksus vesikopudendalis dialirkan ke vena pudendalis inerna.nodus
limfa iliaka interna dan eksterna. Dari pars spongiosa ke nodus limfa inguinalis dan limfa
iliaka eksterna.
B. Uretra Wanita
Uretra wanita lebih pendk dari pada uretra pria, memiliki panjang 4 cm berjalan
ke ventrokaudal mulai dari ofisium uretrae internum (pada kolum vesicae) sampai pada
vesicae uretrae eksternum pada vestibulum vaginae (antara intoitus vaginae dan klitoris).
Bagian dalam adalah mukosa dimana terdapat lubang-lubang glandula uretralis
(lakuna uretralis)dan di bagian kaudalnya terdapat duktus parauretralis (homolog dengan
prostat) yang bermuara pada sisi kanan dan kiri ofisium uretra eksrernum. Lapisan luar
adalah muskularis bagian kranial/proksimal sirkular (pada kollum vesikae). Stratum
longitudinalis dari vesika urinaria ikut memperrkuat bagian ini. Bagian tengah erdiri atas
jaringan otot plos yang bergaris yang berasal dari muskulus pubovaginalis. Bagian distal
tidak ada jaringan ototnya.
Vaskularisasi arteri uretra wanita pada bagian kranial/proksimal dari arteri
vesikalis inferior, bagian tengah dari arteri vesikalis inferior dan arteri uterina, serta
bagian distal masuk dari arteri pudendalis interna. Vaskularisasi vena uretra wanita
masuk ke dalam pleksus venous vesikalis pudendalis interna.
Aliran limfa uretra pada wanita mengikuti arteri pudendalis interna ke nodus
limfa iliaka interna dan eksterna.
Price dan Wilson (2005) menjelaskan secara singkat fungsi utama ginjal yaitu :
A. Fungsi Eksresi :
 Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili Osmol dengan mengubah-
ubah ekresi air.
 Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan mengubah-ubah ekresi
natrium.
 Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam
rentang normal.
 Mempertahankan derajat keasaman atau pH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan hidrogen
15 dan membentuk kembali karbonat.
 Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea,
asam urat dan kreatinin).
 Bekerja sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat.
B. Fungsi Non eksresi
 Menyintesis dan mengaktifkan hormon
 Renin : penting dalam pengaturan tekanan darah
 Eritropoitin : merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
 1,25-dihidroksivitamin D3 sebagai hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi
bentuk yang paling kuat
 Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodil;ator bekerja secara lokal dan
melindungi dari kerusakan iskemik ginjal
 Degradasi hormon polipeptida, insulin, glukagon, parathormon, prolaktin,
hormon pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal.

Sistem eksresi terdiri atas dua buah ginjal dan saluran keluar urin. Ginjal sendiri
mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri yang masuk ke medialnya. Ginjal akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah dan mengubahnya menjadi urin. Urin lalu
akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Dari ureter, urin akan ditampung terlebih
dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan mikturisi dan
keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan
lewat uretra (Sherwood, 2001).
Unit fungsional ginjal terkecil yang mampu menghasilkan urin disebut nefron.
Tiap ginjal bisa tersusun atas 1 juta nefron yang saling disatukan oleh jaringan ikat.
Nefron ginjal terbagi 2 jenis, nefron kortikal yang lengkung Henlenya hanya sedikit
masuk medula dan memiliki kapiler peritubular, dan nefron jukstamedulari yang
lengkung Henlenya panjang ke dalam medulla dan memiliki Vasa Recta. Vasa Recta
adalah susunan kapiler yang panjang mengikuti bentuk tubulus dan lengkung Henle.
Secara makroskopis, korteks ginjal akan terlihat berbintik-bintik karena adanya
glomerulus, sementara medula akan terlihat bergaris-garis karena adanya lengkung Henle
dan tubulus pengumpul (Sherwood, 2001).
16
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada
filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan
difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi. Kemudian di
reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi. Setiap proses filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus diatur menurut kebutuhan tubuh
(Guyton, 2007).

2.3. Urin Dan Komposisi Urin

2.3.1. Urine

Gambar 5. Struktur Kimia Urine

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring didalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
17
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urin dapat menjadisumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan
dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

2.3.2 komposisi Urine

Gambar 6. Komposisi Urine

Karakteristik urine baik fisik maupun kimia sering dievaluasi sebagai bagian
orinalisis. Jumlahpengeluaran urine normal
18 selama 24 jam sekitar 1 sampai 2 liter. Ada
banyak faktor yang dapat mengubah jumlah pengeluaran urine secara signifikan.
Keringat berlebihan atau kehilangan cairan secara berlebihan saat diare menurunkan
keluarnya urine(oliguria) guna menghemat cairan tubuh. Asupan cairan secara berlebihan
akan meningkatkan pengeluaran urine(poliuria). Konsumsi alkohol juga akan
meningkatkan haluaran urine, karena alkohol menghambat sekresi  ADH sehingga ginjal
akan lebih sedikit mereadsorbsi air.
Warna-warna kuning khas urine sering disamakan dengan warna “jerami” atau
“gading”. Urine yang pekat berwarna lebih kuning tua dibanding urine yang encer. Urine
yang baru dikeluarkan juga lebih jernih. Zat-zat yang terkandung dalam urin normal
adalah air, zat buangan nitrogen (seperti urea, asam urat, keratin), benda keton (hasil
metabolisme lemak) normal ekskresinya hanya 3-15 mg/hari., asam hipurat dari
pencernaan sayuran dan buah, toksin, zat kimia asing, pigmen, enzim, vitamin, hormon,
elektrolit (ion natrium, klorin, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium dan magnesium.

Berat jenis-rentang normal berat jenis urine sekitar 1,010 sampai 1,025, berat
jenis ini digunakan sebagai ukuran jumlah zat yang terlarut dalam urine. Berat jenis air
suling adalah 1,000, yang berarti bahwa tidak ada pelarut didalamnya. Oleh karena itu
semakin tinggi berat jenis, semakin banyak zat yang terlarut. Seseorang yang baru saja
melakukan olah raga berat dan kehilangan banyak cairan tubuh melalui keringat akan
memproduksi urine lebih sedikit, sehingga konsentrasinya lebih tinggi dan berat jenisnya
lebih besar. Berat jenis urine adalah indikator kemampuan pemekatan ginjal. Ginjal harus
mengekresikan zat-zat sisa yang secara konstan dibentuk dengan jumlah air sedikit
mungkin. PH urine berkisar antara 4,6 sampai 8,0 dengan nilai rata-rata 6,0. Diet
mempunyai pengaruh terbesar terhadap pH urine. Diet seorang vegetarian akan
menyebabkan urine lebih basa, sebaliknya diet tinggi protein akan mengakibatkan urine
lebih asam.

Unsur urine terdiri atas sekitar 95% air, yang melarutkan zat-zat sisa garam.
Garam tidak dipandang sebagai zat19sisa yang sebenarnya, sebab garam masih dapat
digunakan saat dibutuhkan, tetapi bila jumlahnya berlebihan, garam akan disekresikan ke
dalam urine.

Limbah nitrogen seperti sebutanya, zat-zat tersebut mengandung nitrogen. Urea


dibentuk oleh sel-sel hati saat kelebihan asam amino dideaminasi untuk produksi energi.
Kreatinin dibentuk dari metabolisme kreatinin fosfat, dan sumber energi bagi otot. Asam
urat dibentuk dari metabolisme asam nukleat, yaitu hasil pemecahan DNA dan
RNA.Walaupun zat-zat tersebut adalah zat sisa hormon namun tetap terdapat didalam
darah.

