Anda di halaman 1dari 87

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. MENULIS KREATIF SASTRA

SKOR NILAI

OLEH

NAMA MAHASISWA : Imtisalun Auliyah (2203311029)

Jihan Aufa Nadira (2203111009)

MATA KULIAH : MENULIS KREATIF SASTRA

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. ROSMAWATY, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan cinta kasihnya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Menulis Kreatif Sastra ini yang berjudul “Critical Book Report”. Kami sebagai penulis sangat berterima kasih kepada Ibu Dosen ROSMAWATY
HARAHAP sebagai dosen yang bersangkutan dalam penyelesaian tugas ini dan sebagai dosen yang sudah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga tugas
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyelesaian tugas ini oleh karena ini kami sebagai penulis dan
yang paling bersangkutan meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Dan kami juga sangat berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat kami jadikan sebagai motivasi dan tambahan pengetahuan bagi diri kami sendiri maupun bagi orang banyak.

Akhir kata dari kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga hasil kerja kami ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawsan
dan pengetahuan bagi orang lain terutama bagi pembaca.

Medan, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……………………………………………………………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review ……………………………………………………………………………………………………4


B. Tujuan Critical Book Review ……………………………………………………………………………………………………………………….4
C. Manfaat Critical Book Review ……………………………………………………………………………………………………………………...4
D. Identitas Buku ……………………………………………………………………………………………………………………………………….5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU …………………………………………………………………………………………………………………………6

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan dan Kekurangan Buku …………………………………………………………………………………………………………………...82

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………………………………….83
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………………………………………...83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………………………………………...84


BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang perencanaan, oleh karena itu, penulis membuat critical book review ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang matakuliah Menulis Kreatif Sastra.

B. Tujuan Critical Book Review


1. Menambah pemahaman mahasiswa mengenai Menulis Kreatif Sastra
2. Untuk mengulas isi dan materi yang terdapat dari sebuah buku.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
4. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap bab dari sebuah buku.
5. Meningkatkan kemampuan mengritisi buku tentang ilmu Menulis Kreatif Sastra

C. Manfaat Critical Book Review

Selain untuk mememenuhi tugas mata kuliah Menulis Kreatif Sastra, manfaat yang dapat diambil dari critical book review ini adalah diperolehnya
informasi-informasi yang tersedia serta memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai sistematika pembuatan critical book review dan mahasiswa akan
mudah menentukan pilihan terhadap sebuah buku yang akan menjadi bahan bacaan dan rujukan dalam penyusunan tugas sesuai dengan kebutuhannya serta untuk
dapat menambah wawasan tidak hanya dari satu sumber tapi biasa dari berbagai sumber buku yang dapat di pahami dan serta di terapkan.
D. Identitas Buku

Buku Utama

1. Judul : Mengenal Proses Kreatif Sastrawan Indonesia


2. Pengarang : Muakibatul Hasanah dan Wahyudi Siswanto
3. Penerbit : Cakrawala Indonesia
4. ISBN : 978-602-8704-36-3
5. Kota Terbit : Malang
6. Jumlah Bab : 4 Bab

Buku Pembanding

1. Judul : Menulis Kreatif Panduan Belajar Menulis


2. Pengarang : Dr. Suhariyadi, M.Pd.
3. Penerbit : Sanggar Sastra Unirow
4. Tahun Terbit : 2011
5. Kota Terbit : Tuban
6. ISBN :-
7. Jumlah Bab : 5 Bab
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU 1 BUKU 2 BUKU 1 BUKU 2 BUKU 1 BUKU 2


KELEBIHAN KELEMAHAN KELEBIHAN KELEMAHAN KESIMPULA KESIMPULA
N N
BAB 1 BAB I Menggunakan Menggunakan Pada Pada Penulisan Kata kreatif Istilah
SIASAT SASTRA
A. Kreatifitas, Proses, bahasa yang bahasa yang paragraph Bahasa yang berasal dari imajinasi
(Pijakan Mencipta Karya
Kreatif, Dan Manusia Sastra) baku, dapat berbelit – belit, pertama digunakan tidak creatio , creati mengandung
Paragraf 1
Kreatif Berpikir Kreatif menyampaikan tidak terdapat baku. on , atau kreasi pengertian
alam jagad kesusasteraan
Dan Kreativitas pengertian menjelaskan kalimat dan yang berarti perenungan,
dikenal istilah: imajinasi, fiksi,
A. Berpikir Kreatif Dan cabang secara rinci kata yang ciptaan. Berpik penghayatan,
dan ekspresi. Ketiga istilah
Kreativitas ilmu sastra mengenai Singkat, padat, ir kreatif pemikiran, dan
tersebut menyarankan proses
secara baik bagaimana dan jelas menurut perasaan. Di
Paragraf 1 kesadaran manusia dalam
lingkungan fisik Ardhana dan dalam
penciptaan karya sastra. Istilah
Kata kreatif berasal dari dan sosial Ardianto imajinasi
imajinasi mengandung
creatio , creation , atau tersebut adalah berpikir itulah,
pengertian perenungan,
kreasi yang berarti ciptaan. dengan cara seseorang
Berpikir kreatif menurut penghayatan, pemikiran, dan menganalisis mengembara
Ardhana dan Ardianto perasaan. Di dalam imajinasi stimuli yang ke ruang
adalah berpikir dengan itulah, seseorang mengembara diindera, mena kesadaran. Ia
cara menganalisis stimuli ke ruang kesadaran. Ia rik mengarungi
yang diindera, menarik mengarungi samudra yang luas simpulan, kem samudra yang
simpulan, kemudian tak bertepi dalam jiwanya. udian luas tak bertepi
melakukan tindakan – Dalam pengembaraan itu akan melakukan dalam jiwanya.
Tindakan tertentu ia jumpai kenangan, ingatan, tindakan -
berdasarkan analisis pengalaman, kilatan gambar- tindakan
tersebut sehingga gambar, yang pernah masuk ke tertentu
dihasilkan sesuatu yang dalam alam sadar dan bawah berdasarkan
baru sadarnya. analisis
tersebut
sehingga
dihasilkan
sesuatu yang
baru. Akan
tetapi, perkem
bangan potensi
tersebut
menjadi
kompetensi
kreatif
dipengaruhi
oleh dua
faktor:
lingkungan
dan
kebiasaan. Pen
ggunaan cara
berpikir yang
berbeda akan
menghasilkan
produk kreatif
yang berbeda
pula.Aktivitas
berpikir kreatif
yang intens
dan terus-
menerus dapat
menciptakan
kreativitas
pada diri
seseorang, seb
aliknya untuk
bisa kreatif
seseorang
perlu memiliki
kreativitas. A. 
Bastari Asnin
adalah satu
dari sedikit
sastrawan yang
mempunyai
kemampuan
menulis setting
dengan rinci
dan
detail, karya
cerpennya
digarap dengan
penggambaran
setting dan
tokoh lokal
yang sangat
spesifik.
Paragraf 2 Memberikan Penjelasan pada paragraf tidak disebutkan
Paragraf 2
Sedangkan istilah fiksi penjelasan tentang cara ini dijelaskan siapa nama ahli
Kebiasaan merupakan mengandung pengertian tentang berpikir linier bahwa fiksi nya.
tingkah laku yang rekaan, khayalan, sesuatu yang bagaimana dan bersistem bertolak
dilakukan secara berulang- tidak ada dan terjadi sungguh- cara berpikir itu tidak disertai belakang
ulang dan terus-menerus sungguh sehingga tak perlu linier dan dengan contoh dengan realitas
karena sesuatu hal yang dicari kebenarannya dalam bersistem atau faktual.
direspon. Seseorang yang realitas. Ia berisi peristiwa, Imajinasi dan
tinggal dalam lingkungan tokoh, dan tempat, yang fiksi
yang kondusif untuk kemudian ditampung dalam merupakan
berpikir kreatif akan bahasa naratif dan disebut rangkaian tak
terbiasa berpikir kreatif. dengan sastra (wacana naratif). terpisahkan.
Itulah mengapa istilah fiksi Dengan hal itu
bertolak belakang dengan memudahkan
realitas atau faktual. Kedua pembaca untuk
istilah itu, imajinasi dan fiksi, memahami
merupakan rangkaian tak lebih lagi.
terpisahkan. Pengalaman
pengembaraan imajinasi
seseorang akan memunculkan
fiksi yang terwadahi dengan
bahasa dan disebut karya
sastra. Beberapa ahli sastra
menyebutnya dengan cerita
rekaan atau prosa fiksi.

Paragraf 3 Paragraf 3 Memberikan Beberapa kata dijelaskan tidak dijelaskan


Aktivitas berpikir kreatif Sedangkan istilah ekspresi beberapa diulang pada pengertian gaya apa yang
yang intens dan terus- mengandung pengertian cara uraian tentang kalimat eksperesi, membuat
menerus dapat mengungkapkan apa yang aktivitas selanjutnya memudahkan seseorang untuk
menciptakan kreativitas diimajinasikan seseorang berpikir kreatif pembaca untuk mengungkapkan
pada diri seseorang, dengan sarana bahasa. Setiap dapat memahami apa yang
sebaliknya untuk bisa orang memiliki ekspresi yang menciptakan dari apa itu diekspresikanny
kreatif seseorang perlu berbeda-beda. Setiap kreator kreativitas istilah
memiliki kreativitas. memiliki gaya masing-masing. eksperesi.
Kreativitas dalam bidang Ia bersifat individual. Karena
bahasa mengacu pada bahasa menjadi medianya,
kemampuan memproduksi maka ekspresi seseorang akan
dan memahami kalimat- tampak pada penggunaan kata,
kalimat yang belum frase, kalimat, paragraf, dan
pernah didengar dari wacana. Bahasa fiksi dengan
sumber-sumber Bahasa demikian merupakan hasil dari
pengolahan secara kreatif,
imajinatif, dan fiktif.
B. Sastrawan Adalah Paragraf 4 Pada paragraf Tidak disertai dijelaskan tidak dijelaskan
Manusia Kreatif Dalam ekspresi ada ini penjelasan contoh dari dengan rinci model, skema
penyikapan terhadap obyek sudah baik , karya sastrawan siasat sastra, dan fokalisasi
Paragraf 1
yang diungkapkan dalam karya dengan tersebut sehingga tidak dalam siasat
Karena perubahan potensi sastra. Penyikapan itu menggunakan membingungk sastra.
berpikir kreatif menjadi dipengaruhi banyak hal, antara bahasa yang an pembaca
kompetensi kreatif lain: tingkat penghayatan, mudah dicerna dalam paragraf
dipengaruhi oleh pemikiran, kemampuan, ini.
lingkungan dan ideologi, kebiasaan,
kebiasaan, maka tidak lingkungan, pengalaman, dan
semua orang berkembang sebagainya. Di samping itu,
menjadi manusia dalam ekspresi terdapat juga
kreatif. Sebagian orang teknik tentang bagaimana
menjadi sangat kreatif menyusun obyek yang
tetapi sebagian yang lain diungkapkan melalui unsur-
menjadi tidak kreatif. unsur wacana sastra yang
diciptakan. Dalam pengetahuan
wacana disebut dengan strategi
pewacanaan. Strategi
pewacanaan merupakan model,
skema, dan fokalisasi yang
digunakan seseorang dalam
menciptakan karya sastra.
C. Proses Kreatif Dan Paragraf 5 Pada paragraf Pada paragraf menjelaskan hal tak lazim
Menulis Kreatif Adanya sikap kreatif dan ini mmengenai ini penjelasan tentang dalam realitas
estetis-imajinatif itulah, apa proses kreatif kurang rinci munculnya itu tidak
Paragraf 1
yang tidak mungkin dalam sudah baik mengenai proses kecendrungan dimengerti
Secara umum proses yang realitas, menjadi mungkin dijelaskan , kreatif psikologi pembaca.
dilalui penulis bisa dalam karya sastra. Apa yang menggunakan pembaca
dikelompokkan atas (1) tidak lumrah dalam realitas, bahasa yang ketika
pra menulis (2) penulisan, menjadi lumrah dalam karya tidak berbelit – membaca
(3) penulisan kembali dan sastra. Apa yang tidak logis belit karya sastra.
(4) publikasi. Tahapan dalam realitas, menjadi logis
menulis yang lebih rinci dalam karya sastra. Begitu
dikemukakan Tompkins sebaliknya. Tak pelak lagi
atau Donald Graves yaitu adanya kecenderungan
pra menulis, penulisan munculnya shok psikologis
draf, revisi, bagi pembacanya ketika
penyempurnaan, dan membaca karya sastra. Apa
publikasi. yang sudah biasa dialami
dalam realitas, menjadi sesuatu
yang tidak biasa dalam karya
sastra. Bisa saja hal itu tidak
lazim dalam realitas dan tidak
disadari pembacanya.

Paragraf 2 Paragraf 6 Pada paragraf Pada paragraf Singkat, padat, Penulisan


Dalam dunia sastra, Pilihan kata, penciptaan ini sudah baik ini tidak dan jelas Bahasa yang
kegiatan menulis kreatif simbol, imaji, gaya bahasa, dan bahasa memiliki tidak baku
dapat dikelompokkan bangunan kalimat, penciptaan yang kekurangan
dalam dua jenis, yakni dan penyimpangan makna, digunakan juga karena
menulis karya/cipta sastra bangunan bunyi, struktur cerita sudah baik. penjelasannya
dan menulis karya (wacana), merupakan wilayah sudah baik
apresiatif-kritik sastra. yang sangat diperhatikan oleh
Jenis kedua berbentuk pengarang. Ia tidak sekedar
menulis esai atau kritik memperlakukan semua itu
sastra, dan menulis resensi dalam konteks kebahasaan,
atas novel, buku kumpulan tetapi ia olah dan manfaatkan
puisi, atau pertunjukan untuk tidak saja menampung
drama. Dalam kategori makna tetapi juga perasaan.
pertama, menulis kreatif Bahasa dalam karya sastra
sastra lebih menonjol tidak saja mewadahi sebuah
unsur penciptaannya pengertian sebagaimana dalam
karena kegiatan menulis sistem yang mengaturnya,
difokuskan pada produk tetapi juga mampu mewadai
kreatif-imajinatif. apa yang ada dalam gejolak
jiwa pengarangnya.

D. Dorongan Menulis Paragraf 7 Pada paragraf Bahasanya Penggunaan Tidak disertakan


Kreatif Sastrawan Begitu pentingnya siasat sastra ini berbelit – belit Bahasa yang strategi supaya
dalam penciptaan karya sastra, memberikan simple yang pembaca biasa
Paragraf 1
menjadikan ia sebagai wilayah uraian tentang membuat menulis
Menurut Koentjaraningrat kajian yang tak mungkin 7 macam pembaca lebih
ada tujuh macam dorongan dilepaskan dari semua kajian doorngan mudah
naluri, yakni dorongan dengan pendekatan dan teori naluri beserta memahami
untuk mempertahankan apa saja. Psikologi sastra, contohnya
hidup, alasan seksual, sosiologi sastra, filsafat sastra, diambil dari
untuk mencari makan, strukturalisme, kisah
untuk bergaul atau postrukturalisme, stilistika, sastrawan
berinteraksi dengan hingga studi budaya sastra,
sesama manusia, untuk mesti bersentuhan dengan
meniru tingkah laku persoalan siasat sastra itu. Oleh
sesamanya, dorongan karena itu, kehadirannya tidak
untuk berbakti, dan cinta perlu berdiri sendiri sebagai
akan keindahan. Dilihat sebuah pendekatan atau teori
dari ini, maka karya sastra sastra. Siasat sastra sebatas
bagi sastrawan juga sebagai wacana pemikiran
berfungsi untuk memenuhi tentang prinsip-prinsip dasar
dorongan-dorongan penciptaan karya sastra.
tersebut dengan berbagai
tingkatannya.
Paragraf 2 Paragraf 8 Pada paragraf Pada paragraf Penggunaan Penulis tidak
Karya sastra dimanfaatkan Karya sastra berjudul Kapai- ini penjelasan ini bahasa yang Bahasa yang menemukan
oleh sastrawan sebagai Kapai di atas merupakan salah sudah baik dan digunakan simple yang kelemahan
ungkapan keindahan- satu contoh bagaimana konflik disertai contoh terlalu berbelit membuat dalam paragraf
menghibur dalam arti yang yang menarik bersumber dari juga belit sehingga pembaca lebih ini
luas. Yang paling problema hidup yang kompleks sulit untuk mudah
remeh, dengan dan besar yang dialami oleh ditarik memahami
berkarya, sastrawan dapat tokoh yang diceritakan. kesimpulannya.
mempermainkan bunyi Himpitan dan tantangan
dan kata.  Sastrawan menekan psikologis tokoh,
merasakan adanya berasal dari berbagai sudut.
kepuasan tersendiri. Konflik-konflik psikologis
pada akhirnya muncul
menggerakkan alur menuju
kepada konflik yang besar dan
berujung pada keadaan yang
tragis. Cerita semacam itu
memiliki kekuatan yang luar
biasa yang mampu menarik
perhatian pembacanya. Jelas
pengarang membutuhkan
penghayatan, pemikiran, dan
keyakinan yang bersumber dari
dirinya sendiri, masyarakat,
dan referensi lainnya.

Paragraf 3 BAB II Pada paragraf Paragraf ini Penggunaan Tidak terdapat Pembicaraan
Masih banyak MANUSIA HERO ini tidak memiliki Bahasa yang kekurangan tentang
penggolongan lainnya (Obyek Penciptaan Karya memberikan kekurangan sederhana pada paragraph hubungan
dorongan yang Sastra) uraian tentang karena bahasa ini sastra dan
menyebabkan seseorang Paragraf 1 dorongan yang digunakan masyarakat
menjadi seorang Heroisme manusia dalam seseorang sudah baik dan tidak mungkin
sastrawan. Ia merasa ada sastra bukannya tanpa intrik. menjadi cukup mudah menafikan
sesuatu dalam dirinya Ada sumber yang melahirkan sastrawan dimengerti dan pengarangnya.
yang memaksanya untuk persoalan yang dihadapi pejelasannya Justru dalam
menulis . Sejak kecil manusia. Sumber persoalan itu pun sudah cukup konteks
Pertanyaannya bukan dapat bersal dari dirinya baik pembicaraan
hanya pertanyaan yang sendiri, karena manusia itu, eksistensi
bersifat ilmu pengetahuan memiliki nafsu, ambisi, pengarang
saja, tetapi pada keinginan, harapan, cita-cita, semakin
pertanyaan yang sifatnya kebutuhan, dan sebagainya. penting. Di
lebih hakiki.  Sumber persoalan dapat juga satu pihak
berasal dari orang lain, karena pengarang
faktor yang sama. Sumber merupakan
persoalan tersebut juga bisa penghasil
berasal dari sebuah karya sastra.
kolektivitas, yaitu masyarakat Kualitas karya
dan sistem sosiokulturalnya. sastra
ditentukan oleh
proses
pergulatan
kesadaran yang
utuh dari
pengarangnya.
Di lain pihak,
pengaruh
masyarakat
terhadap karya
sastra melalui
proses
internalisasi
dan asimilasi
dalam diri
sastrawan.
Sangat tidak
masuk akal
jika
pembicaraan
tentang
hubungan
sastra dan
masyarakat
tidak berangkat
dari
pengarangnya.
BAB 2 : Paragraf 2 Penjelasannya Bahasanya agak Pengertian Terdapat kata Salah satu
BEKAL BERPROSES
Pembicaraan tentang hubungan cukup baik sulit dicerna suatu istilah yang rancu sastrawan yang
KREATIF SASTRA
A.Imajinasi Dan sastra dan masyarakat tidak dijelaskan sehingga susah mensyaratkan
Kepekaan mungkin menafikan secara di mengerti. bekal imajinasi
Paragraf 1 pengarangnya. Justru dalam terperinci adalah Budi
Salah satu sastrawan yang
konteks pembicaraan itu, Darma. Imajin
mensyaratkan bekal
eksistensi pengarang semakin asi adalah
imajinasi adalah Budi
penting. Di satu pihak salah satu
Darma. Imajinasi adalah
pengarang merupakan modal
salah satu modal
penghasil karya sastra. Kualitas kepengarangan
kepengarangan Budi
karya sastra ditentukan oleh Budi
Darma. Tanpa imajinasi,
proses pergulatan kesadaran Darma. Tanpa
mungkin ia akan menjadi
yang utuh dari pengarangnya. imajinasi, mun
orang biasa. Bahkan, Di lain pihak, pengaruh gkin ia akan
imajinasinya sering masyarakat terhadap karya menjadi orang
menyiksa, menakutkan, sastra melalui proses biasa. Dia ikuti
dan nampak mengada-ada internalisasi dan asimilasi terus pesawat
tetapi memang ada dalam diri sastrawan. Sangat terbang
(Darma, 1982:125). tidak masuk akal jika itu, sampai
pembicaraan tentang hubungan akhirnya
sastra dan masyarakat tidak hilang, mungki
berangkat dari pengarangnya. n menabrak
sebuah gunung
yang sangat
jauh dari
pandangannya 
. Akan
tetapi, sebagai
sastrawan yang
dikaruniai
imajinasi yang
menakutkan, B
udi Darma
tidak bisa
menulis
mengenai
kehidupan
yang
manis. Soeman
to
menyebutkan
bahwa
kepenyairan
Sapardi
menempatkan
kata sebagai
taruhan
utama. Dengan
insting dan
persepsi ini dia
tidak hanya
melihat
bayang-bayang
hidup yang
tercermin
dalam tindakan
manusia, akan
tetapi hakikat
hidup
sendiri. Ia
dapat melihat
segala sesuatu
yang
menggerakkan
manusia dan
segala sesuatu
yang
berkelebat di
sekitar takdir
manusia . Dar
manto Jatman
sangat tertarik
dengan studi
teologi, karena
ia ingin
memahami
hidup, dan
kelak hal
tersebut sangat
mempengaruhi
sajak-sajaknya.
Paragraf 2 Paragraf 3 Penjelasannya Bahasaanya Bahasa buku Efek jarak
Bekal utama Sapardi
Berbeda pula dengan manusia disertai dengan berbelit belit yang direview (spasi)
Djoko Damono menulis
hero ciptaan Pramudya Ananta pendapat para menggunakan menunjukkan
adalah kepiawaiannya
Toer dalam novel Arok Dedes. ahli kata kata yang bahwa jarak
memainkan kata.
Arok adalah manusia hero sangat jelas antara kata
Soemanto (2005:192) yang ambisius, licik, dan sehingga dengan kata
menyebutkan bahwa pintar. Ia tahu apa yang mesti pembaca tidak tersusun
kepenyairan Sapardi dilakukan ketika kekuasaan mudah rapi
menempatkan kata sebagai tidak berpihak pada kelas mengerti isi
taruhan utama. Kata itu, bawah. Ia meleburkan diri buku
hadir dalam karya sebagai dalam kekuasaan untuk
pembawa pesan atau memperoleh kekuasaan. Arok
pentunjuk (signifier, tidak ingin terjebak pada
secara semiotik). Setelah regimitasi yang dibangun
itu, barulah makna dan kekuasaan.
menjadi suatu ungkapan.
B. INSTING, OTAK, Paragraf 4 Obyek ilmu Bahasa yang Materi yang Tidak disertakan
DAN PERSEPSI Arok hanyalah manusia rekaan sastra dalam digunakan terkandung contoh dalam
Paragraf 1 yang hero. Ia tak pernah ada paragraf terlalu berbelit- didalamnya menciptakan
Sebagai sastrawan Budi
dalam realitas. Meskipun Arok diberikan belit tersusun secara puisi tersebut
Darma harus mempunyai
yang lain benar-benar ada penjelaan yang sistematis
otak di samping insting
dalam sejarah, tapi Arok dalam baik disertai
dan persepsi
Pramudya adalah manusia dengan kutipan
kepengarangan. Dengan
fiksional. Keduanya berbeda. para ahli
insting dan persepsi ini dia
Tak nyata dan nyata; fiksional
tidak hanya melihat
dan realitas. Kalau Arok
bayang-bayang hidup yang
fiksional begitu nyata dan
tercermin dalam tindakan
pintar, karena manusia hero
manusia, akan tetapi
yang satu ini diciptakan dengan
hakikat hidup sendiri. Ia
berlandaskan pada
dapat melihat segala intelektualitas seorang
sesuatu yang Pramudya Ananta Toer.
menggerakkan manusia Dengan begitu, manusia hero
dan segala sesuatu yang Arok tak bisa dipahami hanya
berkelebat di sekitar takdir sebagai manusia biasa yang
manusia (Darma, 1984: 2- penuh ambius dan nafsu
3). Darmanto Jatman kekuasaan.
sangat tertarik dengan
studi teologi, karena ia
ingin memahami hidup,
dan kelak hal tersebut
sangat mempengaruhi
sajak-sajaknya.
C. KEJUJURAN Paragraf 5 Memberikan Bahasanya sulit Materi disusun Terdapat kata
DALAM Itulah realitas fiksi manusia penjelasan dimengerti secara yang rancu
MENULIS
hero sebagai obyek yang uraian yang sistematis
Paragraf 1 diungkapkan pengarang dalam baik.
Dengan demikian, apa
karya sastranya. Persoalan ini
yang tertulis nanti
semakin penting dipahami di
langsung maupun tidak
dalam konteks penciptaan
langsung akan merupakan
karya sastra. Oleh karena
cermin
itulah, penulis pemula perlu
keterusterangannya. Kalau
memahami persoalan itu. Acap
dia berhasil, maka
kali karya sastra yang beredar
pembaca akan merasa
di pasaran tidak memberikan
ditelanjangi oleh pencerahan apa-apa, selain
keterusterangan ini. Dia menghibur. Itu terjadi lantaran
akan menyaksikan penulisnya kurang memiliki
berkelebatnya sekian pretensi untuk menghadirkan
banyak orang-orang aneh, manusia hero bagi
yang tidak lain adalah pembacanya. Karya sastra
pantulan keanehan semacam itu akan dinilai
pembaca sendiri. pembacanya sebagai karya
Kebahagiaan dalam sastra penglipur lara.
berterus terang inilah yang
tidak akan Budi Darma
peroleh andaikata ia bukan
sastrawan. Akan tetapi
justru kebahagiaan ini
pulalah yang
menyebabkan dia
menderita
D.INTUISI, BAKAT, BAB III Obyek ilmu Tidak ada Kata yang Pada kalimat ini Problema
DAN KERJA KERAS KONFLIK (Titik
sastra dalam karena sudah tersusun sudah Tidak ada hidup yang
Kemenarikan Karya Sastra)
Paragraf 1 paragraf dijelaskan secara runtut disertakan besar memiliki
Tanpa intuisi yang Paragraf 1
diberikan dengan baik sehingga contoh pengertian, ia
tajam, sastrawan akan Ada beberapa syarat yang
penjelaan yang mudah untuk menyangkut
terjebak oleh pekerjaan harus dipenuhi untuk menuju
baik disertai dipahami. suatu
teknis. Sastrawan yang ke suatu konflik yang menarik,
dengan kutipan perjuangan
demikian kurang kompleks, dan penuh
menguasai «grand para ahli yang tidak
design» kehidupan . Budi ketegangan psikologis, baik hanya
Darma yakin, banyak yang berlangsung dalam cerita bertujuan
penulis Indonesia yang maupun dalam diri pembaca. untuk dirinya
belum bekerja keras.
Jika kembali kepada sendiri, tetapi
Pemusatan pikiran dan
pembicaraan terdahulu, juga orang
hasrat mereka sering
beberapa syarat tersebut dapat banyak.
terganggu oleh banyak
dikatakan, adanya problema Adanya
persoalan, yang
kelihatannya di depan
hidup yang besar menghadang kompleksitas

