Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjalankan profesi dokter akan menangani penderita yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal dunia. Salah satu sebab kematian yang sering adalah akibat
asfiksia. Kematian karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar,
sehingga tidak jarang dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi atau penyidik untuk
membantu memecahkan kasus-kasus kematian karena asfiksia terutama bila ada kecurigaan
kematian tidak Wajar.
Asfiksia dalam bahasa indonesia disebut dengan “mati lemas”. Sesungguhnya
pemakaian kata asfiksia tdaklah tepat, sebabkata asfiksia ini berasal dari dua kata bahasa
Greek yang berarti “tidak berdenyut”, sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi
sebenarnya masih dapat berdenyut unuk bebebrapa menit setelah pernafasan berhenti. Istilh
yang tepat secara terminiologi kedokteran ialah Anoxia atau Hipoksia.
Definisi Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbondioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah
dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-
paru dengan karbondioksida dalam darah kapiler paru- paru. Kekurangan oksigen disebut
hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ASFIKSIA
Definisi Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya
kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbondioksida (CO2) secara bersamaan
dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara)
dalam alveoli paru-paru dengan karbondioksida dalam darah kapiler paru- paru.
Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut
hiperkapnia. Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan
dari empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang
mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-
masing kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok
tersebut adalah:
1. Hipoksik-hipoksia Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam
sirkulasi darah.
2. Anemik-hipoksia Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa
oksigen yang cukup untuk metabolisme dalam jaringan.
3. Stagnan-hipoksia Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan
sirkulasi.
4. Histotoksik-hipoksia Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam
darah, oleh karena suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan.
Macam – macam anoxia
1. Anoxic anoxia
anoxic anoxia adalah keadaan tak dapat masuknya oksigen kedalam aliran
darah atau tidak cukup bisa mencapai aliran darah, misalnya pada organ-organ
yang menghisap gas inert, berada dalam tambang atau tempat yang tinggi, dimana
kadar oksigen berkurang
2. Stagnant circulatori anoxia
Stagnann circulatori anoxia terjadi karena gangguan sirkulasi darah.
Contohnya embolisme
3. Anemic anoxia
Anemic anoxia adalah darah tidak mampu mengangkut oksigen yang cukup.
Bisa karena volume darah yang kurang ataupun karena kadar hemoglobin yang
rendah. contohnya intoksikasi CO

2
4. Histotoksik tissue anoxia
Hitotoksik tissue anoxia adalah keadaan sel-sel tidak dapat mempergunakan
oksigen dengan baik yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Ekstra cellular : sistem enzim oksigen terganggu
Misalnya pada keracunan HCN, babiturat, dan obat-obat hipnotik. Pada
keracunan HCN, sitokrom enzim hancur sehingga sel-sel mati. Sedangkan
barbiturat dan hipnotik hanya sebagian saja sistem sitokrom enzim yang
terganggu, maka jarang menimbulkan kematian sel kecuali pada overdosis.
b. Intra cllular : terjadi karena penurunan permeabilitas cell membran, seperti
yang terjadi pada pemberian obat-obat anastesia yang larut dalam lemak
misalnya chloroform dan ether.
c. Metabolit : disini sisa-sisa metabolisme tidak bisa dibuang, misalnya pada
uremia dan keracunan CO2
d. Substrat : bahan bahan yang diperlukan untuk metabolisme kurang.
Misalnya, pada hipoglikemi.
Pada umumnya anoxia merupakan anoxia campuran dari hal-hal tersebut diatas.
Seperti acute celebral iskemia, dimana otak selain terjadi stagnant anoxia karena
darah mengandung O2 mencapai otak, juga disebabkan kegagalan otak dalam
memetabolisme, sebab tak ada sirkulasi dan zat metabolisme tak dapat dibuang.
Secara patologi apa yang ditemukan pada ditemukan pada post mortem dari
kematian karena anoxia dari segala tipe diatas dapat dibagi atas :
1. Perubahan primer ( Primary change ) : sebagai akibat langsung dari anoxia
Perubahan ini terdapat diseluruh tubuh tanpa membedakan tipe anoxia karena
otak adalah organ tubuh yang palin peka terhadap anoxia, maka perubahan
primernya paling penting. Ini ada hubungan dengan keadaan biokimianya.
Apa yang terjadi pada sel yang anoxia belum didapat diketahui, tapi yang
diketahui adanya perubahan elektrolit dimana kalium meninggalkan sel dan
diganti natrium yang mengakibatkan terjadinya retensi air dan gangguan
metabolisme sehingga sel-sel otak mati dan menjadi gelial tissue.
Bila orang yang mengalami anoxia ini dapat hidup beberapa hari sebelum
meninggal, maka perubahan seperti di atas sangat khas pada otak besar, otak
kecil dan basal ganglia. Bila orangnya meninggal cepat (acute anoxia), maka
perubahannya tidak spesifik dan dapat di kaburkan dengan gambaran post
mortem autolisis dan postmortem demage.

