Disusun Oleh :
Kelompok 9
S1 Teknik Lingkungan
NAMA NIM
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENYEDIAAN AIR MINUM II
JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
“Kelurahan Air Putih”
Tugas Besar Penyediaan Air Minum II ini telah diperiksa di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman , pada tanggal 15 Oktober 2020
Mengetahui ,
Doesen Pengampu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta petunjukNya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Resmi Sistem Penyediaan Air Minum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Laporan Resmi Sistem
Penyediaan Air Minum ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati. Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Akhir kata, kami harapkan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari laporan ini.
Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul ...........................................................................................................i
Lembar Pengesahan ................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...........................................................................................................iii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iv
Daftar Tabel ................................................................................................................ x
Daftar Gambar ............................................................................................................ xi
vi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Syarat Kekeruhan dan Warna Air Bersih................................................... 9
Tabel 2.2 Drinking Water Quality Criteris W.H.O ....................................................9
Tabel 2.3 Parameter pada Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Permenkes RI
Nomor 492/MENKES/PER/IV.2010 ......................................................... 12
Tabel 2.4 Standar Kebutuhan Air Domestik .............................................................. 17
Tabel 3.1 Topografi Kota Samarinda ......................................................................... 26
Tabel 3.2 Pola Penggunaan Lahan Kota Sarinda .......................................................28
Tabel 4.1 Data Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Air Putih ................................... 29
Tabel 4.2 Perhitungan Korelasi Aritmatik ................................................................. 32
Tabel 4.3 Perhitungan Korelasi Geometri..................................................................33
Tabel 4.4 Perhitungan Korelasi Least Square ............................................................ 34
Tabel 4.5 Perhitungan Standar Deviasi Aritmatik ..................................................... 35
Tabel 4.6 Perhitungan Standar Deviasi Geometri ...................................................... 36
Tabel 4.7 Perhitungan Standar Deviasi (Least Square) ............................................. 37
Tabel 4.8 Perbandingan 3 Metode ............................................................................. 37
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk 2020-2037 .................................... 38
Tabel 4.10 Data Fasilitas Kelurahan Air Putih ............................................................ 39
Tabel 4.11 Pembagian Blok Pelayanan Kelurahan Air Putih ...................................... 40
Tabel 4.12 Kategori Kepadatan Penduduk Kelurahan Air Putih ................................. 41
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik ..................................43
Tabel 4.14 Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penduduk .............................46
Tabel 4.15 Kebutuhan Air Non Domestik (liter/unit/hari) .......................................... 48
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik..........................49
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Total ......................................... 53
Tabel 5.1 Kebutuhan Air Total .................................................................................. 57
Tabel 5.2 Analisis Hardy Cross .................................................................................59
Tabel 5.3 Panjang Pipa............................................................................................... 67
Tabel 5.4 Elevasi dan Debit Tiap Node .....................................................................68
Tabel 5.5 Perbandingan Analisis Epanet dan Hardy Cross ....................................... 68
Tabel 5.6 Pola Pemakaian Air dalam Sehari.............................................................. 70
Tabel 5.7 Fluktuasi Pemakaian Air ............................................................................ 71
Tabel 6.1 Simbol Detail Junction ..............................................................................74
Tabel 6.2 Diameter Pipa Tapping di Tiap Junction ................................................... 76
Tabel 6.3 Detail Junction ........................................................................................... 77
vii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Sistem Cabang ........................................................................................ 19
Gambar 2.2 Sistem Gridion ........................................................................................ 19
Gambar 2.3 Sistem Melingkar .................................................................................... 20
Gambar 3.1 Peta Provinsi Kalimantan Timur............................................................. 21
Gambar 3.2 Peta Kota Samarinda ............................................................................... 22
Gambar 3.3 Peta Kecamatan Samarinda Ulu ............................................................. 24
Gambar 3.4 Peta Kelurahan Air Putih ........................................................................ 25
Gambar 5.1 Blok Distribusi Air di Kelurahan Air Putih ............................................ 65
Gambar 5.2 Run Status pada Qtotal (L/detik) ............................................................ 65
Gambar 5.3 Network Table-Node pada Qharian (L/detik) ......................................... 66
Gambar 5.4 Network Table-Link pada Qharian (L/detik) ........................................... 66
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem penyediaan air minum untuk masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada
beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan masih belum dapat diatasi
sepenuhnya. Masalah yang masih dihadapi pada saat ini adalah rendahnya tingkat
pelayanan air bersih untuk masyarakat. Sehingga sering dijumpai bahwa kualitas air
minum yang berasal dari tanah maupun air sungai yang digunakan kurang memenuhi
syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di berbagai tempat tidak layak untuk
diminum.
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut
departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri
(misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh
dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat
dihilangkan dengan cara ini. Seiring dengan pertambahan penduduk, air bersih semakin
sulit untuk didapatkan. Diperlukan suatu sistem penyediaan air meliputi sumber-sumber
penyediaan, sarana-sarana penampungan, sarana-sarana pengolahan air baku, sarana
penyaluran penampungan, sarana distribusi, transmisi ait bersih, sarana pelayanan, dan
transmisi air baku.diperlukan pengolahan agar air dapat dikonsumsi oleh manusia.
1
Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh penduduk setempat. Salah
satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan memanfaatkan pelayanan PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mencapai pengadaan air bersih yang merata
sangatlah tidak mudah, hal ini dikarenakan banyaknya resiko maupun biaya dalam
pemenuhan kebutuhan ini. Resiko ini dapat bersifat teknis maupun non teknis. Misalnya
masalah teknis banyaknya daerah yang tidak memungkinkan dipasang saluran pipa air
bersih dan kemudian juga masalah nonteknis yaitu kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang kurang mengerti tentang pipa air bersih.
Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan
perlengkapannya, hidran kebakaran, sistem pemompaan (bila diperlukan dan reservoir
distribusi. Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk
itu, sejalan dengan pentingnya peranan dan fungsi dari air minum perlu direncanakan
suatu sistem penyediaan air minum (SPAM). Pengembangan SPAM adalah kegiatan
yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik)
dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat, dan
hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang
dimaksud dengan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air
minum. sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan
perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat
meliputiunit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat meliputi sumur
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki
air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
2
1.1 Tujuan
a. Penelitian terbatas pada sistem jaringan distribusi produksi air pada wilayah
Kelurahan Air Putih.
b. Strategi yang diusulkan adalah konsep strategi tanpa melakukan implementasi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, Air adalah air minum, air bersih,
air kolam renang, dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus bebas dari
kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air
bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan
air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan. Semakin tinggi taraf kehidupan
seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlahpenduduk dunia
setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Dwijosaputro,
1981).
Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air
didalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan
yang penting bagi tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh
darah yang ada disekitar alveoli. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya. Dalam menjalankan fungsi
kehidupan sehari-hari manusia sangat tergantung pada air, karena air dipergunakan pula
untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi dan lain sebagainya. Air merupakan faktor
penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air
4
minum atau keperluan rumah tangga lainnya.Air yang digunakan harus bebas dari kuman
penyakit dan tidak mengandung bahan beracun (Mulia,2005).
Menurut Chandra (2007), Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal
dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman
tersebut antara lain:
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan
RI.
Menurut Sutrisno (2010), Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit,
bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Air yang berada
dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sumber-sumber air dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan
meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan
sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah,
sampah, maupun yang lainnya.
b. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air
minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan sebagai sumber air
minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber air yang lebih baik
5
setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal biayanya.
c. Air angkasa (Hujan)
Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan evotranspirasi dari
tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses kondensasi
kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun embun. Air angkasa
mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang mengandung garam-garam dan zat-
zat mineral sehingga terasa kurang segar juga boros terhadap pemakaian sabun. Air
angkasa juga bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak
reservoir sehingga mempercepat terjadinya korosi. Air angksa atau air hujan
merupakan sumber utama air dibumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang
paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amoniak
d. Air tanah
Air tanah (ground water) adalah cadangan air yang bersumber dari air presipitasi dan
merembes menjadi air infiltasi berada di bawah permukaan litosfer tertampung dalam
cekungan-cekungan dan mengalir membentuk sungai bawah tanah dan muncul sebagai
mata air. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama, air
tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi.
Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau
sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan
dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam
magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.
Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan
pompa.
6
Pengawasan Kualitas Air, syarat-syarat air bersih antara lain:
a. Syarat Fisik
Air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih),
antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak
keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika
air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya sebagai berikut :
1. Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila
temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30 0C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari
sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur
pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia
pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperatur atau suhu air
diukur dengan menggunakan termometer air.
2. Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan-bahan
yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan
rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini
tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk
standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990
menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak beras.
3. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-
7
bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan
pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi
umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha
desinfeksi. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes
RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 5
NTU.
b. Syarat Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al),
Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Penggunaan air
yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang
digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak
basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang
dianjurkan untuk air minum adalah 6,5-8,5.
c. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air
permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat
dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal
material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi
bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.
8
Persyaratan kualitatif adalah persyaratan yang menggambarkan mutu atau kualitas
dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi:
a. Syarat-syarat fisik
1. Air tak boleh berwarna
2. Air tak boleh berasa
3. Air tak boleh berbau
4. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ±25º C).
5. Air harus jernih.
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum
dimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan) yang
disyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :
b. Syarat-syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampui batas yang telah ditentukan.
9
T. Hardness -100 – 50
Ca++ ppm 75
Mg++ ppm 50
T. Fe ppm 0,3
T. Mn ppm 0,1
T. Cu ppm 1,0
T. Pb ppm 0,1
T. Cu ppm 1,0
T. Pb ppm 0,1
T. Zn ppm 5,0
T. Cr ppm 0,05
Cr6+ ppm -
T. Mg ppm -
T. As ppm 0,2
T. FF ppm 1,0
CN ppm 0,01
Phenol ppm 0,001
R Chlorine ppm -
T.Cd -
Radio -10-9 c/ml
Activity -10-8 c/ml
General -
Bacteria -
Coliform MPN 10
Bacteria All year
(Sumber : Sutrisno dan Suciastuti, 2010).
c. Syarat-syarat biologis
Air minum tida boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama
sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-
batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml.air. Bakteri golongan Coli ini
berasal dari usu besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada
dalam air antara lain adalah:
1. Bakteri typhsum
2. Vibrio Colerae
3. Bakteri dysentriae
4. Entamoeba hystolotica
5. Bakteri enteritis (penyakit perut)
10
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat yang mengahasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
Dalam penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya
air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah
penduduk yang akan dilayani. Kebutuhan air untuk masyarakat perkotaan adalah
150 ltr/org/hari. Jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat
kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air yang
tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Air baku untuk air bersih harus dapat
diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap,baik pada saat
musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa
jumlah air bersih yang direncanakan dapat memenuhi kebutuhan selama 24 jam.
11
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah
masing masing dengan mangacu pada parameter tambahan yang ditentukan.
Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen Dalam
Negeri Republik Indonesia, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,
sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Selain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (Sutrisno, 1991).
Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui Permenkes RI nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum,
meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Terdapat 2 parameter
kualitas air minum, yaitu sebagai berikut:
1. Parameter wajib yaitu:
a. Parameter mikrobiologi
b. Parameter kimia anorganik
2. Parameter yang tidak wajib yaitu:
a. Parameter fisik
b. Parameter kimiawi
Tabel 2.3 Parameter pada Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Permenkes RI
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1 Parameter wajib
12
a. Parameter Mikrobiologi
1. E.Coli Jumlah per 100 mL sampel 0
2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 mL sampel 0
b. Kimia an-organik
1. Arsen mg/l 0,01
2. Fluoride mg/l 1,5
3. Total Kromium mg/l 0,05
4. Kadmium mg/l 0,003
5. Nitrit mg/l 3
6. Nitrat mg/l 50
7. Sianida mg/l 0,07
8. Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak wajib
a. Fisik
1. Bau
2. Warna TCU
3. TDS mg/l
4. Kekeruhan NTU
5. Rasa
Tabel 2.3 Parameter pada Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Permenkes RI
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
O
6. Suhu C
b. Kimiawi
1. Aluminium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH mg/l 6,5 – 8,5
13
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5
(Sumber : Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010).
Menurut Reynold dan Richard (1995), sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya
komponen pokok antara lain unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit
transmisi, unit distribusi danunit konsumsi.
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yangmana
pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air
permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yangdiperlukan.
14
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhikualitas air
bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air
baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatanakan berubah menjadi air bersih
atau minum yang aman bagi manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yangmenentukan
jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon
atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompa. Unit produksi
merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Teknologi pengolahan disesuaikan dengansumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa
tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersihatau
minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan tekanan
air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat
pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang sistim penyediaan air minum adalah PP
nomer 16 tahun 2005. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) non fisik dari prasarana dan sarana air
minum. Pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah kegiatan yang
bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) non fisik
(kelembagaan, managemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang
utuh untuk menyediakan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Dalam mengelola SPAM, penyelenggara harus berdasarkan pada prinsip good corporate
governance, memenuhi standar pelayanan minimum, persyaratan kualitas air minum sesuai
peraturan mentri kesehatan yang berlaku dan memberikan pelayanan secara penuh 24 jam
per hari kepada pelanggan. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, maka diperlukan pedoman
15
pengelolaan SPAM yang antara lain terdiri dari pedoman pengoprasian dan pemanfaatan
sarana serta administrasi dan kelembagaan SPAM.
Menurut Qasim (2000), Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat
kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang
menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk
2. Jenis kegiatan
3. Standar konsumsi air untuk individu
4. Jumlah sambungan
Menurut Qasim (2000), Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu
pada kebijakan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti kecenderungan
data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang, yaitu seperti:
1. Cakupan pelayanan
2. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
3. Jenis sambungan
4. Tingkat kebutuhan konsumsi air
5. Perbandingan SR/HU
6. Kebutuhan domestik dan non domestik
7. Angka kebocoran
8. Penanggulangan kebakaran
16
bersih, cakupan pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang
diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan (Qasim, 2000).
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005), untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih
dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan
ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan
pada umumnya dapat dibagi dalam:
a. Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk, dan
konsumsi perkapita.
Sambungan rumah
Sambungan kran umum
b. Kebutuhan non domestik
Fasilitas sosial (masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya)
Fasilitas perdagangan/industri
Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya
Menurut Sutrisno (1991), Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang paling utama
dalam penentuan perencanaan sistem penyediaan air minum, dari jumlah penduduk inilah
17
akan dapat diperhitungkan kuantitas atau seberapa banyaknya air minum yang dibutuhkan
oleh suatu area pelayanan. Dalam proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu:
a. Jumlah populasi penduduk dalam suatu area
Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat penurunan, maka
proyeksi penduduk akan semakin teliti.
b. Kecepatan pertambahan penduduk
Apabila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau semakin besar,
maka proyeksi penduduk akan berkurang ketelitiannya.
c. Kurun waktu proyeksi
Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk akan semakin
berkurang ketelitiannya.
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005), ada beberapa sistem pengaliran air bersih yaitu:
1. Cara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai pebedaan cukup
besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda
ketinggian lokasi.
2. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untu
mendistribusikan air dari resevoirdistribusi ke konsumen. Cara ini digunakan jika
daerah pelayanan merupakan daerah yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit.
3. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoirdigunakan untuk mempertahankan tekanan yang
diperlukan selama periode pemakaian tinggi daripada kondisi darurat.Selama periode
pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi.
18
2.10 Sistem Jaringan Distribusi
2.10.1 Sistem Cabang (branch)
Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang sebuah pohon. Pada pipa
induk pertama (primary feeders), tersambung pipa induk sekunder (secondary feeders), dan
pada pipa induk sekunder tersambung pipa pelayanan utama (small distribution mains)
yang terhubung dengan penyediaan air minum dalam gedung.Dalam pipa dengan jalur
buntu, arah aliran air selalu sama dan satu areal mendapat suplai air dari satu pipa tunggal
(Qasim, 2000).
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa induk utam
pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama saling terhubung.Sistem ini paling banyak
digunakan (Qasim, 2000).
19
2.10.3 Sistem Melingkar (loop)
Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan. Pengambilan dibagi menjadi dua
dan masing-masing mengelilingi batas daerah layanan, dan keduanya bertemu kembali di
ujung. Pipa perlintasan (cross) menghubungkan kedua pipa induk utama. Di dalam daerah
layanan, pipa pelayanan utama terhubung dengan pipa indukutama. Sistem ini paling ideal.
20
BAB 3
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
3.1 Umum
Secara administratif Provinsi ini memiliki batas wilayah: sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Kalimantan Utara, sebelah Timur berbatasan dengan sebagian selat
Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Kalimantan
Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi
Kalimantan Barat serta Negara Bagian Serawak Malaysia Timur.
Kalimantan Timur memiliki luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan
laut 10.216,57 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2 terletak antara 1130 44’
Bujur Timur dan 1190 00’ Bujur Timur serta diantara 40 24’ Lintang Utara dan 20 25’
Lintang Selatan.
21
3.1.2 Kota Samarinda
Kota Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah
sebesar 71.800 Ha (sama dengan 718 km2). Kota Samarinda merupakan salah satu
diantara 14 kabupaten/kota yang berada dalam wilayah Provinsi Kaltim serta berbatasan
langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kota Samarinda dilalui oleh sungai Mahakam yang merupakan sungai terpanjang di
Kaltim dengan lebar antara 300-500 meter dan panjang mencapai 920 km. Kota
Samarinda terletak pada posisi antara 117ο 03’ 00” – 117° 18’ 14” Bujur Timur dan 00Ο
19’ 02” – 000 42’ 34” Lintang Selatan. Samarinda sebagai ibukota Kalimantan Timur
terbagi ke dalam 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Loa Janan Ilir
2. Kecamatan Palaran
3. Kecamatan Samarinda Seberang
4. Kecamatan Samarinda Ilir
5. Kecamatan Samarinda Kota
6. Kecamatan Samarinda Ulu
22
7. Kecamatan Samarinda Utara
8. Kecamatan Sambutan
9. Kecamatan Sungai Pinang
10. Kecamatan Sungai Kunjang
Kecamatan Samarinda Ulu merupakan salah satu kecamatan yang terbentuk bersamaan
degan berdirinya Kota Samarinda. Kecamatan ini berada di ujung sebelah barat dari
posisi geografis Kota Samarinda. Secara geografis Kecamatan Samarinda Ulu
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di bagian utara, Kecamatan
Samarinda Utara di bagian timur, serta Kecamatan Sungai Kunjang di bagian selatan
dan barat. Pada tahun 2014, luas wilayah kecamatan Samarinda Ulu seluas 22,12 km2 .
Wilayah terluas berada di kelurahan Jawa yakni sebesar 34,72 persen dari luas wilayah
kecamatan Samarinda Ulu.
23
perempuan terdapat sekitar 106 penduduk laki-laki dan Rasio Jenis Kelamin (RJK)
tertinggi terdapat di Kelurahan Sidodadi.
Kelurahan Air Putih adalah salah satu kelurahan di kecamatan Samarinda Ulu,
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Alamat kantor
Kelurahan Air Putih, Pemerintah Kota Samarinda JL. P. Suryanata Komp. Graha
24
indah Kelurahan Air Putih Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda
Kalimantan Timur.
Kelurahan Air Putih memiliki luas wilayah ±200 km2, serta memiliki batas wilayah
administratif sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kelurahan Bukit Pinang
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Air Hitam
3. Sebelah Timur : Kelurahan Teluk Lerong Ilir
4. Sebelah Barat : Kelurahan Lok Bahu
25
3.2.2 Geografi dan Topografi
Ketinggian Kota Samarinda berada diantara 0 - 200 m dpl (di atas permukaan laut).
Sebesar 294.86 Km2 wilayah Kota Samarinda berada pada ketinggian 7 - 25 m dpl
dengan persentase sebesar 41.07 % dari seluruh wilayah Kota Samarinda. Hampir 32.45
% berada pada ketinggian 25 - 100 m dpl, dan sebesar 24.15 % pada ketinggian 0 - 7 m
dpl. Berdasarkan data yang diperoleh Kelurahan Air Putih memiliki:
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 20 Mdpl.
Topografi ( dataran rendah, tinggi, pantai ) : 30% rendah - 70% tinggi.
3.2.3 Hidrologi
26
Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau,
Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
3.2.4 Klimatologi
Pada umumnya, Kelurahan Air Putih tidak jauh berbeda dalam rata-rata suhu,
kelembaban, curah hujan dan persentase sinar matahari dengan kota Samarinda. Kota
Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur udara antara 20°C
- 34°C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm, sedangkan kelembaban udara
rata-rata 85 %. Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi
panas, kelembaban dan gerakan udara. Kota Samarinda yang beriklim tropis
mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu
adanya musim kemarau dan musim penghujan. Selain itu, karena letaknya di daerah
khatulistiwa maka iklim di Kota Samarinda juga dipengaruhi angin Muson, yaitu angin
Muson Barat pada bulan November-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober.
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim tidak menentu.
3.2.5 Geologi
Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu
Aluvial 5,23%. Jenis tanah Gambut 24,68%. Jenis tanah Assosiasi Podsolik 12,52%,
Jenis tanah Podsolik 57,57% dan Jenis tanah lai-lain 5,23%. Kemudian untuk tipe
fisiografinya, Kota Samarinda terdiri dari lembah alluvial 13,20%, Daerah dataran
14,66%, Dataran berombak 13,42%, dataran bergelombang 2,13%, daerah patahan
41,12%, Daerah berbukit 0,88%, Rawa 0,30%, Sungai 7,49% dan lain-lain 6,79% dari
total luas 71.800 Ha.
3.3 Demografi
Kecamatan Samarinda Ulu pada tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 127.786 jiwa.
Kecamatan Samarinda Ulu termasuk kecamatan yang sedang dikarenakan sebagian
besar wilayah masih berupa dataran dan bukit. Perkembangan penduduk Kecamatan
27
Samarinda Ulu dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Sebagaian besar
penduduk terletak pada kelurahan Sidodadi dengan 23.895 jiwa, kemudian Kelurahan
Air Putih dengan 28.713 jiwa, Kelurahan Air Hitam dengan 14.921 jiwa, Kelurahan
Gunung Kelua dengan 14.355 jiwa, Kelurahan Jawa dengan 12.419 jiwa, Kelurahan
Dadi Mulya dengan 12.265 jiwa, Kelurahan Teluk Lerong Ilir dengan 12.211 jiwa dan
Kelurahan Bukit Pinang sebesar 9.007 jiwa. Kemudian, penduduk Kota Samarinda
berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019 sebanyak 129.590 jiwa.
28
BAB 4
PERHITUNGAN PROYEKSI PENDUDUK
DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH
2013 23395 0 0
2014 23264 -131 -0.56
2015 28365 5101 17.98
2016 28533 168 0.59
2017 28608 75 0.26
2018 28713 105 0.37
Jumlah 160878 5318 18.64
Perhitungan:
a. Pertambahan Penduduk
- n = 1 (Tahun 2013)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 1) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (0) )
= 23395 Jiwa - 0 Jiwa
= 23395 Jiwa
- n = 2 (Tahun 2014)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 2) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (1) )
= 23264 Jiwa - 23395 Jiwa
= - 131 Jiwa
29
- n = 3 (Tahun 2015)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 3) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (2) )
= 28365 Jiwa - 28264 Jiwa
= 5101 Jiwa
- n = 4 (Tahun 2016)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 4 ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (3) )
= 28533 Jiwa - 28365 Jiwa
= 168 Jiwa
- n = 5 (Tahun 2017)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 5) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (4) )
= 28608 Jiwa - 28533 Jiwa
= 75 Jiwa
- n = 6 (Tahun 2018)
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
= ( Jumlah Penduduk Tahun ke - 6) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (5) )
= 28713 Jiwa - 28608 Jiwa
= 105 Jiwa
b. Persentase Penduduk
- n = 1 (Tahun 2013)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 1) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (0))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 1
23395 jiwa - 0 jiwa
100%
23395 jiwa
0%
30
- n = 2 (Tahun 2014)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 2) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (1) )
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 2
23264 jiwa - 23395 jiwa
100%
23264 jiwa
0.56%
- n = 3 (Tahun 2015)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1) )
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 3) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (2))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 3
28365 jiwa - 23264 jiwa
100%
28365 jiwa
17.98 %
- n = 4 (Tahun 2016)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 4) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (3) )
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 4
28533 jiwa - 28365 jiwa
100%
28533 jiwa
0.59 %
- n = 5 (Tahun 2017)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 4) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (3))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 4
28608 jiwa - 28533 jiwa
100%
28608 jiwa
0.26%
31
- n = 6 (Tahun 2018)
( Jumlah Penduduk Tahun ke - n ) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (n - 1))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - n
( Jumlah Penduduk Tahun ke - 4) - ( Jumlah Penduduk Tahun ke - (3))
100%
Jumlah Penduduk Tahun ke - 4
28713 jiwa - 28608 jiwa
100%
28713 jiwa
0.37%
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
r=
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
5(11400) - (5318)(15)
=
{5(239.593.638)-(5318)2 }{5(55)-(15)2 }
-22770
=
71459,8
= -0.319
32
4.1.2 Metode Berganda (Geometrik)
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
r=
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
6(214.8614425) - (61.15321478)(21)
=
{6(623.3404997)-(61.15321478 )2 }{6(91)-(21)2 }
4.951144506
=
5.862473758
= 0.845
33
Tabel 4.4 Perhitungan Korelasi (Least Square)
Perhitungan Korelasi (Least Square)
Jumlah
Tahun Penduduk X X2 Y Y2 X.Y
(jiwa)
2013 23395 1 1 23395 547326025 23395
2014 23264 2 4 23264 541213696 46528
2015 28365 3 9 28365 804573225 85095
2016 28533 4 16 28533 814132089 114132
2017 28608 5 25 28608 818417664 143040
2018 28713 6 36 28713 824436369 172278
Jumlah 21 91 160878 4350099068 584468
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
r=
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
6(584468) - (160878)(21)
=
{6(4350099068)-(160878)2 }{6(91)-(21)2 }
128370
=
151593.7664
= 0,847
Metode ini sesuai dengan daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan dan dalam kurun waktu yang relatif pendek. Berdasarkan hasil
perhitungan proyeksi penduduk berdasarkan standar deviasi dengan metode aritmatik
Kelurahan Air Putih didapatkan hasil dengan perhitungan menggunakan persamaan
dilihat pada tabel berikut:
34
Tabel 4.5 Perhitungan Standar Deviasi Aritmatik
Perhitungan Standar Deviasi Aritmatik
Jumlah Pertambahan Jumlah Penduduk
Tahun r A-B
Penduduk (A) Penduduk Hitungan (B)
2013 23395 0 0 23395 0
2014 23264 -131 -131 24458.6 -1194.6
2015 28365 5101 5101 25522.2 2842.8
2016 28533 168 168 26585.8 1947.2
2017 28608 75 75 27649.4 958.6
2018 28713 105 105 28713 0
Rata-rata 1063.6 1063.6 26054 910.8
Pn Po r n
Pn Po
r
n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi (jiwa)
R = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun (jiwa)
n = kurun waktu
Xr = rata-rata jumlah penduduk proyeksi
2
i1Xn Xr
n
Standar Deviasi
n
1467
35
Tabel 4.6 Perhitungan Standar Deviasi Geometri
Perhitungan Strandar Deviasi Geometri
Jumlah Jumlah Penduduk
Tahun Pn/Po r A-B
Penduduk (A) Hitungan (B)
2013 23395 0 0 23395 0
2014 23264 0.994400513 -0.005599487 24451.92977 -1187.929769
2015 28365 1.219265818 0.219265818 25556.60908 2808.39092
2016 28533 1.005922792 0.005922792 26711.19514 1821.804857
2017 28608 1.002628535 0.002628535 27917.94262 690.0573759
2018 28713 1.003670302 0.003670302 29179.20805 -466.2080507
Rata-rata 1.045177592 0.045177592 26201.98078 611.0192221
Pn Po 1 r
n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi (jiwa)
R = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun (jiwa)
n = kurun waktu
Xr = rata-rata jumlah penduduk proyeksi
2
Xn Xr
n
Standar Deviasi i 1
n
1488
Metode ini digunakan untuk garis regresi linear, yang berarti bahwa data perkembangan
penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linear, meskipun
perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Metode ini juga merupakan metode
regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y (jumlah penduduk) dan sumbu X
(tahun) dengan cara menarik garis linear antara data-data tersebut.
36
Tabel 4.7 Perhitungan Standar Deviasi (Least Square)
Perhitungan Standar Deviasi (least square)
Jumlah Jumlah Penduduk
Tahun X Y A-B
Penduduk (A) Hitungan (B)
2013 23395 1 23395 23756.6 -361.6
2014 23264 2 23264 24979.2 -1715.2
2015 28365 3 28365 26201.8 2163.2
2016 28533 4 28533 27424.4 1108.6
2017 28608 5 28608 28647 -39
2018 28713 6 28713 29869.6 -1156.6
Jumlah 21 160878 160878.6 -0.6
Pn a b n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
a, b = Koefisien Least Square
Xr = rata-rata jumlah penduduk proyeksi
2
in1Xn Xr
Standar Deviasi
n
1437
37
Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda antar metode
proyeksinya. Metode proyeksi yang paling tepat digunakan untuk memperkirakan
jumlah penduduk pada masa yang akan datang adalah metode least square karena
metode ini memiliki nilai korelasi yang mendekati 1 dan nilai standar deviasi yang
paling kecil. Oleh karena itu metode least square dianggap metode yang paling
menggambarkan kondisi penduduk 15 tahun yang akan datang dan akan digunakan
untuk memprediksi jumlah penduduk pada periode perencanaan.
38
4.4 Proyeksi Fasilitas
39
Proyeksi Fasilitas Peribadatan Tahun 2037
Jumlah Penduduk 2037 Jumlah Fasilitas 2037 53099 X
Kelurahan Air Putih = = = = = 61
Jumlah Penduduk 2018 Jumlah Fasilitas 2018 28713 33
40
Tabel 4.11 Pembagian Blok Pelayanan Kelurahan Air Putih (Lanjutan)
Jumlah
Persentase Persentase Jumlah Luas
Blok RT Penduduk
Terlayani (%) Blok (%) Penduduk 2037 (km²)
Terlayani
7 F 70 42 3950 10.3 1161
M 70 58 3125 5.6 1269
Total Blok 7 = 2430
8 K 90 52 1400 5.3 655
M 70 34 3125 5.6 744
O 80 14 1990 3.5 223
Total Blok 8 = 1622
9 L 80 100 2885 16.8 2308
Total Blok 9 = 2308
10 O 80 100 1990 3.5 1592
Total Blok 10 = 1592
11 Q 80 100 2675 5.3 2140
Total Blok 11 = 2140
12 R 90 32 1350 3.5 389
T 70 68 3295 6.1 1568
Total Blok 12 = 1957
13 H 90 4 1215 5.4 44
I 80 5 2110 5.7 84
J 80 4 1770 5.5 57
L 80 13 2885 16.8 300
Q 80 3 2675 5.3 64
S 80 10 2920 11.8 234
U 80 16 2130 17.9 273
V 90 15 1325 9.7 179
W 80 10 1715 14.8 137
Total Blok 13 = 1371
41
4.5.1 Perhitungan Jumlah Penduduk Terlayani
a. Blok 1
Jumlah Penduduk = Persentase Terlayani × Persentase Blok × Jumlah Penduduk
2037
= 70% × 100% × 3575
= 2503
42
4.6 Kebutuhan Air Bersih Domestik
Berdasarkan hasil perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik Kelurahan Air Putih didapatkan hasil dengan perhitungan dilihat pada
tabel yaitu:
Luas (km²)
Persentase
Persentase Q
Penduduk
Penduduk
Terlayani
Terlayani
Blok (%)
Jumlah
Jumlah
Domestik
2037
Jumlah
(%)
43
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik (Lanjutan)
5 F 70 100 3950 10.3 2765 1936 2.91 387 830 0.29 8 3.20
Total Blok 5 = 2765 1936 2.91 387 830 0.29 8 3.20
6 E 80 34 2330 6.6 634 444 0.67 89 190 0.07 2 0.73
N 80 30 1860 4.9 446 312 0.47 62 134 0.05 1 0.52
P 80 36 2455 6.7 707 495 0.74 99 212 0.07 2 0.82
Total Blok 6 = 1787 1251 2 250 536 0 5 2
7 F 70 42 3950 10.3 1161 813 1.22 163 348 0.12 3 1.34
M 70 58 3125 5.6 1269 888 1.34 178 381 0.13 4 1.47
Total Blok 7 = 2430 1701 3 340 729 0 7 3
8 K 90 52 1400 5.3 655 459 0.69 92 197 0.07 2 0.76
M 70 34 3125 5.6 744 521 0.78 104 223 0.08 2 0.86
O 80 14 1990 3.5 223 156 0.23 31 67 0.02 1 0.26
Total Blok 8 = 1622 1135 2 227 487 0 5 2
9 L 80 100 2885 16.8 2308 1616 2.43 323 692 0.24 7 2.67
Total Blok 9 = 2308 1616 2.43 323 692 0.24 7 2.67
10 O 80 100 1990 3.5 1592 1114 1.68 223 478 0.17 5 1.84
Total Blok 10 = 1592 1114 1.68 223 478 0.17 5 1.84
11 Q 80 100 2675 5.3 2140 1498 2.25 300 642 0.22 6 2.48
Total Blok 11 = 2140 1498 2.25 300 642 0.22 6 2.48
12 R 90 32 1350 3.5 389 272 0.41 54 117 0.04 1 0.45
T 70 68 3295 6.1 1568 1098 1.65 220 471 0.16 5 1.82
Total Blok 12 = 1957 1370 2 274 587 0 6 2
13 H 90 4 1215 5.4 44 31 0.05 6 13 0.00 0 0.05
I 80 5 2110 5.7 84 59 0.09 12 25 0.01 0 0.10
J 80 4 1770 5.5 57 40 0.06 8 17 0.01 0 0.07
44
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik (Lanjutan)
L 80 13 2885 16.8 300 210 0.32 42 90 0.03 1 0.35
Q 80 3 2675 5.3 64 45 0.07 9 19 0.01 0 0.07
S 80 10 2920 11.8 234 164 0.25 33 70 0.02 1 0.27
U 80 16 2130 17.9 273 191 0.29 38 82 0.03 1 0.32
V 90 15 1325 9.7 179 125 0.19 25 54 0.02 1 0.21
W 80 10 1715 14.8 137 96 0.14 19 41 0.01 0 0.16
Total Blok 13 = 1371 960 1 192 411 0 4 2
45
Tabel 4.14 Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penduduk
Penyediaann Air
(Liter/orang/hari) Kehilangan
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (Orang)
Air
SR KU
1 Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
2 Besar 500.000-100.000 170 30 20%
3 Sedang 100.000-500.000 150 30 20%
4 Kecil 20.000-100.000 130 30 20%
5 IKK <2.0000 100 30 20%
Pada perencanaan kebutuhan air domestik, digunakan fasilitas perpipaan yang terdiri
dari Sambungan Rumah (SR) dan Kran Umum (KU). Berdasarkan jumlah penduduk
pada 2037 sebagai tahun perencanaan (53099 jiwa) maka kriteria perencanaan adalah
sebagai berikut:
Sambungan Rumah (SR) = 150 liter/orang/hari
Kran Umum (KU) = 30 liter/orang/hari
Blok 1
Jumlah Penduduk Terlayani (SR) = 70% x Jumlah Penduduk Terlayani
= 70% x 2503 Jiwa
= 1752 Jiwa
Blok 1
130 liter/jiwa/hari
Kebutuhan Air = Jumlah Penduduk Terlayani (SR) x
86.400 detik
46
130 liter/jiwa/hari
= 1752 jiwa x
86.400 detik
= 2.64 liter/detik
Blok 1
Jumlah Penduduk Terlayani (SR)
Jumlah SR Loa Buah =
4 Jiwa/Unit
1752
=
5 Jiwa/Unit
= 350 Unit
Blok 1
Jumlah Penduduk Terlayani (KU)= 30% x Jumlah Penduduk Terlayani
= 30% x 2503 Jiwa
= 751 Jiwa
Blok 1
30 liter/jiwa/hari
Kebutuhan Air = Jumlah Penduduk Terlayani (KU) x
86.400 detik
30 liter/jiwa/hari
= 751 jiwa x
86.400 detik
= 0.26 liter/detik
= 0.80 liter/detik
47
c. Jumlah Unit Sambungan KU
Blok 1
Jumlah Penduduk Terlayani (KU)
Jumlah KU =
100 Jiwa/Unit
751
=
100 Jiwa/Unit
= 8 Unit
Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non domestik
berupa fasilitas. Fasilitas yang ada di Kelurahan Air Putih antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan
b. Ibadah
c. Kesehatan
48
4.7.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih non-domestik Kelurahan Air Putih didapatkan hasil dengan perhitungan dilihat pada
tabel yaitu:
Persentase
total (L/s)
Domestik
terlayani
Blok (2)
Q Non
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(1)
Blok RT Q Q Q
Fasilitas fasilitas fasilitas fasilitas fasilitas fasilitas
(L/s) (L/s) (L/s)
2037 Terlayani 2037 Terlayani 2037 Terlayani
1 A 100 100 8 8 0.37 6 6 0.21 10 10.00 1.16 1.74
Blok 1 8 8 0.37 6 6 0.21 10 10 1.16 1.74
2 B 100 43 4 1.72 0.08 3 1 0.04 6 2.58 0.30 0.42
D 100 57 8 4.56 0.21 4 2.28 0.08 6 3.42 0.40 0.69
Blok 2 12 6.28 0.29 7 3.57 0.12 12 6 0.69 1.11
3 C 100 100 3 3 0.14 7 7 0.24 6 6.00 0.69 1.08
Blok 3 3 3 0.14 7 7 0.24 6 6 0.69 1.08
4 F 100 7.5 2 0.15 0.01 1 0.08 0.00 1 0.08 0.01 0.02
G 100 47 3 1.41 0.07 1 0.47 0.02 2 0.94 0.11 0.19
H 100 12 0 0 0.00 1 0.12 0.00 1 0.12 0.01 0.02
I 100 10 0 0 0.00 1 0.10 0.00 1 0.10 0.01 0.02
J 100 11 0 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00
K 100 7.5 1 0.075 0.00 1 0.08 0.00 2 0.15 0.02 0.02
M 100 5 0 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00
Blok 4 6 1.64 0.08 5 0.84 0.03 7 1.39 0.16 0.27
49
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik (Lanjutan)
5 F 100 100 2 2 0.09 2 2 0.07 1 1.00 0.12 0.28
Blok 5 2 2 0.09 2 2 0.07 1 1 0.12 0.28
6 E 100 34 3 1.02 0.05 3 1.02 0.04 6 2.04 0.24 0.32
N 100 30 4 1.2 0.06 2 0.60 0.02 4 1.20 0.14 0.22
P 100 36 1 0.36 0.02 1 0 0.01 4 1.44 0.17 0.20
Blok 6 8 2.58 0.12 6 1.98 0.07 14 4.68 0.54 0.729
7 F 100 42 0 0 0.00 1 0 0.01 2 0.84 0.10 0.11
M 100 58 1 1 0.03 1 1 0.02 2 1.16 0.13 0.18
Blok 7 1 0.58 0.03 2 1 0.03 4 2 0.23 0.29
8 K 100 52 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00
M 100 34 1 0.34 0.02 1 0 0.01 3 1.02 0.12 0.15
O 100 14 0 0 0.00 1 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00
Blok 8 1 0.34 0.02 2 0.48 0.02 3 1.02 0.12 0.1504
9 L 100 100 2 2 0.09 3 3 0.10 6 6.00 0.69 0.89
Blok 9 2 2 0.09 3 3 0.10 6 6 0.69 0.89
10 O 100 100 0 0 0.00 2 2.00 0.07 4 4.00 0.46 0.53
Blok 10 0 0 0 2 2 0.069 4 4 0.46 0.53
11 Q 100 100 2 2 0.09 3 3 0.10 2 2.00 0.23 0.43
Blok 11 2 2 0.09 3 3 0.10 2 2 0.23 0.43
12 R 100 32 2 0.64 0.03 1 0.32 0.01 5 1.60 0.19 0.23
T 100 68 4 2.72 0.13 4 2.72 0.09 8 5.44 0.63 0.85
Blok 12 6 3.36 0.16 5 3.04 0.105 13 7.04 0.81 1.08
13 H 100 4 0 0 0.00 0 0 0.00 2 0.08 0.01 0.01
I 100 5 0 0 0.00 1 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00
J 100 4 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00
50
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik (Lanjutan)
L 100 13 0 0 0.00 0 0 0.00 1 0.13 0.02 0.02
Q 100 3 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00
S 100 10 2 0.2 0.01 3 0 0.01 6 0.60 0.07 0.09
U 100 16 1 0.16 0.01 1 0 0.01 3 0.48 0.06 0.07
V 100 15 2 0.3 0.01 2 0 0.01 7 1.05 0.12 0.15
W 100 10 1 0.1 0.00 4 0 0.01 8 0.80 0.09 0.11
Blok 13 6 0.76 0.035 11 1.21 0.04 27 3.14 0.36 0.44
51
4.7.2 Perhitungan Fasilitas Pendidikan
Blok 1
RT 1 = 100% × 100% × 8 = 8
Total Fasilitas Terlayani Blok 1 = 8 unit
4000 liter/unit/hari
Q = Jumlah fasilitas pendidikan terlayani ×
86.400 detik
4000 liter/unit/hari
=8×
86.400 detik
= 0.37 L/detik
Blok 1
RT 1 = 100% × 100% × 6 = 6
Total Fasilitas Terlayani Blok A = 6 unit
3000 liter/unit/hari
Q = Jumlah fasilitas peribadatan terlayani ×
86.400 detik
3000 liter/unit/hari
=6×
86.400 detik
= 0.21 L/detik
Blok 1
RT 1 = 100% × 100% × 10 = 10
Total Fasilitas Terlayani Blok A = 10 unit
10000 liter/unit/hari
Q = Jumlah fasilitas kesehatan terlayani ×
86.400 detik
10000 liter/unit/hari
= 10 ×
86.400 detik
= 1.16 L/detik
52
4.8 Kebutuhan Air Bersih Total
53
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Total (Lanjutan)
7 F 1.34 0.11 1.82 0.36 2.18 2.51 3.95
M 1.47 0.18 2.06 0.41 2.47 2.85 4.48
Blok 7 2.81 0.29 1.82 0.78 4.66 5.36 8.43
8 K 0.76 0.00 0.95 0.19 1.14 1.31 2.06
M 0.86 0.15 1.26 0.25 1.51 1.74 2.73
O 0.26 0.00 0.33 0.07 0.39 0.45 0.71
Blok 8 1.88 0.15 2.21 0.51 3.04 3.50 5.50
9 L 2.67 0.89 4.45 0.89 5.34 6.15 9.67
Blok 9 2.67 0.89 4.45 0.89 5.34 6.15 9.67
10 O 1.84 0.53 2.97 0.59 3.56 4.10 6.45
Blok 10 1.84 0.53 2.97 0.59 3.56 4.10 6.45
11 Q 2.48 0.43 3.63 0.73 4.36 5.01 7.89
Blok 11 2.48 0.43 3.63 0.73 4.36 5.01 7.89
12 R 0.45 0.23 0.84 0.17 1.01 1.17 1.84
T 1.82 0.85 3.33 0.67 4.00 4.60 7.24
Blok 12 2.27 1.08 4.18 0.84 5.01 5.76 9.07
13 H 0.05 0.01 0.07 0.01 0.09 0.10 0.16
I 0.10 0.00 0.12 0.02 0.15 0.17 0.27
J 0.07 0.00 0.08 0.02 0.10 0.11 0.18
L 0.35 0.02 0.45 0.09 0.54 0.62 0.98
Q 0.07 0.00 0.09 0.02 0.11 0.13 0.20
S 0.27 0.09 0.45 0.09 0.54 0.62 0.98
U 0.32 0.07 0.48 0.10 0.58 0.66 1.04
V 0.21 0.15 0.44 0.09 0.53 0.61 0.96
W 0.16 0.11 0.34 0.07 0.40 0.47 0.73
Blok 13 1.59 0.44 2.53 0.51 3.04 3.50 5.51
54
4.8.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Total
Blok A
100
Q = Q Domestik Total Q Non Domestik Total
80
100
= ×(2.90 L/detik + 1.74 L/detik)
80
= 5.79 L/detik
Blok A
Q = 20% × Q Air Bersih Total
= 20% × 30.79 L/detik
= 1.16 L/detik
Blok A
Q = Q Air Bersih Total + Q Kebocoran
= 5.79 L/detik + 1.16 L/detik
= 6.95 L/detik
92012
Fhm =
80000
Fhm = 1.15
Blok A
Qhm = 1.15 × Q Total
55
= 1.15 × 6.95 L/detik
= 7.99 L/detik
Blok 1
Kelurahan Loa Buah
Qjm = 1,81 × Q Total
= 1.81 × 6.95 L/detik
= 12.58 L/detik
56
BAB 5
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN PIPA DAN RESERVOIR
Dari data yang didapatkan pada perhitungan proyeksi dan pembagian blok pelayanan
dapat di tentukan besarnya kebutuhan air di Kelurahan Air Putih, pada daerah
perencanaan terdapat 13 blok dengan luas yang berbeda-beda dan juga didapatkan
informasi bahwa terjadi variasi aliran pada setiap jaringan wilayah pada setiap blok,
yang mana aliran tersebut menyesuaikan dengan jumlah pemakaian air pelanggan.
Berikut adalah hasil perhitungan kebutuhan air pelanggan :
Harian (L/s)
Q Rata-rata
Q Domestik
Maksimum
Maksimum
Total (L/s)
Total (L/s)
Total (L/s)
Q Harian
Domestik
Q Jam
Q Non
(L/s)
(L/s)
(L/s)
Blok RT
57
Tabel 5.1 Kebutuhan Air Total (Lanjutan)
P 0.82 0.20 1.27 0.25 1.52 1.75 2.75
Blok 6 2.07 0.73 3.50 0.70 4.20 4.83 7.60
7 F 1.34 0.11 1.82 0.36 2.18 2.51 3.95
M 1.47 0.18 2.06 0.41 2.47 2.85 4.48
Blok 7 2.81 0.29 1.82 0.78 4.66 5.36 8.43
8 K 0.76 0.00 0.95 0.19 1.14 1.31 2.06
M 0.86 0.15 1.26 0.25 1.51 1.74 2.73
O 0.26 0.00 0.33 0.07 0.39 0.45 0.71
Blok 8 1.88 0.15 2.21 0.51 3.04 3.50 5.50
9 L 2.67 0.89 4.45 0.89 5.34 6.15 9.67
Blok 9 2.67 0.89 4.45 0.89 5.34 6.15 9.67
10 O 1.84 0.53 2.97 0.59 3.56 4.10 6.45
Blok 10 1.84 0.53 2.97 0.59 3.56 4.10 6.45
11 Q 2.48 0.43 3.63 0.73 4.36 5.01 7.89
Blok 11 2.48 0.43 3.63 0.73 4.36 5.01 7.89
12 R 0.45 0.23 0.84 0.17 1.01 1.17 1.84
T 1.82 0.85 3.33 0.67 4.00 4.60 7.24
Blok 12 2.27 1.08 4.18 0.84 5.01 5.76 9.07
13 H 0.05 0.01 0.07 0.01 0.09 0.10 0.16
I 0.10 0.00 0.12 0.02 0.15 0.17 0.27
J 0.07 0.00 0.08 0.02 0.10 0.11 0.18
L 0.35 0.02 0.45 0.09 0.54 0.62 0.98
Q 0.07 0.00 0.09 0.02 0.11 0.13 0.20
S 0.27 0.09 0.45 0.09 0.54 0.62 0.98
U 0.32 0.07 0.48 0.10 0.58 0.66 1.04
V 0.21 0.15 0.44 0.09 0.53 0.61 0.96
W 0.16 0.11 0.34 0.07 0.40 0.47 0.73
Blok 13 1.59 0.44 2.53 0.51 3.04 3.50 5.51
58
5.1.1 Analisa Hardy Cross Secara Manual
Berikut adalah tabel hasil analisis hardy cross secara manual berdasarkan epanet:
terpakai
Panjang
Q (m3/s)
Headlos
Delta Q
D (mm)
koreksi
D (cm)
asumsi
(m3/s)
(LPS)
V cek
Debit
Debit
(mm)
Jalur
Hf/Q
s (m)
arah
(m)
LOOP
D
P3 333.88 + 85.73 0.08573 0.5 46.74 467.35 500 0.4 0.153 1785.73 -0.00287 0.0829
P16 234.31 + 7.81 0.00781 0.5 14.11 141.06 140 0.5 0.625 80068.06 -0.00287 0.0049
1
P15 676 - 3.68 0.00368 0.5 9.68 96.83 125 0.3 0.778 211496.28 -0.00287 0.0008
Total Loop 1 1.557 293.35
P4 77.31 + 73.97 0.07397 0.5 43.41 434.12 500 0.4 0.027 364.75 -0.00303 0.0709
P17 583.42 + 4.37 0.00437 0.5 10.55 105.52 110 0.5 1.719 393455.37 -0.00303 0.0013
2 P14 258.93 - 7.55 0.00755 0.5 13.87 138.69 125 0.6 1.127 149218.50 -0.00303 0.0045
P16 234.31 - 7.81 0.00781 0.5 14.11 141.06 140 0.5 0.625 80068.06 -0.00303 0.0048
Total Loop 2 3.498 623.11
P5 701.04 + 63.16 0.06316 0.5 40.11 401.14 500 0.3 0.183 2891.89 -0.00244 0.0607
P18 1080 + 3.89 0.00389 0.5 9.96 99.55 110 0.4 2.566 659759.82 -0.00244 0.0014
3 P13 320.19 - 6.42 0.00642 0.5 12.79 127.89 125 0.5 1.032 160767.38 -0.00244 0.0040
P17 583.42 - 4.37 0.00437 0.5 10.55 105.52 110 0.5 1.719 393455.37 -0.00244 0.0019
Total Loop 3 5.501 1216874.45
59
Tabel 5.2 Analisa Hardy Cros (lanjutan)
P6 100.33 + 50.83 0.05083 0.5 35.99 359.87 355 0.5 0.093 1821.37 -0.00094 0.0499
P19 1050 + 0.85 0.00085 0.5 4.65 46.54 63 0.3 2.253 2650971.12 -0.00094 -0.0001
P11 1370 + 4.86 0.00486 0.5 11.13 111.28 160 0.2 0.794 163349.07 -0.00094 0.0039
4
P12 291.19 - 4.81 0.00481 0.5 11.07 110.70 125 0.4 0.550 114389.24 -0.00094 0.0039
P18 1080 - 3.89 0.00389 0.5 9.96 99.55 110 0.4 2.566 659759.82 -0.00094 0.0029
Total Loop 4 6.256 3590.29
P7 384.72 + 40.53 0.04053 0.5 32.13 321.34 315 0.5 0.418 10306.85 -0.00056 0.0400
P20 678.1 + 0.81 0.00081 0.5 4.54 45.43 63 0.3 1.331 1643295.33 -0.00056 0.0003
5 P10 267.92 + 9.11 0.00911 0.5 15.23 152.35 160 0.5 0.496 54494.29 -0.00056 0.0086
P19 1050 - 0.85 0.00085 0.5 4.65 46.54 63 0.3 2.253 2650971.12 -0.00056 0.0003
Total Loop 5 4.499 4359.07
P8 359.76 + 29.64 0.02964 0.5 27.48 274.80 315 0.4 0.219 7387.21 -0.00084 0.0288
P9 678.37 + 20.88 0.02088 0.5 23.06 230.65 225 0.5 1.110 53161.17 -0.00084 0.0200
6
P20 678.1 - 0.81 0.00081 0.5 4.54 45.43 63 0.3 1.331 1643.30 -0.00084 0.0000
Total Loop 6 2.660 62191.68
60
5.1.1.1 Vcek
LOOP 1
1. Pipa 3 (P3)
Diketahui : Debit = 85.73 LPS
= 0.08573 m3/detik
Diameter terpakai = 500 mm
= 0,5 m
Q
Vcek =
A
Q
=
0,25 3,14 (D terpakai) 2
0.08573
=
0,25 3,14 (0,5) 2
= 0,4 m2/detik
2. Pipa 16 (P16)
Diketahui : Debit = 7.81 LPS
= 0,00781 m3/detik
Diameter terpakai = 140 mm
= 0,14m
Q
Vcek =
A
Q
=
0,25 3,14 (D terpakai) 2
0,00781
=
0,25 3,14 (0,14) 2
= 0,5 m2/detik
3. Pipa 15 (P15)
Diketahui : Debit = 3.68 LPS
= 0,00368 m3/detik
Diameter terpakai = 125 mm
61
= 0,125 m
Q
Vcek =
A
Q
=
0,25 3,14 (D terpakai) 2
0,00368
=
0,25 3,14 (0,125) 2
= 0,3 m2/detik
5.1.1.2 Headloss
LOOP 1
1. Pipa 3 (P3)
P Q1,85
Hf =
(0,00155 120 D 2,63 ) 1,85
333.88 85.731,85
=
(0,00155 120 (500)2,63 ) 1,85
= 0,153
2. Pipa 16 (P16)
P Q1,85
Hf =
(0,00155 120 D 2,63 ) 1,85
234.31 7.811,85
=-
(0,00155 120 (140)2,63 ) 1,85
= 0,625
3. Pipa 15 (P15)
P Q1,85
Hf =
(0,00155 120 D 2,63 ) 1,85
676 3.681,85
=-
(0,00155 120 (125)2,63 ) 1,85
= 0,778
62
5.1.1.3 Hf/Q
LOOP 1
1. Pipa 3 (P6)
Diketahui : Hf = 0,153
Q = 0,08573 m3/detik
0,153
Hf/Q =
0,08573
= 1785.73
2. Pipa 16 (P16)
Diketahui : Hf = 0,625
Q = 0,00781 m3/detik
0,625
Hf/Q =
0.00781
= 80068.06
3. Pipa 15 (P15)
Diketahui : Hf = 0,778
Q = 0,00368 m3/detik
0,778
Hf/Q =
0,00368
= 211496.28
5.1.1.4 Delta Q
LOOP 1
1. Pipa 3 (P3)
ΔQ =-
Hf Loop1
Hf/Q Loop11,85
1.557
=-
293350.07 1,85
= -0,0000029
63
2. Pipa 16 (P16)
ΔQ =-
Hf Loop1
Hf/Q Loop11,85
1.557
=-
293350.7 1,85
= -0,0000029
3. Pipa 15 (P15)
ΔQ =-
Hf Loop1
Hf/Q Loop11,85
1.557
=-
293350.7 1,85
= -0,0000029
Untuk menggambarkan sumber air yang masuk kedalam sistem jaringan di wilayah
blok-bok terlayani tersebut, disimulasikan dengan gaya gravitasi yang memanfaatkan
tinggi muka tanah dari sebuah reservoir (sumber air alam). Jumlah produksi air yang
dihasilkan oleh reservoir adalah tetap, sedangkan jumlah air yang dialirkan dari tiap
node menuju jaringan perpipaan berubah-ubah sesuai dengan jumlah pemakaian air oleh
pelanggan. Jumlah air yang di suplai ke wilayah terlayani dapat di ketahui dari node.
Berikut adalah wilayah pelayanan:
64
Gambar 5.1 Blok Distribusi Air di Kelurahan Air Putih
Dari Gambar 5.1 dapat dilihat garis yang berwarna hitam adalah pipa yang melayani
wilayah-wilayah pelayanan pada setiap blok pelayanan. Warna pada pipa yang
berwarna hijau menunjukkan velocity. Range velocity yang tepat adalah sekitar 0,3 - 2,5
m/s. Pipa yang berwarna biru tua menunjukkan velocity sebesar ≤ 0,01 m/s. Pada pipa
warna biru muda memiliki velocity sebesar 0,01 – 0,10 m/s sedangkan pipa warna hijau
memiliki velocity sebesar 0,10 – 1 m/s, pipa kuning memiliki velocity sebesar 1 - 2 m/s
dan pipa berwana merah memiliki velocity ≥ 2 m/s.
65
Run status berfungsi sebagai parameter keberhasilan perancangan pendistribusian air,
jika muncul pemberitahuan Run status bertulisan “Run was Successful” menandakan
perancangan pendistribusian air di Kelurahan Air Putih untuk Q harian telah memenuhi
syarat dan berhasil melayani masyarakat di Kelurahan Air Putih.
Setelah selesai memasukkan semua data yang dibutuhkan dan Run sukses, dilihat
Network Table - Node yang berisikan elevation, base demand, Head, Pressure pada
Junction pada kondisi Q Harian. Jika Run tidak berhasil maka kemungkinan ada
kesalahan dalam memasukkan data.
66
Network Table - links Q Harian adalah tabel yang menyajikan data pada kondisi Q
Harian. Saat setelah menekan icon Run pada menu bar, Jika dikatakan tidak berhasil
maka untuk melihat data yang salah atau bernilai negatif, network table - link ini
menyajikan data yang salah. Pada tabel ini juga digunakan untuk melihat velocity yang
tepat untuk pendistribusian air yaitu 0,3 - 2,5.
67
2. Elevasi dan Debit Tiap Node
P-1 434.21 452.2 106.08 0,66 P-1 434.21 452.2 106.08 0.66
P-2 755.99 452.2 97.02 0.60 P-2 755.99 452.2 97.02 0.60
P-3 333.88 452.2 85.73 0.53 P-3 333.88 500 85.73 0.44
P-4 77.31 452.2 73.97 0.46 P-4 77.31 500 73.97 0.38
P-5 701.04 452.2 63.16 0.39 P-5 701.04 500 63.16 0.32
P-6 100.33 321.2 50.83 0.63 P-6 100.33 355 50.83 0.51
P-7 384.72 285 40.53 0.64 P-7 384.72 315 40.53 0.52
P-8 359.76 285 29.64 0.46 P-8 359.76 315 29.64 0.38
P-9 678.37 203.4 20.88 0.64 P-9 678.37 225 20.88 0.53
P-10 267.92 144.6 9.11 0.55 P-10 267.92 160 9.11 0.45
P-11 1370 144.6 4.86 0.30 P-11 1370 160 4.86 0.24
68
Tabel 5.4 Perbandingan Analisi Epanet dan Hardy Cross (Lanjutan)
P-12 291.19 113 -4.81 0.48 P-12 291.19 125 4.81 0.39
P-13 320.19 113 -6.42 0.64 P-13 320.19 125 6.42 0.52
P-14 258.93 113 -7.55 0.75 P-14 258.93 125 7.55 0.62
P-15 676 113 -3.68 0.37 P-15 676 125 3.68 0.30
P-16 234.31 126.6 7.81 0.62 P-16 234.31 140 7.81 0.51
P-17 583.42 99.4 4.37 0.56 P-17 583.42 110 4.37 0.46
P-18 1080 99.4 3.89 0.50 P-18 1080 110 3.89 0.41
P-19 1050 57 0.85 0.33 P-19 1050 63 0.85 0.27
P-20 678.1 57 0.81 0.32 P-20 678.1 63 0.81 0.26
Dalam suatu sistem perencanaan penyediaan air minum diperlukan adanya suatu
perhitungan reservoir karena reservoir merupakan yang sangat penting dalam suatu
sistem. Untuk menghitung kapasitas reservoir ini, maka reservoir ditinjau dari
fungsinya sebagai equalizing flow. Reservoir diperlukan untuk menyeimbangkan
fluktuasi permukaan air harian, sehingga kebutuhan maksimum per jam dapat terpenuhi.
69
5.2.1 Ground Reservoir
Kapasitas reservoir ini dapat ditentukan bila diketahui fluktuasi pemakaian air harian di
kota tersebut:
70
Kolom 5
Total Supply air (%) = jumlah jam x supply air per jam
= (2) x (3)
= 5 jam x 4.17 % = 20.85 %
Kolom 6
Total pemakaian (%) = jumlah jam x pemakain per jam (%)
= (2) x (4)
= 5 jam x 0.75 % = 3,75%
Kolom 7
Supply demand (surplus) = Supply total (%) – Pemakaian total (%)
= 20,85% - 3,75% = (+) 17,1%
(jika nilai positif)
Kolom 8
Supply demand (deficit) = Supply total (%) – pemakaian total (%)
= 4,17% - 6 % = (-) 1,83 %
(jika nilai negatif)
Untuk menghitung volume reservoir, maka digunakan nilai rata-rata dari jumlah
persentasi di atas karena perbedaan diantara kedua jumlah tersebut sebenarnya hanya
untuk menghitung kapasitas reservoir dan perbedaan diantara kedua jumlah tersebut
sebenarnya hanya merupakan pembulatan. Dengan demikian maka diperoleh harga rata-
rata kapasitas reservoir adalah sebesar :
27.70+27.62 %
% Volume Reservoir =
2
= 27.66
Volume reservoir adalah volume yang digunakan untuk menampung sejumlah air yang
dipergunakan apabila pemakaian debit melebihi dari pemakaian rata-rata atau untuk
memenuhi kebutuhan puncak.
Volume Ground Reservoir = % Volume Reservoir × Qhm × waktu
= 27,66 % × 0,388 m3/det ×86400 det/hari
= 927.251,71 m3/hari
= 927.251 m3/hari
72
92.725,1
L2 =
2
L2 = 46.362
L = 215,3 m
Panjang ( P ) = 2L
= 2 (215,3)
= 430,6 m
73
BAB 6
DETAIL JUNCTION
Aksesoris yang digunakan pada gambar detail junction umumnya digambarkan dengan
simbol-simbol tertentu. Simbol dari detail junction yang digunakan dalam perencanaan
ini dapat dilihat pada tabel dibawah.
74
Tabel. 6.1 Simbol Detail Junction (lanjutan)
No Nama Fungsi
Gambar detail junction menunjukkan jenis-jenis aksesoris yang digunakan pada tiap
node yang ada pada jaringan pipa distribusi, yang dapat dilihat pada tabel 6.1 akan
tetapi terlebih dahulu harus diketahui diameter dari tapping yang diinginkan, berikut
adalah contoh diameter tapping untuk junction J1:
Debit (Q) = 9.07 LPS
= 0.0091 m3/s
Kecepatan pipa = 0.5 m/s
4 Q
Diameter pipa =
πv
4 0.0091m3 /s
=
3,14 0.5 m/s
= 0.152 m
= 152.01 mm
Diameter pipa terpakai = 225 mm
75
Tabel 6.2 Diameter Pipa Tapping di tiap Junction
76
Tabel 6.3 Detail Junction
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1. Gilbout Joint ∅500
2.Valve ∅500
3.Increaser ∅500-630
4.Bend Flange 45° ∅630
5.Tee All Flange ∅630x450x630
6.Bend Flange 45° ∅450
7.Increaser ∅450-500
8.Valve ∅500
9.Gilbout Joint ∅500
10.Reduce ∅630-500
11.Reduce ∅500-450
12.Reduce ∅450-400
13.Reduce ∅400-355
14.Reduce ∅355-315
15.Reduce ∅315-280
16.Reduce ∅280-250
17.Reduce ∅250-225
18.Valve ∅225
19.Gilbout Joint ∅225
20.Flange With trusht ∅225
JUNCTION 1 21.Tee All Flange ∅225x225x225
22.Valve ∅225
23.Gilbout Joint ∅225
24.Meter Air
25.Bend Flange 90° ∅225
26.Gilbout Joint ∅225
27.Valve ∅225
77
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅500
2.Valve ∅500
3.Increaser ∅500-630
4.Tee All Flange ∅630x450x630
5.Bend Flange 45° ∅450
6.Reduce ∅450-400
7.Reduce ∅400-355
8.Reduce ∅355-315
9.Reduce ∅315-280
10.Reduce ∅280-250
11.Reduce ∅250-225
12.Reduce ∅225-160
13.Reduce ∅160-140
14.Reduce ∅140-125
15.Valve ∅125
16.Gilbout Joint ∅125
17.Tee All Flange ∅630x450x630
18.Reduce ∅630-500
19.Valve ∅500
20.Gilbout Joint ∅500
21.Reduce ∅450-400
22.Reduce ∅400-355
23.Reduce ∅355-315
24.Reduce ∅315-280
JUNCTION 2 25.Reduce ∅280-250
26.Reduce ∅250-225
27.Reduce ∅225-160
28.Valve ∅160
29.Gilbout Joint ∅160
30.Flange With trusht ∅160
31.Tee All Flange ∅160x160x160
32.Valve ∅160
33.Gilbout Joint ∅160
34.Meter Air
35.Bend Flange 90° ∅160
36.Gilbout Joint ∅160
37.Valve ∅160
78
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅500
2.Valve ∅500
3.Increaser ∅500-630
4.Tee All Flange ∅630x450x630
5.Tee All Flange ∅630x450x630
6.Reduce ∅630-500
7.Valve ∅500
8.Gilbout Joint ∅500
9.Bend Flange 45° ∅450
10.Reduce ∅450-400
11.Reduce ∅400-355
12.Reduce ∅355-315
13.Reduce ∅315-280
14.Reduce ∅280-250
15.Reduce ∅250-225
16.Reduce ∅225-160
17.Reduce ∅160-140
18.Valve ∅140
19.Gilbout Joint ∅140
20.Bend Flange 90° ∅450
21.Reduce ∅450-400
22.Reduce ∅400-355
23.Reduce ∅355-315
24.Reduce ∅315-280
25.Reduce ∅280-250
26.Reduce ∅250-225
27.Reduce ∅225-160
28.Reduce ∅160-140
JUNCTION 3 29.Reduce ∅140-125
30.Valve ∅125
31.Gilbout Joint ∅125
32.Flange With trusht ∅125
33.Tee All Flange ∅125x125x125
34.Valve ∅125
35.Gilbout Joint ∅125
36.Meter Air
37.Bend Flange 90° ∅125
38.Gilbout Joint ∅125
39.Valve ∅125
79
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅500
2.Valve ∅500
3.Increaser ∅500-630
4.Tee All Flange ∅630x450x630
5.Tee All Flange ∅630x450x630
6.Bend Flange 45° ∅630
7.Reduce ∅630-500
8.Valve ∅500
9.Gilbout Joint ∅500
10.Reduce ∅450-400
11.Reduce ∅400-355
12.Reduce ∅355-315
13.Reduce ∅315-280
14.Reduce ∅280-250
15.Reduce ∅250-225
16.Reduce ∅225-160
17.Reduce ∅160-140
18.Reduce ∅140-125
19.Reduce ∅125-110
20.Valve ∅110
21.Gilbout Joint ∅110
22.Bend Flange 45° ∅450
23..Reduce ∅450-400
24.Reduce ∅400-355
25.Reduce ∅355-315
JUNCTION 4 26.Reduce ∅315-280
27.Reduce ∅280-250
28.Reduce ∅250-225
29.Reduce ∅225-160
30.Valve ∅160
31.Gilbout Joint ∅160
32.Flange With trusht ∅160
33.Tee All Flange ∅160x160x160
34.Valve ∅160
35.Gilbout Joint ∅160
36.Meter Air
37.Bend Flange 90° ∅160
38.Gilbout Joint ∅160
39.Valve ∅160
80
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅500
2.Valve ∅500
3.Increaser ∅500-630
4.Tee All Flange ∅630x450x630
5.Tee All Flange ∅630x450x630
6.Reduce ∅630-500
7.Reduce ∅500-450
8.Reduce ∅450-400
9.Reduce ∅400-355
10.Valve ∅355
11.Gilbout Joint ∅355
12.Bend Flange 45° ∅450
13.Reduce ∅450-400
14.Reduce ∅400-355
15.Reduce ∅355-315
16.Reduce ∅315-280
17.Reduce ∅280-250
18.Reduce ∅250-225
19.Reduce ∅225-160
20.Reduce ∅160-140
21.Reduce ∅140-125
22.Reduce ∅125-110
23.Valve ∅110
24.Gilbout Joint ∅110
25.Bend Flange 90° ∅450
26.Reduce ∅450-400
27.Reduce ∅400-355
JUNCTION 5 28.Reduce ∅355-315
29.Reduce ∅315-280
30.Reduce ∅280-250
31.Reduce ∅250-225
32.Valve ∅225
33.Gilbout Joint ∅225
34.Flange With trusht ∅225
35.Tee All Flange ∅225x225x225
36.Valve ∅225
37.Gilbout Joint ∅225
38.Meter Air
39.Bend Flange 90° ∅225
40.Gilbout Joint ∅225
41.Valve ∅225
81
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅355
2.Valve ∅355
3.Tee All Flange ∅355x280x355
4.Tee All Flange ∅355x280x355
5.Reduce ∅355-315
6.Valve ∅315
7.Gilbout Joint ∅315
8.Bend Flange 45° ∅280
9.Reduce ∅280-250
10.Reduce ∅250-225
11.Reduce ∅225-160
12.Reduce ∅160-140
13.Reduce ∅140-125
14.Reduce ∅125-110
15.Reduce ∅110-90
16.Reduce ∅90-75
17.Reduce ∅75-63
18.Valve ∅63
19.Gilbout Joint ∅63
20.Bend Flange 45° ∅280
21.Reduce ∅280-250
22.Reduce ∅250-225
23.Valve ∅225
JUNCTION 6
24.Gilbout Joint ∅225
25.Flange With trusht ∅225
26.Tee All Flange ∅225x225x225
27.Valve ∅225
28.Gilbout Joint ∅225
29.Meter Air
30.Bend Flange 90° ∅225
31.Gilbout Joint ∅225
32.Valve ∅225
82
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅315
2.Valve ∅315
3.Increaser ∅315-355
4.Tee All Flange ∅355x280x355
5.Tee All Flange ∅355x280x355
6.Reduce ∅355-315
7.Valve ∅315
8.Gilbout Joint ∅315
9.Bend Flange 45° ∅280
10.Reduce ∅280-250
11.Reduce ∅250-225
12.Reduce ∅225-160
13.Reduce ∅160-140
14.Reduce ∅140-125
15.Reduce ∅125-110
16.Reduce ∅110-90
17.Reduce ∅90-75
18.Reduce ∅75-63
19.Valve ∅63
20.Gilbout Joint ∅63
21.Bend Flange 45° ∅280
22.Reduce ∅280-250
JUNCTION 7 23.Reduce ∅250-225
24.Valve ∅225
25.Gilbout Joint ∅225
26.Flange With trusht ∅225
27.Tee All Flange ∅225x225x225
28.Valve ∅225
29.Gilbout Joint ∅225
30.Meter Air
31.Bend Flange 90° ∅225
32.Gilbout Joint ∅225
33.Valve ∅225
83
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅315
2.Valve ∅315
3.Increaser ∅315-355
4.Tee All Flange
∅355x280x355
5.Bend Flange 90° ∅355
6.Reduce ∅355-315
7.Reduce ∅315-280
8.Reduce ∅280-250
9.Reduce ∅250-225
10.Valve ∅225
11.Gilbout Joint ∅225
12.Reduce ∅280-250
13.Reduce ∅250-225
14.Valve ∅225
15.Gilbout Joint ∅225
16.Flange With trusht ∅225
17.Tee All Flange
∅225x225x225
18.Valve ∅225
19.Gilbout Joint ∅225
JUNCTION 8 20.Meter Air
21.Bend Flange 90° ∅225
22.Gilbout Joint ∅225
23.Valve ∅225
84
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅225
2.Valve ∅225
3.Increaser ∅225-250
4.Increaser ∅250-280
5.Bend Flange 90° ∅280
6.Tee All Flange ∅280x225x280
7.Bend Flange 45° ∅225
8.Reduce ∅225-160
9.Valve ∅160
10.Gilbout Joint ∅160
11.Tee All Flange ∅280x225x280
12.Reduce ∅280-250
13.Reduce ∅250-225
14.Reduce ∅225-160
15.Reduce ∅160-140
16.Reduce ∅140-125
17.Reduce ∅125-110
18.Reduce ∅110-90
19.Reduce ∅90-75
20.Reduce ∅75-63
21.Valve ∅63
JUNCTION 9 22.Gilbout Joint ∅63
23.Bend Flange 45° ∅225
24.Valve ∅225
25.Gilbout Joint ∅225
26.Flange With trusht ∅225
27.Tee All Flange ∅225x225x225
28.Valve ∅225
29.Gilbout Joint ∅225
30.Meter Air
31.Bend Flange 90° ∅225
32.Gilbout Joint ∅225
33.Valve ∅225
85
Tabel 6.3 Detail Junction (lanjutan)
JUNCTION DETAIL JUNCTION KETERANGAN
1.Gilbout Joint ∅160
2.Valve ∅160
3.Increaser ∅160-225
4.Increaser ∅225-250
5.Increaser ∅250-280
6.Tee All Flange ∅280x225x280
7.Tee All Flange ∅280x225x280
8.Reduce ∅280-250
9.Reduce ∅250-225
10.Reduce ∅225-160
11.Valve ∅160
12.Gilbout Joint ∅160
13.Reduce ∅225-160
14.Reduce ∅160-140
15.Reduce ∅140-125
16.Reduce ∅125-110
17.Reduce ∅110-90
18.Reduce ∅90-75
19.Reduce ∅75-63
20.Valve ∅63
JUNCTION 10 21.Gilbout Joint ∅63
22.Bend Flange 45° ∅225
23.Reduce ∅225-160
24.Valve ∅160
25.Gilbout Joint ∅160
26.Flange With trusht ∅160
27.Tee All Flange
∅160x160x160
28.Valve ∅160
29.Gilbout Joint ∅160
30.Meter Air
31.Bend Flange 90° ∅160
32.Gilbout Joint ∅160
86
33.Valve ∅160
87
1.Gilbout Joint ∅160
2.Valve ∅160
3.Increaser ∅160-225
4.Increaser ∅225-250
5.Increaser ∅250-280
6.Tee All Flange ∅280x225x280
7.Reduce ∅225-160
8.Reduce ∅160-140
9.Reduce ∅140-125
10.Valve ∅125
11.Gilbout Joint ∅125
12.Bend Flange 45° ∅280
13.Reduce ∅280-250
14.Reduce ∅250-225
15.Valve ∅225
16.Gilbout Joint ∅225
17.Flange With trusht ∅225
18.Tee All Flange ∅225x225x225
19.Valve ∅225
20..Gilbout Joint ∅225
21.Meter Air
22.Bend Flange 90° ∅225
23.Gilbout Joint ∅225
JUNCTION 11
24.Valve ∅225
88
1.Gilbout Joint ∅125
2.Valve ∅125
3.Increaser ∅125-140
4.Increaser ∅140-160
5.Increaser ∅160-225
6.Increaser ∅225-250
7.Increaser ∅250-280
8.Tee All Flange ∅280x225x280
9.Tee All Flange ∅280x225x280
10.Reduce ∅280-250
11.Reduce ∅250-225
12.Reduce ∅225-160
13.Reduce ∅160-140
14.Reduce ∅140-125
15.Valve ∅125
16.Gilbout Joint ∅125
17.Reduce ∅225-160
18.Reduce ∅160-140
19.Reduce ∅140-125
20.Reduce ∅125-110
21.Valve ∅110
22.Gilbout Joint ∅110
23.Bend Flange 45° ∅225
JUNCTION 12 24.Reduce ∅225-160
25.Reduce ∅160-140
26.Valve ∅140
27.Gilbout Joint ∅140
28.Flange With trusht ∅140
29.Tee All Flange ∅140x140x140
30.Valve ∅140
31.Gilbout Joint ∅140
32.Meter Air
33.Bend Flange 90° ∅140
34.Gilbout Joint ∅140
35.Valve ∅140
89
1.Gilbout Joint ∅125
2.Valve ∅125
3.Increaser ∅125-140
4.Increaser ∅140-160
5.Increaser ∅160-225
6.Increaser ∅225-250
7.Increaser ∅250-280
8.Tee All Flange ∅280x225x280
9.Tee All Flange ∅280x225x280
10.Reduce ∅280-250
11.Reduce ∅250-225
12.Reduce ∅225-160
13.Reduce ∅160-140
14.Reduce ∅140-125
15.Valve ∅125
16.Gilbout Joint ∅125
17.Bend Flange 45° ∅225
18.Reduce ∅225-160
19.Reduce ∅160-140
20.Reduce ∅140-125
21.Reduce ∅125-110
22.Valve ∅110
23.Gilbout Joint ∅110
JUNCTION 13 24.Reduce ∅225-160
25.Reduce ∅160-140
26.Valve ∅140
27.Gilbout Joint ∅140
28.Flange With trusht ∅140
29.Tee All Flange ∅140x140x140
30.Valve ∅140
31.Gilbout Joint ∅140
32.Meter Air
33.Bend Flange 90° ∅140
34.Gilbout Joint ∅140
35.Valve ∅140
90
1.Gilbout Joint ∅140
2.Valve ∅140
3.Increaser ∅140-160
4.Increaser ∅160-225
5.Increaser ∅225-250
6.Increaser ∅250-280
7.Tee All Flange ∅280x225x280
8.Tee All Flange ∅280x225x280
9.Reduce ∅280-250
10.Reduce ∅250-225
11.Reduce ∅225-160
12.Reduce ∅160-140
13.Reduce ∅140-125
14.Valve ∅125
15.Gilbout Joint ∅125
16.Reduce ∅225-160
17.Reduce ∅160-140
18.Reduce ∅140-125
19.Valve ∅125
20.Gilbout Joint ∅125
21.Bend Flange 45° ∅225
JUNCTION 14 22.Reduce ∅225-160
23.Reduce ∅160-140
24.Reduce ∅140-125
25.Valve ∅125
26.Gilbout Joint ∅125
27.Flange With trusht ∅125
28.Tee All Flange ∅125x125x125
29.Valve ∅125
30.Gilbout Joint ∅125
31.Meter Air
32.Bend Flange 90° ∅125
33.Gilbout Joint ∅125
34.Valve ∅125
91
DAFTAR PUSTAKA
6. Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief., 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu, Andi, Yogyakarta.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum.
10. Qasim, S R, Motley, & Zhu, G., 2000, Water Works Engineering : Planning,
Design and Operation, Prentice Hall, London.
91
11. Reynolds., 1982, Unit Operation and Process In Environmental Engineering,
Texas A&M University. Book/Cole Engineering Division, California.
12. Sutrisno., 1996, Teknologi Penyediaan Air Minum Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.
13. Strisno T dan Eni Suciastuti., 2010, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka
Cipta, Jakarta.
92
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
PETA ADMINISTRATIF
PETA ADMINISTRATIF
KELURAHAN AIR PUTIH
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
Leoni Kristi Natalia Panggabean
1809045007
Muhammad Rizky Ali
1809045025
DENAH BLOK PELAYANAN
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS BESAR
PENYEDIAAN AIR MINUM II
DIBUAT OLEH:
DOSEN PENGAMPU: