Dokumen - Tips Leadership-567baabb538f2
Dokumen - Tips Leadership-567baabb538f2
OLEH:
Nur Afifah
K11113307
Kelas C
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Leadership “Kepemimpinan dalam Kesehatan
Masyarakat”.
Dalam pembuatan tugas ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. Definisi Kepemimpinan kesehatan Masyarakat.....................................................
B. Prinsip – Prinsip Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat......................................
C. Teori Kepemimpinan.............................................................................................
D. Etiologi dan Tugas Kepemimpinan Puskesmas.....................................................
E. Fungsi Kepemimpinan Puskesmas.........................................................................
F. Langkah – Langkah Meraih Kepemimpinana........................................................
G. Study Kasus...........................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................................
3.1 Simpulan................................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru (creativity in action) (Rowitz, 2009)
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk melihat masa saat ini yang
berhubungan dengan masa depan, namun tetap menghargai masa lalu.
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai ilmu dan seni terhadap pencegahan
penyakit, memperpanjang hidup dan mempromosikan kesehatan fisik dan
effisien melalui upaya masyarakat yang terorganisir (Winslow). Puskesmas
adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat di yakini akan mempengaruhi
tatanan kesehatan masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat memperoleh
instrumen dan keterampilan dari memonitoring kesehatan masyarakat yang
efektif. Pemimpin dalam kesehatan masyarakat tidak hanya berfungsi dalam
organisasi kesehatan masyarakat, mereka juga berfungsi antar organisasi.
Keterampilan antar organisasi sangat penting. Selain itu, pemimpin kesehatan
masyarakat mempraktikkan kepemimpinan mereka dala tatanan komunis.
Pengembangan kepemimpinan juga merupakan cara untuk menghubungkan
akademik kesehatan masyarakat dengan praktik kesehatan masyarakat karena
informasi mengintegrasikan pengetahuan riset dengan realitas praktik
kesehatan masyarakat.
Kepemimpinan kesehatan masyarakat mencakup komitmen terhadap
masyarakat dan nilai yang melingkupinya. Kepemimpinan kesehatan
masyrakat juga mencakup komitmen terhadap keadilan sosial, namun,
pemimpin kesehatan masyarakat tidak boleh membiarkan komitmen tersebut
mengurangi kemampuan mereka untuk menjalani agenda kesehatan
masyarakat yang telah disusun dengan baik. Selain itu, pemimpin dalam
kesehatan masyarakat harus bekerja dalam paradigma yang mengatur
kesehatan masyarakat, namun hal tersebut bukan berarti bahwa mereka tidak
dapat mengubah paradigma tersebut. Pemimpin mengusulkan paradigma
baru ketika paradigma lama kehilangan keefektifannya. Dari uraian di atas
akan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam puskesmas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut, yaitu:
1) Apa definisi kepemimpinan kesehatan masyarfakat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui definisi kepemimpinan kesehatan masyarfakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat
Kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru (creativity in action) (Rowitz, 2009).
Kepemimpinan adalah sebagai sebuah proses di mana individu
mempengaruhi kelompok individu untuk mencapai tujuan bersama
(Northouse, 2004).
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai ilmu dan seni terhadap
pencegahan penyakit, memperpanjang hidup dan mempromosikan kesehatan
fisik dan effisien melalui upaya masyarakat yang terorganisir (Winslow).
Berdasarkan definisi kepemimpinan dan kesehatan masyarakat yang telah
diuraikan di atas dapat didefinisikan secara sederhana bahwa kepemimpinan
kesehatan masyarakat adalah penerapan teori kepemimpinan (mempengaruhi,
menginsipirasi orang lain untuk mencapai tujuan) melalui upaya masyarakat
yang terorganisir dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
B. Prinsip – Prinsip Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat
Kepemimpina kesehatan masyarakat berbeda dengan kepemimpinan
dalam sektor bisnis. Terdapat 16 prinsip kepemimpinan kesehatan
masyarakat, yaitu:
1. Infastruktur kesehatan masyarakat harus diperkuat oleh penggunaan
fungsi inti dan layanan esensial kesehatan masyarakat sebagai pedoman
untuk perubahan yang harus terjadi. Pemimpin kesehtan masyarakat
harus mengevaluasi status kesehatan masyarakat, mengevaluasi kapasitas
masyarakat untuk memenuhi prioritas kesehatannya, dan
mengimplementasikan tindakan preventif untuk mengurangi dampak atau
bahkan menghindari krisis kesehatan masyarakat.
2. Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan
setiap individu dalam masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat
sangat percaya bahwa promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dapat
dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan masyarakat berbeda
dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada pengobatan dan
rehabilitasi. Setiap individu harus mempelajari manfaat kesehatan
masyarakat dan bagaiman kualitas hidup dapat ditingkatkan secara
optimal jika aturan tertentu di ikuti.
3. Koalisi masyarakat harus dibentuk untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat dalam komunis. Kesehatan masyarakat merupakan tanggung
jawab komunis dan aktivitasnya berbasis populasi. Ini berarti bahwa misi
kesehatan masyarakat adalah bekerja dengan semua kelompok dalam
komunitas untuk meningkatkan kesehatan seluruh anggotanya.
4. Pemimpin kesehatan masyarakat lokal dan negara bagian harus
bekerjasama untuk melindungi kesehatan setiap individu tanpa
menghiraukan status gender, ras, etnik, atau sosial ekonomi.pemimpin
kesehtan masyarakat benar-benar percaya pada prinsip bahwa semua
manusia diciptakan sama.
5. Perencanaan kesehatan masyarakat yang rasional membutuhkan
kolaborasi antara pemimpin lembaga kesehatan masyarakat, dewan
kesehatan lokal (jika dewan tersebut ada), serta dewan lokal, dan daerah
yang lain.
6. Pemimpin kesehatan masyarakat yang baru harus mempelajari tehknik
dan praktik kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang
berpengalaman.
7. Pemimpin kesehatan masyarakat harus harus mengembangkan
keterampilan kepemimpinan mereka secara kontinue. Pemimpin tidak
pernah berhenti belajar.
8. Pemimpin tidak hanya harus berkomitmen pada pembelajaran sepanjang
hidup, namun juga pada perkembangan dirinya.harga diri merupakan
faktor utama dalam pengembangan diri dan penting untuk konpentesi
personal yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
9. Infastruktur kesehatan masyarakat harus berdasarkan pondasi proteksi
kesehatan untuk semua, nilai dan prinsip demokrasi, serta penghargaan
terhadap struktur sosial masyarakat.
10. Pemimpin kesehatan masyarakat harus berpikir secara lokal namun
bertindak secara lokal.
11. Pemimpin kesehatan masyarakat harus menjadi manajer yang baik.
12. Pemimpin harus berhubungan dengan manajer dan staf lain dalam
organisasi, pemimpin harus menjadi pengarah dan motivator kegiatan
dalam organisasi, pemimpin harus mempengaruhi semua fase kerja
dalam organisasi, dan pemimpin harus mengantisipasi masa depan dan
mengembangkan organisasi dengan cara mempertimbangkan masa depan
tersebut.
13. Pemimpin kesehatan masyarakat harus proktif dan tidak reaktif.
14. Setiap tingkat sistem kesehatan masyarakat membutuhkan pemimpin.
Faktanya, pemimpin tidak harus memiliki posisi resmi untuk menjadi
pemimpin dan sepertinya kekuatan menjadi semakin tinggi.
15. Pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan keahlian mereka pada
tingkat komunitas dan harus memahami apa yang di maksud dengan
komunitas.
16. Pemimpin kesehatan masyarakat harus mempraktikkan apa yang mereka
ajarkan.
C. Teori Kepemimpinan
Umumnya disepakati ada 3 (tiga) teori utama dalam studi kepemimpinan
yaitu :
1. Teori sifat-sifat kepemimpinan karakter pemimpin (traits theory).
Teori sifat kepemimpinan berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan
bukan diciptakan (leader are born, not built), artinya seseorang telah
membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan bukan dididik atau
dilatih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa pendidikan dan latihan sudah
dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya
bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat
kepemimpinan.
2. Teori perilaku atau gaya kepemimpinan (behavior theory).
Teori gaya kepemimpinan berasumsi bahwa kemampuan untuk
memimpin dan kemauan untuk mengikuti didasarkan atas perilaku
pemimpin atau gaya kepemimpinan. Menurut Silalahi (2002), gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku spesifik yang ditampilkan oleh
pemimpin dalam upaya mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan
organisasi atau kelompoknya. Beberapa gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Gaya kepemimpinan otokratik (autocratic, directive, autoritarian,
restrictive) yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak memberikan
pengarahan tetapi sedikit memberikan dukungan.
2. Gaya kepemimpinan suportif yaitu gaya kepemimpinan dengan
banyak memberikan pengarahan dan dukungan, pengambilan
keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan usul dan saran staf.
Gaya kepemimpinan suportif digunakan bila dukungan sumber daya
organisasi memadai, efektif digunakan untuk tingkat kematangan
staf rendah ke sedang dimana pegawai tidak mampu tetapi mau
memikul tugas dan tanggung jawab.
3. Gaya kepemimpinan delegatif (laissez-faire, permissive) yaitu gaya
kepemimpinan dengan sedikit memberikan pengarahan dan
dukungan, pengambilan keputusan dilimpahkan sepenuhnya kepada
staf, tanggung jawab pelaksanaan tugas berada pada pegawai.
4. Gaya kepemimpinan partisipatif (democratic, egalitarian) yaitu gaya
kepemimpinan dengan banyak memberikan dukungan, tetapi sedikit
memberikan pengarahan, pengambilan keputusan dilakukan
bersama-sama pegawai, aktif mencari masukan dan saran dalam
menentukan keputusan/ kebijakan, mendorong keikutsertaan
pegawai dalam aktivitas untuk pencapaian tujuan.
3. Teori situasional (contingency theory).
Adapun teori kepemimpinan situasional berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif tergantung pada kesesuaian antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi seperti situasi, atasan,
pegawai, tugas, organisasi, dan variabel-variabel lingkungan lainnya,
serta gaya kepemimpinan adalah contingent/dependent dalam
karakteristik situasional yang sesuai.
D. Etiologi dan Tugas Kepemimpinan Puskesmas
Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia dimulai dari
didirikannya berbagai institusi dan sarana kesehatan. Pada pertemuan
Bandung Plan (1951), dicetuskan pertama kali pemikiran untuk
mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya kesehatan tersebut di bawah
satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien. Adanya konsep pelayanan
kesehatan yang terintegrasi lebih berkembang dengan pembentukan Team
Work dan Team Approach dalam pelayanan kesehatan tahun 1956.
Tugas Dan Peran Pemimpin Pukesmas, yaitu:
1. Membuat perencanaan puskesmas.
2. Mengatur pelayanan puskesmas.
3. Menggerakkan pegawai puskesmas.
4. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
5. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
E. Fungsi Kepemimpinan Puskesmas
Secara operasional fungsi kepemimpinan puskesmas meliputi 5 (lima)
fungsi pokok kepemimpinan yaitu :
1. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pimpinan Puskesmas sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan
dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan tugas dan program
Puskesmas dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang
efektif memerlukan kemampuan untuk memotivasi dan menggerakan
pegawai puskesmas agar mau dan mampu melaksanakan tugas dan
program puskesmas.
2. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Dalam usaha menetapkan
keputusan, pimpinan puskesmas memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkomunikasi dengan staf puskesmas yang dinilai
mempunyai informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pimpinan puskesmas berusaha
mengaktifkan dan mengikutsertakan staf puskesmas dalam mengambil
keputusan tugas dan program Puskesmas serta dalam pelaksanaannya.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf puskesmas dalam pengambilan dan penetapan
keputusan tugas dan program puskesmas, baik melalui persetujuan
maupun tanpa persetujuan dari pimpinan Puskesmas. Fungsi delegasi
pada dasarnya dilandasi kepercayaan.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bertujuan agar pimpinan puskesmas mampu
mengatur aktivitas pegawai puskesmas secara terarah dan terkoordinasi,
sehingga memungkinkan pelaksanaan tugas dan program puskesmas
terselenggara secara efektif dan efesien. Fungsi pengendalian dapat
diwujudkan melalui kegiatan pembimbingan, pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh
kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya.
kepemimpinan kesehatan masyarakat adalah penerapan teori kepemimpinan
(mempengaruhi, menginsipirasi orang lain untuk mencapai tujuan) melalui
upaya masyarakat yang terorganisir dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Tugas dan Peran Pemimpin Pukesmas, yaitu:
1. Membuat perencanaan puskesmas.
2. Mengatur pelayanan puskesmas.
3. Menggerakkan pegawai puskesmas.
4. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
5. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan
masyarakat berbeda dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada
pengobatan dan rehabilitasi. Setiap individu harus mempelajari manfaat
kesehatan masyarakat dan bagaiman kualitas hidup dapat ditingkatkan secara
optimal jika aturan tertentu di ikuti.
B. Saran
Pemimpin kesehatan masyarakat yang baik harus mempelajari teknik dan
praktik kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang
berpengalaman dan pemimpin kesehatan masyarakat harus mengembangkan
keterampilan kepemimpinan mereka secara kontinue serta seorang pemimpin
itu tidak pernah berhenti belajar. Pemimpin kesehatan masyarakat memiliki
juga tanggung jawab penting terhadap staf lembaga. Jadi, para pemimpin
harus memantau dan mengevaluasi kinerja serta kepuasan kerja staf. Evaluasi
kinerja ini harus dilakukan dengan baik dan kontinue, agar staf dapat
mempelajari tanggung jawab kerja sepenuhnya dan memahami tanggung
jawab tersebut dengan lebih efektif. Dan seorang pemimpin harus mengetahui
masalah apa saja yang telah terjadi baik internal maupun eksternal sehingga
sesegera mungkin dapat mengambil keputusan dan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA