Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR KERJA

PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

wTanggal praktikum : Kamis, 18 Maret 2021


Nama Praktikan : Adrian Novanda
NIM/Gol : 134190097 / I1
Asisten Praktikum : Nadya Noora / 134180163

9/04/21
BAB II
TEKNIK TRAPING SERANGGA HAMA

A. Tujuan
1. Mengenal berbagai teknik traping beserta alatnya.
2. Mampu mengidentifikasi serangga hama hasil traping
3. Mampu menganalisis indeks keragaman dan kesamaannya

B. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Metode Light
Trap
Jumlah
No. Warna Golongan Ordo Jumlah
Ordo
Diptera 6
G3, G4
Coleoptera 1
1. Merah 2
Coleoptera 4
I3, I4 Diptera 16
Diptera 2
Coleoptera 3
H1, H2 Hemiptera 1
2. Kuning 4
Diptera 4
Coleoptera 7
J1,J2 Hymenoptera 9
Diptera 8
3. Hijau 6
H3, H4 Hemiptera 1
Hymenoptera 1
Diptera 2
Hymenoptera 2
Arachnida 1
Lepidoptera 1
J3, J4 Coleoptera 1
Orthopera 1
Diptera 1
I1, I2
Hymenoptera 57
Coleoptera 14
4. Putih 5
Choleoptera 12
Diptera 18
G1,G2
Hyemenoptera 3
Hemiptera 3
Perhitungan:
1. Merah (Jumlah Ordo 2)
P1 = (G3,G4) = 3/4
P2 = (J1,J2) = 3/4
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (4/4 ln4/4) + (4/4 ln4/4)
=0
= H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah
2. Kuning (Jumlah Ordo 4)
P1 = (G3,G4) = 2/2
P2 = (I3,I4) = 2/2
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (3/4 ln3/4) + (3/4 ln3/4)
= -Σ (-0,21) + (-0,21)
= -Σ (-0,42) = 0,42
= H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah
3. Hijau (Jumlah Ordo 6)
P1 = (H3, H4) = 3/6
P2 = (J3,J4) = 5/6
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (3/6 ln3/6) + (5/6 ln5/6)
= -Σ (-0,34) + (-0,15)
= -Σ (-0,49) = 0,49
= H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah

4. Putih (Jumlah Ordo 5)


P1 = (I1, I2) = 4/5
P2 = (G1,G2) = 4/5
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (4/5 ln4/5) + (4/5 ln4/5)
= -Σ (-0,18) + (-0,18)
= -Σ (-0,36) = 0,36
= H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Metode Sticky
Trap Kertas
Jumlah
No. Warna Golongan Ordo Jumlah
Ordo
I2 Diptera 3 1
1. Merah
J2 - 0
Hemiptera 1 4
I3 Diptera 3
2. Kuning Hymenoptera 5
Coleoptera 1
J3
Diptera 4
Diptera 7 2
I4
Hymenoptera 2
3. Hijau
Diptera 4
J4
Hymenoptera 3
Diptera 5 3
I1
4. Putih Hymenoptera 3
J1 Lepidoptera 1
Perhitungan:
5. Merah (Jumlah Ordo 1)
P1 = I2 = 1/1
P2 = J2 = 0
H = -Σ (P1 lnP1)
= -Σ (1/1 ln1/1)
= 0 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
6. Kuning (Jumlah Ordo 4)
P1 = I3 = 3/4
P2 = J3 = 2/4
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (3/4 ln3/4) + (2/4 ln2/4)
= -Σ (-0,21) + (-0,34)
= -Σ (-0,55) = 0,55 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
7. Hijau (Jumlah Ordo 2)
P1 = I4 = 2/2
P2 = J4 = 2/2
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (2/2 ln2/2) + (2/2 ln2/2)
= -Σ (0) + (0)
= -Σ (0) = 0 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
8. Putih (Jumlah Ordo 3)
P1 = I1 = 2/3
P2 = J1 = 1/3
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (2/3 ln2/3) + (1/3 ln1/3)
= -Σ (-0,27) + (-0,36)
= -Σ (-0,55) = 0,63 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Metode Sticky
Trap Botol
Jumlah
No. Warna Golongan Ordo Jumlah
Ordo
Hymenoptera 6 4
Diptera 7
I2 Coleoptera 1
1. Merah Hemiptera 1
Diptera 7
Coleoptera 1
J2 Hymenoptera 10
Diptera 21 4
I3 Araneae 1
2. Kuning Hymenoptera 2
Coleoptera 5
J3 Diptera 3
I4 Diptera 23 3
Diptera 21
3. Hijau
Hymenoptera 8
J4 Coleoptera 12
Diptera 10 5
I1 Hemiptera 2
4. Putih
Diptera 11
J1 Hymenoptera 2
Lepidoptera 1
Hemiptera 2
Araneae 1
Perhitungan:
9. Merah (Jumlah Ordo 4)
P1 = I2 = 3/4
P2 = J2 = 4/4
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (3/4 ln3/4) + (4/4 ln4/4)
= -Σ (-0,21) + (0)
= -Σ (-0,21) = 0,21 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
10. Kuning (Jumlah Ordo 4)
P1 = I3 = 2/4
P2 = J3 = 3/4
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (2/4 ln2/4) + (3/4 ln3/4)
= -Σ (-0,34) + (-0,21)
= -Σ (-0,55) = 0,55 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
11. Hijau (Jumlah Ordo 3)
P1 = I4 = 1/3
P2 = J4 = 3/3
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (1/3 ln1/3) + (3/3 ln3/3)
= -Σ (-0,36) + (0)
= -Σ (-0,36) = 0,36 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)
12. Putih (Jumlah Ordo 5)
P1 = I1 = 2/5
P2 = J1 = 5/5
H = -Σ (P1 lnP1) + (P2 lnP2)
= -Σ (2/5 ln2/5) + (5/5 ln5/5)
= -Σ (-0,36) + (0)
= -Σ (-0,36) = 0,36 (H < 1 , Komunitas kurang stabil / keragaman rendah)

Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Feromon Trap
Hari ke-
No. Perlakuan
1 2 3 4 5 6
1. 0 tetes 0 0 0 0 0 0
2. 1 tetes 5 3 2 2 1 0
3. 2 tetes 21 7 9 2 1 1
4. 3 tetes 10 7 5 4 2 2
5. 4 tetes 3 2 2 1 1 1

Grafik 2.1 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Feromon Trap
Grafik Hasil Pengamatan Feromon Trap
25

20

15

10

0
Hari ke - 1 Hari ke - 2 Hari ke - 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5 Hari ke - 6

0 tetes 1 tetes 2 tetes 3 tetes 4 tetes

Tabel 2.5 Hasil Pengamatan Teknik Traping Serangga Hama Pitfall Trap
No. Ordo Jumlah
1 Hymenoptera 7

C. Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan yang tertera, dapat dijelaskan bahwa
trapping (perangkap hama) merupakan salah satu media Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dengan menggunakan menggunakan atraktan atau zat penarik
(baik stimulus kimia maupun fisik) seperti cahaya, warna, atau senyawa kimia
sehingga menyebabkan serangga dapat tertarik kedalam perangkap. Perangkap
serangga dapat digunakan untuk tujuan pengendalian hama yaitu dengan
memonitor populasi serangga maupun untuk mengurangi populasi serangga
secara langsung. Data hasil monitoring populasi serangga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan tindakan pengendalian yang akan dilakukan.
Macam perangkap yang digunakan tergantung jenis serangga yang akan
ditangkap. (Priawandiputra et al. 2015).
Beberapa perangkap yang digunakan dalam pengamatan kali ini adalah
pitfall trap, light trap, sticky trap, serta feromon trap. Pitfall trap digunakan
untuk menangkap serangga yang berjalan diatas permukaan tanah, dengan
lubang yang dilengkapi wadah berisi air sabun serta papan peneduh yang
digunakan untuk melindungi perangkap dari air hujan dan kotoran. Sedangkan
pada Light trap, perangkap ini menggunakan mekanisme respon serangga
terhadap cahaya. Serangga yang tertarik pada cahaya dapat ditangkap dengan
perangkap cahaya, dengan warna cahaya yang digunakan tergantung respon
serangga terhadap warna, ada yang berwarna merah, kuning , hijau, dan
putih.(Schauff 2003).
Sticky trap dapat digunakan Untuk memperangkap serangga terbang yang
berukuran kecil seperti thrips, aphis dan kutu bersayap lainnya. Dengan
permukaan bahan yang harus kedap dan tidak berpori, dan biasanya
menggunakan kertas plastik ataupun botol dan dengan perekat yang
menggunakan petroleum jelly. Tentunya mekanisme sticky trap hampir sama
dengan light trap yaitu menggunakan warna. Warna yang digunakan pada sticky
trap yaitu merah, kuning, hijau, putih. Yang terakhir ialah feromon trap dengan
mekanisme perangkap toples plastic yang digantung pada tangkai pohon dan
dibiarkan selama semalaman. Toples plastic tersebut telah diberi 3 buah lubang
jendela dan memasang corong plastic pada lubang tersebut, lalu dengan tutup
toples yang digantung dengan kapas yang sudah diberi zat antraktak dan toples
sudah berisi air sabun secukupnya. (Schauff 2003).
Berdasarkan hasil data pada penelitian trapping, Pada pengamatan Light
trap, lampu berwarna putih memiliki jumlah serangga paling tinggi sebanyak
109 ekor serangga tertangkap dengan jumlah ordo sebesar 5 ordo. Karena
Warna putih mempunyai intensitas cahaya lebih tinggi dibandingkan dengan
warna lainnya, dikarenkan warna tersebut lebih dikenali serangga untuk
hinggapi (Mardhotillah, 2012). Sedangkan pada Sticky trap, Sticky trap botol
menangkap lebih banyak serangga hama jika dibandingkan dengan sticky trap
kertas dan warna dominan pada sticky trap botol ialah pada warna hijau yaitu
sebanyak 64 jumlah serangga dengan jumlah ordo sebanyak 3 ordo. Hal ini
dikarenakan sticky trap botol memiliki luas permukaan yang lebih besar
dibandingkan kertas. Dan warna hijau pada sticky trap dapat di gunakan untuk
menarik hama yang menyerang daun yang masih muda. Hama yang menyukai
daun muda adalah tungau. Hama menganggap kertas/apapun yang berwarna
hijau terlihat seperti kumpulan daun daun muda (Thein et. al., 2011)
Pada pengamatan Metode Feromon Trap, serangga terperangkap paling
terbanyak pada 2 tetes zat antrantak yang dapat menarik serangga dengan
jumlah terbanyak yaitu sebanyak 21 serangga pada hari ke - 1, 7 serangga pada
hari ke - 2, 9 serangga pada hari ke - 3, 2 serangga pada hari ke - 4, 1 serangga
pada hari ke - 5 dan 1 serangga pada hari ke - 6 , hal tersebut dikarenakan zat
antrantak yang memiliki aroma pengikat yang sangat kuat. Namun sama
dengan perlakuan feromon trap dengan beberapa tetes lainnya, serangga yang
tertangkap mengalami penurunan , hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban, kadar air dan aerasi. Unsur
unsur ini dapat mengembangkan, melumpuhkan, menghambat
perkembangbiakan atau memusnahkan populasi hama. Suhu lingkungan dan
kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi masa
perkembangan. Kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan hama
pada batas tertentu. Namun suatu lingkungan dengan suhu rendah
menyebabkan masa perkembangan hama menurun, sehingga populasi hama
terhambat. Kadar air berhubungan dengan ketahanan hidup suatu hama
sehingga jika suatu memiliki kadar air yang rendah makan pertumbuhan hama
terhambat dan ketahanan hama menurun.(Klowden, 2002)
Pada pengamatan Pitfall Trap, ditemukan serangga hama yaitu semut yang
termasuk ke dalam ordo Hymenoptera berjumlah 7 ekor yang berarti hanya
sedikit serangga hama yang terperangkap pada perangkap ini. Diduga karena
keberadaan serangga disuatu habitat dipengaruhi oleh sejumlah faktor
lingkungan salah satunya kelembaban tanah. Kelembaban tanah berpengaruh
secara langsung terhadap kehidupan serangga permukaan tanah dimana
kelembaban tanah akan mempengaruhi ketersediaan bahanbahan organik tanah
yang merupakan sumber nutrisi bagi serangga permukaan tanah. Namun
kelembaban tanah yang kurang menyebabkan serangga sangat terbatas dalam
beraktifitas dan lama kelamaan serangga akan mengalami kematian atau
melakukan migrasi.(Rahmawaty, 2000)

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data pada pengamatan trapping berikut, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pitfall trap digunakan untuk menangkap serangga yang berjalan diatas
permukaan tanah, dengan lubang yang dilengkapi wadah berisi air sabun
serta papan peneduh. Light trap menggunakan mekanisme warna cahaya
untuk menarik para serangga sesuai dengan warna tertentu, dengan
menggunakan wadah yang berisi air sabun serta cahaya lampu yang memiliki
jenis warna berbeda sesuai serangga. Sticky trap dapat digunakan Untuk
memperangkap serangga terbang yang berukuran kecil, menggunakan kertas
plastik ataupun botol dengan warna yang berbeda sesuai respon serangga dan
dengan perekat yang menggunakan petroleum jelly. Lalu feromon trap
dengan mekanisme perangkap toples plastic yang telah diberi lubang sebagai
jalur masuknya serangga, serta pemberian zat antrantak sebagai penarik dan
sabun cair sebagai zat perangkap.
2. Berbagai macam jenis serangga yang ditemukan terperangkap pada
penelitian trapping kali ini yaitu Diptera, Hemiptera, Coleoptera,
Hymenoptera, Arachnida, Orthoptera, Lepidoptera dan Araneae.
3. Indeks Keragaman (H) dapat diartikan sebagai suatu penggambaran secara
sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat memudahkan
proses analisa informasiinformasi mengenai macam dan jumlah organisme.
Berdasarkan penelitian trapping berikut ini, didapatkan bahwa rata rata
indeks keragaman pada setiap jenis trapping lebih kecil dari 1 (H < 1) yang
menyatakan bahwa komunitas atau keragaman populasi serangga kurang
stabil (terbilang rendah) karena jumlah anggota individu jenis serangga yang
ditemukan sangat sedikit dan kurang merata.

DAFTAR PUSTAKA

Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986. Biologycal Parameter for water quality
Criteria. Bio. Science: 18.
Priawandiputra W, Barsulo CY, Permana AD, Nakamura K. 2015. Comparison of
abundance and diversity of bees (Hymenoptera: Apoidea) collected by
window traps among four types of forest on Noto Peninsula, Japan. Far
Eastern Entomologist 287: 1-23
Schauff ME. 2003. Collecting and preventing insect and mites. Washington :
USDA Misc Publication 1443
McMaugh T. 2007. Pedoman surveilensi organisme pengganggu tumbuhan di
Asia dan Pasifik. ACIAR Monograph 119a: 192.
Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada
Komunitas Rhizophora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis Program
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal: 73
Klowden, M.J. 2002. Physiological System in Insects. Acad. Press. London. 413
pp. Kamarudin, N., M. Basri, W., dan Ramle, M., 2005. Environmental
Factors affecting the population Density of Oryctes rhinoceros in a Zero-
Burn Oil Palm Replant. Journal of Oil Palm Research.17:53-63
LAMPIRAN

Gambar 2.1 Hasil Pengamatan Light Trap

Gambar 2.2 Hasil Pengamatan Sticky Trap Kertas


Gambar 2.3 Hasil Pengamatan Sticky Trap Botol

Gambar 2.4 Hasil Pengamatan Feromon Trap


Gambar 2.5 Hasil Pengamatan Pitfall Trap

Anda mungkin juga menyukai