hidung manusia hero untuk permasalahan


menguntungkan, paling menyelesaikannya. Problema yang sambung
tidak untuk sesaat .  hidup yang besar memiliki menyambung
pengertian, ia menyangkut sehingga
suatu perjuangan yang tidak himpitan yang
hanya bertujuan untuk dirinya dirasakan
sendiri, tetapi juga orang tokoh berasal
banyak. Adanya kompleksitas dari berbagai
permasalahan yang sambung sudut.
menyambung sehingga
himpitan yang dirasakan tokoh
berasal dari berbagai sudut.

Paragraf 2 Paragraf 2 Pada paragraf Tidak disertakan Bahasa yang Tidak ada
Bekal yang dimiliki B.
. Ada beberapa syarat yang ini contoh dari digunakan kelemahan
Soelarto dalam menulis
harus dipenuhi untuk menuju memberikan karya sastrawan sederhana dan dalam paragraf
adalah imajinasi dan
ke suatu konflik yang menarik, uraian tentang tersebut mudah ini
intuisi. Imajinasi kompleks, dan penuh pentingnya mungkin jika dimengerti
memegang peranan ketegangan psikologis, baik intuisi dan diberikan akan
penting, karena yang berlangsung dalam cerita imajinasi lebih baik
imajinasilah yang maupun dalam diri pembaca.
memungkinkan B. Jika kembali kepada
Soelarto menulis pembicaraan terdahulu,
pembukaan cerpen, beberapa syarat tersebut dapat
mengolah pokok persoalan dikatakan, adanya problema
cerita, dan menentukan hidup yang besar menghadang
titik akhir cerita. Selain manusia hero untuk
itu, dari imajinasi dapat menyelesaikannya.Problema
membantunya untuk hidup yang besar memiliki
mengembangkan inspirasi pengertian, ia menyangkut
menjadi bentuk suatu suatu perjuangan yang tidak
cerita, betapa pun hanya bertujuan untuk dirinya
sederhananya suatu cerita sendiri, tetapi juga orang
banyak. Adanya kompleksitas
permasalahan yang sambung
menyambung sehingga
himpitan yang dirasakan tokoh
berasal dari berbagai sudut.
E. INTELEKTUALITAS Paragraf 3 Kelebihan dari Kelemahan Materi disusun Tidak ada
DAN HIDUP BAIK Fakta imajinatif dalam drama buku ini dalam paragraf secara runtut kelemahan
Paragraf 1 Kapai-Kapai dan fakta obyektif menjelaskan ini adalah topik dalam paragraf
Seniman yang baik pada
di mana karya sastra itu dengan detail yang ingin di ini
hakikatnya adalah diciptakan, memiliki benang tentang bahasa tidak
intelektual yang merah yang menghubungkan bagaimana terlalu
baik. Mereka selalu keduanya. Pemahaman menjadi menyeluruh
mencari, belajar, dan
terhadap hal itu akan semakin seorang untuk dibahas.
berkembang. Mereka
tampak jika pemahaman seniman yang
selalu dalam keadaan
terhadap substansi tematis, baik
menyerap. Begitu terlibat
dipahami dalam konteks
dalam proses
kreatif, mereka menyeleksi
peristiwa sosial budaya yang

apa yang telah mereka melingkupi kehadiran karya


serap ke dalam komposisi sastra tersebut. Dalam konteks
yang hebat. Yang lebih sejarahnya, naskah Kapai-
penting dari segi teknis Kapai ini diciptakan Arifin C.
sebetulnya adalah segi Noer pada tahun 1969 dan
lain, yaitu keinginan untuk diterbitkan dalam bentuk buku
belajar . Oleh karena itu
pada tahun 1970.
sastrawan sebaiknya juga
seorang peneliti dan
mempunyai hidup
intelektual yaitu selalu
mencari, selalu
mengkaji, dan hidup
dengan baik. 
F. KEAJEGAN DAN BAB IV Pada paragraf Sastrawan yang Materi disusun Tidak terdapat Noer sebagai
KECINTAAN PADA IDE PENULISAN ini penjelasan disebutkan secara kelemahan pengarangnya.
SASTRA
(Sebuah Premis tentang mengenai hanya satu sistematis dalam paragraf Sosok Abu,
Problema Manusia) kecintaan satrawan, tidak ini sebagai tokoh
Paragraf 1 Paragraf 1 sastra sudah banyak yang

Sastrawan yang baik Problema hidup yang besar baik sastrawan diceritakan,

adalah pecinta sastra. --dengan sendirinya disebutkan merupakan

Dengan kecintaan mereka, menciptakan manusia hero dan seorang yang

mereka banyak terlibat menuntut pemikiran yang besar mengalami

dalam pemikiran mengenai pula-- membutuhkan berbagai kemiskinan

sastra. Sastrawan yang sumber inspirasi. Realitas lantaran

baik adalah sastrawan masyarakat jelas menjadi kebodohan dan

yang mempunyai dara sumber ide yang sangat kaya kemalasannya,

serap. Mereka dapat untuk digali. Tetapi tidak kering akan

menciptakan jarak antara cukup, pengarang mesti tuntunan

kehidupan sehari-hari menggali juga dari sumber- agama,

dengan kehidupan di sumber lain, seperti: buku, penindasan

dalam karya . koran, majalah, TV, internet,


sastra kelompok

Nasjah Djamin termasuk biografi, sejarah, dan masyarakat

sastrawan yang ajeg sebagainya. Di sinilah seorang yang berstatus

menulis dan pecinta sastra. pengarang dituntut memiliki sosial atas, dan

Karya-karya Nasjah minat baca, suka mengamati adanya mitos-

Djamin banyak lingkungan, dan kecerdasan. mitos

dibicarakan oleh sejumlah Tanpa itu, tidak mungkin masyarakat

kritikus sastra dan tercipta karya sastra beride yang tidak

kalangan akademisi, baik besar. berpihak pada

sebagai tesis maupun seorang yang

disertasi, di dalam maupun berstatus sosial


di luar negeri. seperti dirinya
BAB 3. ASPEK Paragraf 2 materi yang Pada bab ini Menggunakan Pada paragraf Pada bab ini
KEJIWAAN DAN “Kemiskinan terjadi lantaran dibahas dicerita kan lebih Bahasa yang ini tidak terdapat penjelasan
TIPE SASTRAWAN
kebodohan, kemalasan, jauh disampaikan kepada inti dari baku kekurangan yang dibahas
Paragraf 1
Berdasarkan proses dari pedoman hidup, berdasarkan pada judul yang di setiap
kreatifnya, sastrawan penindasan, dan sistem aspek kewajiban telah ditetapkan pembahasan
dibedakan atas beberapa sosiokultural masyarakatnya”. dan tipe sudah cukup
tipe sastrawan. Tipe-tipe Premis di atas menjadi ide sastrawan jelas dan setiap
sastrawan itu bisa penulisan Arifin C. Noer materi yang
disajikan melalui aspek sebagai pengarangnya. Sosok dibahas jelas
kejiwaan yang dilayani Abu, sebagai tokoh yang sehingga
oleh pengarang. Aspek diceritakan, merupakan pembaca akan
kejiwaan yang dimaksud seorang yang mengalami lebih nudah
adalah (1) perhatian, (2) kemiskinan lantaran untuk
pengamatan. kebodohan dan kemalasannya, dipahami dan
Pembahasannya akan kering akan tuntunan agama, dimengerti.
melayani antara aspek penindasan kelompok
kejiwaan yang dilakukan masyarakat yang berstatus
oleh sastrawan dengan sosial atas, dan adanya mitos-
karya sastranya, ide dan mitos masyarakat yang tidak
bahan karangannya, serta berpihak pada seorang yang
dalam dikembangkan berstatus sosial seperti dirinya.
dengan pembaca
A. TIPE Paragraf 3 materi yang Pada bab ini Menggunakan Pada paragraf
SASTRAWAN problema yang kecil atau dibahas dicerita kan Bahasa yang ini tidak terdapat
Berdasarkan proses sederhana akan menciptakan disampaikan lebih kepada inti baku kelemahan
kreatif, sastrawan manusia hero yang sederhana berdasarkan dari pada judul
dibedakan atas beberapa pula. Konflik dan intrik hidup tipe sastrawan yang telah
tipe sastrawan. Tipe-tipe yang dihadapi tak terlalu rumit, ditetapkan
sastrawan itu melayani kompleks, dan biasanya tak
dengan pelibatan aspek begitu menarik perhatian
kejiwaan yang membantu pembacanya. Pengarangnya
terbentuknya di antara pun tak perlu menguras
pengarang dalam pemikiran dan penyikapan
berproses kreatif. yang besar dan dalam. Karya
Pembahasannya akan sastra semacam ini dapat
dilayani dengan karya menjadi awalan bagi penulis
sastranya, ide dan bahan pemula yang ingin
karangannya, serta dalam berkecimpung di jagad
hal ini pembaca. penulisan karya sastra. Karya-
karya para remaja misalkan,
cenderung berkutat pada
persoalan cinta yang biasa
terjadi di dunia sekitarnya.
Bahkan penyelesaian problema
cinta acap kali lazim dijumpai
dalam kehidupan.