Karakterintik Penjelasan
Jumlah          1-2 liter per 24 jam, sangat berfariasi,
bergantung pada asupan cairan dan
kehilangan air melalui kulit dan cairan
cerna.
Warna          Warna jerami atau gading; warna
yang lebih gelap menunjukan konsentrasi
yang lebih tinggi; harus jernih, tidah
keruh.
Berat jenis          1,010 sampai 1,025; suatu ukuran
banyak zat yang terlarut dalam urin,
semakin rendah nilainya urin semakin
rendah.
Ph          Rata-rata berkisar antara 4,6 sampai
8,0 diet mempunyai pengaruh paling
besar terhadap pH urine.
Komposisi          9,5% air,5% garam dan zat sisa
seperti urea, asam urat, keratin.
Sisa nitrogen          Urea- terbentuk dari metabolisme
asam amino
20
         Kreatin- terbentuk dari metabolisme
di not.
         Asam urat-terbentuk dari
metabolisme asam nukleat.

2.4. Proses Pembentukan Urine oleh Ginjal


Kecepatan eksresi berbagai zat dalam urin merupakan jumlah ketiga proses ginjal,
yang diperlihatkan pada gambar 26-8: filtrasi glomerulu, reabsorpsi zat dari tubulus renal
ke dalam dara, sekresi zat dari darah ke tubulus renal

Dinyatakan secara matematis:


Kecepatan eksresi urin = laju filtrasi – laju reabsorpsi + laju sekresi

Gambar 7. Proses Filtrasi Di Glomerulus

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam
21
plasma, kecuali protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan
yang difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan
ini mengalami perubahan akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke
dalam darah atau sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.

Pada umumnya dalam pembentukan urin, reabsorpsi tubulus secara kuantitatif


lebih penting daripada sekresi tubulus, tetapi sekresi berperan penting dalam menentukan
jumlah ion kalium dan hidrogen serta bebrapa zat lain yang dieksresi dalam urin.
Sebagian besar zat yang harus dibersihkan dari darah, terutama produk akhir metabolisme
seperti urea, keratin, asam urat dan garam-garam asam urat, direabsorpsi sedikit, dan
karena itu, dieksresi dalam jumlah besar ke dalam urin. Zat asing dan obat-obatan
tertentu juga di reabsorpsi sedikit, tetapi selain itu, disekresi dari darah ke dalam tubulus,
sehingga laju eksresinya tinggi. Sebaliknya, elektrolit seperti ion natrium, klorida, dan
bikarbonat di reabsorpsi dalam jumlah besar, sehingga hanya sejumlah kecil saja yang
terdapat di dalam urin. Zat nutrisi tertentu, seperti asam amino dan glukosa, direabsorpsi
secara lengkap dari tubulus dan tidak muncul dalam urin meskipun sejumlah besar zat
tersebut difiltrasi oleh kapiler glomerulus.

Setiap proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus diatur
menurut kebutuhan tubuh. Sebagai contoh, jika terdapat kelebihan natrium dalam tubuh,
laju filtrasi natrium meningkat dan sebagian kecil hasil natrium filtrasi akan direabsorpsi
menghasilkan peningkatan eksresi natrium urin.

22

Gambar 8 . Ginjal

1. Filtrasi glomerulus
Gambar 9. Proses Filtrasi Glomerulus

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman.
23 Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus
juga relatif impermeabel terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi (disebut filtrat
glomerulus) pada dasarnya bersifa bebas protein dan tidak mengandung elemen selular,
termasuk sel darah merah.

Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus


yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Prosesnya, ketika darah yang
mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein
masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan
komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler
glomerulus,sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali sel-sel darah dan
molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk
ke dalam ruang kapsula Bowman.Cairan yang tersaring ditampung oleh kapsula Bowman
yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll yang diteruskan ke
tubulus ginjal. Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus.
Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau
urine primeryang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein.
Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium,
dan garam-garam lainnya.

