Anda di halaman 1dari 2

Jadi dek, iki sing versi pertama yo.

Aku rada lali sebenere, majalahe tak goleki ora ono juga. File e ilang
juga.

Tapi intine ceritane ki ngene, mbah kyai santri iku asline muride sunan kalijaga. Mbah kyai santri
digambarkan sebagai sosok santri yang sholeh serta tampan. Nah, pada suatu hari sunan kalijaga dan
rombongan muridnya melakukan perjalanan. Ditengah perjalanan, ada santri yang sakit keras.
Rombongan terpaksa berhenti untuk mengurus santri tersebut, namun pada akhirnya santri tersebut
meninggal dunia. Dialah mbah kyai santri joko suro. Meninggalnya mbah kyai itu setelah melewati
dukuh sugihmanik. Beberapa santri lain menghendaki joko suro untuk dimakamkan di sugihmanik, tp yg
lain menginginkan untuk dimakamkan dilokasi lain karena sudah kepalang tanggung apabila harus
kembali ke sugihmanik. Nah, tempat terjadi perdebatan ini sekarang bernama tanggungharjo, yg berasal
dari kata tanggung. Kemudian rombongan akhirnya melanjutkan perjalanan dengan membawa mayit
joko suro. Setelah beberapa lama, santri santri yang lain merasa beban mereka terlalu berat bila harus
membawa mayit dan barang bawaan mereka selama perjalanan. Akhirnya, sunan kalijaga memutuskan
untuk memakamkan joko suro ditempat yg sekiranya akan diperhatikan orang. Nah, saat itu mereka tiba
disebuah telaga yg didekatnya terdapat pohon tanjung. Daerah ini nantinya dinamakan tlogotanjung (iki
dusun omahku wkwk). Setelahnya, rombongan melanjutkan perjalanan.

Suatu hari, datanglah seorang gembala sapi. Gembala sapi ini akhirnya malah menemukan makam joko
suro dan akhirnya merawat makam tersebut. Kemudian diketahui oleh warga bahwa mbah kyai santri ini
adalah orang sholeh, maka dibangunlah makam yg layak untuk beliau sampai menjadi seperti sekarang.

Iki versi keduane yo. Aku mencari nama tokohe dhisik soale lali jenenge. Dan iki kayane aku ceritane ono
sing Miss bagian masa kecile joko suro, soale mbiyen ki nek tulisanku ana macan"e tp aku lali.

Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda sholeh nan tampan bernama joko suro yang merupakan murid
dari sunan kalijaga tengah melakukan perjalanan untuk menemukan kakak perempuannya yang terpisah
sejak mereka kecil. Singkat cerita, akhirnya Santri joko suro menemukan kakak perempuannya yaitu Nyai
Plangkringan. Saat bertemu dgn Nyai plangkringan, ternyata kakaknya tersebut telah menikah dan
memiliki suami bernama empu niti cogeh (iki sing jenenge empu empu biasane selain gawe kitab juga
tukang gawe keris). Pada awalnya, nyai plangkringan tdk percaya bahwa joko suro adalah adiknya,
namun setelah ditunjukkan bekas luka dikepalanya, nyai plangkringan pun percaya kalau pemuda sholeh
nan tampan itu adalah adiknya. Karena telah lama berpisah, mereka pun sering menghabiskan waktu
bersama untuk menebus rindu selayaknya kakak beradik yang sudah lama tak bertemu. Akan tetapi, hal
ini memicu kecemburuan Empu niti cogeh. Empu niti cogeh masih tidak mempercayai bahwa joko suro
adalah adik kandung istrinya, empu niti cogeh mengira bahwa joko suro dan istrinya memiliki hubungan
asmara dibelakangnya. (intine empu kuwi cemburu buta krn joko suro selain sholeh, muda, tampan, juga
berdudi luhur. Merasa tersaingi ngono pokokke)

Dibutakan oleh kecemburuan, niti cogeh akhirnya memutuskan untuk membunuh joko suro. Suatu hari,
tanpa diketahui oleh istrinya, niti cogeh mengajak joko suro untuk jalan-jalan keluar rumah. Mereka tiba
di sebuah hutan, disanalah niti cogeh menusuk joko suro dgn keris pusakanya, namun, joko suro tidak
mati krn dia memiliki ilmu yang tinggi. Joko suro pun bertanya pada kakak iparnya tersebut apakah dia
akan membunuhnya dan apa alasannya. Niti cogehpun mengatakan bahwa dia tak percaya bahwa joko
suro adalah adik kandung istrinya dan mereka memiliki hubungan lain. Mendengar penjelasan kakak
iparnya, joko suro pun merasa bahwa kehadirannya akan mengganggu hubungan kakak dan kakak
iparnya. Oleh karena itu, joko suro dengan ikhlas mengatakan pada niti cogeh untuk membunuhnya dgn
pusaka yang ia miliki, krn hanya dengan itu dia bisa dibunuh. Setelahnya, niti cogehpun mengambil
pusaka joko suro dan membunuhnya. (so sad, mesakne yo)

Niti cogeh membawa jasad joko suro dan menyenderkannya di pohon tanjung didekat sebuah telaga
kemudian meninggalkannya. Tempat ini akhirnya dinamakan tlogotanjung.

Beberapa waktu kemudian, datanglah seorang gembala sapi yang menggembalakan sapi"nya. Namun,
sapinya ada yang hilang dan si gembala sapi kelimpungan mencarinya. Setiap kali mencari sapinya yang
hilang, dia akhirnya malah menemukan jasad yang teronggok di pohon tanjung dekat telaga. Si gembala
sapi mencoba mencari ke berbagai arah, namun akhirnya dia selalu kembali ke tempat jasad tadi. Jasad
tersebut adalah joko suro. Pada akhirnya, si gembala sapi mengatakan/berjanji/bernazar dihadapan
jasad tersebut, apabila si jasad tersebut mau membantunya menemukan sapinya yang hilang, maka dia
akan memakamkan si jasad dengan layak. Seketika itu, si gembala sapi bisa melihat sapinya yang hilang.
Si gembala sapi pada awalnya ingin memakamkan joko suro di banyumanik tempatnya berasal, namun
warga sekitar tidak setuju, akhirnya joko suro dimakamkan di tlogotanjung. Karena joko suro terkenal
dengan ke sholeh an dan ilmunya yang tinggi, masyarakat menyebutnya Mbah Kyai Santri Joko Suro.

Makam mbah kyai santri sampai sekarang masih sering dikunjungi peziarah dan terkenal dengan tradisi
pasar jumat wage. Yaitu pasar yang digelar diarea makam beliau setiap jumat wage menurut
penanggalan jawa. Masyarakat yang memiliki nazar atau keinginan yang telah terpenuhi biasanya
mengadakan acara slametan atau bancaan yang digelar diarea makam mbah kyai santri joko suro. Hal ini
bukanlah bentuk penyimpangan atau kesyirikan, namun bentuk wujud syukur kepada Allah swt yang
dilakukan ditempat santri yang taat dan sholeh yaitu Mbah Kyai Santri Joko Suro.

Anda mungkin juga menyukai