a. Sastrawan Tipe BAB V materi yang Pada bab ini Menggunakan Pada paragraf kilatan-kilatan
KERANGKA PENULISAN
Terpusat- dibahas dicerita kan Bahasa yang ini tidak terdapat emotif dan
Terpencar (Membangun Aliran Cerita disampaikan lebih kepada inti baku kelemahan artistik dalam
yang Menarik)
Paragraph 1 berdasarkan dari pada judul bentuk kata,
Dalam memilih bahan- Paragraf 1 sastrawan tipe yang telah frase, atau
Fungsi kerangka jelas
bahan karangan, terpusat ditetapkan kalimat, tanpa
memberikan pedoman
pengarang tidak dapat terpencar berpretensi
bagaimana seharunya cerita
dilepaskan dari hal-hal menceritakan
yang sedang ditulis itu runtut
yang telah diperhatikan suatu urutan
dan jelas. Runtut dalam
dan niat untuk cerita yang
pengertian ini adalah, terdapat
diperhatikan. Sebagian beralur.
tahapan alur yang utuh
pengarang yang dalam Bahkan dalam
sehingga pembaca memahami
mencari bahan-bahan bentuk puisi
dari awal sampai akhir sebagai
karangannya, secara balada, yang
sebuah aliran cerita yang
sengaja dan terpusat cenderung
kronologis dan bersebab-
melakukan perhatian memiliki
akibat. Sedangkan jelas
terhadap hal-hal yang ada cerita, genre
memiliki pengertian logis atau
di sekitarnya, tanpa ini tetap
masuk akal apa yang
memperhatikan apakah mengutamakan
diceritakan. Meskipun tahapan
nanti hal-hal yang imaji-imaji dan
alur dibolak-balik,
diperhatikan tersebut sarana puitik
sebagaimana dalam jenis alur
berguna bagi karangannya yang mampu
sorot balik, tetapi masih dapat
atau tidak. membangun
dikembalikan ke dalam urutan
suasana emotif
yang runtut (konvensional).
dan pengalam
Pembolak-balikan tahapan alur
imajinatif
hanya sebuah penataan
peristiwa yang diceritakan penyairnya.
sesuai dengan kreativitas
pengarangnya.

b. Sastrawan Tipe Paragraf 2 materi yang Pada bab ini Adanya contoh Penggunaan
dicerita kan lebih
Visual Kerangka penulisan hanya dibahas puisi yang Bahasa yang
kepada inti dari
Paragraph 1 diperuntukkan genre prosa dan disampaikan membuat bertele-tele
pada judul yang
Dalam bahaya dengan drama, sedangkan genre puisi berdasarkan pembaca lebih
telah ditetapkan
bahan-bahan karangannya, tidak membutuhkannya. sastrawan tipe dapat mengerti
pengarang tidak dapat Tulisan bergenre puisi visual
melepaskan diri dari menampung kilatan-kilatan
penglihatan objek atau emotif dan artistik dalam
dunia sekitarnya maupun bentuk kata, frase, atau
dirinya sendiri. Bahkan kalimat, tanpa berpretensi
sebagian besar bahan menceritakan suatu urutan
karangan banyak cerita yang beralur. Bahkan
didapatkan pengarang dari dalam bentuk puisi balada,
aspek melihat. yang cenderung memiliki
cerita, genre ini tetap
mengutamakan imaji-imaji dan
sarana puitik yang mampu
membangun suasana emotif
dan pengalam imajinatif
penyairnya.
c. Sastrawan Tipe Paragraf 3 materi yang Pada bab ini Penjabaran Tidak disertakan
dicerita kan lebih
Auditif Bagi penulis pemula, sekali dibahas materi sudah pendapat para
kepada inti dari
Paragraph 1 waktu perlu belajar dari karya disampaikan sangat jelas ahli
pada judul yang
Dalam penulis yang sudah mapan; berdasarkan
telah ditetapkan
hubungannya dengan membacanya, mengurainya sastrawan tipe
ide/tema karangannya, menjadi sebuah kerangka visual
pengarang tidak dapat penulisan. Dengan belajar dari
melepaskan diri dari karya orang lain, dapat diserap
pendengaran di sekitar bagaimana membangun alur
dirinya. Ide cerpen cerita yang logis dan jelas,
"Robohnya Surau Kami" sehingga pembaca tertarik.
muncul ketika A.A. Navis Penulis pemula tersebut dapat
mendengar cerita Pak M. mengambil karya sastra yang
Syafei kepada boss-nya telah banyak dibicarakan para
tentang orang Indonesia kritikus atau ahli sastra.
yang masuk neraka karena Banyaknya pembicaraan
malasnya. Ide cerpen tentang suatu karya
"Pemburu dan Serigala" menunjukkan pengakuan atas
muncul setelah A.A. Navis kualitas karya tersebut. Salah
mendengar cerita Dahlan satu contoh, cerpen karya.
Jambek tentang keadaan
Soekarno yang dirongrong
olch serigala di sekitarnya.
d. Sastrawan Tipe BAB VI Penjabaran Pada paragraf Penjabaran Pada paragraf BAB VI
Taktil BAGAIMANA PUISI ITU materi sudah ini tidak terdapat materi sudah ini tidak terdapat BAGAIMAN
Paragraph 1 TERCIPTA sangat jelas kekurangan sangat jelas kekurangan A PUISI ITU
Dalam hubungannya Paragraf 1 TERCIPTA?
dengan ide/tema Menulis itu tidak ribet. Orang Secara umum
karangannya, pengarang menulis hanya butuh bolpein puisi dapat
tidak dapat melepaskan didefinisikan
diri dari kemampuannya sebagai sebuah
untuk meraba, baik serara karya sastra
aktif maupun pasif. Hanya yang berbentuk
saja di dalam karya sastra, rangkaian kata
kesan rabaan ini jarang yang indah.
dimanfaatkan oleh Puisi ditulis
sastrawan atau sulit bukan semata-
dimanfaatkan. mata untuk
mengungkapka
n suatu
perilaku,
peristiwa, atau
suatu ruang
dan waktu.
Tetapi makna
di balik itu
semua yang
diungkapkan
dalam puisi.
Pemahaman
terhadapnya
sebatas suatu
rangkaian
kejadian yang
secara empiris
dilihat atau
didengar.
Tetapi bukan
fakta empiris
itu yang
esensial bagi
seorang
penyair. Fakta
itu hanyalah
ide dan
inspirasi yang
mendorong
penyair untuk
mencipta
sebuah puisi.
Paragraf 2 materi yang Pada bab ini Penjabaran Pada paragraf
e. Sastrawan Tipe
Menulis itu kebiasaan. Orang dibahas dicerita kan materi sudah ini tidak terdapat
Gustatif bisa karena biasa. Jadi, disampaikan lebih kepada inti sangat jelas kekurangan
Paragraph 1 biasakan menulis. Bisa apa saja berdasarkan dari pada judul
Dalam dan tentang apa saja. Menulis sastrawan tipe yang telah
hubungannya dengan itu ibarat mengasah pedang, taktil ditetapkan
ide/tema karangannya, semakin lama di asah, semakin
pengarang tidak bisa tajam juga.
melepaskan diri dari
kemampuannya untuk
membau. Hanya saja di
dalam karya sastra, baik
puisi, prosa fiksi, maupun
drama, kesan ini jarang
dimanfaatkan oleh
sastrawan, atau memang
sulit dimanfaatkan.
Sepanjang pengamatan
penulis, jarang karya sastra
yang mengangkat tema
atau mengambil ide dari
pembauan.

f. Sastrawan Tipe Paragraf 3 materi yang Pada bab ini Penjabaran Pada paragraf
dicerita kan
Olfaktoris Proses menulis itu juga ibarat dibahas materi sudah ini tidak terdapat
lebih kepada inti
Paragraph 1 mata air yang mengalir ke disampaikan sangat jelas kekurangan
dari pada judul
Sebenarnya sungai. Biarlah ia mengalir berdasarkan
banyak rasa yang dapat menjadi sungai dan bermuara sastrawan tipe yang telah
dikecap, tetapi indra ke samudra lepas. Percayalah, olfaktoris ditetapkan
pengecap terutama hanya orang-orang, ikan-ikan, batu-
peka terhadap empat batu, bahkan kotoran sekalipun
macam rasa pokok, yaitu: memanfaatkannya untuk
(1) manis, (2) asam, (3) sebuah perjalanan hidupnya.
asin, dan (4) pahit. Janganlah ditutupi mata air itu.
Masing-masing bagian
lidah mempunyai
ketajaman yang berbeda
terhadap keempat macam
rasa tersebut. Dalam
hubungannya dengan
ide/tema karangannya,
pengarang tidak bisa
melepaskan diri dari
kemampuannya untuk
mengecap.

g. Sastrawan dengan 1.6.1. BERBAGAI MODEL materi yang Pada bab ini Penjabaran Pada paragraf
Fantasi Spontan- PENCIPTAAN PUISI dibahas dicerita kan materi sudah ini tidak terdapat
Disadari Paragraf 1 disampaikan lebih kepada inti sangat jelas kekurangan
Paragraph 1 Membaca puisi sesungguhnya berdasarkan dari pada judul
Dalam bertujuan memahami dan sastrawan tipe yang telah
hubungannya dengan cara menikmati puisi itu. fantasi spontan ditetapkan
membuat karya sastra, Memahami puisi merupakan di sadari
kebanyakan sastrawan usaha untuk menangkap makna
mengarang dengan fantasi dan artinya. Sedangkan
disadari. Sastrawan menikmati puisi lebih
dengan sadar mencampur mengarah pada menangkap
hasil tanggapan dan kedalaman perasaan, sikap,
perhatian, dan nada, dan gaya yang muncul
pengamatnnya terhadap ketika membaca puisi
lingkungannya dengan
fantasinya. Cerpen "Orang
Dari Luar Negeri" karya
A.A Navis timbul dari
gabungan- gabungan
peristiwa kecil; ketika
seorang anak muda
kembali dari Amerika, lalu
tidak puas dengan keadaan
di tanah airnya sendiri,
sehingga dia mengomel ke
sana ke mari

h. Sastrawan dengan Paragraf 2 materi yang Pada bab ini Penjabaran Pada paragraf
Ingatan Masa Puisi memang cukup pendek dibahas dicerita kan materi sudah ini tidak terdapat
Lalu dan Masa untuk bisa menampung sebuah disampaikan lebih kepada inti sangat jelas kekurangan
pengertian. Ia sekedar berdasarkan dari pada judul
Kini menangkap kilatan momen- sastrawan tipe yang telah
Paragraph 1 momen puitik yang muncul ingatan masa ditetapkan
Dalam hubungannya dalam diri penyairnya. Puisi lalu dan masa
dengan karangannya, berkecenderungan tidak kini
pengarang tidak bisa lepas berbicara apa-apa, kecuali
dari proses mengingat. perasaan yang dicitrakan
Sampai sekarang belum melalui Bahasa
ada penelitian yang
mendalam tentang sifat
ingatan yang dimiliki oleh
sastrawan. Apakah mereka
mempunyai ingatan cepat,
setia, teguh dan siap atau
sebaliknya. Dalam
kerjanya, seorang
wartawan, sejarawan, akan
mengingat sesuatu harus
sama dengan yang
diterimanya.
i. Sastrawan Paragraf 3 materi yang Pada bab ini Penggunaan Tidak disertakan
Pemikir Ada model puisi yang tidak dibahas dicerita kan kata kata yang contoh kata kata
Paragraph 1 mementingkan bahasa. Ia lebih disampaikan lebih kepada inti sangat mudah yang dimaksud
Dalam mementingkan pesan yang berdasarkan dari pada judul dimegerti dalam paragraf
hubungannya dengan ingin disampaikan penyairnya sastrawan tipe yang telah ini
karya sastranya, sastrawan kepada pembacanya. Kata-kata pemikir ditetapkan
tidak bisa melepaskan diri yang dipilih sebagaimana kata-
dari proses berpikir. kata yang sering dijumpai
Memang sastrawan dalam dalam bahasa sehari-hari.
proses kreatifnya, ada Puisipuisi Chairil Anwar
yang mendasarkan diri misalnya, tidak
pada pikiran, ada juga mempersoalkan kata-kata yang
yang mendasarkan diri dipakai, tetapi pesan dan
pada perasaan. Sastrawan makna yang diungkapkan
yang mendasarkan diri begitu kuat membangun
pada pikiran, dalam kualitasnya.
menciptakan karya
sastranya akan dapat
mengontrol diri, dapat
menentukan tema, plot,
penokohan, setting, gaya
bahasa dan sebagainya.

j. Sastrawan Perasa Paragraf 4 materi yang Pada bab ini Materi yang Dilihat dari
dicerita kan
Paragraph 1 Ada tigal hal yang harus dibahas direview sudah aspek tata tulis,
lebih kepada inti
Perasaan adalah gejala diperhatikan di dalam disampaikan sangat jelas dan penggunaan
dari pada judul
psikis yang bersifat menciptakan puisi. Pertama, berdasarkan font paragraph
yang telah
subjektif yang umumnya kek ayaan perbendaharaan sastrawan tipe yang direview
ditetapkan
berhubungan dengan kata, simbol, imaji, dan frasa efek jarak
gejala-gejala mengenal, metafora. Hal ini dapat (spasi)
dan dialami dalam kualitas diperoleh apabila seseorang menunjukkan
senang atau tidak senang sering membaca puisi bahwa jarak
dalam berbagai taraf. antara kata
Berlainan dengan berpikir, dengan kata
perasaaan bersifat tidak tersusun
subjektif dan dipengaruhi rapi
oleh keadaan diri
seseorang. Rasa enak,
indah, menyenangkan bagi
tiap orang bisa berbeda.
Perasaan umumnya
bersangkutan dengan
fungsi mengenal.

k. Sastrawan Paragraf 5 materi yang Pada bab ini Disertakan Tidak terdapat
dicerita kan
Ekstrover dan Kedua, kepekaan emosi, dibahas contoh yang kekurangan
lebih kepada inti
Introver pikiran, dan perasaan terhadap disampaikan jelas dalam paragraf
dari pada judul
paragraph 1 semua hal yang ada di berdasarkan ini
yang telah
Ekstrover dan Introver lingkungan sekitar. Kepekaan sastrawan tipe
ditetapkan
adalah dua jenis emosi, pikiran, dan perasaan ekstrover dan
kepribadian manusia ini akan memunculkan introver
berdasarkan ilmu kedalaman penghayatan dan
psikologi. Dua jenis perenungan terhadap apa yang
kepribadian ini ingin disampaikan dalam puisi
menggolongkan manusia yang diciptakannya.
menjadi dua bagian yang
saling bertolak belakang
dilihat dari tujuan
sosialnya. Tipe-tipe
sastrawan juga
dikategorikan menjadi dua
bagian, yakni sastrawan
bertipe ekstrover dan
sastrawan bertipe introver.
Dua tipe kepribadian ini
cukup berperan dalam
menentukan arah karya
sastra yang dihasilkan
masing-masing sastrawan.

BAB 4 Paragraf 6 materi yang Pada bab ini Materi disusun Pada paragraf Pada bab ini
dicerita kan
KEGIATAN Ketiga, keseringan di dalam dibahas secara ini terdapat kata penulis
lebih kepada inti
SASTRAWAN TERKAIT menciptakan puisi. Pikiran dan disampaikan sistematis yang mungkin menjelaskan
dari pada judul
PROSES KREATIF perasaan sebagai sumber berdasarkan sulit untuk beberapa
yang telah
SEBELUM MENULIS penulisan puisi sesunggungnya menulis karya dimengerti bagi kegiatan yang
ditetapkan
KARYA SASTRA merupakan suatu proses sastra pembaca pemula dilakukan
Paragraph 1 kesadaran. Ia bersifat dinamis; sebelum
Ada beberapa kegiatan senantiasa bergerak dan menulis karya
yang dilakukan berjalan dalam diri seseorang sastra,
sastrawan sebelum pembahasan
menulis karya sastra. yang disam
Kegiatan yang dilakukan aikan sudah
bisa berupa kegiatan yang cukup baik dan
sudah lama berlangsung sangat jelas,
sebelum proses dia sehingga
menulis: kegiatan  pembaca akan
menjelang dia menulis. lebih mudah
Sebelum menulis pada untuk
umumnya sastrawan memahami dan
berjalan-jalan, membaca, mengerti
mendengarkan, dan disetiap
memperoleh pengalaman. pembahasanny
a.

a. Berjalan-jalan Paragraf 7 materi yang Pada bab ini Materi disusun Pada paragraf
dicerita kan
Paragraph 1 Keterpaduan ketiga hal di atas dibahas secara ini terdapat kata
lebih kepada inti
Sastrawan banyak akan membangun kualitas disampaikan sistematis yang mungkin
dari pada judul
mendapatkan ide setelah puisi. Teknik menulis puisi berdasarkan sulit untuk
yang telah
berjalan-jalan. Berjalan- berkisar pada hal-hal di atas. sastrawan dimengerti bagi
ditetapkan
jalan karena ia mudah Namun demikian, terlepas dari mendapatkan pembaca pemula
mendapatkan ide dengan itu semua, menulis puisi mesti ide setelah
bepergian. Banyak berangkat dari kegairahan berjalan-jalan
sastrawan yang bersastra.
menemukan ide saat
mereka jalan-jalan.
Mereka menemukan ide
dan menulis dalam bahasa
Indonesia. Pada suatu hari,
setelah berjalan-jalan ke
beberapa tempat penting
meraka langsung masuk
kamar berdiam selama
beberapa detik melihat
keluar jendela. Ingatan
meraka kembali kesebuah
pemandangan yang telah
mereka lihat saat keluar
berjalan-jalan dan seakan-
akan meraka mengambil
sebuah kertas dan bolpoin,
mereka menulis tentang
apa yang telah mereka
lihat. 

b. Membaca 1.6.2. DARI PERISTIWA, materi yang Pada bab ini Materi disusun Pada paragraf
Paragraph 1 IMAJINASI, KE PUISI dibahas dicerita kan secara ini terdapat kata
Bekal menjadi Paragraf 1 disampaikan lebih kepada inti sistematis yang mungkin
pengarang adalah banyak Puisi ditulis bukan semata- berdasarkan dari pada judul sulit untuk
membaca. Biasanya setiap mata untuk mengungkapkan bekal menjadi yang telah dimengerti bagi
pengarang atau suatu perilaku, peristiwa, atau pengarang ditetapkan pembaca pemula
sastrawan memiliki suatu ruang dan waktu. Suatu banyak
riwayat hidup semasa kecil peristiwa yang terjadi dalam membaca
yang gemar membaca. realitas hanyalah sebuah fakta.
Banyak sastrawan Pemahaman terhadapnya
Indonesia yang suka sebatas suatu rangkaian
membaca sebelum mereka kejadian yang secara empiris
menjadi sastrawan, banyak dilihat atau didengar.
pengalaman-pengalaman
yang mereka alami saat
mereka menjadi pelajar.

c. Mendengarkan Paragraf 2 materi yang Pada bab ini Materi disusun Pada paragraf
dicerita kan
Paragraph 1 Bagi penyair, biarlah peristiwa dibahas secara ini terdapat kata
lebih kepada inti
Kegiatan ketiga yang bisa sebagai sebuah fakta menjadi disampaikan sistematis yang mungkin
dari pada judul
dilakukan bagian dari sejarah. Bukan berdasarkan sulit untuk
yang telah
sastrawan sebelum tugas seorang sastrawan untuk sastrawan dimengerti bagi
ditetapkan
mengarang adalah melaporkan dan mencatatnya, mendapatkan pembaca pemula
mendengarkan. melainkan sejarawan atau mendengarkan
Mendengarkan bukan hal seorang jurnalis. Makna apa
yang mudah bagi dibalik peristiwa, adalah hal
sastrawan atau bagi yang terpenting.
kitapun, dalam
mendengarakan sastrawan
harus belajar menjadi
pendengar yang baik.
Pendengar yang baik
bukan hanya
mendengarkan orang saat
berbicara, tetapi pendengar
yang baik harus bisa
memberi saran atau
komentar dan mengerti
apa yang sedang
dibicarakan. Menjadi
pendengar yang  baik juga
harus belajar untuk
berbicara  dan bukan
menjadi pendengar yang
baik saja.

Saat Menulis Karya Paragraf 3 materi yang Pada bab ini Materi disusun Pada paragraf
Sastra Banyak peristiwa dalam dibahas dicerita kan secara ini terdapat kata
a. Menulis Cepat dan sejarah hidup manusia disampaikan lebih kepada inti sistematis yang mungkin
Lambat terlupakan begitu saja. Ketika berdasarkan dari pada judul sulit untuk
Paragraph 1 ia menengok ke sejarah sastrawan yang telah dimengerti bagi
Selain sastrawan perajin hidupnya itu, tidak sekedar cepat dan tepat ditetapkan pembaca pemula
dan sastrawan kesurupan, rentetan peristiwa demi
ada sastrawan yang peristiwa telah terjadi dalam
mengarang cepat dan hidupnya, tetapi ada
lambat. Banyak sastrawan pencerahan di sana. Chairil
yang dalam karirnya Anwar mengungkapkan hal itu
sebagai sastrawan hanya ke dalam puisinya berjudul
menghasilkan beberapa Selamat Tinggal (1959).
karya sastra. Sastrawan
seperti ini bisa
dimasukkan atau
digolongkan sebagai
sastrawan yang lambat dan
kurang berkarya. Biasanya
sastrawan seperti ini
berkarya sambil sibuk
bekerja dan menganggap
sebagai pekerjaan yang
lebih mengahasilkan uang.

b. Menulis Produktif dan Paragraf 4 materi yang Pada bab ini Disertakan Pada paragraf
dicerita kan lebih
Tidak Produktif Penyair didorong oleh suatu dibahas contoh citra ini terdapat kata
kepada inti dari
Paragraph 1 peristiwa yang terjadi dalam disampaikan audio yang yang mungkin
pada judul yang
Menulis ada yang realita, baik realitas di luar berdasarkan dimaksud sulit untuk
telah ditetapkan
produktif dan ada dirinya yang diamatinya, sastrawan dimengerti bagi
yang kurang atau bahkan maupun realitas dalam sejarah produktif dan pembaca pemula
tidak produktif. Siswanto hidupnya yang telah tidak produktif
(2008: 39) menyatakan dialaminya. Taufiq Ismail
bahwa, sastrawan yang bukan ingin mencatat sebuah
produktif itu, Akan tetapi, peritiwa penembakan para
di sisi lain ada sastrawan mahasiswa di tahun 60-an
yang mempunyai sedikit ketika berdemonstrasi
karya. Ada seorang menentang tirani orde lama.
sastrawan yang hanya Rendra bukan ingin
mempunyai satu melaporkan suatu realitas yang
cerpen atau puisi yang terjadi di lingkungannya ketika
berhasil dimuat di majalah ia mengamati terjadinya
yang diakui standar ketidakadilan dalam
kesastraannya. masyarakat. Dan Chairil
Anwar bukan ingin
mengungkapkan tentang
kejelekan dan kekurangan
dirinya.
4.3 Setelah Menulis Paragraf 5 materi yang Pada bab ini Pemaparan Pada paragraf
Karya Sastra jika dalam sejarah, suatu dibahas dicerita kan materi sangat ini terdapat kata
Paragraph 1 peristiwa yang ditulis oleh disampaikan lebih kepada inti detail yang mungkin
A. Merevisi Hasil banyak orang, akan berdasarkan dari pada judul sulit untuk
menulis menghasilkan laporan yang revisi yang telah dimengerti bagi
Kegiatan yang dilakukuan sama. Seorang penulis sejarah ditetapkan pembaca pemula
sastrawan setelah menulis harus melaporkan fakta demi
karya sastranya adalah fakta itu sendiri. Jika terdapat
merevisi. Revisi berupa perbedaan di antara mereka,
mengetik kembali karya hanya satu yang diakui
sastra yang telah sastrawan kebenarannya.
buat sebelumnya. Ahmad
Tohari, dalam menulis
cerpen maupun novelnya,
hampir selalu melakukan
koreksi atau bahkan tulis
ulang. Buku pertamanya
trilogi Ronggeng Dukuh
Paruk misalnya, dia tulis
ulang sampai tiga kali. Hal
tersebut dia lakukan untuk
mencapai tingkat
keterwakilan setinggi
mungkin.

B. Melakukan Paragraf 6 materi yang Pada bab ini Sudah Terdapat


dicerita kan
Perenungan Teknik pengungkapan dalam dibahas menyertakan beberapa kata
lebih kepada inti
Paragraph 1 puisi di atas cukup bagus. disampaikan pendapat dari yang sulit
dari pada judul
Selain menulis karya Penulisnya memiliki berdasarkan sastrawan dimengerti
yang telah
sastra, kegiatan yang pemahaman bagaimana ia melakukan
ditetapkan
dilakukan sastrawan bisa mesti menuangkan sesuatu perenungan
berupa kegiatan yang dialaminya atau
melakukan perenungan. dirasakannya dalam bentuk
Perenungan yang puisi, bukan dalam bentuk
dilakukan satrawan setelah genre sastra yang lain. Pilihan
menulis karya sastrannya kata, pengulangan yang
bukan tanpa sebab atau sengaja disusun, tipografi, dan
tujuan. Perenungan yang efisiensi penggunaan kata,
dilakukan sastrawan menunjukkan ia cukup
setelah menulis karya memiliki modal untuk menulis
sastra bertujuan untuk puisi.
memikirkan kembali
tentang karya sastra yang
telah ditulis, apakah sudah
sesuai dengan apa yang dia
harapkan atau belum, dan
apakah ada yang masih
kurang atau perlu di ubah
dalam tulisannya tersebut.

1.6.3. BAHASA Menggunakan Pada paragraf


MEMBANGUN PUISI bahasa yang ini menurut
Paragraf 1 mudah penulis tidak
Jika peristiwa menjadi dipahami oleh ditemukannya
pendorong (inspirasi) dan pembaca kekurangan
imajinasi menjadi jiwa puisi, pada paragraf ini
maka bahasa merupakan
medianya. Artinya, imajinasi
yang menjadi dasar penciptaan
puisi akan dijilmakan atau
diungkapkan dalam bahasa
(kata).
Paragraf 2 Menggunakan Pada paragraf
Puisi menggunakan sarana bahasa yang ini menurut
puitika bahasa untuk itu. mudah penulis tidak
Sarana puitika yang dimaksud dipahami oleh memiliki
adalah kata, ungkapan, imaji, pembaca kekurangan
dan gaya bahasa. Seorang
penyair akan memilih,
menciptakan, dan menata
sarana puitika itu agar mampu
menyampaikan perasaan dan
imajinasinya ke dalam puisi.
Paragraf 3 Sudah Bahasa yang
Keempat puisi di atas berbeda menjelaskan digunakan
style-nya. Perbedaan itu dapat secara terlalu sulit
dilihat pada penataan dan mendetail dan untuk dipahami
penciptaan sarana retorikanya. ringkas
Baik kata-kata yang dipilih, mengenai apa
ungkapan, imaji, dan gaya yang terlebih
bahasanya. dikemukakan
dalam karya
sastra
Paragraf 4
Dalam puisi Padamu Jua, Amir
hamzah sangat tertip dan
selektif dalam memilih kata-
katanya. Ia memilih kata-kata
yang memiliki persamaan
bunyi (persajakan) agar
puisinya itu menimbulkan
irama sebagaimana sebuah
orkestra yang melantunkan
lagu bernada syahdu.
Paragraf 5 Menggunakan Pada paragraf
Berbeda dengan puisi Chairil Bahasa baku ini tidak terdapat
Anwar yang cenderung atau kelemahan
terkesan tidak terlalu
memusingkan pilihan kata-
katanya. Kata-kata yang dipilih
sebagaimana kata-kata yang
dipakai sehari-hari. Tidak ada
kata-kata klise dalam puisinya
yang berjudul Selamat Tinggal
itu. Memang itulah style khas
dari kepenyairan Chairil
Anwar. Hal itu terlihat juga
dalam puisi-puisinya yang lain.
Paragraf 6 Bahasa yang Paragraf ini sulit
Style atau gaya Darmanto digunakan untuk dipahami
Jatman berbeda pula. Puisi sangat karena
yang berjudul Istri sangat sederhana penjelasannya
bernuansa Jawa. Sebagai orang tidak begitu
Jawa yang juga tinggal di Jawa mendetail.
Tengah (Semarang), puisinya
itu mengalirkan sikap dan nada
ke-jawa-annya.
Paragraf 7 Penjabaran Pada paragraf
Pada masa 70-an, dunia materi sudah ini tidak terdapat
kesusasteraan Indonesia sangat kelemahan
diwarnai eksperimentasi besar, sistematis
ketika suhu kebudayaan di
tanah air lepas dari dominasi
Lembaga Kebudayaan Rakyat
yang berafiliasi pada PKI.
Salah satu bentuk eksperimen
tersebut salah satunya di
bidang puisi.
1.6.4. CITRA Contoh Bahasa yang
MENGKONKRITKAN kerangka digunakan
SUASANA penulisannya terlalu sulit
Paragraf 1 sangat bagus untuk dipahami
Pengalaman estetik dan
imajinatif yang dialami penyair
ketika puisi dicipta, merupakan
pengalaman yang abstrak. Ia
merupakan pengembaraan
dalam samudra imajinasi
pengarangnya. Pengalaman itu
berupa letupan-letupan
perasaan dan suasana; kilatan
puitik.
Paragraf 2 Adanya Pada paragraf
Puisi bukanlah sebuah kesinambunga ini tidak terdapat
pengertian yang ditimbulkan n antara kata kelemahan
oleh bahasa yang dipakai dengan kata
pengarangnya, sebagaimana
dalam komunikasi sehari-
sehari. Tidak sekedar pesan
‘arti’, tapi juga ‘rasa’. kata-kata
yang dipilih penyair disusun
dalam suatu pencitraan
tertentu. Tujuannya,
pengalaman estetik dan
imajinatif itu menjadi konkrit.
Paragraf 3 Sudah Tidak dijelaskan
Puisi Chairil di atas terasa dijelaskan mengapa dalam
konkrit, karena kehadiran citra secara tahap ini cerpen
visual dan audio. Baris: Ini sistematis harus utuh
muka penuh luka/Siapa punya? mengenai ditulis
adalah citra visual yang pengembangan
mengkonkritkan suasana cerita
perasaan yang menjijikkan.
Penyair tidak perlu berbicara
secara langsung tentang
kehidupannya yang penuh dosa
dan menjijikkan itu
Paragraf 4 Bahasa yang Tidak
Begitu juga dengan citra audio digunakan menyertakan
pada baris selanjutnya: mudah contoh
Kudengar seru menderu/-dalam dipahami
hariku/...//. Pembaca seolah
ikut mendengar betapa
perasaan Chairil yang gelisah,
sedih, berdegup kencang,
seperti suara mesin yang keras
dan terus menerus (menderu).
Citra audio tersebut lebih
konkrit dan mengena untuk
menggambarkan suasa
perasaan Chairil.
BAB VII Terdapat Bahasa yang BAB VII
BAGAIMANA CERPEN beberapa digunakan BAGAIMAN
ITU TERCIPTA contoh yang terlalu sulit A CERPEN
Paragraf 1 membuat untuk dipahami ITU
Yang membedakan puisi dari pembaca lebih pembaca TERCIPTA?
cerpen adalah puisi jelas lebih paham tentang Cerpen adalah
padat, singkat, cerpen maupun cerita khayal
dan sangat bergantung pada novel berbentuk
pilihan kata, simbol, dan gaya prosa yang
bahasa. pendek,
Sementara cerpen lebih biasanya di
melebar atau menjabarkan bawah 10.000
obyek yang ingin kata, tujuannya
diungkapkan. menghasilkan
kesan kuat dan
mengandung
unsur-unsur
drama.
Pembahasan
dalam buku ini
cukup
bertahap,
pembahasan
dari satu bab
ke bab
selanjutnya
selalu
berkaitan satu
sama lain
sehingga
mudah
dimengerti dan
pemahaman
pembaca lebih
terstruktur
Paragraf 2 Menggunakan Pada paragraf
Sebagai karya sastra, puisi dan Bahasa baku ini tidak terdapat
cerpen sama-sama didorong kekurangan
oleh imajinasi, fiksi, dan
ekspresi. Ketiga istilah itulah
dikenal dengan apa yang
disebut siasat sastra. Oleh
karena itu,akan lebih jelas jika
penulis pemula memahami
siasat sastra yang telah dibahas
pada awal buku ini, sebagai
pijakan pengetahuan
menciptakan karyanya.
1.7.1. TEMA - IDE Singkat, padat, Tidak terdapat
PENULISAN - KERANGKA dan jelas kekurangan
PENULISAN pada paragraf ini
Paragraf 1
Kalau disarikan, apa
yang telah dikemukakan
terdahulu, bahwa karya sastra
(baca: prosa dan drama)
berangkat dari komponen ide
penulisan, obyek yang
diceritakan (manusia hero
dan problematika hidupnya),
konflik, dan kerangka
penulisan. Penulisan cerita
pendek dapat dimulai dari
menciptakan komponen-
komponen tersebut.
Paragraf 2 Menggunakan Tidak disertakan
Tema dalam konteks ini Bahasa contoh
diartikan sebagai wilayah atau sederhana dan
bidang pemikiran yang mudah
melandasi cerita. Ide penulisan dimengerti
merupakan sebuah premis atau
pernyataan yang mengandung
sebuah problema kehidupan
yang hendak diberikan kepada
pembaca. Sedangkan obyek
yang diceritakan berwujud
problema kehidupan.
Sementara kerangka penulisan
adalah susunan atau rangkaian
peristiwa dari awal hingga
akhir.
Paragraf 3 Pada paragraf Tidak
Semakin ke atas, komponen ini bahasa dan ditemukan
tersebut semakin abstrak. penjelasannya kekurangan
Sebaliknya, semakin ke bawah mudah untuk
semakin konkrit. Dengan dipahami
demikian, tema menduduki
posisi paling abstrak,
sedangkan pengembangan
paling konkrit. Ide penulisan
lebih abstrak dari pada obyek
yang diceritakan, tetapi lebih
konkrit dari pada tema.
Paragraf 4 Pada paragraf Tidak
Ketiga komponen di dalam ini bahasa dan ditemukan
treetment di atas menjadi penjelasannya kekurangan
landasan atau dasar penulisan mudah untuk
cerita pendek; bisa juga untuk dipahami
genre prosa yang lain.
Ketiganya bisa ditulis di
sebuah catatan khusus atau
hanya diingat ke dalam otak.
Paragraf 5 Pada paragraf Tidak
Kembali kepada pembahasan ini bahasa dan ditemukan
tentang kerangka penulisan penjelasannya kekurangan
terdahulu, penyusunan mudah untuk
kerangka penulisan mengikuti dipahami
prinsip urutan sebab-akibat
(kausalitas). Peristiwa yang
satu sebagai sebab munculnya
peristiwa selanjutnya, dan
seterusnya, hingga membentuk
alur dari awal hingga akhir
1.7.2. PENGEMBANGAN Pada paragraf Tidak
CERITA: Paragraf Awal, ini bahasa dan ditemukan
Unsur Pelukisan, dan Dialog penjelasannya kekurangan
Paragraf 1 mudah untuk
Pengembangan cerita dipahami
merupakan tahap penulisan
cerita pendek yang sebenarnya.
Dalam tahap inilah cerpen
secara utuh ditulis. Dengan
adanya kerangka penulisan
yang telah matang, penulis
lebih mudah menulis cerpen
berdasarkan urutan dalam
kerangka itu. Di sinilah gaya
penceritaan penulis
diwujudkan melalui rangkaian
kalimat menjadi paragraf;
paragraf menjadi wacana
naratif.
Paragraf 2 Pada paragraf Tidak
Unsur wacana dalam cerita ini bahasa dan ditemukan
pendek (demikian juga dalam penjelasannya kekurangan
genre prosa yang lain) terdiri mudah untuk
atas pelukisan dan dialog. dipahami
Pelukisan merupakan
gambaran tentang tokoh,
peristiwa yang terjadi, dan
tempat peristiwa itu terjadi.
Ketiganya diceritakan dengan
kalimat-kalimat yang mengalir
dan menarik. Sedangkan dialog
merupakan apa yang diucapkan
oleh tokoh cerita.
Paragraf 2 Pada paragraf Tidak
Unsur wacana dalam cerita ini bahasa dan ditemukan
pendek (demikian juga dalam penjelasannya kekurangan
genre prosa yang lain) terdiri mudah untuk
atas pelukisan dan dialog. dipahami
Pelukisan merupakan
gambaran tentang tokoh,
peristiwa yang terjadi, dan
tempat peristiwa itu terjadi.
Ketiganya diceritakan dengan
kalimat-kalimat yang mengalir
dan menarik. Sedangkan dialog
merupakan apa yang diucapkan
oleh tokoh cerita.

Paragraf 3 Penggunaan Tidak


Ada empat hal yang Bahasa yang ditemukan
digambarkan atau dijelaskan mudah kekurangan
melalui pelukisan, yaitu: (1) dipahami
apa yang dilakukan tokoh; (2) pembaca
peristiwa yang terjadi; (3) apa
yang dipikirkan dan dirasakan
tokoh; dan (4) suasana, tempat,
dan waktu (seting/latar).
Paragraf 4 Pengertian menggunakan
Sedangkan dialog merupakan suatu istilah kata yang
unsur wacana yang berupa dijelaskan bertele-tele dan
percakapan antara tokoh yang secara berputar-putar
satu dengan tokoh yang lain; terperinci sehingga
bisa juga dengan dirinya sehingga membuat
sendiri. Unsur dialog biasanya memudahkan pembaca bosan
ditandai dengan tanda petik pembaca untuk dan ingin
ganda untuk mengawali dan mengerti apa langsung
mengakhirinya. Pada bagian- maksud dari melewatkan
bagian tertentu, dialog tersebut istilah tersebut.
diikuti dengan penjelasan
dengan menggunakan kata:
kata, tanya, tutur, tukas, sahur,
jawab, timpal, ujar, potong,
dan sebagainya
Paragraf 5 Pengertian menggunakan
Dialog muncul dalam cerpen suatu istilah kata yang
sejauh dialog tersebut dapat dijelaskan bertele-tele dan
menggerakkan jalannya cerita. secara berputar-putar
Dialog-dialog yang cenderung terperinci sehingga
bosa-basi dan tidak begitu sehingga membuat
penting peranannya dalam memudahkan pembaca bosan
pergerakan jalannya cerita pembaca untuk dan ingin
(alur), alangkah baiknya tidak mengerti apa langsung
dicantumkan. Hal ini maksud dari melewatkan
menghindari agar cerpen, yang istilah tersebut.
nota bene cerita yang pendek
dan ringkas, tidak melebar ke
mana-mana.
Paragraf 6 Pengertian menggunakan
Dapat dikatakan bahwa wacana suatu istilah kata yang
cerpen, juga novel, dan roman, dijelaskan bertele-tele dan
merupakan perpaduan antara secara berputar-putar
unsur dialog dan pelukisan. terperinci sehingga
Dialog dilakukan tokoh, sehingga membuat
sedang pelukisan dilakukan memudahkan pembaca bosan
oleh penulis sebagai pengamat. pembaca untuk dan ingin
Perpaduan keduanya akan mengerti apa langsung
menimbulkan pergerakan cerita maksud dari melewatkan
dan suasana yang timbul dalam istilah tersebut.
cerita.
1.7.3. PENGEMBANGAN Pengertian menggunakan
CERITA: Bahasa Ekspresif suatu istilah kata yang
dan Imajinatif dijelaskan bertele-tele dan
Paragraf 1 secara berputar-putar
Aspek lain yang perlu terperinci sehingga
diperhatikan oleh penulis sehingga membuat
pemula dalam memudahkan pembaca bosan
mengembangkan kerangka pembaca untuk dan ingin
penulisan adalah bahasa. mengerti apa langsung
Bahasa sangat penting maksud dari melewatkan
peranannya dalam cerita istilah tersebut.
pendek karena melalui bahasa
itulah cerita diwadahi,
diekspresikan, dan
dimunculkan keartistikannya.
Oleh karena itulah, bahasa
dalam sastra sering disebut
bahasa ekspresif dan imajinatif.
Paragraf 2 Pada paragraf Tidak
Pertama, pilihan kata sangatlah ini penjelasan ditemukannya
penting untuk diperhatikan. sudah kekurangan
Dalam khazanah kosa kata mendetail
bahasa Indonesia sering
dijumpai beberapa kata yang
memiliki kesamaan makna.
Bagi penulis hanya satu kata
yang tepat untuk mewadahi apa
yang ingin dikemukakan.
Paragraf 3 Pada paragraf Tidak
Kedua, penggunaan sarana ini penjelasan ditemukannya
literer juga perlu diperhatikan sudah kekurangan
dalam mengembangkan mendetail
kerangka penulisan menjadi
cerita yang utuh. Sarana literer
yang dimaksud adalah gaya
bahasa. Bahasa sastra disiasati,
dimanipulasi, dan
didayagunakan seefektif
mungkin agar memperoleh
efektivitas dan ekspresivitas
pengungkapan cerita. Salah
satu siasat yang digunakan
adalah melalui penggunaan
gaya bahasa.
Paragraf 4 Pada paragraf Tidak
Fungsi gaya bahasa dalam ini penjelasan ditemukannya
cerita tidak saja menimbulkan sudah kekurangan
efek estetis, tetapi juga mendetail
mengkonkretkan,
mengintensitaskan, dan
menampung gagasan yang
luas. Gaya bahasa juga dapat
menggambarkan suasana yang
akan diceritakan penulis
kepada pembaca.
Paragraf 5 Pada paragraf Tidak
Hal-hal itulah yang penting ini penjelasan ditemukannya
untuk dipahami dalam sudah kekurangan
mengembangkan kerangka mendetail
penulisan. Seorang penulis
pemula hendaklah belajar dari
karya-karya penulis yang
sudah matang dalam
menciptakan karya sastranya.
Penataan paragraf awal dan
penggunaan gaya bahasa
merupakan dua hal yang sangt
penting untuk dipahami dan
digunakan untuk
mengembangkan kerangka
penulisan menjadi cerita utuh.
1.7.4. PENGEMBANGAN Pada paragraf Tidak
CERITA: Menulis Spontan ini penjelasan ditemukannya
Paragraf 1 sudah kekurangan
Pada bagian keempat ini akan mendetail
diperkenalkan sebuah teknik
menulis yang dewasa ini
banyak dipraktikkan oleh
penulis pemula. Tapi yang
perlu diingat bahwa teknik ini
hanya cara untuk membantu
memecahkan kebuntuhan
menulis yang sering
dikeluhkan oleh para penulis
pemula.
Paragraf 2 Pada paragraf Tidak
Sebenarnya, tidak hanya ini penjelasan ditemukannya
berbicara saja seseorang sudah kekurangan
melakukannya secara spontan. mendetail
Semua tindakan kita sehari-
hari, sesunggunya diawali oleh
spontanitas. Ketika melihat
sesuatu yang aneh, indah, atau
menarik, kita langsung saja
mendekat. Tak perlu berpikir
dulu untuk memperhatikannya.
Kita secara spontan bertindak.
Paragraf 3 Pada paragraf Tidak
Sebagaimana mesin yang ini penjelasan ditemukannya
bergerak berdasarkan sistem sudah kekurangan
yang mengaturnya, manusia mendetail
pun memiliki sistem. Sebutlah
hukum alam. Tuhan yang
menciptakan hukum itu. Dalam
teori Psikologi, itu disebut
hukum naluriah. Manusia
memiliki naluri bermacam-
macam. Salah satunya adalah
spontanitas.
Paragraf 4 Pada paragraf Tidak
Pada dasarnya, menulis dan ini penjelasan ditemukannya
berbicara adalah keterampilan sudah kekurangan
berbahasa yang dibangun atas mendetail
spontanitas. Namun demikian,
spontanitas akan terjadi jika di
dalam otak tersedia berbagai
informasi. Untuk itu, membaca
sangat dibutuhkan bagi seorang
penulis agar spontanitas yang
terjadi berdasarkan pencairan
atas apa yang dibaca itu.
Tulisan yang kaya dan padat
didasarkan atas kekayaan dan
kepadatan informasi dan
penalaran manusia.
Paragraf 5 Pembahasan Tidak
Teknik menulis spontan juga dalam paragraf menyertakan
merupakan cara untuk ini cukup contoh
memperlancar aliran penalaran bertahap
seseorang ke dalam bentuk
tulisan. Spontanitas mesti
dibiasakan layaknya sumber air
yang tak terbendung.
Seringnya seseorang
melancarkan spontanitas itu,
akan memunculkan kalimat
demi kalimat secara mudah,
deras, dan cepat untuk ditulis.
BAB VIII Pembahasan Pada paragraf . BAB VIII
BAGAIMANA NASKAH dalam paragraf ini tidak terdapat BAGAIMAN
DRAMA ITU TERCIPTA ini cukup kekurangan A NASKAH
Paragraf 1 bertahap DRAMA ITU
Drama ditulis untuk tujuan TERCIPTA?
dipentaskan di atas panggung Drama adalah
dalam pertunjukan teater. Oleh lakon atau
karena itu, drama berbentuk cerita suatu
dialog, yang natinya kisah
disampaikan aktor di atas kehidupan
panggung. dalam dialog
dan lakuan
tokoh yang
berisi konflik.
rama ditulis
untuk tujuan
dipentaskan di
atas panggung
dalam
pertunjukan
teater. Oleh
karena itu,
drama
berbentuk
dialog, yang
natinya
disampaikan
aktor di atas
panggung.
Tetapi bukan
berarti drama
hanya semata-
mata untuk
sebuah
pementasan.
Paragraf 2 Pembahasan Pada paragraf
Hakikat drama adalah konflik. dalam paragraf ini tidak terdapat
Konflik tentang seorang tokoh ini cukup kekurangan
yang mengalami problematika bertahap
hidup. Pada tataran inilah
drama dan cerpen memiliki
kesamaan.
Paragraf 3 Pembahasan Pada paragraf
Drama memiliki unsur dalam paragraf ini tidak terdapat
pembangun atau disebut ini cukup kekurangan
struktur, yang berbeda dengan bertahap
cerpen, novel, atau roman. Ada
dua macam struktur dalam
drama, yaitu struktur tertutup
dan struktur terbuka. Struktur
tertutup (closed drama) dimana
laku plot dari awal sampai
akhir menggambarkan resolusi
dan kesimpulan dari persoalan
yang diungkapkan. (biasanya
untuk lakon konvensional).
Dalam struktur tertutup ini,
alur berjalan berdasarkan
hubungan sebab-akibat yang
jelas dan realistis.
Paragraf 4 Pembahasan Pada paragraf .
penokohan diwujudkan ke dalam paragraf ini tidak terdapat
dalam bahasa (dialog). Penulis ini cukup kekurangan
akan mempertimbangkan kata, bertahap
frase, dan kalimat percakapan
yang bagaimana yang mampu
mewujudkan status dan
karakter tokoh yang
diceritakan. Seorang yang
bodoh atau tidak berpendidikan
jelas memiliki ciri khas bahasa
yang berbeda dengan seorang
terpelajar. Begitu juga seorang
yang memiliki karakter keras
berbeda dengan tokoh yang
berkarakter lembut. Seorang
yang sedang marah, bertanya,
memberitahu, menyangkal,
membantah, jelas memiliki
susunan bahasa yang berbeda-
beda. Hal-hal itulah yang
menjadi perhatian bagi penulis
BAB IX Pembahasan Pada paragraf BAB IX
BAGAIMANA ESAI ITU dalam paragraf ini tidak terdapat BAGAIMAN
TERCIPTA ini cukup kekurangan A ESAI ITU
ESAI TENTANG ESAI bertahap TERCIPTA?
Paragraf 1 Esai ditulis
Di kalangan sebagian ahli, esai untuk
dimasukkan sebagai salah satu mengungkapka
genre sastra. Artinya, esai telah n apa yang
memenuhi syarat untuk disebut direnungkan
sastra. Dari sisi bahasa dan itu seperti:
cara pengungkapan, pendapat perasaan,
sebagian ahli tersebut ada pemikiran,
benarnya. Tapi dari sisi apa penghayatan,
yang diungkapkan dan pembayangan,
tujuannya, terdapat perbedaan pengayalan,
yang mencolok dibanding pengargumenta
genre sastra lain, seperti puisi, sian. emosi,
cerpen, novel, roman, dan nafsu,
drama. suasaana
perasaan
(mood),
libidinal, dan
memori bawah
sadar.
Semuanya
serba ada
dalam proses
penulisan esai
Paragraf 2 Pembahasan Pada paragraf
Ibarat sebuah renungan, esai dalam paragraf ini tidak terdapat
ditulis untuk mengungkapkan ini cukup kekurangan
apa yang direnungkan itu. Di bertahap
sana terdapat bentuk-bentuk
proses kesadaran penulisnya,
seperti: perasaan, pemikiran,
penghayatan, pembayangan,
pengayalan, dan
pengargumentasian. Di sana
juga terdapat emosi, nafsu,
suasaana perasaan (mood),
libidinal, dan memori bawah
sadar.
Paragraf 3 Pembahasan Pada paragraf
Tapi esai juga seperti dalam paragraf ini tidak terdapat
argumentasi seorang profesor ini cukup kekurangan
senior berambut botak dengan bertahap
kaca mata kecil bundar
menggantung sedikit ke bawah
matanya. Tak terbantahkan,
lantaran ia berisi proposisi-
prosisi paradigmatis yang
kebenarannya tak perlu diuji
lagi selain diterima begitu saja
menjadi cara pandang tentang
hakikat realitas.

Paragraf 4 Penjabaran Pada paragraf


Esai juga seperti ajaran materi sangat ini tidak terdapat
kebijakan filosofis tentang sistematis dan kelemahan
hakikat kehidupan. Ia hasil dari jelas
kontemplasi manusia tentang
hakikat kebenaran. Esai
mempertanyakan segala hal
ihwal yang ada dan
keadaannya. Yang ada,
nampak, dan nyata,
dipertanyakan dalam renungan-
renungan penuh makna.
Tujuannya, agar esai dapat
membuka cakrawala pembaca
tentang sesuatu yang masih
samar menjadi nyata
Paragraf 4 Pembahasan Tidak
Di ujung yang satu, esai dijabarkan disebutkan
merupakan tulisan reflektif- secara kedua aspek
subyektif. Itulah kenapa sistematis tersebut
sebagian ahli memasukkannya
dalam genre sastra. Dua aspek
di dalamnya yang menjadikan
esai lebih dekat dengan sastra;
bahkan dikatakan memang
jenis sastra. Pertama, esai
ditulis dengan memperhatikan
style bahasa.
BAB X BAB X
BELAJAR SASTRA BELAJAR
MENULIS SASTRA MESTI Bahasa yang Tidak disertakan SASTRA
BELAJAR SASTRA sangat contoh Pembahasan
Paragraf 1 sederhana dalam bab
Sulit membayangkan seorang buku ini cukup
penulis karya sastra tidak bertahap,
belajar mengenai sastra. Katak pembahasan
dalam tempurung. Peribahasa dari satu
ini tepat digunakan untuk subbab ke
menggambarkan hal itu. Dikira subbab
tulisannya sudah bagus, tetapi selanjutnya
ketika di letakkan di tengah- selalu
tengah arus perkembangan berkaitan satu
karya sastra, ternyata sama lain
tulisannya itu jauh dari apa sehingga
yang disebut bagus mudah
dimengerti dan
pemahaman
pembaca lebih
terstruktur.
Paragraf 2 Penggunaan Tidak dijelaskan
Sebagai pengayaan bagi Bahasa yang secara detail
penulis yang hendak terjun di sederhana mengapa
dunia penulisan karya sastra, menulis sastra
berikut ini dikemukakan apa mesti membaca
dan bagaimana belajar sastra sastra
itu. Ingat, menulis dan
membaca merupakan pasangan
yang tak mungkin dilepaskan
satu sama lain. Menulis sastra
mesti membaca sastra.
1.10.1. DIALOG IMAJINER Bahasa yang Tidak dijelaskan
BERSAMA SASTRAWAN sangat jelas secara mendetail
Paragraf 1
Sastra itu demokratis! Begitu
kalimat pertama yang keluar
dari bibir seorang sastrawan
memulai percakapannya.
Sastrawan yang satu ini
memang sering kali berdiskusi
dengan anak-anak muda yang
menyenangi sastra.
Paragraf 2 Bahasa yang Tidak dijelaskan
Sebagai seorang sastrawan sangat jelas secara mendetail
yang telah matang, ia tahu apa
yang berkecamuk di benak
mereka. Ia tak ingin membuat
penasaran anak-anak muda itu.
Paragraf 3 Bahasa yang Tidak dijelaskan
Kata sastrawan itu dengan sangat jelas secara mendetail
keyakinan dan kepercayaan
dirinya. Sementara mereka
yang mendengarnya manggut-
manggut seperti hewan yang
dicocok hidungnya.
Paragraf 4 Bahasa yang Tidak disertakan
“Atau bisa dikatakan, tidak ada sangat jelas contoh
objek yang begitu fleksibel mengenai
sehingga merambah ke mana- makna
mana, melampaui batas-batas demokratis
ruang dan waktu, selain sastra. sastra
Itulah makna demokratis yang
melekat dalam sastra.”
1.10.2. TINGKATAN Materi disusun Tidak disertakan
BELAJAR SASTRA secara runtut pendapat dari
Paragraf 1 para ahli
Pada hakikatnya belajar sastra mengenai
adalah membaca sastra. Belajar hakikat sastra
sastra adalah proses membaca
karya sastra untuk memahami
segala hal yang berhubungan
dengan karya sastra itu.
Paragraf 2 Bahasa yang Tidak disertakan
Belajar sastra dapat dilakukan sederhana contoh belajar
secara langsung maupun tak sehingga langsung
langsung. Secara langsung, pembaca
seseorang belajar sastra tanpa mudah
melalui pengetahuan sastra memahami
atau kajian-kajian terhadap
karya sastra
Paragraf 3 Materi disusun Pada paragraf
Sedangkan belajar sastra secara sistematis ini tidak terdapat
tak langsung, seseorang kekurangan
berangkat dari pengetahuan
atau kajian orang lain terhadap
karya sastra. Seseorang tidak
langsung berhadapan dengan
karya sastra, tetapi belajar
tentang prinsip-prinsip tentang
karya sastra
Paragraf 4 Bahasa mudah Tidak dijelaskan
Kedua cara di atas memiliki dimengerti kelebihan dan
kelebihan dan kelemahan. Cara pembaca kelemahan dari
langsung memiliki kelebihan cara tidak
dalam hal keterlibatan langsung
pengalaman estetika dalam
mempelajari karya sastra.
Paragraf 5 Bahasa yang Pada paragraf
Selain itu, belajar sastra digunakan ini tidak terdapat
memiliki banyak cara, mudah kekurangan
tergantung dasar yang dipakai. dimengerti
Berdasarkan tujuannya,
mempelajari karya sastra dapat
digolongkan kedalam: (1)
belajar sastra secara akademis
dan ilmiah, (2) belajar sastra
secara kritis, (3) belajar sastra
secara apresiatif, dan (3)
belajar sastra secara alamiah.
Paragraf 6 Pada paragraf Tidak terdapat
Pertama, belajar sastra secara ini telah kelemahan dari
akademis dan ilmiah memiliki dijelaskan paragraf ini
metode dan prosedur yang secara detai
ketat karena memiliki tujuan mengenai
agar hasil-hasilnya dapat
bernilai ilmiah dan akademis.
Metode dan prosedur
ditentukan oleh teori yang
dipakai.
1.9.3. HAKIKAT SASTRA Materi Bahasa yang
SEBAGAI SEBUAH dijelaskan digunakan
SAMUDRA dengan terlalu susah
Paragraf 1 sistematis dipahami
Kalau karya sastra adalah Bahasa yang Menggunakan
samudra, maka belajar sastra mudah Bahasa yang
adalah seorang penyelam yang dimengerti tidak baku
merambah ke kedalamannya
untuk menemukan apa yang
dicari. Dia bisa saja ingin
menemukan keindahan di dasar
samudra itu. Dapat pula ingin
menemukan hewan atau
tumbuhan yang ada di
dalamnya. Atau ingin
menemukan bangkai kapal
yang tenggelam berabad-abad
yang lalu.
Paragraf 2
Karya sastra adalah samudra Sudah Tidak disertakan
kreasi imajinasi dari dijelaskan apa pendapat para
penciptanya. Karya sastra juga itu karya sastra ahli mengenai
samudra kehidupan yang dengan jelas karya sastra
diciptakan pengarangnya.
Karya sastra merupakan tiruan
atau jiplakan kenyataan
(mimetik). Tetapi karya sastra
juga merupakan hasil dari
khayalan yang secara kreatif
diolah dan dibangun menjadi
sebuah dunia; dunia fiksi.
Paragraf 3 Pada paragraf Pada paragraf
Psikologi menggambarkan ini sudah ini tidak
karya sastra adalah samudra sangat jelas ditemukan
(suatu keadaan) kejiwaan dan dijelaskan oleh kekurangan
pemikiran pengarang yang penulis
berada dalam situasi setengah
sadar setelah mendapat bentuk
yang jelas dituangkan ke dalam
bentuk tertentu secara sadar.
Sementara Sosiologi
menggambarkan karya sastra
adalah samudra yang bermata
ganda bagai sekeping mata
uang logam.
Paragraf 4 Pada paragraf Tidak dijelaskan
Bagi seorang arsitek, karya ini sudah contoh karya
sastra merupakan bangunan dijelaskan sastra
yang tersusun atas unsur-unsur secara detail
yang terstruktur membentuk
sebuah sistem. Sedang
Pembaca Sastra, karya sastra
adalah sebuah samudra yang
masih samar-samar dan perlu
dikonkritkan oleh pemaknaan
pembacanya.
Paragraf 5 Sudah Tidak dijelaskan
Banyak orang memiliki menjelaskan mengapa
pandangan bermacam-macam secara pandangan
tentang suatu hal. Itu semua mendetail dan orang berbeda
tergantung pada cara pandang ringkas
yang mereka pakai dalam mengenai
melihat suatu hal itu. Begitu pandangan
juga pandangan dan penjelasan orang melihat
tentang karya sastra. Cara suatu hal
pandang orang
bermacammacam terhadap
karya sastra. Mereka memiliki
dasar filosofis dan konseptual
untuk dipakai memahami karya
sastra. Oleh karena itu, selama
ini usaha untuk mendefinisikan
karya mengalami kesulitan.
Masing-masing orang memiliki
definisi sendiri-sendiri sesuai
kebutuhan dan cara pandang
masing-masing.

BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Buku Mengenal Proses Kreatif Sastrawan Indonesia

A. Kelebihan
1. Dari Aspek Isi Buku
Isi atau informasi yang disampaikan pada buku ini sudah cukup jelas, setiap pembahasan materinya dikupas secara detail. Isi dari buku ini sangat
bermanfaat dan dapat membantu pembaca memahami mengenai cara menulis karya sastra .

2. Dari Aspek Tata Bahasa


Tata bahasa yang digunakan pada buku ini sudah menggunakan bahasa Indoensia yang sangat baik dan jelas, sehingga itu membuat pembaca dengan
mudah untuk memahmi dan mengerti setiap pembahasan materi nya.

3. Dari Aspek Layout (tata letak)


Tata letak yang terdapat dalam buku ini sudah tersusun rapi , tata letak tiap paragraf rapi, setiap kutipan yang terdapat didalam isi buku di tulis secara rapi,
hal itu membuat pembaca mudah mengetahui kutipan-kutipan apa saja yang terdapat di dalam buku tersebut.

B. Kekurangan
1. Dari Aspek Isi buku
Pada buku ini ada beberapa bab yang dibahas hanya sebagian(tidak menyeluruh) dari materi saja, sehingga pembaca agak kesulitan untuk memahaminya,
dan kurang adanya dituliskan contoh penulisan karya sastra dari tokoh sastrawan sehingga pembaca tidak mendapatkan informasi mengenai contoh
penulisan karya sastra.

2. Dari Aspek Tata Bahasa


Bahasa yang digunakan sudah cukup jelas dan baik, hanya saja ada beberapa bahasa yang suit untuk dipahami, dan ada beberapa penggunaan kalimat yang
disetiap antar paragrafnga agak sedikit kurang berkesinambungan sehingga hal itu sedikit membuat pembaca terhambat untuk memahami dan mengerti
buku tersebut.

3. Dari Aspek Layout (tata letak)


Pada buku yang penulis ulas uni tidak memiliki kekurangan dari aspek tataletak, karena tata letak yang digunakan buku ini sudah cukup baik dan tersusun
dengan rapi.

Buku Menulis Kreatif Panduan Belajar Menulis (Buku Pembanding)

A. Kelebihan
1. Pembahasan dalam buku ini cukup bertahap, pembahasan dari satu bab ke bab selanjutnya selalu berkaitan satu sama lain sehingga mudah dimengerti dan
pemahaman pembaca lebih terstruktur.
2. Cukup lengkap untuk dijadikan referensi buku mahasiswa khususnya pada mata kuliah Menulis Kreatif Sastra, sehingga pembaca tidak terbatas dari satu
kalangan saja.
3. Pengertian suatu istilah dijelaskan secara terperinci sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti apa maksud dari istilah tersebut.
4. Materi-materi dari bab satu hingga bab sepuluh menyajikan dengan beberapa contoh sastra. Hal ini tentunya membuat pembaca dapat memahami sebuah
materi lebih dari satu sisi.
5. Pembahasan dipaparkan secara runtut dan sistematis

B. Kekurangan
1. Materi-materi dari bab satu hingga bab sepuluh tidak menyajikan perbandingan pendapat dari beberapa ahli. Hal ini tentunya membuat pembaca lebih sulit
memahami sebuah materi lebih dari satu sisi.
2. Bentuk yang simple dan warna cover yang polos
3. Warna sampul yang begitu polos dan desain buku yang tidak terlalu menarik
4. Di beberapa halaman ada materi yang dijelaskan menggunakan kata yang bertele-tele dan berputar-putar sehingga membuat pembaca bosan dan ingin
langsung melewatkan halaman tersebut

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kreatif menulis sastra mencangkup Tiga unsur penting: kreativitas, pencarian ide, pengendapan, penulisan, editing dan revisi. Kreativitas bisa
mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Penulis karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang
memadai. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara; 1) mengembangkan kosakata, 2) mengembangkan penguasaan kaidah
bahasa, dan 3) mengembangkan pengetahuan makna. Kemampuan seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan karya
sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara: 1)
meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya sastra, 2) mengikuti kegiatan bersastra, 3) melakukan kritik karya sastra, 4) meningkatkan
pengetahuan sastra, dan 5) menulis sastra.

B. SARAN

Sebaiknya kedua buku ini dimiliki mahasiswa agar dapat menjadi buku pedoman yang baik bagi para mahasiswa untuk menambah pengetahuan
yang lebih baik lagi. Karena cakupan dari buku ini sangat luas dan mendalam. Semoga dengan penulisan CBR ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
modal dalam mempelajari sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah,M.,dan Wahyudi Siswanto.2013.Mengenal Proses Kreatif Sastrawan Indonesia.Malang: Cakrawala Indonesia

Suharuyadi.2011. Menulis Kreatif Panduan Belajar Menulis.Tuban: Sanggar Sastra Unirow

Anda mungkin juga menyukai