REPRODUKSI WANITA
REFERAT
i
DAFTAR GAMBAR
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem reproduksi adalah sistem dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk
berkembangbiak atau mempunyai keturunan. Organ reproduksi adalah sekelompok organ
yang terlibat dalam sistem reproduksi. Organ reproduksi manusia secara garis besar dibagi
atas dua yaitu organ reproduksi pria dan organ reproduksi wanita. Organ reproduksi pria
terdiri dari penis, skrotum, testis, saluran kelamin, kelenjar kelamin. Sedangkan organ
reproduksi wanita secara anatomi dibagi menjadi organ reproduksi eksternal (genetalia
eksterna) dan organ reproduksi internal (genetalia interna).1,4,5
Genetalia eksterna terdiri dari vulva,,mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum, dan perineum. Sedangkan genetalia interna terdiri dari vagina, uterus,
tuba falopi, dan ovarium. Masing-masing organ reproduksi tersebut memiliki fungsi
spesifik dalam sistem reproduksi. Organ-organ ini dimiliki wanita sejak lahir, namun
kemampuan reproduksinya baru akan dimulai setelah masa pubertas. 1,2,3
Pengetahuan mengenai anatomi sistem reproduksi wanita beserta rongga panggul dan
dinding abdomen bawah merupakan pengetahuan yang esensial dalam menjalankan praktik
obstetrik, ginekologi, maupun bidang lainnya yang terkait kesehatan reproduksi. Maka dari
itu makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai anatomi sistem reproduksi wanita.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2.2 Camper’s fascia dan Scarpa’s fascia
2.1.3. Vaskularisasi1,2
A. epigastrika superfisialis, A. sirkumfleksa iliaka superfisialis, dan A. pudendal
ekterna superfisialis yang berasal dari A.femoralis akan memperdarahi kulit dan lapisan
subkutan dari dinding anterior abdomen serta mons pubis.
A. epigastrika inferior dan A. sirkumfleksa iliaka profundus yang merupakan cabang
dari A. iliaka eksterna akan memperdarahi otot dan fascia dari dinding anterior abdomen.
2.1.4. Persarafan1
Dinding anterior abdomen dipersarafi oleh saraf interkostal (T7-11), saraf subkostal
(T12), saraf iliohipogastrik dan ilioinguinal (L1).
3
2.2. Organ genetalia eksterna
2.2.1. Vulva
Vulva – atau disebut juga pudenda – mencakup semua struktur yang terlihat dari luar
mulai dari simfisis pubis hingga perineal body, yang terdiri dari mons pubis, labia mayora,
labia minora, klitoris, hymen, vestibulum, muara uretra, kelenjar vestibula mayor/ kelenjar
Bartholin, kelenjar vestibula minor, dan kelenjar parauretra. 1,2,4
Mons pubis atau disebut juga dengan mons veneris, adalah bantalan berisi jaringan
lemak yang berada diatas simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditumbuhi
rambut kemaluan. Pada wanita, distribusi rambut kemaluan berbentuk segitiga, dimana
alasnya mencakup permukaan simfisis pubis dan puncaknya akan berakhir di klitoris. 1,2
Secara embriologis, labia mayor merupakan homolog dari skrotum pada pria. Bentuk
labia bervariasi tergantung dari jumlah jaringan lemak yang dikandungnya. Labia umumnya
berukuran panjang 7 – 8 cm, dalam 2 – 3 cm, dan tebal 1 – 1.5 cm. Labia mayora merupakan
kelanjutan dari mons pubis pada bagian superior dan pada bagian posterior akan membentuk
komisura posterior. Labia bagian luar akan ditutupi oleh rambut, sementara bagian dalam
tidak. Labia mayora juga banyak mengandung kelenjar apokrin, ekrin, dan sebasea. 1,2,4,5
Labia minora merupakan lipatan jaringan tipis yang berapa di medial dari labia
mayora. Pada laki-laki, labia minora homolog dengan penis bagian ventral. Labia minora
akan memanjang ke arah superior, kemudian terbagi menjadi 2 lamela. Dari kedua sisi,
lamela bagian bawah akan menyatu dan membentuk frenulum klitoris, dan lamela bagian atas
akan membentuk preputium. Ke arah inferior, labia minora akan bergabung dan membentuk
fourchette. Ukuran dari labia minora bervariasi diantara setiap individu, dengan panjang 2 –
10 cm dan lebar 1 – 5 cm. Labia minora tersusun dari jaringan ikat, pembuluh darah, serat
elastin dan serat otot. 1,2
Klitoris merupakan organ yang bersifat erektil dan merupakan homolog dari penis
pada pria. Klitoris terletak dibawah preputium dan diatas frenulum dari uretra. Klitoris terdiri
dari sebuah kelenjar, korpus, dan 2 krura. Klitoris diperdarahi oleh cabang dari A. pudenda
interna.1,2
4
Gambar 2.4 Sturuktur genetalia eksterna – secara kolektif disebut vulva2
5
kandung kemih dan uretra oleh septum vesikovaginal dan pada sisi posterior dipisahkan dari
rektum oleh septum rektovaginal. Pada ¼ bagian atas vagina dipisahkan dari rektum dengan
rectovaginal pouch/ cul-de-sac/ kavum Douglas. Panjang vagina bervariasi pada masing-
masing wanita, namun umumnya dinding anterior berkisar antara 6 – 8 cm dan dinding
posterior 7 – 10 cm.1,2,3
Vagina memiliki banyak pasokan darah. Bagian proksimal diperdarahi oleh cabang
servikal dari A. uterina dan A. vaginal. Bagian posterior diperdarahi oleh A. rektal media,
sementara bagian distal diperdarahi oleh A. pudenda interna.1,2
2.2.4. Perineum
Perineum merupakan daerah berbentuk diamond yang dibatasi oleh simfisis pubis
pada sisi anterior, ramus ischiopubik dan tuberositas ischial pada sisi anterolateral, ligamen
sacrotuberous pada sisi posterolateral dan koksigeus pada sisi posterior.1
6
Gambar 2.8 Potongan koronal pelvis wanita2
7
Gambar 2.9 Gambaran anterior (A), lateral kanan (B), posterior (C) dari uterus. 1
a = tuba falopi, b = ligamentum rotundum, c = ligamentum uteroovarian, Ur = ureter.
Gambar 2.11 Organ pelvis wanita. Uterus dibatasi oleh kandung kemih pada sisi
anterior, rektum pada sisi posterior, dan lipatan ligamentum latum pada sisi lateral.2
8
2.3.2. Serviks
Bagian servikal dari uterus bersifat fusiform dan terbuka pada tiap ujungnya oleh
apertura kecil yaitu ora servikal interna dan eksterna. Bagian atas dari serviks adalah os.
interna yang berhubungan ke tingkat dimana peritoneum mengarah ke kandung kemih.
Bagian atas dari segmen servikal (portio supervaginalis) terletak diatas gabungan antara
vagina dengan serviks. Bagian tersebut dilapisi oleh peritoneum pada permukaan
posteriornya, bagian lateral menyatu dengan ligamen kardinal. Bagian bawah servikal
menonjol ke arah vagina sebagai portio vaginalis. 1,2
Bagian luar dari portio serviks ke os. eksterna dinamakan sebagai ektoserviks dan
dilapisi terutama oleh epitel skuamosa berlapis yang tidak terkeratinisasi. Sebaliknya, kanalis
endoservikal dilapisi oleh selapis epitel kolumnar yang mensekresi musin, yang membentuk
suatu celah cekungan atau “kelenjar”. Biasanya selama kehamilan, epitel endoservikal
berpindah keluar dan mengarah ke ektoserviks dalam suatu proses fisiologis yang dinamakan
sebagai eversi. 1,2,5
Stroma servikal sebagian besar terbentuk oleh kolagen, elastin, dan proteoglikan, serta
sebagian kecilnya otot polos. Pada awal kehamilan, peningkatan vaskuler di dalam stroma
serviks dalam epitel menciptakan warna biru ektoserviks yang merupakan tanda Chadwick.
Edema serviks mengarah ke pelunakan – tanda Goodell, sedangkan pelunakan isthmus adalah
tanda Hegar.3,5
9
Gambar 2.12 Serabut otot polos miometrium1
2.3.4. Ligamentum
Posisi uterus dalam rongga panggul ditunjang oleh beberapa ligamentum yang
memanjang dari permukaan uterus ke arah dinding samping pelvis. Ligamentum tersebut
terdiri atas ligamentum rotundum (round ligament), ligamentum latum (broad ligament),
ligamentum kardinal, dan ligamentum uterosakral.1,2
Ligamentum rotundum secara embriologi merupakan homolog dari gubernakulum
testis pada laki-laki. Bagian tersebut berasal dari bagian bawah dan anterior dari asal tuba
falopi. Secara klinis, orientasi ini dapat membantu dalam mengidentifikasi tuba falopi selama
sterilisasi nifas. Hal ini penting bila terdapat adhesi pelvis yang membatasi pergerakan tuba
dan sehingga membatasi visualisasi fimbria sebelum dilakukan ligasi tuba. Ligamentum
rotundum memanjang secara lateral dan ke bawah melewati kanalis inguinalis dan berakhir di
bagian atas dari labia mayora. Di dalam ligamen ini terdapat cabang dari atreri uterina yang
dinamakan arteri Sampson. Pada wanita yang tidak hamil, ligamentum rotundum memiliki
diameter yang beragam antara 3 – 5 mm dan tersusun dari kumpulan otot polos yang
10
dipisahkan oleh septa jaringan serabut. Selama kehamilan, ligamen tersebut menjadi
hipertrofi dan bertambah panjang dan melebar.1,2
Ligamentum latum adalah struktur berbentuk seperti dua sayap yang membentang
dari batas lateral uterus hingga dinding samping pelvis. Ligamentum latum membagi rongga
pelvis menjadi ruangan anterior dan posterior. 1,2
Peritoneum yang terletak di atas tuba falopi dinamakan mesosalfing, yang berada di
sekeliling ligamentum rotundum adalah mesoteres, dan yang berada di bawah ligament
uteroovarii adalah mesovarium. Peritoneum yang memanjang dibawah ujung fimbriae dari
tuba falopi ke arah dinding pelvis membentuk ligamentum infundibulopelvis atau
ligamentum suspensorium ovarii. Bagian ini berisi saraf dan pembuluh darah ovarium, dan
selama kehamilan pembuluh-pembuluh darah ini terutama pleksus vena membesar secara
drastis. Secara spesifikm diameter dari pedikel vaskuler ovarium bertambah dari 0,9 – 2,6 cm
pada cukup bulan. 1,2
Ligamentum kardinal yang juga dinamakan sebagai ligamen servikal transversalis
atau ligamen Mackenrodt adalah dasar yang tebal dari ligamen lebar. Secara medial,
bergabung secara erat ke uterus dan bagian atas vagina.1,2
Parametrium adalah jaringan ikat di sekitar dan di lateral dari uterus di dalam ligamen
lebar. Jaringan paraservikal adalah jaringan yang berada di dekat dari serviks dimana
parakolpus adalah jaringan yang terletak lateral dari dinding vagina.1,2
11
Gambar 2.15 Gambaran skematik ligamentum latum2
2.3.5. Vaskularisasi
A. uterina, yaitu cabang utama dari A. iliaka interna (yang sebelumnya dinamakan
sebagai A. hipogastrik) memasuki dasar dari ligamentum latum dan mengarah ke medial
hingga ke sisi dari uterus. Sekitar 2 cm lateral dari serviks, A. uterina menyeberangi ureter.
Kedekatan ini sangat penting dalam keahlian pembedahan karena ureter dapat saja terluka
atau terligasi selama histerektomi saat pembuluh-pembuluh darah diklem dan diligasi.1,2,3
Dari A. arkuata, cabang radial yang berasal dari sudut kanan, transversal kedalam
melalui miometrium, masuk ke endometrium, dan bercabang ke sana untuk menjadi A.
basalis atau A. spiral. A. spiral tersebut memperdarahi lapisan fungsionalis. Pembuluh-
pembuluh darah ini merespon terutama dengan vasokonstriksi dan dilatasi terhadap beberapa
hormon sehingga berperan penting dalam menstruasi.2,3
Sebelum A. uterina utama mencapai tuba falopi, arteri ini bercabang menjadi tiga
cabang terminal. Cabang ovarium dari A. uterina membentuk suatu anastomosis dengan
12
cabang terminal dari A. ovarium; cabang dari tuba mengarah ke mesosalfing dan
memperdarahi bagian dari tuba falopi; dan cabang fundus menembus uterus paling atas.1,2
Sebagai tambahan dari A. uterina, uterus menerima cadangan darah dari A. ovarika.
Arteri ini merupakan cabang langsung dari aorta dan masuk ke dalam ligamentum rotundum
melalui ligamentum infundibulopelvis. A. ovarium membentang sepanjang hilum dan juga
memiliki beberapa cabang yang melewati mesosalfing untuk memperdarahi tuba falopi.
Namun, cabang utamanya melintasi keseluruhan sepanjang dari ligamentum latum dan
mengarah ke kornu uterina. Disinilah terbentuk suatu anastomosis dengan cabang dari arteri
uterina. Pasokan darah uterus yang ganda ini membuat adanya cadangan vaskuler untuk
mencegah adanya iskemia uterus bila dilakukan ligasi A. iliaka interna atau A. uterina untuk
mengontrol perdarahan postpartum.1,2,3
Pasokan darah ke pelvis sebagian besar didapatkan dari cabang dari A. iliaka interna.
Cabang-cabang ini terbagi menjadi bagian anterior dan posterior, dan cabang selanjutnya
sangatlah beragam antar individu.1
Bagian anterior memberikan pasokan darah ke organ di pelvis dan perineum dan
termasuk A. gluteal inferior, A. pudendal interna, A. rektal media, A. vagina, A. uterina, dan
obturator, sama halnya dengan A. umbilikalis dan sambungannya dengan A. vesikal. Bagian
percabangan posterior membentang ke bokong dan paha dan terdiri dari A. gluteal superior,
A. sakral lateral, dan A. iliolumbar.1
13
Gambar 2.18 Arteri organ reproduksi wanita2
2.3.8. Ovarium
Ovarium berbentuk oval seperti buah almond, selama masa subur ovarium berukuran
panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1,5 cm. Letaknya juga berubah-ubah
namun biasanya terdapat di bagian atas dari rongga pelvis dan beristirahat pada dinding
lateral pelvis. Fossa ovarium Waldeyer ini berada di antara pembuluh darah interna dan
eksterna.1,2,3
Ovarium terdiri atas korteks dan medula. Bagian terluar dari korteks biasanya lembut
pada wanita muda. Medula adalah bagian tengah yang tersusun atas jaringan ikat. Terdapat
sejumlah besar arteri dan vena di dalam medulla dan sedikit serabut saraf otot polos.
Ligamentum uteroovarium berasal dari lateral dan bagian atas dari uterus, tepat
berada dibawah tingkat masuknya tuba, dan memanjang ke bagian uterus dari ovarium.
Biasanya ligamen ini berdiameter sebesar 3 hingga 4 mm. terdiri dari otot dan jaringan ikat
dan dibungkus oleh peritoneum (mesovarium).2
Ovarium disokong oleh saraf simpatetik dan parasimpatik. Saraf simpatetik berasal
secara utamanya dari pleksus ovarium, pleksus renalis, dan pleksus yang mengelilingi cabang
dari arteri uterina di ovarium. Parasimpatetiknya berasal dari nervus vagus.1,2
15
Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
Tempat terjadinya konsepsi.
Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap mengadakan implantasi.
16
tuba falopi, dan ovarium.2
Gambar 2.22 Gambaran skematis potongan sagital dari pelvis. Warna biru adalah
peritoneum. Uterus dalam posisi antefleksi.2
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem reproduksi wanita secara anatomi dibagi menjadi genetalia eksterna dan
genetalia interna. Genetalia eksterna terdiri dari vulva, mons veneris, vestibulum, labia
mayora, labia minora, vagina, klitorus, dan perineum. Genetalia interna terletak dalam
rongga panggul dan terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Masing-masing
organ reproduksi memiliki fungsi dan peranannnya masing-masing dalam sistem
reproduksi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse. Williams Obstetrics. 24th
Ed. Mc Graw-Hill. 2010: 16 – 31.
2. Katz VL, Lentz GM, Lobo RA, Gershenson DM. Comprehensive Gynecology. 5th
edition. Mosby. 2007: 43 – 70.
3. Dutta DS. DC Dutta’s Textbook of Obstetrics including perinatology and contraception. 6th
ed.New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013: 1 – 16.
4. Sarwono, Prawiroharjo. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: PT Bina Pustaka
5. Sherwood, L. 2011. Sistem Reproduksi. Dalam: Fisiologi Reproduksi Wanita. Ed. 6.
Jakarta: EGC
6. Speroff L, Fritz M.A. 2011. Clinical Gynegologic Endocrinology and Infertility. Edisi
8. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
7. Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier
8. Netter, f.h., 2010. Atlas of Human Anatomy fifth edition. USA; Saunder
Elsevier.
20