Konsentrasi isi filtratglomerulus lainnya, temasuk garam dan molekul organik


serupa dengan konsentrasinya dalam plasma. Pengecualian terhadap keadaan umum ini
ialah zat dengan berat molekul ringan seperti kalsium dan asam lemak, yang tidak di
filtrasi secara bebas karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma. Hampir
24
setengah dari kalsium plasma dan sebagian besar asam lemak plasma terikat pada protein,
dan bagian yang terikat ini tidak difiltrasi dari kapiler glomerulus.

2. Reabsorpsi tubulus

Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di
dalam tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh
sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknyazat yang direabsorpsi tergantung
kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam
amino, ion-ion Na+, K+, Ca 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi
lebih tinggi.

Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus


kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-
zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-.
Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini
dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air,
garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-
zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.

Bila suatu zat akan direabsorpsi, pertama zat tersebut harus ditranspor melintasi
membran epitel tubulus ke dalam cairan intertisial dan kemudian melalui membran
kapiler peritubulus kembai ke dalam darah. Sehingga reabsorpsi air dan zat terlarut
meliputi serangkaian langkah transpor. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan
intertisial meliputi transpor aktif atau pasif dengan mekanisme dasar yang sama, yaitu
transpor melalui membran lain di dalam tubuh. Sebagai contoh, air dan zat terlarut dapat
ditranspor melalui membran selnya sendiri (jalur trans-selular) atau melalui ruang
sambungan antara sel (jalur paraselular). Kemudian setelah absorpsi melalui sel epitel
tubulus ke dalam cairan intertisial ini, air dan zat terlarut selanjutnya di transpor melalui
dnding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi (aliran yang besar) yang
diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid. Kapiler peritubulus
bertindak sangat menyerupai bagian ujung vena dari kebanyakan kapiler yang lain,
karena terdapat kekuatan reabsorpsi akhir yang menggerakkan cairan dan zat terlarut dari
25
interstisium ke dalam darah.

Gambar 10. Proses Reabsorpsi Tubulus


3. Tahap Pengeluaran (Augmentasi)

Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion
hidrogen (H+), ion kalium (K+), amonium (NH3), urea, kreatinin, dan racun ke dalam
lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine
sekunder.
Penambahan ion hidrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga
kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah mulai turun, sekresi ion hidrogen
akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal (7,3–7,4) dan urine yang
dihasilkan memiliki pH sekitar 4,5–7,5. Selain itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung
proses pembersihan zat-zat sisa dari dalam tubuh. Urine yang terbentuk akan disimpan
sementara di kandung kemih. Setelah itu, urine akan dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan
26 yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa
substansi lain seperti pigmen empedu. Pigmen empedu ini berfungsi memberi warna pada
urine.

2.5 Glomerular Filtration Rate (GFR)

Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan indikator fungsi renal yang penting
untuk diagnosis gangguan fungsi ginjal. Renal inulin clearance merupakan baku emas
untuk LFG, namun terbatas penggunaannya oleh karena ketidaktersediaan dan
pemeriksaan yang sulit. Perhitungan LFG berdasarkan Creatinine clearance sering
digunakan pada pasien anak. Untuk memperkirakan LFG digunakan rumus Schwartz,
yaitu:

eLFG = k x L/Scr
Keterangan :
eLFG : estimated LFG (ml/menit/ 1.73 m2)
L : tinggi badan (cm)
Scr : serum kreatinin (mg/dL)

K : konstanta ( bayi aterm: 0.45; anak dan remaja putri: 0.55; remaja putra:0.7 )

GFR merupakan kira-kira 20% dari aliran plasma ginjal. Seperti pada kapiler lain
GFR ditentukan oleh :
1) Keseimbangan antara kekuatan osmotik koloid dan hidrostatik yang bekerja pada
membran glomerulus.
2) Koefisien filtrasi kapiler (Kf) glmerulus, hasil permeabilitas dan daerah filtrasi
kapiler.
Secara matematis, GFR merupakan hasil dari Kf dan tekanan filtrasi akhir:
GFR = Kf x Tekanan filtrasi akhir

27

Tekanan filtrasi akhir merupakan jumlah daya osmotik koloid dan hidrostatik
yang mendorong atau melawan filtrasi yang terjadi pada kapiler glomerulus. Daya ini
meliputi:
a) Tekanan hidrostatik di dalam kapiler glomerulus yang mendorong filtrasi
b) Tekanan hidrostatik dalam kapsula Bowman di luar kapiler yang melawan filtrasi
c) Tekanan osmotik koloid protein plasma di dalam kapiler glomerulus yang melawan
filtrasi
d) Tekanan osmotik koloid protein dalam kapsula Bowman yang mendorong filtrasi.
Kapiler glomerulus mempunyai laju filtrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
sebagian besar kapiler lainnya karena tekanan hidrostatik glomerulus yang tinggi dan Kf
yang besar.
Gambar 11. Tekanan di Glomerular Filtration Rate (GFR)

Pada orang dewasa normal GFR rata-rata 125 ml/ menit, atau 180 L/ hari. Fraksi
aliran plasma renal yang difiltrasi rata-rata
28 sekitar 0,2, ini menandakan bahwa kira-kira
20% plasma yang mengalir melalui ginjal akan di filtrasi oleh kapiler glomerulus. Fraksi
filtrasi dihitung sebagai berikut : 

2.5.1 Fraksi filtrasi = GFR / aliran plasma ginjal

Kemampuan filtrasi zat terlarut ditentukan oleh ukurannya dan muatan listriknya,
membran kapiler glomerulus lebih tebal dibandingkan membran kapiler lainnya tetapi
juga lebih menyerap dankarena itu menyaring pada kecepatan tinggi. Meskipun laju
filtrasi tinggi,filtrasi glomerulus bersifat selektif dalam menentukan molekul yang akan di
filtrasi, berdasarkan ukuran dan muatan listriknya.
Kemampuan filtrasi 1,0 berarti bahwa zat di filtrasi secara bebas seperti air,
kemampuan filtrasi 0,75 berarti bahwa zat hanya di filtrasi 75% kecepatan air. Perhatikan
bahwa elektrolit seperti natrium, dan senyawa organik yang kecil seperti glukosa, akan di
filtrasi secara bebas. Bila berat molekulnya mendekati berat molekul albumin,
kemampuan filtrasi akan menurun secara cepat hingga tingkat yang rendah, mendekati 0.
Kemampuan filtrasi suatu zat juga ditentukan oleh muatan molekul. Pada
umumnya, molekul besar dengan muatan negative lebih sukar difiltrasi dibandingkan
dengan molekul bermuatan positif dengan ukuran molekul yang sama.

Orang yang mengidap penyakit ginjal kronis mungkin memiliki beberapa atau
semua tes berikut:

1. Kreatinin serum

Kreatinin adalah produk limbah dalam darah yang berasal dari


aktivitas otot. Produk limbah ini biasanya dibuang dari darah melalui ginjal,
tapi ketika fungsi ginjal melambat, tingkat kreatinin akanmeningkat. Biasanya
hasil pemeriksaan  serum kreatinin digunakan untuk menghitung GFR.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih


29
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada
otot.

2. Asam urat (uric acid)


Asam Urat adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan
guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama
disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat
diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan
dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan
kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada
fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang
mengandung purin.
Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin
yang bersifat asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh
sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urin yang alkalis diperlukan
bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi berkaitan dengan
hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari
sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa
hari atau beberapa minggu.

