Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SEMENTARA HASIL PENELITIAN ETNOSAINS

(BULU SIDOKARE SIDOARJO__PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN CARA_MAKANAN


KHAS_BANDENG ASAP)

Disusun oleh:
(Finda Nur Oktavia_180641100058)
(Rahmanisa Firdausy_180641100059)
(Iin Rif’atus Sholicah_180641100067)
(Filka Janatin Kusna_180641100105)
(Lia Nur Oktafia_180641100060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
APRIL, 2021
Lampiran 1. Instrumen Penelitian Etnosains

WAWANCARA
TOPIK : Bandeng asap
Fokus
Pertanyaan
Pertanyaan
Faktor atau 1. Apa itu bandeng asap?
ciri khas 2. Apa ciri khas (ciri dan rasa) yang ada pada bandeng asap?
3. Apa yang membedakan bandeng asap yang ada di Sidoarjo
dengan bandeng asap di daerah lainnya? (terkait bahan,
proses, teknik, hasil akhir)
4. Bagaimana cara penyajian dari bandeng asap?
5. Apakah makanan ini ada pada saat tertentu saja atau bisa
dinikmati kapan saja?
6. Bagaimana cara penyimpanan bandeng asap? (terkait lama
waktu ketahanan)
7. Apakah ada faktor budaya atau asal usul sejarah yang
mempengaruhi terciptanya makanan bandeng asap? Jika ada,
bagaimana faktor budaya atau sejarah tersebut?
Bahan 8. Apa sajakah bahan utama dalam pembuatan bandeng asap?
(Science) Terkait ikan:
Apakah dalam pembuatan bandeng asap menggunakan jenis
ikan tertentu? Dan ikan apakah yang biasa digunakan?
Jika iya*)
a. Sejauh ini, apa yang diketahui oleh masyarakat terkait
jenis ikan tersebut dalam pembuatan bandeng asap?
b. Mengapa dalam pembuatan bandeng asap menggunakan
jenis ikan tersebut? (Spesifik : pengaruhnya terhadap rasa,
tekstur, aroma, dan warna)
c. Apakah ikan jenis tersebut bisa diganti menggunakan ikan
bandeng jenis lainnya?
Jika iya :
Jenis ikan bandeng apa saja yang bisa digunakan sebagai
pengganti? Dan mengapa?**)
Fokus
Pertanyaan
Pertanyaan

3. Apa saja bahan pendukung dalam pembuatan bandeng


asap?
Terkait beras
a. Apakah dalam pembuatan bandeng asap menggunakan
jenis beras tertentu?
b. Apa manfaat beras dalam proses pembuatan bandeng
asap?
c. (Menyambung pertanyaan poin b) mengapa hal tersebut
bisa terjadi?
Terkait garam
a. Apakah dalam pembuatan bandeng asap menggunakan
jenis garam tertentu?
b. Apa manfaat garam dalam proses pembuatan bandeng
asap?
c. (Menyambung pertanyaan poin b) mengapa hal tersebut
bisa terjadi?
Terkait daun pisang
a. Apakah dalam pembuatan bandeng asap menggunakan
jenis daun pisang tertentu?
b. Apa manfaat daun pisang dalam proses pembuatan
bandeng asap?
c. Apakah daun pisang bisa ganti dengan bahan yang lain?
Jika iya*
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Terkait minyak goreng
a. Apakah dalam pembuatan bandeng asap menggunakan
jenis minyak goreng tertentu?
b. Apa manfaat minyak goreng dalam proses pembuatan
bandeng asap?
c. Apakah minyak goreng bisa ganti dengan bahan yang lain?
Jika iya*
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Fokus
Pertanyaan
Pertanyaan
Terkait bahan aditif
a. Apa saja bahan aditif yang ditambahkan dalam
pembuatan bandeng asap?
b. Apa tujuan penambahan bahan aditif tersebut dalam
pembuatan bandeng asap? (Ditanyakan detail pada tiap
bahan aditif yang disebutkan oleh narasumber)
4. Apakah dalam proses pengasapan menggunakan bahan
bakar tertentu?
Jika iya*
a. Apa saja bahan yang digunakan dalam proses
pengasapan?
b. Mengapa dalam proses pengasapan menggunakan
bahan tersebut? (Spesifik : pengaruhnya terhadap rasa,
tekstur, aroma, dan warna)
c. Apakah bahan tersebut bisa diganti dengan bahan
yang lainnya?
Jika iya*
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Takaran, 1. Bagaimana komposisi dan takaran bahan-bahan utama yang


konsentrasi, digunakan dalam pembuatan bandeng asap?
dan ukuran 2. Adakah pengaruh takaran/banyaknya garam yang digunakan
(Mathematics) terhadap kualitas bandeng asap yang dihasilkan?
3. Berapa banyak takaran minyak yang ditaruh dalam panci
dalam proses pengasapan bandeng asap?
4. Berapa banyak takaran beras yang ditaruh dalam panci dalam
proses pengasapan bandeng asap?
5. Berapa banyak daun pisang yang ditaruh dalam panci dalam
proses pengasapan bandeng asap?
6. Adakah pengaruh takaran/banyaknya beras yang digunakan
terhadap kualitas bandeng asap yang dihasilkan?
7. Adakah pengaruh takaran/banyaknya minyak goreng yang
digunakan terhadap kualitas bandeng asap yang dihasilkan?
Alat dan 1. Alat apa sajakah yang digunakan dalam proses pembuatan
teknik bandeng asap khas Sidoarjo?
Fokus
Pertanyaan
Pertanyaan
(Technology), 2. Apa tujuan penggunaan alat-alat tersebut? (difokuskan pada
serta prosedur alat-alat tertentu, misal tempat untuk pengasapan bandeng)
(Engineering) 3. Apakah bisa alat tertentu diganti dengan alat sejenis,
misalnya alat pengasapan tertutup diganti dengan alat
pengasapan biasa yang terbuka?**)
4. Bagaimana teknik dan prosedur dalam pembuatan bandeng
asap?
Terkait teknik dan prosedur:
a. Sebenarnya tujuan dari pengasapan bandeng tersebut itu
untuk apa?
b. Dalam pembuatan bandeng asap, bandeng harus
direndam ke dalam air garam terlebih dahulu sebelum
proses pengasapan. Apa tujuan perendaman bandeng
tersebut?
c. Berapa lama waktu perendaman bandeng ke dalam air
garam? Apakah lama waktu perendaman dapat
mempengaruhi bandeng asap yang dihasilkan? (jika “iya”
bagaimana pengaruhnya?)
d. Dalam pembuatan bandeng asap melalui proses
pengasapan, adakah suhu minimal dan maksimal dalam
proses pengasapan? Jika ada, berapa suhu tempat
pengasapan yang ideal untuk menghasilakan bandeng
asap dengan tingkat kematangan yang pas?
e. Berapa lama proses pengasapan pada bandeng?
Bagaimana pengaruh lamanya waktu tersebut terhadap
kualitas dan ketahanan bandeng asap yang dihasilkan?
Penampakan, 5. Bentuk bandeng yang telah diasap bagian bawahnya selalu
bentuk, dirobek lebar. Apakah ini ada tujuannya?
keindahan 6. Apakah ada identifikasi khusus dari warna bandeng asap yg
(Arts) ada? seperti jika warnanya coklat keemasan atau coklat
kehitaman ?
Fokus
Pertanyaan
Pertanyaan
7. Apakah bisa warna bandeng asap yg telah matang dapat
digunakan sebagai tolak ukur kualitas bara yang digunakan?
8. Mengapa bandeng asap ini memiliki aroma yg khas tapi
cemderung tidak amis?
9. Bandeng yang telah diasap dapat bertahan hingga beberapa
hari lamanya tanpa di freezer, untuk mengetahui makanan
ini sudah tidak layak dimakan dilihat dari mananya?
misalnya ada penjual bang asap yg curang dan pembeli yang
tak tahu menahu. apakah dilihat dari segi warnanya,
aromanya, atau teksturnya?
*) kondisional bergantung pada jawaban yang diberikan oleh narasumber
**) dapat dikembangkan lebih lanjut saat di lapangan jika dirasa perlu
Lampiran 2. Data Primer Penelitian Etnosains

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA


Jenis Kearifan Lokal: Bandeng Asap
Tempat : Jl Kelurahan Gg. Sumbawa No.41, Desa Bulu Sidokare, Kec
Bulusidokare, Kab Sidoarjo
Narasumber : Bapak Djalil
Tanggal : 3 April 2021

Fokus pertanyaan: faktor dan ciri khas


Peneliti : “Untuk pertanyaan pertama, menurut bapak sendiri, sebenarnya
apa itu bandeng asap?”
Narasumber : “Bandeng asap adalah makanan khas daerah Sidoarjo yang
bahan utamanya yaitu ikan bandeng. Makanan tersebut termasuk
merupakan makanan olahan ikan yang banyak disukai oleh
masyarakat sekitar sini. Bandeng asap ini juga kerap dijadikan
oleh-oleh khas Sidoarjo. Di mana makanan olahan ini mampu
bertahan selama 2 hari dalam suhu ruangan, dan tahan selama 7
hari jika dimasukkan ke dalam lemari”
Peneliti : “Selanjutnya, apa ciri khas (cita rasa) yang ada pada bandeng
asap ini?”
Narasumber : “Bandeng asap ini makanan olahan ikan yang sangat enak, gurih,
dan tidak amis sama sekali karena ikan bandeng tersebut diolah
dengan cara yang benar. Untuk pembuatannya sendiri tidak
menggunakan pengawet buatan, selain itu kematangan dari
bandeng asap benar-benar diperhatikan sehingga tekstur dari
bandeng asap menjadi kenyal dan lembut.
Peneliti : “Oh jadi ini kematangan dari bandeng asap itu sendiri benar-
benar diperhatikan. Bicara menegenai bandeng asap di Sidoarjo
banyak sekali yang menjualnya. Lantas apakah yang
membedakan bandeng asap milik bapak dan bandeng asap yang
diual di pinggir jalan ataupun di pusat oleh-oleh?”
Narasumber : “Hampir semua bandeng asap, mempunyai cara pengolahan
yang hampir sama seperti saya. Tidak hanya itu untuk bahan
utamanya saja pasti sama, karena bahan dasar makanan tersebut
adalah ikanbandeng. Mungkin yang membedakan kalau bandeng
asap disini menggunakan ikan bandeng yang pilihan di mana
hanya mengambil ikan bandeng dari tambak yang pengolahan
yang bagus, salah satunya terletak di tambak daerah Sedati,
Sidoarjo. Untuk bandeng asap yang lain mungkin masih banyak
mengambil ikan bandeng di tambak yang masih memberi makan
ikan bandeng dengan rumput laut. Karena saya pernah melihat
apabila ikan yang diambil dari tamabak yang lain selain di
sedati, ikannya berbau tanah bahkan berbau tidak sedap”.
Peneliti : “Untuk penyajiannya sendiri, bagaimana penyajian dari bandeng
asap ini, Bapak?”
Narasumber : “Bandeng asap ini bisa disajikan dengan dikukus dan bisa
digoreng. Setelah keluar dari pengasapan ikan bandeng bisa
langsung dikukus menggunakan microwave atau dengan magic
com atau bisa langsung digoreng setelah keluar dari pengasapan.
Dan dinikmati bersama dengan petis ataupun bisa dengan sambal
terasi. Tapi untuk saya sendiri sebagai penjual hanya menjualkan
setelah dari pengasapan saja. Apabila saya jualkan biasanya saya
letakkan kedalam etalase dengan digantung karena agar ikan
tidak cepat rusak”.
Peneliti : “Untuk ketersediaannya, apakah makanan bandeng asap ini ada
saat tertentu saja ataukah dapat dijumpai setiap hari?”
Narasumber : “Untuk bandeng asap ini bisa dijumpai setiap hari. Di sini
hampir tiap hari produksi dan menerima pesanan apabila ada
yang ingin memesan bandeng asap. Dan untuk bandeng asap ini
hanya dijual mentahannya saja karena selera setiap orang
berbeda-beda”.
Peneliti : “Selanjutnya, Bagaimana cara penyimpanan bandeng asap?
(terkait lama waktu ketahanan)”
Narasumber : “Untuk penyimpanan dari bandeng asap ini, saya meletakkan di
etalase setelah proses pengasapan utuk dijualkan. Lama waktu
penyimpanan dalam etalase, hanya dalam waktu 2 hari saja.
Saya tidak pernah menjualkan bandeng asap saya lebih dari dua
hari setelah masuk etalase. Apabila untuk dikonsumsi sendiri
bandeng asap bisa disimpan didalam kulkas dengan lama
penyimpanan sampai 7 hari”.
Peneliti : “Apakah ada faktor budaya atau asal-usul sejarah yang
mempengaruhi terciptanya makanan ini? Jika ada, bagaimana
faktor budaya atau sejarah tersebut?”
Narasumber : “Jadi seperti ini, di daerah Sidoarjo sendiri banyak terdapat
tambak, yang hasilnya kebanyakan ikan. Masyarakat Sidoarjo
sendiri banyak sekali yang menjual olahan ikan berbagai jenis
masakan yang bisa langsung dinikmati, dan akhirnya ada juga
yang tidak laku dijual dan mengakibatkan mubazir. Akhirnya
dengan cara mengawetkan olahan ikan adalah cara untuk
memperpanjang lama penyimpanan. Sebenarnya ikan semua bisa
diawetkan dengan pengasapan, akan tetapi ikan yang bagus
untuk diasapkan hanyalah ikan bandeng. Dikarenakan ikan
bandeng apabila diasap dagingnya masih bisa dinikmati.
Berbeda dengan ikan jenis lain kebanyakan saat diasapkan
dagingnya menipis. Oleh karena itu dikembangkannya olahan
bandeng asap”.
Fokus pertanyaan: science
Peneliti : “Telah disebutkan di bagian sebelumnya, untuk bahan utama
dalam pembuatan bakdabak ini ada 3, apakah benar?”
Narasumber : “Iya, bahan utama dalam pembuatan bakdabak ada 3, yaitu ikan,
tepung tapioka, dan bawang putih.”
Peneliti : “Terkait ikan, apakah dalam pembuatan bakdabak menggunakan
jenis ikan tertentu? Dan ikan apakah yang biasa digunakan?”
Narasumber : “Berbagai jenis ikan dapat digunakan, ikan yang umumnya
digunakan adalah ikan barakuda karena memiliki daging
berwarna putih sehingga cocok digunakan pembuatan bakdabak,
selain itu ikan tengiri dan ikan tongkol juga dapat digunakan
akan tetapi ikan tengiri harganya mahal, dan ikan tongkol sedikit
amis.”
Peneliti : “Apakah jenis ikan mempengaruhi rasa, aroma dari pembuatan
bakdabak?”
Narasumber : “Iya, jenis ikan berpengaruh pada rasa dan aroma dalam
pembuatan bakdabak. Selain ikan dapat menggunakan udang
atau cumi, seperti kalau menggunakan ikan tongkol aromanya
lebih amis.”
Peneliti : “Disebutkan di bagian sebelumnya ikan yang digunakan adalah
barakuda. Mengapa menggunakan ikan barakuda dalam
pembuatan bakdabak?”
Narasumber : “Karena ikan barakuda (ikan kocol) memiliki daging berwarna
putih teksturnya empuk, rasanya enak, gurih. Ikan barakuda
hampir sama dengan ikan tengiri, perbedannya ikan barakuda
memiliki sisik dan akan aroma nya lebih amis, namun lebih
murah. Selain digunakan pembuatan bakdabak, ikan barakuda
dapat digunakan sebagai kerupuk.”
Peneliti : “Terkait tepung, apakah dalam pembuatan bakdabak
menggunakan jenis tepung tertentu? dan tepung apakah yang
biasa digunakan?”
Narasumber : “Tepung yang digunakan pada proses pembuatan bakdabak
adalah tepung tapioka, tepung tapioka dapat membuat bakdabak
menjadi kenyal dan mengembang.”
Peneliti : “Apakah bisa diganti dengan jenis tepung lainnya?”
Narasumber : “Tidak bisa, karena nanti sudah beda lagi. Kalau pakai terigu
tidak bisa mengembang.”
Peneliti : “Berdasarkan beberapa artikel yang kami baca, apakah benar
pembuatan bakdabak menggunakan baking powder?”
Nararumber : “Biasanya yang menggunakan baking powder agar bakdabak
mengembang dan renyah, akan tetapi baking powder dapat
mempengaruhi rasa menjadi getir. Disini tidak memakai baking
powder, akan tetapi apabila bakdabak ingin lebih mengembang
dan renyah tanpa menggunakan bahan kimia maka dapat
menggunakan telur yang mana biayanya akan menjadi lebih
mahal.”
Peneliti : “Terkait bahan tambahan, apa saja bahan tambahan dalam
pembuatan bakdabak?”
Narasumber : “Bahan tambahan pembuatan bakdabak adalah bawang putih dan
garam. Garam digunakan sebagai penyedap rasa dan bawang
putih digunakan untuk menghilangkan bau amis serta agar aroma
menjadi lebih sedap. Bakdabak biasanya dengan saos tomat, saos
tersebut menjadi pengganti sambal karena saos lebih efisisen
daripada membuat sambal sendiri.”
Fokus pertanyaan: Technology and Engineering
Peneliti : “Dalam proses pembuatan bakdhabak ini alat apa saja yang Ibu
gunakan, apakah ada alat khusus yang digunakan Ibu?”
Narasumber : “Proses pembuatan bakdabak ini Ibu menggunakan alat dapur
pada umunya, yaitu wajan penggorengan, pisau, blender, baskom
dan alu. Kalau alat khusus itu tidak ada tetapi Ibu menggunakan
satu alat buatan sendiri yaitu wajan penggorengan yang telah
dilubangi kecil–kecil”
Peneliti : “Iya Ibu, untuk alat yang Ibu buat sendiri apakah memiliki tujuan
khusus sehingga harus menggunakan wajan yang dilubangi kecil
–kecil?”
Narasumber : “Wajan yang dilubangi tersebut Ibu buat dengan tujuan agar ikan
yang telah dipisahkan dari tulangnya bisa dibersihkan atau
dipisahkan lagi dengan kulitnya yang menempel ataupun tulang
yang masih bercampur pada daging ikan itu”
Penelitian : “Kalau untuk cara penggunaan alat tersebut bagaimana Ibu
sehingga bisa memisahkan daging ikan dengan tulang dan kulit
ikan?”
Narasumber : “Daging yang telah dipisahkan itu diletakkan ditas wajan yang
telah dilubangi dan dibawahknya disediakan baskom kemudian
di haluskan menggunakan alu dengan cara memutar, daging yang
telah lembut dan bersih akan keluar melalui celah–celah lubang
tersebut sehingga kulit ikan dan tulang yang tersisa akan berada
diatas wajan begitu nak”
Peneliti : “Baik Ibu, kalaupun alat yang Ibu gunakan dalam membuat
bakdhabak ini apakah bisa diganti dengan alat yang lain,
mungkin ikan langsung digiling dalam mesin pengiling Ibu?”
Narasumber : “Bisa saja nak, tetapi nanti akan mempengaruhi hasil karena kulit
ikan yang ikut tercampur dalam daging akan membuat warna
daging tidak putih bersih lagi sehingga bakdhabak yang
dihasilkan memiliki warna yang tidak putih seperti biasanya”
Peneliti : “Jadi bisa mempengaruhi warna bakdhabak di hasil akhirnya
Ibu?”
Narasumber : “Iyaa nak”
Peneliti : “Selanjutnya mengenai prosedur dalam pembuatan bakdhabak
Ibu, apakah ikan yang digunakan sebelumnya melalui proses
dikukus Ibu?
Narasumber : “Bisa nak, ikannya dikukus terlebih dahulu akan tetapi ikan
harus terpisah dari tulangnya”
Peneliti : “Iya Ibu, dalam pembuatan bakdhabak itu langkah–langkahnya
bagaimana Ibu secara jelasnya ?”
Narasumber : “Prosesnya ikan yang telah bersih tadi di campur dengan tepung
lalu ditambahkan bawang putih yang sudah dihaluskan dan
garam terus diuleni tanpa menggunakan air, setelah adonan
tercampur sedikit–sedikit adonan dicetak bulat pipih kemudian
digoreng“
Peneliti : “Dalam proses menguleni tersebut membutuhkan waktu berapa
lama Ibu sampai diperoleh adonan siap pakai?”
Narasumber : “Adonan diuleni sampai tercampur saja nak, tidak membutuhkan
patokan waktu khusus”
Peneliti : “Iya Ibu, apakah bakdhabak yang dIbuat harus melalui proses
penggorengan untuk bisa siap dikonsumsi Ibu?”
Narasumber : “Kalau bakdhabak yang Ibu buat harus melalui proses
penggorengan untuk dikonsumsi”
Peneliti : “Baik Ibu, dalam proses penggorengan menggunakan minyak
yang sangat panas atau sedang saja Ibu?”
Narasumber : “Menggunakan api sedang nak jadi minyak gorengnya juga tidak
terlalu panas agar bakdhabak yang dihasilkan juga matang
merata”
Fokus pertanyaan: Mathematics
Peneliti : ”Bagaimana komposisi dan takaran bahan-bahan utama yang
digunakan dalam pembuatan bakdabak?”
Narasumber : “Pembuatan bakdabak membutuhkan takaran bahan yaitu tepung
tapioka 1 kg, daging ikan barakuda ½ kg, telur 2 butir, bawang
putih 1 ons, garam 1 sendok, minyak goreng 1 kg, air
secukupnya dan sambal bakdabak (cabe sesuai selera, petis 2
sendok, tomat 3 buah, gula secukupnya, garam secukupnya, dan
air secukupnya).”
Peneliti : “Adakah pengaruh takaran/banyaknya ikan yang digunakan
terhadap kualitas bakdabak yang dihasilkan?”
Narasumber : “Berbagai jenis ikan dapat digunakan dalam pembuatan
bakdabak. Bakdabak dapat dibuat menggunakan ikan tenggiri,
namun ikan tenggiri harganya mahal dan akan menghasilkan
bakdabak yang berwarna merah kecoklatan. Sehingga
menggunakan ikan barakuda dalam pembuatan bakdabak karena
dagingnya berwarna putih. Banyak sedikitnya takaran ikan dapat
mempengaruhi rasa, aroma, dan warna pada bakdabak. Apabila
takaran ikan terlalu sedikit, maka bakdabak yang dihasilkan
kurang pas. Aroma dan rasa bakdabak tidak begitu terasa.”
Peneliti : “Adakah pengaruh takaran/banyaknya tepung yang digunakan
terhadap kualitas bakdabak yang dihasilkan?”
Narasumber : “Tepung tapioka menghasilkan bakdabak yang kenyal. Apabila
takaran tepung tapioka terlalu banyak, maka bakdabak akan
semakin kenyal dan rasa ikan tidak begitu terasa.”
Peneliti : “Berapa banyak takaran minyak goreng yang digunakan dalam
proses penggorengan bakdabak?”
Narasumber : “Dalam menggoreng bakdabak diperlukan minyak goreng
sebanyak 1 kg. Apabila minyak goreng yang digunakan terlalu
sedikit maka bakdabak tidak dapat mengembang. Selain itu,
dalam menggoreng bakdabak harus menggunakan api yang
sedang.”
Fokus pertanyaan: Arts
Peneliti : “Bentuk bakdabak pada umumnya bulat-bulat pipih, apakah ini
ada tujuannya?”
Narasumber : “Penyajian bakdabak terdapat 2 jenis yaitu dikukus (dikemas
seperti cireng) dan digoreng. Bentuk bakdabak seperti bulat pipih
karena pada zaman dahulu, bakdabak merupakan bahan adonan
yang digunakan dalam pembutan kerupuk sehingga bakdabak
dibentuk bulat pipih. Hal ini agar bagian tengah bakdabak
matang merata ketika digoreng.”
Peneliti : “Mengapa bakdabak mempunyai warna kecoklatan?”
Narasumber : “Warna kecoklatan dikarenakan bakdabak digoreng dalam waktu
yang lama. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh jenis ikan yang
digunakan. Apabila menggunakan ikan tenggiri, maka
menghasilkan bakdabak berwana merah kecoklatan. Sedangkan
menggunakan ikan barakuda, akan menghasilkan bakdabak
berwarna putih.”
Peneliti : “Mengapa bakdabak mempunyai rasa dan aroma yang khas?”
Narasumber : “Rasa dan aroma yang khas dipengaruhi oleh ikan barakuda.”
Peneliti : “Untuk pengemasannya sendiri, bagaimana pengemasan
bakdabak ini untuk dipasarkan?”
Narasumber : “Pengemasan tidak memerlukan teknik khusus. Bakdabak yang
siap dipasarkan ditata rapi di dalam mika plastik.”
Peneliti “Enggi kalangkong pak, kaangguy penjelasanna, kaule sareng
cakanca nyo’ona pamet, manabi kaule bhede cak ocak ben
tengka lako se takasokan kaule cakanca nyo’ona sapora se
shobung bhetessa, Asalamualaikum wr.wb”
(Terimakasih pak, atas pennjelasannya. Saya dan teman saya
mohon pamit, jika ada kesalahan dari saya dan juga temen saya
baik dalam ucapan maupun tingkah laku yang kurang berkenan,
saya mohon maaf yang sebesar–besarnya, Asalamualaikum
wr.wb)
Narasumber : “Enggi dhepade, tengate e jelen, waalaikumsalam wr.wb”
(Iya sama–sama, hati–hati dijalan, waalaikumsalam wr.wb)
Lampiran 3. Hasil Observasi Penelitian
LEMBAR HASIL OBSERVASI
A. Bakdabak
1) Foto Science/Bahan

Gambar 1. Ikan Bakdabak Gambar 2. Tapioka Gambar 3. Bawang Putih

Gambar 4. Telur Gambar 5. Garam

2) Foto Engineering/Mesin-Alat

Gambar 6. Blender Gambar 7. Wajan Gambar 8. Pisau


3) Foto Art/Seni-Keindahan-Kekhasan

Gambar 9. Pemisahan Daging


dan Tulang

Gambar 11.
Penggorengan

Gambar 10. Memasukkan Bahan


Ke Dalam Baskom
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Etnosains
LEMBAR DOKUMENTASI PENELITIAN ETNOSAINS
A. Bakdabak
1) Video Technology/Prosedur-Tahapan-Langkah2
(Anda screenshootkan bagian2 dr prosedur-tahapan-langkah2 pembuatan kearifan lokal tersebut (bisa 2/3/lebih) kemudian cantumkan di
bawah ini sambil Anda kasih keterangan dan penjelasan mengenai prosedur-tahapan-langkah2 pembuatan kearifan lokal tersebut)

Screenshoot bagian2 dr prosedur-tahapan-langkah2


pembuatan kearifan lokal tersebut dari video

Gambar 12. Prosedur A (kasih penjelasan……………….)

2) Video Art/Seni-Keindahan-Kekhasan
(Anda screenshootkan bagian2 dr seni-keindahan-kekhasan kearifan lokal tersebut (bisa 2/3/lebih) kemudian cantumkan di bawah ini sambil
Anda kasih keterangan dan penjelasan mengenai seni-keindahan-kekhasan kearifan lokal tersebut)

Screenshoot bagian2 dr seni-keindahan-kekhasan


kearifan lokal tersebut dari video

Gambar 13. Kekhasan A (kasih penjelasan……………….)

3) Video Mathematics/Ukuran-Takaran-Konsentrasi
(Anda screenshootkan bagian2 dr ukuran-takaran-konsentrasi setiap bahan yang dimasukkan untuk pembuatan kearifan lokal tersebut (bisa
2/3/lebih) kemudian cantumkan di bawah ini sambil Anda kasih keterangan dan penjelasan mengenai ukuran-takaran-konsentrasi setiap bahan
yang dimasukkan untuk pembuatan kearifan lokal tersebut)

Screenshoot bagian2 dr ukuran-takaran-konsentrasi


setiap bahan yang dimasukkan untuk pembuatan
kearifan lokal tersebut dari video

Gambar 14. Takaran Bahan A (kasih penjelasan……………….)

4) Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian


(Anda cantumkan foto-foto dr setiap kegiatan penelitian etnosains Anda-bisa foto saat wawancara, foto kondisi tempat penelitian, foto
bersama atau lainnya yg masih berhubungan dengan kegiatan penelitian etnosains (bisa 2/3/lebih) kemudian cantumkan di bawah ini sambil
Anda kasih keterangan dan penjelasan mengenai foto tersebut)

Screenshoot bagian2 dr ukuran-takaran-konsentrasi


setiap bahan yang dimasukkan untuk pembuatan
kearifan lokal tersebut dari video

Gambar 15. Proses Wawancara (kasih penjelasan……………….)

Gambar 16. Foto Bersama (Memperlihat kebersamaan antara anggota kelompok


peneliti dengan informan yang diteliti)

Anda mungkin juga menyukai