3
Dari sudut pandang kedokteran forensik, anoxia dapat dibuktikan hanya
apabila ada reaksi sel-sel otak seperti diatas. Organ tubuh yang lain
metabolisme rasionya lebih rendah daripada otak, sehingga perubahan
primernya tidak jelas.
2. Perubahan Sekunder (secondary change) : meskipun tidak berhubungan
langsung dengan anoxia, tetapi ada hubungan penyebabnya dan tubuh
mengadakan kompensasi terhadap anoxia.
Perubahan tergantung dari proses kejadiannya. Pada anoxic anoxia jantung
mengkompensasi dengan memperbesar outputnya pada saat yang sama
arterial dan venous preasure meningkat. Akhirnya lama-lama jantung
mengalami kegagalan. Post mortem darah akan berwarna gelap dan terjadilah
venous dan pulmonary congestion. Kadang-kadang tidak ada secondary
change karena kegagalan jantung terjadi begitu cepat.
Pada asphyxia karena strangulasi, venous return dari kepala terganggu,
sehingga terjadi pembendungan pada kepala dan leher, sehingga timbul
pendarahan ptechial di konjungtiva palpebral kulit wajah, kepala pada otak
pleura dan juga pericard. Pendarahan ptechiae ini disebut ‘tardieu spot’ yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intra kapiler dan peningkatan
permeablitas kapiler akibat anoxia.
Pada anemic anoxia, yang ada perubahan sekunder hanyalah yang disebabkan
keracunan CO, dimana oxy hemboglobin digantikan carbonxy haemologbin.
Karena kelainan CO menjelang kematian terlihat, yaitu terjadinya venous dan
pulmonary congestion. Hanya disini darah tidak bertambah gelap tetapi khas
berwarna cherry red. Sedangkan pada histotoksik anoxia biasanya tidak
terjadi perubahan sekunder karena kematian terjadi dengan cepat misalnya
pada keracunan sianida. Sedangkan pada keracunan barbiturat, depresi nafas
agak lama dan menyebabkan incipient cardiac failure.

B. ETIOLOGI
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut :
1. Penyebab Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan
seperti laryngitis difteri, tumor laring, asma bronkiale atau menimbulkan
gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, pneumonia, COPD.

4
2. Trauma mekanik, yang menimbulkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli, pneumothoraks bilateral, sumbatan atau halangan pada
saluran nafas dan sebagainya. Emboli terbagi atas 2 macam, yaitu emboli
lemak dan emboli udara. Emboli lemak disebabkan oleh fraktur tulang
panjang. Emboli udara disebabkan oleh terbukanya vena jugularis akibat luka.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan, misalnya
barbiturate, narkotika.

C. GEJALA
Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia yaitu :
1. Fase dispneu / sianosis Fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-
kira 4 menit. Fase ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya
kadar karbondioksida. Tingginya kadar karbondioksida akan merangsang
medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernafasan, nadi dan
tekanan dara. Pernafasan terlihat cepat, berat dan sukar. Nadi teraba cepat,
tekanan darah terukur meningkat.
2. Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang
klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil
dilatasi, denyut jantung lambat dan tekanan darah turun.
3. Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati
berupa adanya depresi pusat pernafasan (nafas lemah), kesadaran menurun
sampai hilang dan relaksasi spingter.
4. Fase akhir / terminal / final Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya
paralisis pusat pernafasan lengkap. Denyut jantung beberapa saat masih ada
lalu nafas terhenti kemudian mati.

D. GAMBARAN POST MORTEM


Karena asfiksia merupakan mekanisme kematian, maka secara menyeluruh untuk
semua kasus akan ditemukan tanda-tanda umum yang hampir sama.
Pada pemeriksaan luar :
1. Muka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan) yang
disebabkan tubuh mayat lebih membutuhkan HbCO2 daripada Hb02.
2. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot merupakan
bintik-bintik perdarahan (ptekiae) akibat pelebaran kapiler darah setempat.

5
3. Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya
pembekuan darah dan meningkatnya fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini
akibat meningkatnya kadar CO2 sehingga darah dalam keadaan lebih cair.
Lebam mayat lebih gelap karena meningkatnya kadar HbCO2.
4. Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya
fenomena kocokan pada pernafasan kuat.
Pada pemeriksaan dalam :
1. Organ dalam tubuh lebih gelap dan lebih berat dan ejakulasi pada mayat
laki-laki akibat kongesti / bendungan alat tubuh & sianotik.
2. Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih cair.
3. Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea apponeurotika,
laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.
4. Busa halus di saluran pernafasan
5. Edema paru
6. Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti frakur laring,
fraktur tulang lidah dan resapan darah pada luka

E. PENYEBAB ASFIKSIA
1. Wajar
a. Laryngeal edema
b. Ludwig angina
c. Laryngitis difteria
d. Reaksi anafilaktik
e. Pneumothorax
f. Complete blocking arteri pulmonalis karena emboli
g. Tamponade jantung
h. Tumor laryng/ leher
i. Asthma bronchiale
2. Tidak Wajar
a. Trauma pada tungkai trombose vena femoralis emboli
b. Patah tulang panjang emboli lemak pada paru
c. Luka tusuk atau iris yang mengenai vena jugularis interna emboli
udara
d. Udara terhalang secara paksa, dibagi atas :

6
1. Srangulation
1. Hanging (Strangulation by suspension)
Definisi : suatu strangulasi dengan tekanan pada leher
disebabkan oleh jerat yang menjadi erat akibat berat badan
korban sendiri, sehingga saluran udara pernafasan tertutup.
Mekanisme : Saluran udara tertutup karena pangkal lidah
terdorong ke atas belakang, ke arah dinding posterior faring.
Palatum molle dan uvula terdorong keatas, menekan epiglotis,
sehingga menutup lubang laring.
Sebab kematian :
1. Asphyxia
2. Gangguan sirkulasi darah otak karena tertekannya vena
jugularis sehingga terjadi celebral anoxia
3. Vagal reflex atau shock
4. Kerusakan batang otak atau sumsum tulang belakang.
Pemeriksaan kasus hanging
1. Tentukan korban masih hidup atau sudah meninggal. Bila
masih hidup, maka diusahakan memberikan pertolongan
secepatnya
2. Kumpulkan bukti-bukti yang dapat memberi petunjuk cara
kematian. Hati-hati terhadap kasus pembunuhan terselubung
3. Perhatikan jeratnya, apakah simpul hidup atau simpul mati.
Maka dicoba apakah dapat melalui lingkaran kepala atau tidak
4. Setelah selesai melakukan pemeriksaan termasuk
memperkirakan saat kematian korban maka harus kita ukur
tinggi tiang gantungan, panjang tali pergantungan, jarak lantai
dengan ujung kaki apabila korban tergantung bebas. Pada kasus
menggantung tidak selalu kaki lepas dari lantai, dapat dalam
posisi berlutut, setengah duduk dan sebagainya. Semua ini
diperlukan untuk rekonstruksi dikemudian hari
5. Letak korban di TKP korban ada disuatu tempat yang bebas
dari benda-benda lain atau korban berdekatan dengan benda
lain misalnya almari, tempat tidur, dinding dsb. Perhatikan juga

7
pada tubuh korban ditemukan kekerasan benda tumpul atau
tidak.
6. Cara menurunkan korban : potonglah bahan penggantung diluar
simpul seperti cara tersebut diatas.
7. Berkas serabut tali pada tempat bergantung dan pada leher
diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
8. Perhatikan bahan penggantungnya : semakin kecil dan semakin
keras bahan yang dipakai maka semakin jelas alur jerat yang
timbul pada leher.
9. Lidah terjulur, mata lotot, keluar mani dan feses, keluar darah
dari kemaluan wanita, semua itu bukan merupakan petunjuk
dari cara kematian.

- Simulated Suicidal Hanging


Simulated suicidal hanging merupakan pembunuhan yang
dibuat sedemikian rupa seolah-olah gantung diri. Tidak ada
reaksi interval dan tidak adanya kelainan akibat pembendungan
pada kepala dan leher, tidaklah dapat dipakai sebagai bukti
bahwa tubuh telah digantung sesudah mati. Penetuan diagnose
pada kasus tersebut harus tergantung pada:
1) Adanya sebab kematian lain atau trauma yang tidak
mungkin dapat dilakukan oleh korban sendiri.
2) Distribusi dari lebam mayat yang tidak sesuai. Hal ini
mempunyai arti apabila lebam mayat sudah terfiksir
sebelum mayat digantung.
3) Tanda-tanda dari simpul jerat

- Suicide hanging
Biasanya perbuatan bunuh diri dilakukan sama banyaknya oleh
kedua jenis kelamin dan sepertinya tidak tergantung umur,
artinya dilakukan dari remaja sampai orang tua. Pemeriksaan di
TKP penting untuk menjelaskan bila ada luka di tubuh korban.
Bila tergantung dekat dinding mungkin ada tonjolan yang dapat
melukai korban menjelang kematian. Keadaan di TKP (tempat

8
kejadian perkara) dimana korban ditemukan biasanya tenang,
dalam ruang atau tempat yang tersembunyi atau pada tempat
yang sudah tidak dipergunakan. Posisi korban yang tergantung
lebih mendekati lantai, berbeda dengan pembunuhan dimana
jarak antara kaki dengan lantai cukup lebar. Pakaian korban
rapi, sering didapatkan surat peninggalan pada saku, yang
isinya adalah alasan mengapa ia melakukan tindakan nekat
tersebut. Pada leher tidak jarang tidak jarang diberi alas sapu
tangan atau kain sebelum alat penjerat dikalungkan ke
lehernya. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak
lilitan dugaan bunuh diri semakin besar. Simpul alat penjerat
biasanya simpul simpul hidup, letak alat penjerat terhadap leher
berjalan serong, ini dapat diketahui dengan pengukuran letak
alat penjerat terhadap dagu, telinga kanan dan kiri serta batas
rambut bagian belakang. Letak simpul dapat di belakang atas
kiri, belakang atas kanan, depan atas kiri dan depan atas kanan
atau tepat di garis pertengahan bagian depan.

- Homicidal hanging
Pembunuhan dengan metode menggantung korbannya relatif
jarang dijumpai, cara ini baru dapat dilakukan bila korbannya
anak- anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah, baik
lemah atau menderita penyakit, di bawah pengaruh obat bius,
alkohol atau korban sedang tidur. Pembunuhan dengan cara
penggantungan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelaku.
Selain tanda-tanda asfiksia dapat ditemukan luka- luka pada
tubuh korban, situasi TKP yang tidak beraturan dan adanya
tanda- tanda perlawanan (kecuali korbannya anak kecil,
kekerasan biasanya tidak ada). Agar pembunuhan dapat
berlangsung, tubuh pelaku harus lebih kuat dari korban. Alat
penjeratan yang dipergunakan biasanya sudah dipersiapkan
oleh pelaku (dibawa dari rumah) atau dapat pula benda yang
ada disekitar korban. Dalam melaksanakan niatnya sering kali
leher korban mendapat trauma sehingga tampak luka- luka di

9
daerah tersebut, dan tidak jarang tampak adanya luka lecet
tekan berbentuk bulan sait yang berasal dari tangan pelaku;
memar hebat dapat ditemukan pada jaringan otot dan alat-alat
di dalam leher, tulang lidah dan rawan gondok dapat patah.
Pembunuhan dengan mempergunakan lasso merupakan contoh
yang baik untuk kasus ”homicidal hanging”, yaitu setelah lasso
tadi menjerat leher, korban segera dikerek ke atas. Makin jauh
jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat
pembunuhan., makin dekat jarak antara simpul dengan tiang
tumpuan untuk menggantung makin kuat dugaan bahwa kasus
yang dihadapi adalah kasus pembunuhan.

- Accidental hanging
Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya
berhubungan dengan pekerjaan yang sering mempergunakan
tali atau pada anak-anak. Penggantungan yang tidak sengaja ini
dapat dalam dua kelompok: yang terjadi sesewaktu bermain
atau bekerja dan sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang
menyimpang ”auto-erotic hanging”. Mati tergantung sewaktu
bermain umumnya pada anakanak dan tidak membutuhkan
penyidikan yang sulit oleh karena biasanya kasusnya sangat
jelas: tersangkut pada batang pohon yang bercagak. Kematian
yang terjadi sewaktu pelapiasan nafsu seksual yang
menyimpang memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam hal
mempelajari dan menguraikan tali-tali yang dipakai, yang
sering kali diikatkan pada banyak tempat, ikatan pada daerah
genitalia, lengan, tungkai, leher dan mulut; kematian terjadi
karena ikatannya terlalu keras, atau hentakkannya terlalu kuat
sehingga leher terjerat.
Pada ”auto-erotic hanging”, tidak jarang dijumpai gambar dan
benda- benda yang termasuk porno, kondom dan korban
umumnya pria yang tidak jarang memakai pakaian wanita.

10
1. Gantung diri (hanging) adalah suatu keadaan dimana terjadi
konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan
oleh berat badan seluruh atau sebagian.
2. Pada kasus hanging alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan
berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada
leher.
3. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan
dugaan bunuh diri semakin besar.
4. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin
kuat dugaan pembunuhan; makin dekat jarak antara simpul
dengan tiang tumpuan untuk menggantung, makin kuat
dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus
pembunuhan

2. Strangulation by Ligature
Definisi : suatu strangulasi dimana tekanan pada leher disebabkan
oleh jerat yang menjadi erat akibat kekuatan yang lain daripada
berat badan korban
Mekanisme : Tertutupnya jalan napas akibat laring yang tertekan
ke belakang ke arah dinding faring, sehingga lumen tertutup oleh
karena mendapat tekanan dari samping dan dari depan. Tekanan
dari depan akan menutup jalan napas, sedangkan dari samping akan
menutup pembuluh darah di samping leher.
Sebab kematian
1. Asfiksia
2. Gangguan sirkulasi otak
3. Vagal refleks
Cara kematian
1. Pembunuhan ( paling sering)
2. Bunuh diri
3. Kecelakaan

11
3. Throttling (cekikan)
Definisi : suatu strangulasi yang menggunakan tangan atau lengan
bawah untuk menekan leher sehingga saluran nafas tertutup
Mekanisme : Tertutupnya jalan napas dengan satu atau dua tangan
menekan leher, sehingga menekan sisi laring dan menutup
epiglotis. Bila tangan ditekan pada bagian depan laring, akan
menutup lumen dengan menyempitkan diameter anteroposterior.
Sebab kematian
1. Vagal reflek yaitu rangsangan sinus karotinus yang
menyebabkan cardiac inhibition, sehingga timbul hering refleks
( vagal reflek ). Dalam hal demikina tidak ditemukan tanda
kekerasan dileher dan ditempat lain dan gejala asfiksia tidak
ditemukan.
2. Asfiksia
3. Gangguan sirkulasi otak atau shock, lebih-lebih bila korban
dalam pengaruh alkohol.
Cara kematian
1. Pembnuhan ( paling sering )
2. Kecelakaan

2. Suffocation
Suffocation merupakan obstruksi jalan nafas sehingga menghalangi
masuknya udara kedalam paru yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia
1. Smothering (Pembekapan)
Pembekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara
dari lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung, yang
biasanya dilakukan dengan menutup mulut dan hidung dengan
menggunakan kantong plastik. Pembekapan dapat terjadi secara
sebagian atau seluruhnya
Cara kemtian
a. Kecelakaan ( tersering )
b. Pembunuhan ( jarang ), misalnya dengan bantal, plester,
dan lainnya.

12
c. Bunuh diri ( jarang ), misalnya dengan bantal, kantong
plastik, dan lainnya.
2. Chocking (Tersedak)
Chocking adalah masuknya benda padat pada lumen jalan
napas dan menyumbatnya, sehingga udara tidak dapat
mencapai paru – paru.
Cara kematian
a. Kecelakaan ( paling sering )
b. Pembunuhan
c. Bunuh diri ( jarang )
3. Gagging (Penyumbatan)
Penyumbatan (gagging ) adalah suatu suffocation dimana ada
benda padat yang masuk dan menyumbat lumen jalan udara

3. External Pressure On The Chest (traumatic asphyxia)


Suatu keadaan udara terhalang untuk masuk dan keluar paru - paru
akibat gerakan nafas terhenti oleh tekanan dari luar pada dada.
Jadi inspirasi dan ekspirasi terhenti karena dada tidak dapat
mengembang.
Cara kematian :
a. kecelakaan
b. pembunuhan
Pemeriksaan Otopsi
a. Tanda asphyxia
b. Roman muka dan leher cyanosis
c. Ptechiae pada roman muka, leher, bahu, sclera, conjunctiva,
dan galea aponeurotica (warna merah tua atau merah
ungu)
d. Adanya tanda - tanda kekerasan pada dada

4. Drowning (Tenggelam)
Suatu bentuk suffocation dimana korban terbenam dalam air atau
cairan dan benda tersebut terhisap masuk ke jalan napas samapai
alveoli paru.

13
Hal - hal yang Perlu Diketahui pada Kasus Tenggelam:
a. Apakah korban meninggal sebelum masuk air.
b. Apakah korban meninggal di air tawar atau air asin.
c. Apakah ada antemortem injuri, bila ada apakah
berpengaruh pada kematiannya.
d. Apakah ada sebab kematian wajar atau keracunan, dan
apakah ini menyebabkan kematian.
e. Bagaimana cara kematiannya.
Pembagian Drowning :
a. Primari Drowning
Korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan
peristiwa tenggelam tanpa pertolongan pernapasan buatan.
1. Dry drowning
Kematian korban oleh karena cardiac arrest yang mendadak
dan sirkulasi refleks oleh karena vagal refleks dan sirkulasi
kollaps.
a) Tidak ada air yang masuk ke dalam traktus
gastrointestinal maupun tractus respiratorius.
b) Tidak ditemukan kelainan patologis yang bermakna.
2. Wet drowning
a) Tenggelam di air tawar (fresh water)
Secara teoritis adalah akibat ventricular fibrilasi.
Kelainan patologis:
- Hypervolemia
- Hemolysis
- Hyperkalemia
- Hipoclorida
- Hiponatremi
b) Tenggelam di air garam
Kematian akibat pulmonary oedema.
Kelainan patologis:
- Hypovolemia
- Hipoproteinemia
- Hypernatremia

14
- Hyperclorida
pada pemeriksaan setempat (TKP) sebaiknya dilakukan
1) Pemeriksaan korban
2) Pengambilan contoh cairan, yang penting untuk test:
 Ditempat korban ditemukan meninggal atau
tempat lain.
 Menilai kadar elektrolit dalam cairan tersebut
(pada kadar chloride yang tinggi dapat
mengakibatkan Acute Fulminating Pulmonary
Edema)
b. Secondary drowning
Korban meninggal dalam waktu 30 menit sampai beberapa hari
setelah tenggelam dan sempat dilakukan pernapasan buatan.
Biasanya korban meninggal oleh karena:
 Pulmonary oedema
 Asidosis
 Pneumonitis oleh karena bahan kuman atau kuman
Mekanisme tenggelam dalam air tawar :
 Air tawar cepat diserap dalam jumlah besar,
hemodilusi yang hebat sampai 72% hemolysis.
 perubahan biokimiawi serius  dimana kalium dalam
plasma meningkat dan natrium berkurang  terjadi
anoxia pada myocardium.
 Hemodilusi  cairan dalam pembuluh darah dan
sirkulasi berlebihan  penurunan tekanan systole 
dalam beberapa menit fibrilasi ventrikel.
 Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan
lemah  anoxia cerebri yang hebat (kematian terjadi
dengan cepat)
Mekanisme tenggelam dalam air asin :
 Terjadinya hemokonsentrasi  cairan dari sirkulasi
tertarik keluar sampai 42%  masuk ke dalam jaringan
paru  edema pulmonum yang hebat

15
 peningkatan kadar natrium plasma.
 anoxia pada myocardium dan disertai peningkatan vikositas
darah  jantung payah.
 terjadi hemokonsentrasi  tekanan sistolik akan menetap
dalam beberapa menit
Pemeriksaan Otopsi
1. Pemeriksaan luar
a. fungsinya hanya menguatkan.
b. kulit basah, dingin, dan pucat.
c. Lebam mayat  cyanotic, air sangat dingin  lebam
mayat pink.
d. Kadang terdapat cutis anserine (goose flesh) pada
lengan, paha, dan bahu.
e. Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat
(cairan kental dan berbuih)
f. Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan.
g. Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan
dan kaki mengeriput (Whaser woman’s hand) dan pucat
h. Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang
tenggelam dipemandian.
2. Pemeriksaan dalam
a. Jalan napas berisi buih, kadang ditemukan lumpur,
pasir, rumput air,diatom, dan sebagainya.
b. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik
-bintik perdarahan yang terjadi karena adanya kompresi
terhadap septum inter-alveolar atau oleh karena
terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
c. Paru - paru membesar, mengalami kongesti dan
mempunyai gambaran seperti marmer sehingga jantung
kanan dan vena - vena besar dilatasi. Bila paru masih
fresh, kadang - kadang dapat dibedakan apakah ini
tenggelam dalam air tawar atau air asin.
d. Banyak cairan dalam lambung.

16
e. Perdarahan telinga bagian tengah
Pemeriksaan Khusus pada Tenggelam
1. Percobaan Getah paru
Merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus - kasus
tertentu. Dicari benda - benda asing didalam getah paru yang
diambil didaerah subpleura, antara lain: pasir, lumpur, telur
cacing, tanaman air, dan sebagainya (percobaan getah paru
positif).
Bila tes getah paru positif dan ditemukan sebab kematian lain,
maka kemungkinannya adalah :
a. Mungkin meninggal karena tenggelam
b. Mungkin meninggal karena sebab lain tersebut
c. Mungkin sebab kematian bersaing
Bila tes getah paru negatif, maka kemungkinan adalah :
a. Mungkin korban sudah mati, lalu dimasukkan kedalam
air (harus ditemukan sebab kematian lain).
b. Mungkin korban tenggelam dalam air yang jernih.
c. Mungkin korban mati karena vagal refleks atau
spasme larynx.
2. Pemeriksaan darah secara kimia
Pemeriksaan ini harus dilakukan secepatnya karena pada post
mortem kadar elektrolit (Cl, Na, K, Mg) dalam darah akan
mengalami perubahan.
3. Destruction test dan analisa isi lambung
a. Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam
tubuh korban.
b. Tidak ditemukannya diatome, tidak dapat menyingkirkan
bahwa kematian korban tenggelam.
4. Pemeriksaan histopatologi jaringan paru
Mungkin ditemukan bintik - bintik perdarahan sekitar brochioli
yang disebut “Paltauf Spot”. Dapat juga terjadi pada asphyxia
oleh karena penutupan jalan napas secara mekanis yang lain.
ada tanda - tanda emphysema yang akut dengan pecahnya
banyak alveoli.

17
5. Inhalation Of Suffocating Gases
Definisi : Suatu keadaan sebagai akibat korban menghirup gas
tertentu dalam jumlah berlebihan, sehingga kebutuhan oksigen
tidak terpenuhi.
Sebab Kematian
Kematian disebabkan oleh karena asphyxia
Cara Kematian
1. Kecelakaan
2. Pembunuhan
3. Bunuh diri
Gas yang menyebabkan mati lemas :
1. Gas Asam Arang (CO2)
Berat jenis CO2 1,52 kali lebih berat dari udara sehingga
letaknya ditempat yang rendah dan tidak mudah hilang.
Tumbuhan menggunakan CO2 dari udara untuk asimilasi
dengan energi sinar matahari yang menghasilkan zat asam O2.
Pada waktu malam terjadu sebaliknya, tumbuhan justru
memproduksi CO2 sering terjadi pekerja pelabuhan meninggal
dunia sewaktu memasuki palka yang memuat melukut
(bekatul), dedak atau bungkil. Ini disebabkan karena cendawan
menguraikan (CH2O)6 menjadi CO2.
Kecelakaan dapat terjadi waktu pekerja masuk dalam sumur
untuk membersihkan, karena sudah lama tidak dipakai yang
meninggal biasanya lebih dari 1 orang. Biasanya begitu salah
seorang masuk palka atau sumur terlebih dahulu pingsan dan
temannya berusaha untuk menolong akan tetapi ikut menjadi
korban juga.
Untuk menguras sumur biasanya pemiliknya menggunakan
mesin pompa yang menggunakan bahan bakar minyak, dan
ketika airnya surut mesin pompa diturunkan kedalam sumur.
Cara-cara untuk mengetest adanya CO2 dalam sumur :
a. Lilin dinyalakan dan dimasukan dalam sumur, bila lilin
mati pertanda adanya CO2, hal ini tidak dapat
diandalkan oleh karena lilin hanya mati pada

18
konsentrasi CO2 yang rendah, sedangkan bila
konsentrasi tinggi lilin tidak mati
b. Memasukan burung atau ayam ke dalam sumur, bila
mati pertanda adanya CO2
Cara menolong atau mengeluarkan korban dari sumur.
Penolong topeng oksigen, dimana untuk pernafasan O2 terdapat
dalam tabung yang disandang di punggung (aqua lung)
Cara mengambil contoh gas :
a. Botol diisi penuh air, lalu diikat pada leher botol dan
pada bagian pantat botol.
b. Botol diturunkan sampai pada dasar tempat kejadian
dengan bagian tegak agar air tidak tumpah ( CO2 dan
H2S menempati bagian terendah ).
c. Selanjutnya ikatan bagian pantat botol ditarik sdemikian
rupa, sehinnga air dalam botol tumpah dengan
sendirinya gas akan menggantikan air yang tumpah tadi
dan masuk botol.
d. Botol diteggakkan kembali dan ditarik lalu kemudian
ditutup rapat untuk melakukan pemeriksaan

2. Carbon Monooksida (co)


Berat jenis sedikit lebih ringan dari pada udara. CO bersenyawa
dengan hemoglobin 210 kali lebih cepat dari pada dengan O2
dan membentuk karboksi hemoglobin (COHb) yang lebih stabil
daripada oksihemoglobin (OHb).
Kematian karena bunuh diri:
Bunuh diri dengan CO sering terjadi dinegara dengan musim
dingin dicelah jendela dan pintu ditutup dengan kertas,
adakalanya mereka meninggalkan surat perpisahan, kemudian
kran gas dibuka dan kepala dimasukkan dalam oven.
Adakalanya korban berbaring ditempat tidur tertutup selimut
dan disamping kepala terdapat pipa yang dihubungkan dengan
gas dari kompor.
Kematian karena pembunuhan:

19
Sangat jarang terjadi, seseorang diasuransikan jiwanya dengan
jumlah premi yang besar oleh bbebrapa orang, kemudian terjadi
beberapa percobaan untuk membunuhnya antara lain dengan
mencoba menabrak dengan mobil, diracun dan terakhir dibunuh
dengan gas bercun yang sebelumnya orang tersebut dibuat
mabuk.
Pemeriksaan otopsi kasus keracunan CO ditemukan :
a. Kulit muka dan anggota gerak mengandung gelembung
udara berisi cairan (bullae)
b. Pada darah, permukaan otak dan usus ditemukan warna
merah terang ( bright cherry red). Warna merah terang
tidak hanya pada kasus keracunan CO namun juga pada
cyanide, nitrit, dan mayat yang disimpan di kamar
pendingin.

3. Hidrogen Sulfida (H2S)


Berat jenisnya sedikit lebih ringan dari udara (1,19 kali). Gas
ini terbentuk karena penguraian bahan organic yang
mengandung belerang (S), terjadi diselokan yang tertutup,
septik tank.

20
BAB III
KESIMPULAN

Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen
(O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah
dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli
paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru.
Berdasarkan jenis asfiksia ada 5 macam : strangulation, suffocation, traumatic
asphyxia, drowning, dan inhalation by gasses.

21

Anda mungkin juga menyukai