3. Blood Urea Nitrogen (BUN)


Blood Urea Nitrogen (BUN)atau nitrogen Urea adalah produk limbah
normal dalam darah anda yang berasal dari pemecahan protein dari makanan
yang anda makan dan dari metabolisme tubuh. Hal ini biasanya dihapus dari
darah Anda dengan ginjal Anda, tapi ketika fungsi ginjal melambat, tingkat
BUN naik. BUN juga dapat meningkat  bila mengkonsumsi lebih banyak
protein, dan dapat turun jika makan sedikit protein.
Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme
protein (asam amino). Urea
30
berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel
dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada
keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap
hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi urea.
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari
makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein,
ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak
dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan
atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa
mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan
bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.
4. Protein Urine
Bila ginjal Anda rusak maka dapat terjadi kebocoran protein ke urin.
Adanya protein dalam urin merupakan tanda awal penyakit ginjal kronis.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan
menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam
urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi
protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari
10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat
karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak
seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-
menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi
baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari
pertama.

5. Osmolalitas urin test


Osmolalitas urin31adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam
urin. Pengukuran ini lebih tepat dilakukan daripada berat jenis untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal untuk menghasilkan urine dengan
konsentrasi pekat ataupun encer. Ginjal yang berfungsi normal akan
mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan
meningkat. Jika asupan cairan menurun, ginjal mengeluarkan air kurang dan
urin menjadi lebih terkonsentrasi. Pengujian dapat dilakukan pada sampel urin
dikumpulkan hal pertama di pagi hari, pada sampel berjangka waktu beberapa,
atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama periode 24-jam. Pasien
biasanya akan memerlukan makanan protein tinggi selama beberapa hari
sebelum ujian dan diminta untuk minum cairan malam sebelum pengujian.
BAB32III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan
zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin
(Price dan Wilson, 2005).

Sistem eksresi terdiri atas dua buah ginjal dan saluran keluar urin. Ginjal sendiri
mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri yang masuk ke medialnya. Ginjal akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah dan mengubahnya menjadi urin. Urin lalu akan
dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Dari ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan mikturisi dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra
(Sherwood, 2001).
Unit fungsional ginjal terkecil yang mampu menghasilkan urin disebut nefron. Nefron
ginjal terbagi 2 jenis, nefron kortikal yang lengkung Henlenya hanya sedikit masuk medula
dan memiliki kapiler peritubular, dan nefron jukstamedulari yang lengkung Henlenya
panjang ke dalam medulla dan memiliki Vasa Recta. Vasa Recta adalah susunan kapiler yang
panjang mengikuti bentuk tubulus dan lengkung Henle. (Sherwood, 2001).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi
secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi. Kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi. Setiap proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus diatur menurut kebutuhan tubuh (Guyton, 2007).
33

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak

sumber yang dapat dipertangung jawabkan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas


DAFTAR PUSTAKA
34

Ansel, H, C., and Prince, S. J., 2006.Kalkulasi Farmasetik. EGC. Jakarta

Atung, Takiya. Makalah Nefrolitiasis. Academia

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.

Jakarta : EGC

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Ajar Patofisiologi. EGC. Jakarta

Coyle, E. A. & Prince, R. A.. 2005. Urinary Tract Infection and Prostatitis, in 7th Edition.

The McGraw Hill Comparies, Inc., USA

Ganong,W,F.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17. Jakarta:EGC

Gibson John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk perawat. Jakarta : EGC
Guyton, A,C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Kedokteran Edisi 9. EGC. Jakarta

Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI)

Guidelines. 2000. Estimation of GFR.www.kdoqi.org.

O’Callaghan, Chris.2006.At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua.Jakarta:Erlangga

Pearce,Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Pranay, K., Stoppler, M.C. (ed). 2010. Chronic Kidney Diasease

Saiffuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika

Saputra, L. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara.Tangerang.

Sennang, N., Sulina, Badji, A., Hardjoeno. 2005. “Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang
35
Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroft-Gault dan

Modification of Diet in Renal Disease”. J.Med.Nus vol 24, No. 2. Hlm. 80-84.

Sherwood,L.2001.Fisiologi Manusia.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006.

Sukandar. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional

Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: UI Press.

Widmann, F.K. 1995. Tinjauan Klinik Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorim. Penerjemah

Siti Boedina Kresno dkk. Edisi 9. cetakan III. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai