Anda di halaman 1dari 20

Teori Ketidakpastian Pengukuran

Bab 4
Teori Ketidakpastian
Pengukuran

Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu:


Pada bab ini mahasiswa
Mahasiswa memahami harus mampu:
difinisi ketidakpastian/ralat dalam pengukuran
1. besaran
Memahami jenis-jenis alat ukur berdasarkan sifat dan bentuknya
Fisika
2. Mahasiswa
Menjelaskanmemahami
istilah-istilahketidakpastian
yang digunakanditinjau
dalam kalibrasi alat ukur
dari cara melakukan
3. pengukuran
Mengidentifikasi dan menjelaskan macam-macam alat ukur yang termasuk
besaran panjang,
Mahasiswa massa, waktu,
memahami suhu, dan listrik.
sumber-sumber ketidakpastian/ralat dalam
4. pengukuran
Menjelaskanbesaran
fungsiFisika
masing-masing alat ukur yang termasuk besaran
panjang, massa,
Mahasiswa waktu, suhu,
memahami dan listrik.
pengklasifikasian ketidakpastian/ralat dalam
5. pengukuran
Memahami besaran
prinsip kerja
Fisikasuatu alat ukur besaran panjang, massa, waktu,
suhu, dan listrik
Mahasiswa memahami dan mengerti pencocokan data (datta fitting) dalam
mengolah data hasil pengukuran besaran Fisika

1.1 KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN


Ketidakpastian sering juga disebut istilah ralat yaitu suatu perbedaan antara harga yang
terukur dengan harga sesungguhnya (yang benar) atau selisih harga antara harga terukur dengan
nilai rata-rata sekelompok hasil pengukuran. Berdasarkan dari jenisnya, istilah ralat terdiri atas tiga
macam yaitu:
a. Ralat alat, yaitu kemampuan alat dalam melakukan pengukuran secara baik dan benar. Ralat alat
merupakan batas terbesar atau terkecil dari nilai rentang pengukuran alat.
b. Ralat ukur, yaitu ralat yang terbawa sebagai akibat pengukuran langsung dan perlakuannya
secara berulang pada benda yang sama dan menggunakan alat ukur yang sama pula.
c. Ralat hasil ukur, yaitu ralat yang disertakan pada hasil ukur.

1.2 JENIS-JENIS KETIDAKPASTIAN (RALAT)


Oleh karena ketidakpastian (ralat) merupakan penyimpangan nilai ukur dari nilai benar,
maka secara umum sumber-sumber ketidakpastian (ralat) terdiri atas enam yaitu:

Pengantar Laboratorium Fisika 73


Teori Ketidakpastian Pengukuran
a. Pengukur (pengamat).
b. Alat ukur sendiri.
c. Faktor lingkungan dan sekitarnya.
d. Benda (obyek) yang ukur.
e. Kondisi pengukur (pengamat).
f. Model teoritis (konsep).
Sumber ralat di atas dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran. Dalam
pengukuran besaran fisika menggunakan alat ukur atau instrumen, hasilnya tidak mungkin
memperoleh nilai yang benar. Namun, selalu mempunyai ketidakpastian yang disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dapat digolongkan menjadi
kesalahan umum, kesalahan acak dan kesalahan sistematis. Beberapa jenis kesalahan pengukuran
yaitu:
a. Kesalahan umum atau keteledoran (grass error). Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh
manusia dalam hal ini sebagai pengukur atau pengamat karena faktor kurang terampil dalam
menggunakan alat ukur yang dipakai. Selama manusia terlibat dalam pengukuran baik langsung
maupun tidak langsung, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari, namun jenis kesalahan ini
tidak mungkin dihilangkan begitu saja secara kesuluruhan dan harus ada usaha untuk mencegah
dan memperbaikinya. Beberapa contoh yang termasuk kesalahan umum antara lain:
1) kekeliruan dalam penaksiran dan pencatatan skala.
2) kekurangan keterampilan menggunakan alat
3) kalibrasi tidak tepat.
4) kesalahan dalam membaca skala.
5) posisi mata saat membaca skala yang tidak benar.
6) kesalahan dalam penyetelan yang tidak tepat.
7) pemakaian dan penguasaan instrumen yang tidak sesuai.
8) kurang tajamnya mata membaca skala yang halus.
9) pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat
10) metode yang salah dan sebagainya.
Kesalahan umum yang fatal dan sering terjadi adalah bagi pemula pengamat/pengukur yang baru
menggunakan instrumen sehingga dalam memakai instrumen tersebut menjadi tidak sesuai dan
bahkan rusak karena faktor penggunaan yang salah total. Pada umumnya instrumen-instrumen
yang menggunakan jarum penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah digunakan
dalam mengukur sebuah rangkaian yang lengkap dan kompleks, sehingga akibatnya besaran
yang diukur akan berubah pula. Kebanyakan instrumen sekarang ini yang masuk dalam

Pengantar Laboratorium Fisika 74


Teori Ketidakpastian Pengukuran
laboratorium sains berbasis teknologi tinggi serta memerlukan keterampilan dan pengetahuan
yang luas. Sebagai contoh penggunaan alat spektroskop pada gambar 4.1.

Gambar 4.1: Penggunaan alat spektroskop

Pengukuran dengan menggunakan alat di atas memerlukan keterampilan yang sangat tinggi,
sebab banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan alat ini antara lain, alat tersebut
peletakannya di tempat yang gelap dalam pengamatan dan harus berada di meja mendatar, cara
membaca skala termasuk noniusnya harus dikuasai, teknik memutar dan menggerakkan teleskop,
meja prisma, okuler dan sebagainya harus diketahui, teknik pemasangan kisi antara celah harus
jelas, fungsi dan bagian-bagian alat perlu dijelaskan dan sebagainya.
b. Kesalahan acak/rambang (random error), yaitu kesalahan yang tidak disengaja dan tidak dapat
dikendalikan atau diatasi semuanya sekaligus dalam pengukuran karena adanya sedikit fluktuasi
gangguan kecil (naik turun) pada kondisi-kondisi pengukuran. Ini merupakan faktor yang dapat
mengubah dalam waktu yang sangat cepat sehingga pengontrolannya di luar kemampuan
pengamat. Selain kesalahan pengamat di atas, kondisi lingkungan yang tidak menentu bisa
menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan disebut kesalahan acak. Yang termasuk kesalahan acak antara lain:
1) terjadinya fluktuasi tegangan listrik, misalnya sumber tegangan dari PLN atau generator AC
dan bahkan aki (baterai), hal ini dapat mengalami fluktuasi akibat perubahan kecil yang tidak
teratur dan berlalu sangat cepat.
2) terjadi bising elektronik (noice), berupa fluktuasi pada tegangan dalam alat yang sangat cepat
karena komponen alat yang bergantung pada suhu.
3) gerak brown molekul udara (N2, O2, CO2 dan lain-lain), gerak ini sifatnya rambang karena
sewaktu-waktu tidak dapat ditentukan dan tidak teratur kapan terjadinya fluktuasi misal pada
kondisi penunjukan jarum pada galvanometer yang sangat halus terganggu akibat tumbukan
molekul udara, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat pengukuran nisbah e/m (perbandingan
muatan dan massa elektron), dan sebagainya.

Pengantar Laboratorium Fisika 75


Teori Ketidakpastian Pengukuran
4) radiasi latar-belakang, misal radiasi gelombang elektromagnetik handphone, sinar X, kamera
digital, radiasi kosmos dari luar angkasa, radiasi gelombag radio, radiasi dari sebuah antena
dan sebagainya. Beberapa radiasi ini dapat menggangu pengukuran dengan menggunakan
alat pencacah karena akan terhitung sewaktu kita mengukurnya.
5) Getaran landasan, misal pada alat pengukur gempa (seismograf). Alat ini sangat peka dan
dapat terganggu apabila landasan telah bergetar.
c. Kesalahan yang disebabkan pada alat ukur sendiri, atau sering disebut kesalahan sistematis
(systematic error). Kesalahan sistematis dapat menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari
hasil sebenarnya dan simpangan tersebut mempunyai arah tertentu. Beberapa contoh kesalahan
sistematis antara lain:
1) kesalahan titik nol, artinya kesalahan yang terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan
titik nol jarum penunjuk, atau jarum penunjuk pada alat ukur tidak kembali tepat pada angka
nol. Bila sudah diatur maksimal tetapi tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya
harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala (lihat
persamaan (3.5) sampai dengan (3.8).
2) adanya penafsiran nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh keterbatasan alat
ukur tersebut.
3) adanya ketidak teraturan obyek ukur menyebabkan kesalahan hasil pengukuran.
4) kesalahan kalibrasi (faktor alat), kesalahan ini terjadi pada saat pembuatan produk dimana
cara memberi nilai skala alat tidak sesuai sehingga berakibat setiap kali alat digunakan. Hal
ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat yang tidak sesuai skalanya dengan alat
standar yang baku.
5) kelelahan alat, dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga tidak akurat lagi
hasilnya dan bahkan tidak berfungsi kembali dengan baik. Contohnya pegas yang mulai
mengendur dan melembek pada percobaan konstanta pegas, jarum penunjuk pada voltmeter
bergesekan dengan garis skala, penggunaan baterai sebagai sumber tegangan pada
multimeter digital yang kalah dan haus, melemahnya pegas yang digunakan pada neraca
pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk dan sebagainya.
6) kondisi saat mengukur dan mengamati atau sering disebut kesalahan karena lingkungan
(environmental errors). Penggunaan alat ukur pada saat keadaan yang berbeda dengan
keadaan pada waktu alat dikalibrasi (misal efek perubahan suhu, kelembaman udara, tekanan
udara luar, ruang yang berbeda, medan elektromagnetik) akan menyebabkan terjadinya
kesalahan. Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan akibat
dari keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen seperti contoh tersebut.

Pengantar Laboratorium Fisika 76


Teori Ketidakpastian Pengukuran
7) kesalahan paralaks (arah pandang), pada saat membaca nilai skala, pengamat berpindah
tempat/tidak tepat melihatnya/obyek yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang
diamati sehingga menyebabkan hasil pengukurannya berbeda dari keadaan awal.

0 1 2

A B C

Gambar 4.2: Posisi A dan C menimbulkan kesalahan paralaks, posisi B yang benar
8) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
9) Waktu respon yang tidak tepat, artinya waktu pengukuran (pengambilan data) tidak
bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang
diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu
beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang
diukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat
kejadian berlangsung.
10) Kondisi yang tidak sesuai,
Dari beberapa sumber kesalahan baik kesalahan dari pengamat, alat ukur maupun kondisi
lingkungan, semuanya harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan dan harus
dicegah. Namun mengelakkanya sama sekali jelas tidak mungkin karena ini diluar kemampuan
manusia yang terbatas. Sehingga kenyataan ini akan berpengaruh bahwa tidak ada hasil pengukuran
yang benar-benar 100%, tidak ada yang pasti dan sempurna, melainkan pasti memiliki sifat
keterbatasan. Inilah alasan kita sebagai pengamat (pengukur), mengapa pengukuran itu selalu
dihinggapi ketidakpastian.

4.3 PENGUKURAN TUNGGAL DAN BERGANDA


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja, apapun
alasannya. Jika mengukur panjang meja dengan sebuah penggaris, mungkin akan mengukurnya satu
kali saja. Pengukuran yang dilakukan ini disebut pengukuran tunggal. Dalam pengukuran tunggal,
pengganti nilai benar (x0) adalah nilai pengukuran itu sendiri. Apabila kalian perhatikan, setiap alat
ukur atau instrumen mempunyai skala yang berdekatan yang disebut skala terkecil. Nilai
ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang
dipakai. Nilai dari ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah setengah dari skala terkecil pada
alat ukur.

Pengantar Laboratorium Fisika 77


Teori Ketidakpastian Pengukuran
Dalam praktikum fisika, terkadang pengukuran besaran tidak cukup jika hanya dilakukan
satu kali. Ada kalanya kita mengukur besaran secara berulang kali (2 atau 3 kali saja) dan
pengulangan yang cukup sering yaitu 10 kali atau lebih . Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
terbaik dari pengukuran tersebut. Dengan demikian, pengukuran berulang adalah pengukuran yang
dilakukan beberapa kali atau berulang-ulang (2 atau 3 kali dan bahkan 10 kali atau lebih dari itu).
Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar adalah nilai rata-rata dari hasil pengukuran. Jika
suatu besaran fisis diukur sebanyak N kali, maka nilai rata-rata dari pengukuran tersebut dihitung.

4.4 KETIDAKPASTIAN MUTLAK DAN PRESISI PENGUKURAN


Presisi pengukuran merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu fisika untuk
mendapatkan hasil kebenaran. Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat
ukur. Hasil pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian, dalam hal ini tidak ada
pengukuran yang mutlak kebenarannya dan tepat. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran
menyebabkan hasil pengukuran tidak bisa dipastikan sempurna. Dengan kata lain, terdapat suatu
ketidakpastian dalam pengukuran. Oleh karena itu kesalahan itu pasti mutlak dalam pengukuran.
Ketidakpastian mutlak (KM) adalah kesalahan terbesar yang mungkin timbul dalam pengukuran.
Dalam melaporkan hasil pengukuran dituliskan sebagai berikut:
Untuk pengukuran tunggal berlaku:
X = (x  x) [X] (4.1a)
Sedangkan pengukuran berganda berlaku:
X = ( x  x) [X] (4.1b)
Keterangan:
X = simbol besaran yang diukur (hasil pelaporan fisika)
(x  x) = hasil pengukuran tunggal dan ketidakpastian mutlak
( x  x) = hasil pengukuran nilai rata (pengukuran berganda) dan ketidakpastian mutlak
[X] = satuan besaran x (dalam satuan SI)
Untuk pengukuran tunggal (yang dilakukan satu kali), maka ketidakpastian mutlak berlaku:
x = ½ dari nilai skala terkecil suatu alat (4.2)
Sedangkan untuk pengukuran berulang (sebanyak tiga kali pengukuran) berlaku dengan cara
menghitung nilai rata-rata dari hasil pengukuran misal x1, x2, dan x3. Secara perhitungan dapat
ditentukan dengan:
δ x1  x1  x (4.3a)

δx2  x2  x (4.3b)

δ x3  x3  x (4.3c)

Pengantar Laboratorium Fisika 78


Teori Ketidakpastian Pengukuran
x1  x 2  x 3
dengan x  , jadi x yang dipilih adalah:
3
x = maks (4.3d)
x = maks berlaku untuk pengukuran sebanyak 3 kali, dan dapat diambil deviasi maksimum.
Deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.
Sedangkan untuk pengukuran sebanyak 10 kali atau lebih, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus standar deviasi (simpangan baku Sx) yaitu:

N  x i2   x i 
2
1
sx  (4.4)
N N 1
N adalah jumlah data pengukuran.
Contoh:
Hasil Pengukuran (HP) Nilai Skala Terkecil (NST) Ketidakpastian Mutlak (KM)
112,00 cm 1 cm 0,5 cm
20,60 cm 0,1 cm 0,05 cm
4,52 cm 0,01 cm 0,005 cm
0,15 cm 0,001 cm 0,0005 cm

Ketidakpastian mutlak sangat berkaitan dengan presisi (ketepatan) pengukuran yaitu


semakin kecil ketidakpastian mutlak, makin tepat pengukuran tersebut. Sebagai contoh:
a. pengukuran waktu dengan alat stopwatch menghasilkan t = (6,50  0,10) s adalah hasil
pengukuran yang ketepatannya lebih tinggi daripada t = (6,5  0,2) s
b. pengukuran tegangan dengan alat voltmeter menghasilkan V = (5,42  0,20) V adalah hasil
pengukuran yang ketepatannya lebih tinggi daripada V= (5,4  0,5) V
x disebut ketidakpastian mutlak pada nilai hasil pengukuran dan dapat digambarkan pada
kualitas alat ukur baik atau tidak yang digunakan. Artinya semakin kecil ketidakpastian mutlak
pengukuran yang dihasilkan maka kualitas alat ukur semakin baik.

4.5 KETIDAKPASTIAN RELATIF DAN AKURASI PENGUKURAN


Untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran digunakan metode lain yaitu dengan
menggunakan ketidakpastian relatif. Ketidakpastian relatif (KR) adalah ketidakpastian mutlak
pengukuran dibandingkan dengan hasil pengukuran dalam persen. Ketidakpastian relatif dihitung
dengan persamaan berikut.
Untuk pengukuran tunggal:
Δx
KR  × 100% (4.5a)
x

Pengantar Laboratorium Fisika 79


Teori Ketidakpastian Pengukuran
Untuk pengukuran berganda:
Δx
KR  × 100% (4.5a)
x
Ketidakpastian relatif berkaitan dengan akurasi (ketelitian) pengukuran artinya semakin
kecil ketidakpastian relatif maka hasil ketelitian pengukuran semakin tinggi. Misalnya, dengan
menggunakan alat ukur termometer untuk mengukur dua suhu yang berbeda. Hasil pengukuran
dilaporkan sebagai T1 = (29,0  0,5) 0C dan T2 = (32,0  0,5) 0C, maka dari dua pengukuran
tersebut yang lebih teliti adalah diperoleh:
Ketidakpastian relatif untuk T1:
0,5
KR  × 100% = 1,72%
29,0
Ketidakpastian relatif untuk T2:
0,5
KR  × 100% = 1,56%
32,0
Oleh karena ketidakpastian relatif pada T2 lebih kecil daripada T1, maka sangat jelas bahwa
pengukuran T2 lebih teliti daripada pengukuran T1. Akan tetapi, jika diperhatikan kedua pengukuran
tersebut ketepatannya sama karena ketidakpastian mutlaknya sama yaitu 0,5 0C.

4.6 TINGKAT KEPERCAYAAN SUATU PENGUKURAN


Tingkat kepercayaan suatu pengukuran adalah selisih antara nilai harga seratus persen
(100%) atau harga ideal dengan hasil ketidakpastian relatif dalam persen, atau dituliskan sebagai
berikut:
Tingkat kepercayaan = 100% - KR (%) (4.6)
Berdasarkan hasil pengukuran dengan termometer di atas, diperoleh tingkat kepercayaan
yaitu:
Tingkat kepercayaan untuk pengukuran T1:
TK = 100% - KR = 100% - 1,72% = 98,28%
Ketidakpastian relatif untuk pengukuran T2:
TK = 100% - KR = 100% - 1,56% = 98,44%
Jadi jelas dari dua hasil tingkat kepercayaan di atas ternyata yang lebih mendekati kebenaran
hasil pengukuran adalah pengukuran pada T2. Artinya semakin tinggi suatu tingkat kepercayaan
maka semakin mendekati hasil kebenaran suatu pengukuran.

4.7 ANGKA BERARTI


Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Angka yang dapat
dilaporkan dalam suatu pengukuran berulang dapat mengikuti aturan berikut:

Pengantar Laboratorium Fisika 80


Teori Ketidakpastian Pengukuran
Δx
Ketidakpastian relatitf dalam % ( ) sekitar 0,1% berlaku atas 4 AB (4.7a)
x
Δx
Ketidakpastian relatitf dalam % ( ) sekitar 1% berlaku atas 3 AB (4.7b)
x
Δx
Ketidakpastian relatitf dalam % ( ) sekitar 10% berlaku atas 2 AB (4.7c)
x
Jumlah ini harus sesuai ketepatannya yang dicapai dalam pengukuran agar pembaca yang
membaca hasil laporan itu tidak keliru pada tingkat ketelitian pengukuran tersebut. Secara
persamaan dituliskan sebagai berikut:
Δx
Angka Berarti (AB) = 1  log (4.8)
x
Contoh:
Ketidakpastian relatif pada pengukuran T0 adalah :
5
KR  × 100% = 12,50%, menggunakan 2 angka berarti.
40,0
Ketidakpastian relatif pada pengukuran T1 adalah :
0,5
KR  x 100% = 1,72%, menggunakan 3 angka berarti.
29,0
Ketidakpastian relatif untuk pengukuran T2:
0,5
KR  x 100% = 0,55%, menggunakan 4 angka berarti.
90,0
4.8 TEORI RAMBAT RALAT (RALAT)
Rambat ralat adalah ralat yang diperoleh dari ralat besaran turunan yang diukur tidak
langsung. Sebab ralat rambat terdiri atas relasi penjumlahan, relasi pengurangan, relasi perkalian,
relasi pembagian dan relasi perpangkatan. Di atas telah dijelaskan tentang bagaimana cara
menentukan dan menuliskan hasil pengukuran langsung baik untuk pengukuran tunggal maupun
untuk pengukuran berulang. Namun demikian, ada sesuatu hasil pengukuran yang diperoleh dengan
melalui suatu perhitungan. Sebagai contoh sebuah benda bepindah sejauh 10,00 meter diukur
dengan mistar, menempuh waktu perpindahan sebesar 5,00 sekon menggunakan stopwatch. Hasil
pengukuran sebagai berikut:
Perpindahan(s) = 10,00 m
Waktu tempuh = 5,00 s
Maka besar kecepatan yang ditempuh adalah:
s 10,00 m
v   2,00 m/s
t 5,00 s

Hasil pengukuran diatas dapat dilaporkan v = [v v]. Untuk menentukan ketidakpastian v, maka
ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan ½ × NST (seperti pengukuran tunggal), karena
Pengantar Laboratorium Fisika 81
Teori Ketidakpastian Pengukuran
pengukuran kecepatan v tidak diukur dengan alat ukur secara langsung melainkan diukur satu
persatu perpindahan dan waktunya. Kecepatan v diperoleh melalui hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus. Sedangkan untuk menghitung v ini (hasil perhitungan) dilakukan dengan
menggunakan teori ralat. Berikut penjelasan perhitungan rambat ralat dengan pengukuran tunggal
dan berulang.
a. Perhitungan rambat ralat dengan pengukuran tunggal
Misal suatu hasil pengukuran secara langsung masing-masing variabel diukur x, y dan z, dengan
x, y, z, ... masing-masing dilakukan pengukuran hanya satu kali saja (pengukuran tunggal),
maka dapat dibentuk menjadi sebuah fungsi yaitu:
A = f (x, y, z, .....) (4.9)
turunannya adalah DA = Df (x, y, z, .....) kemudian dituliskan menjadi:

δA δA δA
ΔA  Δf (x, y, z,...)  Δx  Δy Δ z  ..... (4.10)
δx δy δz

δA δA δA
dengan , , , ..... adalah suatu yang berharga mutlak.
δx δy δz

x, y, z, .... diperoleh dari setengah nilai skala terkecil suatu alat ukur.
Beberapa operasi rambat ralat pada pengukuran tunggal yaitu melalui penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Berikut dapat dijelaskan satu persatu operasi rambatan
ralat pada pengukuran tunggal:
(a) Operasi penjumlahan dan pengurangan.
Misal suatu hasil perhitungan pengukuran A = x  y, dimana x dan y hasil pengukuran
langsung, maka ;
A=xy (4.11)
Setelah diproses maka bentuk rambat ralatnya adalah:

δA δA
A = Δx  Δy
δx δy

δA δA
rambat ralat dari 1 dan 1
δx δy
Sehingga,
A = |1| x + |1| y = x  y (4.12)

Jika persamaan (4.12) dibagi dengan persamaan (4.11) maka diperoleh rambata ralat
bentuk penjumlahan dan pengurangan yaitu:

Pengantar Laboratorium Fisika 82


Teori Ketidakpastian Pengukuran

ΔA Δx Δy
  (4.13)
A x y

(b) Operasi perkalian, pembagian dan perpangkatan


Suatu besaran x dan y merupakan hasil pengukuran yang dilakukan secara langsung, maka
jika kedua variabel ini dihitung melalui rumus pembagian adalah:
x
A  x.y 1 (4.14)
y
Dengan cara yang sama seperti penjumlahan dan pengurangan diatas, bentuk rambat
ralatnya adalah:

δA δA
A = Δx  Δy
δx δy

δA δA
rambat ralat dari  y 1 dan   x  y 2
δx δy
Aturan rambar ralat setelah didiferensialkan adalah:
Δ A  y 1 Δ x  x.y 2 Δ y  y 1Δ x  x.y 2 Δ y (4.15)

Jika persamaan (4.15) dibagi persamaan (4.14), maka diperoleh:

Δ A y 1Δ x x.y 2 Δ y
 
A x.y 1 x.y 1
Atau

ΔA Δx Δy
  (4.16)
A x y

Contoh Soal Perhitungan:


Perhatikan gambar berikut:

x = 10,00 m
Mobil di atas bergerak dengan perpindahan sejauh 10,00 m dalam waktu tempuh 5,20 sekon
dengan masing-masing nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan adalah:
NST mistar = 0,1 cm
NST stopwatch = 0,2 sekon
Tentukan ketidakpastian mutlak pengukuran kecepatan v?
Diketahui = perpindahan s = 10,00 m = 1000,00 cm
waktu tempuh = 5,20 sekon
Pengantar Laboratorium Fisika 83
Teori Ketidakpastian Pengukuran
Kecepatan dihitung dengan rumus:
s 10 m
v   1,923076 m/s
t 5,20 s

= 1,92 m/s (3 angka penting)


Ketidakpastian mutlak kecepatan v, dapat dihitung melalui teori operasi rambat ralat perkalian
dan pembagian, yaitu:
s
v  s.t 1
t

δv δv
Δv  Δs  Δt
δs δt

δv δv
rambat ralat dari  t 1 dan   s.t 2
δs δt

Jadi Δ v  t 1 Δ s  (s.t 2 ) Δ t

1 s
atau Δv  Δs  2 Δt
t t
Dengan menggunakan x = ½× NST (seperti persamaan 4.2 untuk pengukuran tunggal), maka:
s = ½ × 0,1 cm = 0,05 cm
t = ½ × 0,2 sekon = 0,1 sekon
Ketidakpastian mutlak dari kecepatan adalah:

1 1000
Δv  ( 0,05 )  ( 0,1)
5,20 (5,2) 2

Δ v  0,00961538  3,69822485

v = 3,707840232071 (secara perhitungan)


v = 3,708 (3 angka penting)
Jadi, besarnya kecepatan mobil tersebut yang dilaporkan adalah:
v = | v  v | cm/s
v = | 1,920  3,708 | cm/s

b. Perhitungan rambat ralat dengan pengukuran berganda


Dengan variabel yang sama seperti perhitungan rambat ralat dengan pengukuran tunggal, yaitu
variabel x, y, dan z, yang diukur secara berulang kali (minimal tiga kali) maka dapat ditulis
fungsi persamaannnya adalah:
A = f (x, y, z, .....) (4.17)
Bentuk turunannya ditulis:

Pengantar Laboratorium Fisika 84


Teori Ketidakpastian Pengukuran
A =  f (x, y, z, .....)
atau dirumuskan menjadi:
2 2 2
δA δA δA
Δ A  Δ f (x, y, z,....)  Δx  2
Δy 
2
Δz 2  .....
δx δy δz
(4.18)

δA δA δA
dengan , , , ..... merupakan harga mutlak.
δx δy δz

x, y, z, ....dapat ditentukan dengan cara:


(1) Untuk pengukuran sebanyak 3 kali, maka ketidakpastian mutlaknya dapat diambil adalah
harga deviasi maksimum dari rata-rata hasil pengukurannya.
(2) Untuk pengukuran sebanyak 10 kali atau lebih, maka ketidakpastian mutlaknya dapat
diambil dengan menggunakan standar deviasi.
2
 n   n 
n   x i2     x i 
Δx   i 1   i 1 
n(n  1)

Keterangan:
x = ketidakpastian mutlaknya (standar deviasi) besaran x
xi = data pengukuran ke-i
n = banyaknya data yang terukur.
Beberapa operasi rambat ralat pada pengukuran berganda yaitu melalui penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Berikut dapat dijelaskan operasi rambatan ralat pada
pengukuran berganda:
(a) Operasi penjumlahan dan pengurangan
Dua variabel diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur masing-masing x dan y,
maka hasil perhitungan pengukuran jika operasinya dijumlahkan atau dikurangkan adalah:
A=xy (4.19)
Ketidakpastian mutlaknya adalah:
2 2
δA δA
ΔA  Δx  2
Δ y2
δx δy
2 2
δA δA
maka rambat ralat dari 1 dan 1
δx δy
Secara umum, aturan differensial berlaku:
2 2
δA δA
A = Δx  2
Δy 2
δx δy

Pengantar Laboratorium Fisika 85


Teori Ketidakpastian Pengukuran

A = Δx 2  Δy 2 (4.20)

(a) Operasi pembagian


Misalkan x dan y adalah hasil pengukuran langsung tunggal, maka dengan bentuk hasil
perhitungan operasi pembagian adalah:
x
A  x  y 1
y (4.21)
2 2
maka rambat ralat dari δA 1 dan δA
 y  x  y 2
δx δy

Menurut aturan differensial pada persamaan (4.18) berlaku :


2 2
ΔA  y 1 Δ x 2  x.y  2 Δ y2 (4.22)

2
 1 
ΔA   Δ x  x2 Δ x 
 y y 
  (4.23)
Jika persamaan (4.23) dibagi persamaan (4.21), maka diperoleh:
2 2
ΔA Δx Δy
     
A  x   y 

Contoh:
Suatu rangkaian percobaan akan ditentukan nilai hambatan listrik. Dari tiga pengukur
diperoleh data sebagai berikut.
No. Tegangan listrik (V) Kuat Arus listrik (A) Hambatan Listrik (  )
1. 4,50 0,15 30,00
2. 4,45 0,16 27,81
3. 4,50 0,15 30,00

Dengan : NST voltmeter = 0,2 V


NST amperemeter = 0,02 A
Hambatan rangkaian tersebut adalah :
V
Rumus hambatan listrik : R 
I
V1  V2  V3 ( 4,50  4,45  4,50 ) V
Maka : V   = 4,483333 V (perhitungan)
3 3
= 4,48 V (5 angka penting)
I1  I 2  I 3 ( 0,15  0,16  0,15 ) A
I  = 0,153333 A (perhitungan)
3 3
= 0,15 A (2 angka penting)

Pengantar Laboratorium Fisika 86


Teori Ketidakpastian Pengukuran
Jadi,
V 4,48 V
R   29,866666666667 Ω
I 0,15 A
= 29,87  (3 angka penting)
Selanjutnya akan ditentukan nilai R dengan menggunakan teori ralat, namun terlebih
dahulu menentukan nilai V dan I dengan metode deviasi (simpangan baku).
(1) Untuk x adalah :

δ V1  V1  V  4,50  4,48  0,02 V

δ V2  V2  V  4,45  4,48  0.03 V

δ V3  V3  V  4,50  4,48  0,02 V

Jadi V yang dipilih adalah V = maks = 0,03 V


(2) Untuk I adalah :

δ I1  I1  I  0,15  0,15  0

δ I 2  I 2  I  0,16  0,15  0,01 A

δ I 3  I 3  I  0,15  0,15  0

Jadi I yang dipilih adalah I = maks = 0,01 s


2 2
1 V
R  2
V  2 I (cari sendiri !)
I I
2 2
1 120,28 cm
v  2
( 0,3)  ( 0,5 )
22,0 s 484,00

v = 0,014481775 cm/s (perhitungan)


v = 0,01 cm/s (1 angka penting)
Jadi, kecepatan troley yang dilaporkan adalah :
V = | 5,47  ,0,01 | cm/s
Selanjutnya untuk pengukuran di atas 3 kali, penentuan x dilakukan dengan menggunakan
persamaan standar deviasi atau dengan menggunakan kalkulator, dan perambatan ralatnya
serupa dengan contoh di atas.
Selain dari kasus di atas yaitu pengukuran tunggal (ditentukan dari masing-masing NST alat
ukur setiap variabel) dan pengukuran berganda (ditentukan dari standar deviasi setiap
variabel), maka kasus terakhir adalah jika misalkan x ditentukan dari NST (diukur satu kali
saja) dan y ditentukan dari standar deviasi (diukur berulang), maka statistik kedua

Pengantar Laboratorium Fisika 87


Teori Ketidakpastian Pengukuran
ketidakpastian tidak sama sehingga harus disamakan sebelum dipadukan. Dengan membuat
jaminan pada x dari 100% menjadi 68% seperti halnya dengan y. Jadi digunakan xbaru =
2/3 xlama karena 68% = (2/3) x 100%, sehingga:
2 2 2
δA 2  δA
Δ A  SA   Δ x  s 2y
δx 3  δy

1.9 RANGKUMAN (REFLEKSI)


a. Ketidakpastian (ralat) adalah suatu perbedaan antara harga yang terukur dengan harga
sesungguhnya (yang benar) atau selisih harga antara harga terukur dengan nilai rata-rata
sekelompok hasil pengukuran. Ralat terdiri atas empat macam yaitu ralat alat, ralat ukur, ralat
hasil ukur, ralat fraksional.
b. Sumber-sumber ketidakpastian (ralat) terdiri atas pengukur, alat ukur, faktor lingkungan, obyek
ukur, kondisi pengukur, dan konsep.
c. Kesalahan pengukuran ada tiga macam yaitu:
1. kesalahan umum yang disebabkan oleh pengamat.
2. kesalahan sistematis yang disebabkan oleh keadaan alat yang digunakan.
3. kesalahan acak yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
d. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja, apapun alasannya
sedangkan pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan beberapa kali atau
berulang-ulang (2 atau 3 kali dan bahkan 10 kali atau lebih dari itu).
e. Deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.
f. Ketidakpastian mutlak (KM) adalah kesalahan terbesar yang mungkin timbul dalam
pengukuran.
Jika pengukurannya dilakukan satu kali, maka ketidakpastian mutlaknya adalah:
x = ½ dari nilai skala terkecil suatu alat
Jika pengukuran sebanyak tiga kali berlaku dengan cara menghitung nilai rata-rata. Secara
perhitungan dapat ditentukan dengan δ x 1  x 1  x , δ x 2  x 2  x , δ x 3  x 3  x

x1  x 2  x 3
dengan x  , jadi ketidakpastian mutlaknya adalah deviasi maksimum maks.
3
Jika pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali atau lebih maka ketidakpastian mutlaknya adalah
standar deviasi (simpangan baku Sx) yaitu:

N  x i2   x i 
2
1
sx  dengan N adalah jumlah data pengukuran.
N N 1
g. Ketidakpastian relatif adalah perbandingan antara ketidakpastian mutlak pengukuran dengan
hasil pengukuran dalam persen. Ketidakpastian relatif dihitung dengan persamaan berikut:.
Pengantar Laboratorium Fisika 88
Teori Ketidakpastian Pengukuran
Δx
untuk pengukuran tunggal: KR  x 100%
x
Δx
untuk pengukuran berganda: KR  x 100%
x
h. Tingkat kepercayaan pengukuran adalah selisih antara nilai harga seratus persen (100%) atau
harga ideal dengan hasil ketidakpastian relatif dalam persen.
Tingkat kepercayaan = 100% - KR (%)
i. Angka Berarti (AB) dapat ditentukan dengan melihat persentase ketidakpastian relatifnya, atau
Δx
dapat dihitung dengan persamaan AB= 1  log
x
j. Ralat rambat adalah ketidakpastian yang diperoleh dari ralat besaran turunan yang diukur tidak
langsung atau sering disebut perhitungan teori ketidakpastian. Rambat ralat yang berlaku
adalah:
Jika pengukuran tunggal (ditentukan oleh NST alat):

δA δA δA
ΔA  Δf (x, y, z,...)  Δx  Δy Δ z  .....
δx δy δz

dengan  x ,  y ,  z ditentukan dari NST alat masing-masing.


Jika pengukuran berganda (ditentukan oleh standar deviasi):
2 2
δA δA
A = Δx 
2
Δy 2 jika Δ x dan Δ y ditentukan oleh standar deviasi.
δx δy

Jika x ditentukan dari NST (diukur satu kali saja) dan y ditentukan dari standar deviasi
(diukur berulang), berlaku:
2 2 2
δA 2  δA
Δ A  SA   Δ x  s 2y
δx 3  δy

EVALUASI (TUGAS)
1. Jelaskan pengertian:
a. Ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif
b. Angka penting dan angka berarti
c. Deviasi dan nilai rata-rata
d. Pengukuran tunggal dan berganda
2. Jelaskan mengapa dikatakan pengukuran itu selalu dihinggapi ketidakpastian?
3. Hasil pengukuran tinggi Si A adalah 157,15 cm. Tentukan:
a. Kesalahan mutlak pengukuran.

Pengantar Laboratorium Fisika 89


Teori Ketidakpastian Pengukuran
b. Kesalahan relatif pengukuran.
c. Tingkat kepercayaan pengukuran
d. Angka berarti dan pelaporan fisika yang dihasilkan (lengkapi dengan angka penting)
4. Hasil pengukuran massa sebuah benda adalah 250,000 gram. Tentukan:
a. Kesalahan mutlak pengukuran.
b. Kesalahan relatif pengukuran.
c. Tingkat kepercayaan pengukuran
d. Angka berarti dan pelaporan fisika yang dihasilkan (lengkapi dengan angka penting)
e. Rentang hasil pengukuran
5. Seorang mahasiswa mengukur lebar meja dengan menggunakan mistar yang mempunyai skala
terkecil 0,1 cm. Tentukan nilai ketidakpastian pengukuran yang dilakukan oleh mahasiswa
tersebut? Laporkan hasil pengukurannya jika lebar meja 40,2 cm?
6. Seorang pengukur melakukan pengukuran tegangan listrik arus searah sebanyak 10 kali. Data-
data yang diperoleh sebagai berikut: 6,90 V; 6,50 V; 6,60 V; 6,80 V; 6,40 V; 6,50 V; 6,70 V;
6,80 V; 6,60 V dan 6,40 V. Bagaimana melaporkan hasil pengukuran dan ketidakpastiannya,
tentukan angka penting yang berlaku?
7. Andi mengukur massa sebuah buku sebanyak 10 kali. Hasil pengukuran adalah 23,500 g;
23,500 g; 23,600 g; 23,700 g; 23,500 g; 23,400 g; 23,600 g; 23,200 g; 23,800 g; 23,900 g.
Tentukan ketidakpastian pengukuran dan laporkan hasil pengukuran massa buku tersebut?.
8. Percobaan bandul matematis dapat digunakan untuk mencari nilai percepatan gravitasi. melalui
rumus periode bandul sederhana yaitu:
l
T  2π
g
dengan T dalam sekon diukur dengan stopwatch, dan l dalam meter diukur dengan mistar.
Banyaknya ayunan 10 kali ayunan dan simpangan bandul 10,00 cm serta massa bandul 50,000
gram.
a. Hitung percepatan gravitasi rata-rata g !
b. Tentukan ketidakpastian percepatan gravitasi g !
c. Tentukan ketidakpastian relatif pengukuran!
d. Tentukan tingkat kepercayaan dan angka berartinya!
e. Tentukan pelaporan fisikanya!
f. Tentukan rentang pengukurannya!
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut (lihat tabel berikut).

Pengantar Laboratorium Fisika 90


Teori Ketidakpastian Pengukuran
No Panjang tali (cm) Waktu ayunan (s)
1 55,00 20,10
2 60,00 22,10
3 65,00 24,00
4 70,00 26,10
5 75,00 28,00
6 80,00 30,08
7 85,00 32,10
8 90,00 33,80
9 95,00 40,00
10 100,00 42,10

9. Sebuah pengukuran berulang dilakukan sebagai berikut:


No Tegangan listrik (V) Kuat Arus (A)
1 4,50 0,02
2 5,50 0,04
3 6,80 0,07
4 7,60 0,10
5 8,50 0,12

Berapa nilai ketidakpastian pengukuran hambatan R, kesalahan relatif, tingkat kepercayaan dan
angka berarti? Laporkan hasil pengukuran dan rentang pengukurannya?
10. Dilaporkan hasil pengukuran jarak fokus lensa. Untuk jarak benda s = (20,00  0,01) cm dan
jarak bayangan s’ = (25,00  0,01) cm, jika persamaan jarak fokus lensa berlaku:
1 1 1
 
f s s'
tentukan f  Δf ?
11. Suatu pengukuran dilakukan dengan data-data sebagai berikut:
No Diameter kawat (mm)
1 20,00
2 20,10
3 20,10
4 20,00
5 20,20
Berapa nilai ketidakpastian pada pengukuran penampangnya, kesalahan relatif, tingkat
kepercayaan dan angka berarti? Laporkan hasil pengukuran dan rentang pengukurannya?
Pengantar Laboratorium Fisika 91
Teori Ketidakpastian Pengukuran
12. Sebuah kawat panjangnya 100 cm, dengan dialiri arus listrik 0,05 A dan tegangan listrik 3 V.
Tentukan hambatan jenis kawat tersebut jika jari-jari kawat 0,02 cm.
Alat ukur panjang kawat adalah mistral ketelitian 0,1 cm
Alat ukur kuat arus listrik adalah amperemeter ketelitian 2 mA
Alat ukur tegangan listrik adalah voltmeter ketelitian 0,02 V
Alat ukur jari-jari kawat adalah micrometer sekrup ketelitian 0,01 mm
13. Dua buah resistor disusun secara paralel dan menghasilkan pengukuran masing-masing adalah:
R1 = (50,0  5%)
R2 = (100,0  5%)
Dengan menggunakan rumus hambatan total paralel maka tentukan tentukan R  ΔR ?
1 1 1
 
R TOT R1 R 2

************************************************
Selamat Bekerja
************************************************

Pengantar Laboratorium Fisika 92

Anda mungkin juga menyukai