Anda di halaman 1dari 3

Anak biasanya akan mulai mengenal tentang berbohong di usia 3 tahun.

Di usia ini,
anak mulai menyadari bahwa orang tuanya belum tentu mampu menerka semua hal
yang ia pikirkan, sehingga mereka menganggap ada hal-hal yang bisa dilakukan tanpa
diketahui orang tuanya.
Memasuki usia 4–6 tahun, anak bisa saja lebih lihai berbohong. Mereka sudah bisa
menunjukkan ekspresi wajah dan nada suara tertentu untuk menyampaikan
kebohongannya.
Seiring bertambahnya usia, anak mungkin akan bisa berbohong ketika ditanyakan
mengenai berbagai hal, mulai dari hal yang berkaitan dengan pelajaran atau aktivitas
di sekolah, pekerjaan rumah, guru, hingga teman.

Alasan yang Membuat Anak Berbohong


Tidak semua hal yang membuat anak berbohong adalah hal yang buruk. Terkadang,
anak bisa berbohong karena ia belum bisa membedakan mana hal yang benar dan
mana yang tidak.
Selain itu, anak juga mungkin berbohong karena beberapa alasan berikut ini:
1.Memiliki daya imajinasi yang terlalu tinggi
Anak kecil cenderung memiliki imajinasi yang tinggi. Terkadang, hal ini bisa
membuat anak sulit membedakan hal yang merupakan kenyataan dan hal yang sebatas
khayalan belaka.
Anak pun bisa dengan lantang mengatakan hal-hal yang sebenarnya hanya imajinasi
mereka saja. Misalnya, Si Kecil mengatakan bahwa ada monster yang sudah
mengacak-ngacak kamarnya.
2. Merasa takut dihukum
Terkadang, anak akan memilih untuk berbohong karena takut membuat orang tuanya
marah atau emosi. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar anak tidak mendapatkan
hukuman atas kesalahannya.
3. Menghindar dari suatu pekerjaan atau kewajiban
Anak mungkin akan berbohong dengan berpura-pura sakit atau mengantuk ketika
mereka sedang malas mengerjakan sesuatu seperti tugas sekolah atau membersihkan
kamarnya.
4. Mencari perhatian
Setiap orang tentu senang ketika dipuji atau diperhatikan, tak terkecuali anak-anak.
Hal ini bisa membuat anak mencari cara apa pun agar orang lain memuji atau
menaruh perhatian, termasuk dengan cara berbohong.
Misalnya, anak mengarang cerita dengan mengatakan kepada teman-temannya bahwa
dirinya telah mendapat mainan baru yang mahal karena ia sering membantu orang
tuanya. Hal ini ia lakukan agar terlihat keren di mata teman-temannya.
5. Berusaha mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan
Anak sering kali berbohong untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Contohnya
ketika anak ingin buru-buru bermain, mereka mungkin akan berbohong dengan
mengatakan sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
6. Takut mengecewakan orang tua
Ketika anak tidak mampu memenuhi tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, ia bisa
saja berbohong demi membahagiakan orang tuanya.
Misalnya, saat anak mendapat nilai buruk di sekolahnya, mereka akan berbohong
pada orang tuanya dengan mengatakan nilainya baik-baik saja. Hal ini mungkin
mereka lakukan karena takut orang tuanya kecewa atau marah .
7. Memiliki masalah emosional
Anak sesekali berbohong adalah hal yang wajar, asalkan tidak menimbulkan dampak
yang berbahaya bagi dirinya maupun orang lain. Namun, pada kasus tertentu, anak
bisa saja sering berbohong karena ia mengalami masalah emosional,
misalnya bully atau depresi.
Hal ini bisa terlihat dari perilakunya yang berubah dan terlihat seolah-olah menutup-
nutupi perasaan atau masalah yang dihadapinya.
CARA MENGHENTIKAN ANAK BERBOHONG/MENGELABUI ORANG
TUA

A.Memberikan respons dengan cara yang berbeda


Jika anak bercerita tentang hal yang tidak benar-benar ia alami, orang tua dapat
memberi respons dengan pertanyaan yang tidak bersifat menghakimi. Hal ini dapat
mendorong anak untuk mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan atau alami.
Namun, jika anak berbohong karena menutupi kesalahannya, doronglah anak untuk
mengakui kesalahannya dan berikan pujian ketika ia mau berkata jujur. Namun, orang
tua sebaiknya tidak langsung memarahi anak saat melakukan kesalahan, misalnya saat
menumpahkan minum ke lantai.
Bila anak berbohong karena ingin dianggap baik atau mendapat pujian, orang tua
dapat mengarahkan anak untuk bicara sesuai keadaan yang sebenarnya. Berikan
penjelasan bahwa ia tidak perlu menjadi yang terbaik untuk mendapat pujian dan
cukup untuk menjadi dirinya sendiri.

B.Menjadi contoh yang baik bagi anak-anak


Hal yang tidak kalah penting adalah menekankan nilai kejujuran dalam keluarga.
Orang tua bisa memberi contoh perilaku yang jujur dan jangan malu untuk mengakui
kesalahan serta meminta maaf dengan alasan yang jelas bila melakukan kesalahan.

C.Memberikan anak peringatan jika ia berbohong


Orang tua juga dapat memberikan aturan dan batasan mengenai perilaku apa yang
patut diterima dan apa yang tidak. Saat anak berbohong, jelaskan apa konsekuensinya,
agar anak tidak mengulanginya. Namun, hindari hukuman fisik.
D.Menghindari sebutan ‘pembohong’
Selain itu, hindari memberi label ‘pembohong’ atau ‘tukang bohong’ pada anak. Hal
ini hanya akan membuatnya lebih banyak berbohong atau justru trauma. Sebaliknya,
berikan pujian atau kata manis untuknya ketika anak mengatakan hal yang jujur. Hal
ini bisa memotivasinya untuk terus berperilaku jujur.
Orang tua perlu memastikan dulu apa penyebab anak berbohong agar bisa
menyikapinya dengan bijak dan menyelesaikan permasalahannya. Dengan begitu,
anak bisa lebih mudah menghentikan kebiasaan berbohongnya.
Jika berbagai cara sudah dilakukan oleh orang tua tapi anak masih sering berbohong,
cobalah untuk berkonsultasi ke psikolog. Dalam beberapa kasus, anak bisa saja
menjadi sering berbohong karena mereka memiliki gangguan psikologis tertentu.
 

Anda mungkin juga menyukai