Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Profil PT. Sinar Sosro

PT. SINAR SOSRO merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam

kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Perusahaan ini berdiri pada

tahun 1974 dan terletak di kawasan Cakung, Bekasi, Jawa Barat yang dahulu dikenal

dengan wilayah Ujung Menteng.

Pendiri bisnis Sosro adalah Bapak Sosrodjojo (alm) disebut sebagai Generasi

Pertama. Keluarga Sosrodjojo memulai bisnisnya pada tahun 1940 di kota Slawi,

Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh merek “Teh Cap

Botol”. Pada tahun 1965, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya dengan

merambah ke Jakarta dengan melakukan strategi “CICIP RASA” (product sampling)

ke beberapa pasar di Jakarta.

Awalnya, datang ke pasar-pasar dengan cara memasak dan menyeduh teh

langsung di tempat. Setelah siap, seduhan teh tersebut langsung dibagikan kepada

orang-orang yang ada di pasar. Namun cara ini kurang berhasil karena teh yang telah

diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlalu lama sehingga pengunjung di

pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.

47
Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
48

Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan ke

dalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan

mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa tumpah

selama perjalanan dari kantor ke pasar karena pada saat tersebut jalanan di Jakarta

masih berlubang dan belum sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk membawa

teh yang telah diseduh dan dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata

cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung

dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya.

Setelah bertahun-tahun strategi “CICIP RASA”, pada tahun 1969 timbul

gagasan untuk menjual teh siap minum dalam kemasan botol “Ready to Drink Tea”

dengan merek Teh Botol. Baru pada awal tahun 1970 usaha menjual Teh Siap

Minum dalam kemasan botol ini dimulai dengan usaha industri rumahan. Nama “Teh

Botol” diambil dari teh seduh merek ”Teh Cap Botol”, yang saat itu sudah mulai

terkenal di Jakarta dan ”Sosro” dari nama keluarga pendirinya yakni ”Sosrodjojo”.

Tahun 1969, seiring dengan semakin diminatinya teh botol Sosro oleh

masyarakat Jakarta, teh botol Sosro kemudian diproduksi dengan lebih massal tetapi

masih dalam skala industri rumahan dan menggunakan botol dengan desain umum.

Pada tahun 1972, logo teh botol sosro berganti desain dan mulai mencantumkan logo

sosro di leher botol. Pada tahun 1974, logo teh botol sosro kembali mengalami

perubahan desain dan pada saat yang bersamaan botol teh botol sosro dirubah

bentuknya menjadi lebih unik dan menonjol dan bentuk botol tersebut masih

digunakan sampai saat ini, serta produksinya sudah mulai menggunakan mesin

bertekhnologi tinggi yang di impor dari Jerman.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
49

Gambar 4.1
Teh Botol Sosro

Sumber: PT. Sinar Sosro

Sejak generasi pertama, keluarga Sosro memiliki satu filosofi yang mulia dan

selalu diterapkan pada setiap aktivitas bisnisnya. Dasar atau Filosofi PT. Sinar Sosro

adalah “Niat Baik” yang di jabarkan dalam 3K dan RL yakni :

1. Peduli terhadap KUALITAS

2. Peduli terhadap KEAMANAN

3. Peduli terhadap KESEHATAN PRODUK

4. Serta RAMAH LINGKUNGAN

Untuk menghasilkan kualitas teh yang bermutu, bahan baku teh hanya

diambil dari perkebunan milik sendiri yaitu dengan nama perusahaan PT.

AGROPANGAN PUTRA MANDIRI. Dari perkebunan teh tersebut, daun teh

kemudian diolah menjadi teh kering yang menjadi bahan baku teh untuk produk-

produk PT. Sinar Sosro yaitu dengan nama perusahaan PT. GUNUNG SLAMAT.

PT. AGROPANGAN PUTRA MANDIRI dan PT. GUNUNG SLAMAT

merupakan sister company dari PT. Sinar Sosro yang bernaung perusahaan induk

yaitu Rekso Group.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
50

Visi dan Misi PT. Sinar Sosro

Visi

Menjadikan Rekso Group berperan dan disegani di kawasan Regional Asia Pasifik

Misi

Menumbuhkembangkan bisnis-bisnis yang sudah ada dan jeli melihat peluang untuk

mengembangkan bisnis-bisnis yang baru

4.1.2 Struktur Organisasi

Berikut struktur organisasi PT. Sinar Sosro KPB Cakung, Divisi produksi dan

pemeliharaan. Penelitian dilakukan hanya pada bagian PPIC (Planning Product

Inventory Control) karena bagian tersebut yang berkompeten untuk memberikan

data.

Berikut tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan :

1. General Manager, merupakan pimpinan tertinggi perusahaan. Bertanggung

jawab kepada Direktur Operasi. Tugasnya sebagai berikut :

a. Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan

b. Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan

c. Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahaan

d. Menyebarkan dan menerapkan kebijakan serta mengawasi

pelaksanaannya

e. Melaksanakan kontrak kerja dengan pihak luar

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
51

2. Manager Produksi dan Pemeliharaan, bertanggung jawab kepada General

Manager. Tugasnya sebagai berikut :

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi agar tidak terjadi

kekurangan dan kelebihan persediaan

b. Mengadakan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan

spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan

c. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi

d. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpanan sehingga dapat dilakukan perbaikan

3. Senior Supervisor Produksi, bertanggung jawab kepada General Manager.

Tugasnya sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi

b. Menyusun target renacana produksi dan upaya-upaya pencapaiannya

c. Mengawasi dan merencanakan atas pelaksanaan produksi sesuai dengan

spesifikasi dan standar mutu yang telah ditetapkan

d. Mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan produksi untuk mendeteksi

setiap kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan

e. Menyusun sistem dan mekanisme kerja dari masing-masing unit produksi

4. Supervisor Produksi dan Pemeliharaan, bertanggung jawab kepada Senior

Supervisor Produksi. Tugasnya sebagai berikut :

a. Mengadakan pemeriksaan, penilaian, analisa serta evaluasi pekerjaan

bawahan

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
52

b. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu

c. Mengkoordinir pembagian tugas bawahan

d. Merencanakan pemakaian bahan baku, bahan penolong dan utilitas

e. Menjaga dan membantu kelancaran jalannya produksi

5. Supervisor Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC),

bertanggung jawab kepada General Manager. Tugasnya sebagai berikut :

a. Mengendalikan persedian bahan baku, bahan penolong, dan bahan

tambahan

b. Mengendalikan persedian bahan jadi

c. Menentukan jenis produk yang akan diproduksi setiap hari

d. Bertanggung jawab terhadap manajer produksi

6. Supervisor Utility dan Workshop, bertanggung jawab kepada General

Manager. Tugasnya sebagai berikut :

a. Menjamin kelancaran operasi mesin secara keseluruhan

b. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan mesin

c. Bertugas melakukan pemasangan peralatan mesin

d. Mengawasi pekerjaan operator di power house

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
53

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Sinar Sosro


GENERAL
MANAGER

MANAGER
PRODUKSI &
MAINTENANCE

SENIOR
SUPERVISOR
PRODUKSI

SUPERVISOR PRODUCTION& SUPERVISOR SUPERVISOR


PROSES MAINTENANCE UTILITY & PPIC / Logistik
(KITCHEN) SUPERVISOR WORKSHOP

AST.PRODUCTION&
MAINTENANCE
SUPERVISOR

SUPERVISORY
TRAINEE

KARU
KARU ELECTRIK OPE ADM KARU
WORK
KITCHEN RANK PRODUKSI LOGISTIK
SHOP

Operator Operator KAPOK OPERATOR ADM ADM MEKANIK OPERATOR ADM


KITCHEN WT SELEKTOR PRODUKSI GUDANG PRODUKSI WORK UTILITY LPGISTIK
SPAREPART SHIFT SHOP

Ast. Operator ASISTANT.


KITCHEN OPERATOR
PRODUKSI
Sumber: PT. Sinar Sosro
PETUGAS PETUGAS PETUGAS
SELEKTOR GUDANG GUDANG
PRODUKSI SPAREPART LOGISTIK

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
54

4.1.3 Proses Produksi

Pabrik PT. Sinar Sosro yang terletak di Cakung merupakan pabrik yang

khusus dalam pembuatan botol beling atau sering disebut RGB (Returnable Glass

Bottle), sehingga proses produksi yang akan di jelaskan mengenai proses produksi

teh botol sosro. Berikut proses produksi PT. Sinar Sosro KPB Cakung :

Gambar 4.3
Proses Produksi Teh Botol Sosro

Gula Pasir Air Teh Melati Sosro

Air Baku
I d ti

Pencampuran
Sirup Gula Ekstrak

Pasteurisasi

Cuci Botol

Teh Botol
Pembotolan
Hot Filling
Crown Cork
(Tutup Botol)
Proses UV

Sumber: PT. Sinar Sosro

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
55

Bahan baku yang digunakan:

1. Teh Wangi Melati (Jasmine Tea)

Teh berasal dari pemasok tunggal yaitu PT. Gunung Slamet, Slawi, Jawa

Tengah yang memiliki perkebunan sendiri di daerah Tasikmalaya, Garut, dan

Cianjur. Dalam pengadaan bahan baku teh, Sosro tidak menerima dari pemasok

lain. Hal ini berdasarkan pertimbangan dalam menjamin ketersediaan bahan baku

dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Jenis teh yang digunakan adalah teh hijau yaitu teh yang belum mengalami

fermentasi dan mempunyai kadar kepahitan yang rendah. Teh yang dibeli berupa

rajangan teh kering yang telah dicampur dengan bunga melati sehingga

menghasilkan teh wangi melati. Teh yang dipakai dalam pembuatan Teh Botol

Sosro adalah teh dengan mutu superior.

2. Gula pasir

Gula pasir yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan proses produksi

pada dasarnya sama dengan gula untuk konsumsi rumah tangga tetapi kadar

kemanisannya lebih tinggi. PT. Sinar Sosro menggunakan gula pasir yang diimpor

dari Inggris, Perancis, Korea dan Thailand karena mutunya lebih terjamin dan

harganya yang lebih murah.

3. Air

Air yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro berasal dari sumber air bawah tanah

berupa sumur-sumur dalam (arthesis) dengan kedalaman sekitar 150-200 meter.

Sumber air dipompa melalui pompa bertekanan tinggi (high pressure) yang di

alirkan ke dalam bak penampung (reservoir) yang berkapasitas 95 m3. Di sini

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
56

dilakukan proses klorinisasi untuk membunuh mikroba seperti bakteri dan

membantu mengendapkan besi dan mangan. Air ditampung dalam 4 buah buffer

tank yang berkapasitas 80.000 liter (masing-masing berkapasitas 20.000 liter)

yang akan digunakan untuk mengekstrak teh.

Bahan Pengemasnya :

1. Crown cork

Crown cork terbuat dari TFS (thin free steel) dan dilapisi dengan PVC

(polivinilklorida). Crown cork berfungsi sebagai penutup botol agar produk aman

dari pengaruh udara luar dan dapat juga digunakan sebagai identitas suatu produk.

2. Botol

Botol merupakan bahan pengemas yang langsung kontak dengan produk.

Botol yang digunakan terbuat dari bahan kaca yang tahan panas, tidak berwarna,

dan berbentuk sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.

3. Krat

Krat merupakan bahan pengemas yang tidak kontak langsung dengan produk.

Krat terbuat dari polietilen. Satu krat dapat memuat 24 botol dan digunakan untuk

distribusi.

Tahap Pembuatan:

Tahap I : Penyeduhan Teh

Teh kering yang di ekstrak air panas pada temperature 100˚- 105˚C. Dengan

volume yang telah ditentukan. Air dimasukkan dengan cara menyemprotkan air

panas lewat atas. Setelah volume air tercapai, ditunggu antara 15 – 20 menit. Teh

wangi melati diseduh didalam tangki ekstraksi dengan air yang mendidih yang sudah

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
57

melalui filtrasi pemanasan. Setelah proses penyeduhan teh selesei, maka Teh Cair

Pahit (TCP) hasil seduhan tersebut dilewatkan ke filter cosmos (kadar Tanin TCP

setelah disaring dengan cosmos filter tinggal 950 – 1300 ppm) dan ditampung di

tangki percampuran (Mixing Tank).

Tahap II : Pembuatan Sirup Gula

Gula pasir dimasukkan ke Hopper, kemudian dengan screw conveyor gula

dimasukkan ke dissolver gula. Gula dilarutkan dengan air softener pada temperatur

100˚ ± 5˚ C. Pada penggunaan jenis gula tertentu ditambahkan active carbon powder.

Jumlah active carbon powder yang ditambahkan sekitar 0,5 kg untuk gula lokal.

Penyaringan larutan gula dilakukan melalui beberapa tahap yaitu penyaringan

kasar pada hopper screw conveyor, dan penyaringan dengan cosmos filter. Untuk

mengurangi kesadahan gula sirup dilewatkan unit softenet. Jika kesadahan belum

mencapai standar, dari softener sirup gula disirkulasikan kembali ke tangki pelarutan

gula. Jika kesadahan gula tercapai, sirup gula langsung dimasukkan ke Mix Tank

untuk dicampur dengan Teh Cair Pahit.

Tahap III : Percampuran

Dari tangki penampungan, sirup gula dipompa ke tangki percampuran hingga

kadar gula untuk Teh Cair Manis (TCM) mencapai standar yang telah ditentukan.

Tahap IV: Pemanasan Teh Cair Manis

Teh Cair Manis (TCM) adalah percampuran antara Teh Cair Pahit (TCP)

dengan sirup gula yang kemudian dipompa ke unit pasteurisasi (proses pemanasan).

Pada proses ini TCM dipanaskan dengan Heat Exchanger (Pemanas Tidak

Langsung) hingga mencapai temperatur diatas 90˚C.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
58

Tahap V : Pengisian Dalam Botol

Dari unit pasteurisasi ini TCM di pompa ke mesin pengisi botol. Di stasiun

ini, TCM dengan temperatur di atas 90˚C diisi ke dalam botol panas yang sudah

dicuci dan steril sehingga bebas dari kuman. Dalam keadaan panas, botol langsung

ditutup, diangkut dan dibiarkan dingin.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan penjabaran jawaban responden yang bertujuan

untuk memberikan jawaban atau deskriptif suatu data yang ditinjau dari nilai rata-

rata (mean) dan standar deviasi. Dalam penelitian ini mean adalah nilai rata-rata dari

keseluruhan responden, sedangkan standar deviasi merupakan variasi dari jawaban

responden.

Sebelum menjelaskan mengenai statistik deskriptif dari keempat variabel,

terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai frekuensi profil responden. Dalam

penelitian ini profil responden yang digunakan berdasarkan karakteristik-

karakteristik seperti jenis kelamin, usia, masa kerja, pendidikan terakhir, posisi

pekerjaan dan berdasarkan pengetahuan responden seperti sertifikasi ISO 14001 dan

poin-poin mengenai manajemen rantai pasokan ramah lingkungan.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
59

Tabel 4.1
Profil Responden
(N=35)

Karakteristik Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin
Laki-Laki 24 68,6 %
Perempuan 11 31,4 %
Usia
21 – 30 Tahun 12 34,3 %
30 – 40 Tahun 8 22,9 %
> 40 Tahun 15 42,9 %
Masa Kerja
1 – 5 Tahun 13 37,1 %
5 – 10 Tahun 9 25,7 %
> 10 Tahun 14 38,1 %
Pendidikan Terakhir
SMU/Sederajat 9 25,7 %
D1/D2/D3 14 40 %
Sarjana 10 28,6 %
Pasca Sarjana 2 5,7 %
Posisi Pekerjaan
Manajer 1 2,9 %
Staf 22 62,9 %
Lainnya 12 34,3 %
Telah Tersertifikasi ISO
Ya 25 71,4 %
Tidak 10 28,6 %
Poin-Poin MRPRL
Ya 21 60 %
Tidak 14 40 %
Sumber: Data Diolah dengan SPSS (Terlampir)

Dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa

responden pria sebanyak 24 orang dengan presentase sebesar 68,6 % dari total

responden dan responden wanita sebanyak 11 orang dengan presentase sebesar 31,4

% dari total responden sebanyak 35 orang. PT. Sinar Sosro sebagian besar

membutuhkan tenaga kerja pria, karena pria bergerak lebih cepat dalam mengatur

sesuatu ketimbang wanita dan fisiknya lebih kuat.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
60

Karakteristik berdasarkan usia diketahui bahwa responden yang berusia

antara 21 – 30 tahun terdapat sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 34,3 %.

Sementara itu berusia antara 30 – 40 tahun terdapat sebanyak 8 orang dengan

presentase sebesar 22,9 % dari total responden dan responden yang berusia di atas 40

tahun sebanyak 15 orang dengan presentase sebesar 42,9 % dari total responden,

karena pada usia tersebut merupakan usia dengan loyalitas yang tinggi dan lebih

berpengalaman di dalam setiap pekerjaan karna wawasan yang di dapat sudah cukup

banyak.

Pada karakteristik responden berdasarkan masa kerja diketahui bahwa

responden yang telah bekerja selama 1 – 5 tahun terdapat sebanyak 13 orang dengan

presentase sebesar 37,1 % dari total responden, sebanyak 9 orang dengan presentase

sebesar 25,7 % dari total responden yang telah bekerja selama 5 – 10 tahun dan yang

telah bekerja lebih dari 10 tahun terdapat sebanyak 14 orang dengan presentase

sebesar 38,1 % dari total responden. Hal itu terjadi karena PT. Sinar Sosro

memberikan kesejahteraan yang baik bagi para karyawannya sehingga karyawan

banyak yang bertahan di perusahaan tersebut dan perusahaan ini merupakan

perusahaan yang sudah cukup lama.

Hasil dari karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diketahui

bahwa responden yang berpendidikan SMU/sederajat terdapat sebanyak 9 orang

dengan presentase sebesar 25,7 % dari total responden. Responden yang

berpendidikan D1/D2/D3 terdapat sebanyak 14 orang dengan presentase sebesar 40

% dari total responden. Hal ini terjadi karena karyawan/pekerja PT. Sinar Sosro

memiliki banyak fungsi yang memerlukan tingkat pendidikan yang cukup agar

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
61

mempunyai wawasan yang luas. sedangkan responden yang berpendidikan Sarjana

terdapat sebanyak 10 orang dengan presentase sebesar 28,6 % dari total responden

dan responden yang berpendidikan Pasca Sarjana terdapat sebanyak 2 orang dengan

presentase sebesar 5,7 % dari total responden. Sementara karakterisik responden

berdasarkan posisi pekerjaan staf diketahui bahwa mayoritas responden terdapat

sebanyak 22 orang dengan presentase sebesar 62,9 % dari total responden. Hal ini

terjadi karena PT. Sinar Sosro kebanyakan karyawan berada pada posisi manajemen.

Sedangkan posisi pekerjaan lainnya sebanyak 12 orang dengan presentase 34,3 %

dari total responden dan posisi manajer 1 orang dengan presentase 2,9 % dari total

responden.

Setiap responden yang ditanyakan mengenai pengetahuan terhadap sertifikasi

ISO 14001 di dalam perusahaan, yang menjawab Ya terdapat sebanyak 25 orang

dengan presentase sebesar 71,4 % dari total responden. Hal ini terjadi karena PT.

Sinar Sosro telah melakukan sosialisasi mengenai sertifikasi dan disampaikan

keseluruh karyawannya. Sedangkan yang menjawab Tidak terdapat sebanyak 10

orang dengan presentase sebesar 28,6 % dari total responden.

Responden yang paham akan poin-poin dari manajemen rantai pasokan ramah

lingkungan diketahui sebanyak 21 orang dengan presentase 60 % dari total

responden yang menjawab Ya. Hal ini terjadi karena karyawan sebelumnya sudah

diberikan pengarahan mengenai manajemen rantai pasokan ramah lingkungan.

sedangkan yang menjawab Tidak terdapat sebanyak 14 orang dengan presentase 40

% dari total responden.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
62

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif

Std.
Pernyataan Min Max Mean
Deviation
Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan
Perusahaan kami melakukan proses
1 5 3,28 1,016
pengadaan barang/jasa yang formal
Perusahaan kami melakukan proses
pengadaan barang/jasa yang ramah 1 5 3,57 0,850
lingkungan
Perusahaan kami menerapkan sistem
1 5 3,60 0,976
manajemen lingkungan
Perusahaan kami melakukan audit
1 5 3,42 0,884
lingkungan secara teratur
Perusahaan kami mengembangkan produk
1 5 3,51 0,950
yang ramah lingkungan
Perusahaan kami memenuhi persyaratan
1 5 3,62 1,031
untuk mematuhi peraturan lingkungan
Adanya bantuan dari pemasok baik secara
teknis, manajemen dan finansial untuk 1 5 3,45 1,038
mengatasi masalah lingkungan
Perusahaan dan pemasok secara bersama-
sama mengembangkan produk yang 1 5 3,65 0,998
ramah lingkungan
Modal Sosial Struktural
Perusahaan dan pemasok saling berbagi
2 5 3,57 1,008
infomasi yang relevan dan tepat
Perusahaan dan pemasok berinteraksi
2 5 3,60 1,005
secara rutin dan intensif
Perusahaan dan pemasok menyelesaikan
2 5 3,77 0,807
masalah secara bersama-sama
Perusahaan dan pemasok saling berbagi
pengetahuan dan saling memahami satu 2 5 3,68 1,022
sama lain
Modal Sosial Relasional
Perusahaan dan pemasok saling memiliki
2 5 3,48 0,853
kepercayaan satu sama lain
Perusahaan kami memiliki hubungan baik
2 5 3,71 0,893
dengan pemasok
Perusahaan dan pemasok saling
2 5 3,65 0,905
menghormati satu sama lain
Pemasok menganggap perusahaan kami
2 5 3,54 0,950
sebagai mitra jangka panjang

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
63

Kinerja Operasional
Kualitas produk perusahaan kami sudah
2 5 3,71 0,750
lebih baik dibandingkan dengan pesaing
Ketepatan waktu pengiriman pada
perusahaan kami sudah lebih baik 2 5 3,65 0,838
dibandingkan dengan pesaing
Biaya produksi perusahaan kami lebih
2 5 3,71 0,750
efisien dibandingkan dengan pesaing
Perusahaan kami mempunyai kemampuan
yang lebih efektif di dalam penentuan
2 5 3,91 0,701
jumlah keluaran dibandingkan dengan
pesaing
Perusahaan kami memiliki waktu yang
lebih efisien untuk mengembangkan 2 5 3,80 0,867
produk baru dibandingkan dengan pesaing
Produktifitas perusahaan kami sudah lebih
2 5 4,05 0,905
baik dibandingkan dengan pesaing
Persepsi kepuasan konsumen terhadap
perusahaan kami lebih baik dibandingkan 2 5 3,91 0,781
dengan pesaing
Sumber: Data Diolah dengan SPSS (Terlampir)

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa item yang memiliki standar deviasi

terbesar yaitu 1,038 pada pernyataan “Adanya bantuan dari pemasok baik secara

teknis, manajemen dan finansial untuk mengatasi masalah lingkungan”. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat variasi jawaban diantara responden penelitian, dan

menunjukan bahwa persepsi dari responden cenderung memiliki perbedaan pendapat

mengenai bantuan yang diberikan pemasok kepada perusahaan.

Sedangkan standar deviasi terkecil yaitu 0,701 pada pernyataan “Perusahaan

kami mempunyai kemampuan yang lebih efektif di dalam penentuan jumlah keluaran

dibandingkan dengan pesaing”. Hal ini menunjukan bahwa jawaban yang diberikan

responden tidak bervariasi, dan menunjukan bahwa persepsi dari responden memiliki

kesamaan pendapat mengenai kemampuan perusahaan untuk menentukan jumlah

keluaran yang lebih efisien dibandingkan pesaing. Hal ini dilakukan agar perusahaan

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
64

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk kemajuan dan perkembangan

perusahaan.

4.2.2 Uji Instrumen

4.2.2.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah pengujian yang diperlukan untuk mengetahui apakah alat

yang dibuat untuk penelitian menggunakan alat ukur yang tepat atau tidak. Alat

analisis uji tersebut menggunakan Pearson Correlation, yaitu pengukuruan yang

berkaitan dengan sejauh mana suatu skala pengukuran atau instrumen mewakili

keseluruhan karakteristik isi yang sedang diukur (Sekaran dan Bougie, 2009). Dasar

dari pengambilan keputusan uji validitas adalah sebagai berikut:

1. jika p-value < α (0.05), maka item pernyataan VALID

2. jika p-value > α (0.05), maka item pernyataan TIDAK VALID

Berikut ini adalah Tabel 4.6 yang isinya merupakan hasil dari uji validitas

sebagai berikut:

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
65

Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas

Koefisien
No Pernyataan p-Value Keputusan
Korelasi
Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan
1 Perusahaan kami melakukan proses
0,639 0,000 Valid
pengadaan barang/jasa yang formal
2 Perusahaan kami melakukan proses
pengadaan barang/jasa yang ramah 0,629 0,000 Valid
lingkungan
3 Perusahaan kami menerapkan sistem
0,639 0,000 Valid
manajemen lingkungan
4 Perusahaan kami melakukan audit
0,629 0,000 Valid
lingkungan secara teratur
5 Perusahaan kami mengembangkan
0,570 0,000 Valid
produk yang ramah lingkungan
6 Perusahaan kami memenuhi persyaratan
0,768 0,000 Valid
untuk mematuhi peraturan lingkungan
7 Adanya bantuan dari pemasok baik
secara teknis, manajemen dan finansial 0,767 0,000 Valid
untuk mengatasi masalah lingkungan
8 Perusahaan dan pemasok secara
bersama-sama mengembangkan produk 0,736 0,000 Valid
yang ramah lingkungan
Modal Sosial Struktural
1 Perusahaan dan pemasok saling
berbagai infomasi yang relevan dan 0,851 0,000 Valid
tepat
2 Perusahaan dan pemasok berinteraksi
0,810 0,000 Valid
secara rutin dan intensif
3 Perusahaan dan pemasok
menyelesaikan masalah secara bersama- 0,825 0,000 Valid
sama
4 Perusahaan dan pemasok saling berbagi
pengetahuan dan saling memahami satu 0,779 0,000 Valid
sama lain
Modal Sosial Relasional
1 Perusahaan dan pemasok saling
0,717 0,000 Valid
memiliki kepercayaan satu sama lain
2 Perusahaan kami memiliki hubungan
0,847 0,000 Valid
baik dengan pemasok
3 Perusahaan dan pemasok saling
0,775 0,000 Valid
menghormati satu sama lain

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
66

4 Pemasok menganggap perusahaan kami


0,768 0,000 Valid
sebagai mitra jangka panjang
Kinerja Operasional
1 Kualitas produk perusahaan kami sudah
lebih baik dibandingkan dengan 0,795 0,000 Valid
pesaing
2 Ketepatan waktu pengiriman pada
perusahaan kami sudah lebih baik 0,752 0,000 Valid
dibandingkan dengan pesaing
3 Biaya produksi perusahaan kami lebih
0,667 0,000 Valid
efisien dibandingkan dengan pesaing
4 Perusahaan kami mempunyai
kemampuan yang lebih efisien di dalam
0,614 0,000 Valid
penentuan jumlah keluaran
dibandingkan dengan pesaing
5 Perusahaan kami memiliki waktu yang
lebih efektif untuk mengembangkan
0,745 0,000 Valid
produk baru dibandingkan dengan
pesaing
6 Produktifitas perusahaan kami sudah
lebih baik dibandingkan dengan 0,681 0,000 Valid
pesaing
7 Persepsi kepuasan konsumen terhadap
perusahaan kami lebih baik 0,713 0,000 Valid
dibandingkan dengan pesaing
Sumber : data diolah dengan SPSS (terlampir)

4.2.2.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercaya Pengujian reliabilitas dilakukan pada variabel yang

digunakan dengan melihat cronbach’s alpha sebagai koefisiensi reliabilitas.

Cronbach’s Alpha adalah hubungan positif antara pertanyaan satu dengan lainnya.

Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas ini adalah sebagai berikut :

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
67

1. Jika koefisien Cronbach’s Alpha > 0.60, maka Cronbach’s Alpha

Acceptable (construct reliable)

2. Jika koefisien Cronbach’s Alpha < 0.60, maka Cronbach’s Alpha Poor

Acceptable (construct unreliable)

Berikut ini adalah tabel 4.7 yang isinya adalah hasil uji realibilitas sebagai

berikut:

Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel N of Cronbach’s Keputusan


Items Alpha
1 Manajemen Rantai Pasokan Ramah
8 0,828 Reliabel
Lingkungan
2 Modal Sosial Struktural 4 0,828 Reliabel
3 Modal Sosial Relasional 4 0,780 Reliabel
4 Kinerja Operasional 7 0,835 Reliabel

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

4.2.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar maka

uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas data

dilakukan dengan uji Kolmogorov – Smirnov.

Hipotesis :

Ho: Distribusi data normal

Ha: Distribusi dari data tidak normal

Berikut merupakan kriteria pengambilan keputusan:

1. Jika Sig < 0.50 Ho ditolak dan Ha diterima

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
68

2. Jika Sig > 0.50 Ho diterima dan Ha ditolak

Berikut hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov – Smirnov :

Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 3,33036091
Most Extreme Absolute ,141
Differences Positive ,141
Negative -,134
Kolmogorov-Smirnov Z ,832
Asymp. Sig. (2-tailed) ,493
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil perhitungan yang menunjukkan sig

dari KS-Z = 0.493 > 0.05, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya,

distribusi data normal. Dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi.

4.2.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi pada

penelitian ini menggunakan besaran VIF (Variance Inflation Factor).

Hipotesis :

Ho: Tidak ada Multikolinearitas

Ha: ada Mulitikolinearitas

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
69

Berikut merupakan kriteria pengambilan keputusan:

1. Jika VIF < 10 maka tidak ada Multikolinearitas

2. Jika VIF > 10 maka ada Multikolinearitas

Berikut hasil pengujian multikolinearitas :

Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
GSCM ,761 1,315
SSC ,934 1,070
RSC ,808 1,237
a. Dependent Variable: OP

Berdasarkan Tabel 4.5 dari hasil pengolahan data diperoleh :

VIF untuk manajemen rantai pasokan ramah lingkungan = 1,315 < 10 tidak ada

Multikolinearitas

VIF untuk modal sosial struktural = 1,070 < 10 tidak ada Multikolinearitas

VIF untuk modal sosial relasional = 1,237 < 10 tidak ada Multikolinearitas

Dari keterangan tersebut menunjukan bahwa ketiga variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian tidak mengandung multikolinearitas. Dengan demikian

asumsi multikolinearitas terpenuhi.

4.2.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

terdapat masalah Autokorelasi (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui ada tidaknya

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
70

suatu autokorelasi dalam sebuah regrasi dapat dilakukan antara lain dengan Uji

Durbin Watson. Berikut hasil pengujian autokorelasi dengan Durbin Watson :

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Mode Adjusted R Std. Error of Durbin-
l R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,547 ,299 ,231 3,48779 1,896
a. Predictors: (Constant), RSC, SSC, GSCM
b. Dependent Variable: OP

Pengujian utokorelasi dapat dilihat pada tabel Durbin Watson dengan alpha

5%, Kolom (k = jumlah variabel bebas) = 3 dan baris (jumlah sampel) = 35 sehingga

diperoleh D L = 1,283 dan D U = 1,653.

Ada Auto Ada auto


Inconclusive Tidak ada autokorelasi Inconclusive
Positif Negatif

0 1,283 1,653 1,896 2,347 2,717 4

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan hasil pengolahan diperoleh nilai DW

hitung = 1,896 dan berada di posisi tidak ada autokorelasi sehingga dapat

diasumsikan bahwa model yang dihasilkan terbebas dari masalah autokorelasi.

4.2.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas sehingga modal regresi baik. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
71

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Gletsjer Test, yaitu

meregresikan antara absolute residual dengan masing-masing variabel bebas.

Hipotesis :

Ho : Tidak ada heteroskedastisitas

Ha : Ada heteroskedastisitas

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Jika sig dari t < 0.05 maka ada heterokedastisitas

2. Jika sig dari t > 0.05 maka tidak ada heterokedastisitas

Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas :

Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa

Model t Sig
1 (Constant) -1,001 ,325
GSCM ,607 ,548
SSC 1,358 ,184
RSC ,453 ,654
a. Dependent Variable: ABSRESID

Berdasarkan Tabel 4.7 dari hasil pengolahan data diperoleh :

Sig dari t untuk manajemen rantai pasokan ramah lingkungan = 0.548 > 0.05 Ho

diterima (tidak ada heterokedastisitas)

Sig dari t untuk modal sosial struktural = 0.184 > 0.05 Ho diterima (tidak ada

heterokedastisitas)

Sig dari t untuk modal sosial relasional = 0.654 > 0.05 Ho diterima (tidak ada

heterokedastisitas)

Berdasarkan keterangan tersebut, asumsi heterokedastisitas terpenuhi dimana

tidak ada variabel bebas yang menyebabkan heterokedastisitas.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
72

4.2.4 Uji Hipotesis

Pengujian terhadap 6 hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode path analysis dengan bantuan program SPSS versi 19

(statistical program for social science). Hipotesa untuk pengaruh langsung diuji pada

tingkat signifikansi sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan 95%. Uji hipotesa ini

dilakukan dengan cara membandingkan p – value (0,05) dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Jika p – value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima

b. Jika p – value ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Berikut ini akan dijelaskan pengujian hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 4.9
Pengujian Hipotesis 1

Hipotes Model B Sig Keputusan


a
H1 Pengaruh Manajemen Rantai Ho ditolak
(Constant) 10,367 0,000
Pasokan Ramah Lingkungan
7
terhadap Modal Sosial Struktural
MRPRL 0,253 0,040
Sumber : data diolah dengan SPSS (terlampir)

Berdasarkan tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :

Y= 10.367 + 0.253 X + e

Keterangan:

Y : Modal Sosial Struktural (Variabel terikat)

X : Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan (Variabel bebas)

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
73

Hipotesa 1

Hipotesa pertama menguji Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

mempunyai pengaruh terhadap Modal Sosial Struktural. Bunyi hipotesa null ( Ho)

dan hipotesa alternatif (Ha) adalah sebagai berikut :

Ho: Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan tidak memiliki pengaruh

terhadap Modal Sosial Struktural

H1: Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan memiliki pengaruh terhadap

Modal Sosial Struktural

Hasil pengujian hipotesa untuk pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Modal Sosial Struktural menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0.040 lebih kecil dari 0.05. Sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Modal Sosial Struktural dengan nilai

beta sebesar 0,253. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi praktik Manajemen

Rantai Pasokan Ramah Lingkungan dilakukan maka akan semakin tinggi pula Modal

Sosial Struktural dan sebaliknya semakin rendah praktik Manajemen Rantai Pasokan

Ramah Lingkungan dilakukan maka akan semakin rendah pula Modal Sosial

Struktural.

Dalam pengimplementasian manajemen rantai pasokan ramah lingkungan

PT. Sinar Sosro membutuhkan keterlibatan secara langsung dari para pemasok untuk

meningkatkan kinerja akhir yang ramah lingkungan. Setiap produk dari PT. Sinar

Sosro memerlukan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan berkualitas, maka

hubungan antara perusahaan dan pemasok harus dibina dengan baik. Perusahaan ini

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
74

bekerja sama dengan perusahaan lain untuk memenuhi setiap kebutuhan bahan baku

yang digunakan seperti air, teh dan gula. Perusahaan tidak hanya bergantung pada

satu pemasok saja, akan tetapi perusahaan juga memiliki banyak relasi perusahaan

lain. Karena apabila kualitas dari bahan baku yang di produksi dari satu perusahaan

kurang baik maka dapat mengambil dari pemasok lainnya yang memiliki kualitas

baik dan bahan baku di buat melalui proses yang ramah lingkungan.

Tabel 4.10
Pengujian Hipotesis 2

Hipotes Model B Sig Keputusan


a
H2 Pengaruh Manajemen Rantai Ho ditolak
(Constant) 7,835 0,003
Pasokan Ramah Lingkungan
terhadap Modal Sosial Relasional MRPRL 0,436 0,009
Sumber : data diolah dengan SPSS (terlampir)

Berdasarkan tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :

Y= 7.835 + 0.436 X + e

Keterangan:

Y : Modal Sosial Relasional (Variabel terikat)

X : Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan (Variabel bebas)

Hipotesa 2

Hipotesa kedua menguji Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

mempunyai pengaruh terhadap Modal Sosial Relasional. Bunyi hipotesa null ( Ho)

dan hipotesa alternatif (Ha) adalah sebagai berikut :

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
75

Ho: Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan tidak memiliki pengaruh

terhadap Modal Sosial Relasional

H2: Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan memiliki pengaruh terhadap

Modal Sosial Relasional

Hasil pengujian hipotesa untuk pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Modal Sosial Relasional menunjukkan nilai signifikansi

sebesar 0.009 lebih kecil dari 0.05. Sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Modal Sosial Relasional dengan nilai

beta sebesar 0,436. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi praktik Manajemen

Rantai Pasokan Ramah Lingkungan dilakukan maka akan semakin tinggi pula Modal

Sosial Relasional dan sebaliknya semakin rendah praktik Manajemen Rantai Pasokan

Ramah Lingkungan dilakukan maka akan semakin rendah pula Modal Sosial

Relasional.

Manajemen rantai pasokan ramah lingkungan merupakan hal yang sangat

penting bagi PT. Sinar Sosro karena dasar atau filosofi perusahaan yaitu salah

satunya adalah ramah lingkungan. Sedangkan modal sosial relasional mengacu pada

kepercayaan, kewajiban, rasa hormat dan persahabatan hadir di hubungan pribadi

antar pihak (Nahapiet dan Ghosal, 1998). Salah satu produk unggulan perusahaan ini

adalah teh botol Sosro kemasan botol yang terbuat dari beling atau sering disebut

RGB (Returnable Glass Bottle), RGB merupakan produk teh siap minum yang

pertama di luncurkan di Indonesia dan Dunia sejak tahun 1969. Salah satu kunci

utama para pemain minuman kemasan botol beling adalah kemampuan produsen

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
76

untuk melakukan replenishment secara efisien dan efektif. Melalui proses logistik

balik (reserve logistic) produsen mampu menarik kembali botol kosong yang ada di

pasaran, mencucinya, dan mengisi ulang produk, sebelum mengirimkannya kembali

ke distributor untuk disalurkan ke pedagang. Sehingga dengan melakukan cara

tersebut dapat mengurangi limbah, karena pendaur ulangan untuk kemasan botol

beling lebih ramah lingkungan di gunakan dari pada menggunakan kemasan botol

plastik ataupun kemasan kotak.

Tabel 4.11
Pengujian Hipotesis 3

Hipotes Model B Sig Keputusan


a
H3 Pengaruh Modal Sosial Struktural Ho ditolak
(Constant) 20,817 0,000
terhadap Kinerja Operasional

MRPRL 0,321 0,006


Sumber : data diolah dengan SPSS (terlampir)

Berdasarkan tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :

Y= 20.817 + 0.321 X + e

Keterangan:

Y : Kinerja Operasional (Variabel terikat)

X : Modal Sosial Struktural (Variabel bebas)

Hipotesa 3

Hipotesa ketiga menguji Modal Sosial Struktural mempunyai pengaruh

terhadap Kinerja Operasional. Bunyi hipotesa null ( Ho) dan hipotesa alternatif (Ha)

adalah sebagai berikut :

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
77

Ho: Modal Sosial Struktural tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja

Operasional

H3: Modal Sosial Struktural memiliki pengaruh terhadap Kinerja Operasional

Hasil pengujian hipotesa untuk pengaruh Modal Sosial Struktural terhadap

Kinerja Operasional menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.006 lebih kecil dari

0.05. Sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan

bahwa Modal Sosial Struktural memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Kinerja

Operasional dengan nilai beta sebesar 0,321. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

rendah praktik Modal Sosial Struktural dilakukan maka akan semakin rendah pula

Kinerja Operasional dan sebaliknya semakin tinggi praktik Modal Sosial Struktural

dilakukan maka akan semakin tinggi pula Kinerja Operasional.

PT. Sinar Sosro terus berinovasi dengan mengembangkan merek dan produk

minuman yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dan pelanggannya dengan

memberikan informasi yang relevan mengenai kebutuhan perusahaan terhadap para

pemasoknya. Salah satunya perusahaan ini mengeluarkan produk Teh Botol yang

aman dikonsumsi oleh konsumen yang usia lanjut, karena perusahaan ini

mengeluarkan teh botol yang menggunakan bahan baku rendah gula (less sugar).

Dengan begitu, perusahaan dapat mencapai target yang telah ditetapkan dan

berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
78

Tabel 4.12
Pengujian Hipotesis 4

Hipotes Model B Sig Keputusan


a
H4 Pengaruh Modal Sosial Relasional Ho ditolak
(Constant) 18,977 0,000
terhadap Kinerja Operasional

MRPRL 0,381 0,024


Sumber : data diolah dengan SPSS (terlampir)

Berdasarkan tabel diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :

Y= 18.977 + 0.381 X + e

Keterangan:

Y : Kinerja Operasional (Variabel terikat)

X : Modal Sosial Relasional (Variabel bebas)

Hipotesa 4

Hipotesa keempat menguji Modal Sosial Relasional mempunyai pengaruh

terhadap Kinerja Operasional. Bunyi hipotesa null ( Ho) dan hipotesa alternatif (Ha)

adalah sebagai berikut :

Ho: Modal Sosial Relasional tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja

Operasional

H4: Modal Sosial Relasional memiliki pengaruh terhadap Kinerja Operasional

Hasil pengujian hipotesa untuk pengaruh Modal Sosial Relasional terhadap

Kinerja Operasional menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.024 lebih kecil dari

0.05. Sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan

bahwa Modal Sosial Relasional memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

Kinerja Operasional dengan nilai beta sebesar 0,381. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi praktik Modal Sosial Relasional dilakukan maka akan semakin tinggi

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
79

pula Kinerja Operasional dan sebaliknya semakin rendah praktik Modal Sosial

Relasional dilakukan maka akan semakin rendah pula Kinerja Operasional.

Dalam mengembangkan produknya PT. Sinar Sosro bekerja sama dengan

berbagai pemasok, untuk itu dibutuhkan kepercayaan yang kuat agar perusahaan dan

pemasok menjalin hubungan jangka panjang melalui proses interaksi yang berulang-

ulang. Perusahaan ini mempunyai pemasok tertentu untuk bahan-bahan mentah

dalam proses produksinya. Karena perusahaan menjalin hubungan baik dengan

produsen dan membuat bahan baku yang sama, menyebabkan adanya kepercayaan

dari konsumen terhadap produk sosro karena cita rasa yang dimiliki tidak pernah

berubah. Dengan begitu terdapat peluang besar dalam meningkatan kinerja

operasional perusahaan yang berjangka panjang.

Hipotesa 5

Hipotesa kelima menguji pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial Struktural.

Besarannya nilai pengaruh dari variabel Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial Struktural dapat

dilihat dengan mengalikan nilai besarnya pengaruh variabel Manajemen Rantai

Pasokan Ramah Lingkungan terhadap Modal Sosial Struktural, dan besarnya

pengaruh Modal Sosial Struktural terhadap Kinerja Operasional. Sehingga didapat

perhitungan sebagai berikut 0,253 X 0,321 = 0,0812 atau 8,12%. Oleh karena itu

dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh tidak langsung dari variabel Manajemen

Rantai Pasokan Ramah lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
80

Sosial Struktural adalah sebesar 0,0812 atau 8,12%. Oleh karena itu hipotesa kelima

dapat didukung bahwa terdapat pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial Struktural.

Mendukung kinerja operasional dari PT. Sinar Sosro selain memerlukan

dukungan dari pemasok seperti kebutuhan sumber daya yang sesuai dengan

kebutuhan baik dari aspek kualitas maupun kuantitas. PT. Sinar Sosro pun membuat

program Corporate Social Responsibility (CSR) dibidang pendidikan dengan

memfokuskan pada proses pembentukan sistem pengelolaan sekolah yang menjamin

terwujudnya kualitas sekolah dengan tema “BERHIKMAT ANDALAN”

(Bersih,Hijau, Kreatif, Hemat, Aman, Damai dan Berkelanjutan). Program yang

diresmikan pada 22 September 2011 bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan merupakan wujud kepedulian PT. Sinar Sosro terhadap peningkatan

kualitas pendidikan. Program ini dilaksanakan dan dilandasi oleh Filosofi Bisnis

Sosro, yaitu niat baik yang tercermin dalam produk-produk Sosro dengan

menerapkan prinsip 3K RL, yakni peduli terhadap Kualitas, Keamanan, Kesehatan,

dan Ramah Lingkungan.

Gambar 4.4
Analisis Jalur 1

Manajemen Rantai Modal Sosial


Pasokan Ramah 0,253 0,321 Kinerja Operasional
Struktural
Lingkungan

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
81

Hipotesa 6

Hipotesa keenam menguji terdapat pengaruh Manajemen Rantai Pasokan

Ramah Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial Relasional.

Besarannya nilai pengaruh dari variabel Manajemen Rantai Pasokan Ramah

Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial Relasional dapat

dilihat dengan mengalikan nilai besarnya pengaruh variabel Manajemen Rantai

Pasokan Ramah Lingkungan terhadap Modal Sosial Relasional, dan besarnya

pengaruh Modal Sosial Relasional terhadap Kinerja Operasional. Sehingga didapat

perhitungan sebagai berikut 0,436 X 0,381 = 0,1661 atau 16,61%. Oleh karena itu

dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh tidak langsung dari variabel Manajemen

Rantai Pasokan Ramah lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal

Sosial Relasional adalah sebesar 0,1661 atau 16,61%. Oleh karena itu hipotesa

keenam dapat didukung yang berarti bahwa terdapat pengaruh Manajemen Rantai

Pasokan Ramah Lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal Sosial

Relasional.

Manajemen rantai pasokan ramah lingkungan merupakan konsep dalam

rantai pasokan yang berkaitan dengan lingkungan hidup serta dianggap penting oleh

PT. Sinar Sosro. Hal ini dapat dilihat dari sertifikasi ISO 14001 yang dimiliki

perusahaan, berarti perusahaan telah menjalankan kegiatannya dengan standar

operasi ramah lingkungan. Dengan adanya sertifikasi tersebut pengadaan ramah

lingkungan menjadi salah satu solusi untuk lingkungan dan ekonomi konservatif

bisnis dan konsep memperolah pilihan produk dan jasa yang meminimalkan dampak

lingkungan yang buruk.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
82

Gambar 4.5
Analisis Jalur 2

Manajemen Rantai Modal Sosial


Pasokan Ramah 0,436 0,381 Kinerja Operasional
Relasional
Lingkungan

Diketahui bahwa besarnya pengaruh tidak langsung dari variabel Manajemen

Rantai Pasokan Ramah lingkungan terhadap Kinerja Operasional melalui Modal

Sosial Relasional lebih tinggi daripada besarnya pengaruh variabel Manajemen

Rantai Pasokan Ramah Lingkungan terhadap Modal Sosial Struktural, dan besarnya

pengaruh Modal Sosial Struktural terhadap Kinerja Operasional karena dalam

meningkatkan kinerja operasional perusahaan tidak hanya melalui interaksi sosial

seperti komunikasi, pertukaran informasi, dan menyelesaikan masalah bersama-sama

dengan jejaring sosial perusahaan namun dengan adanya kepercayaan dan rasa saling

menghormati dapat meningkatkan hubungan sosial yang lebih kuat serta mencapai

tingkat hubungan jangka panjang. Seperti halnya sertifikasi ISO 14001 yang

menandakan bahwa perusahaan melaksanakan sistem manajemen lingkungan terkait

dalam aktivitas rantai pasokan yang ramah lingkungan yang dapat meminimalisir

dampak-dampak negatif yang akan mencemari lingkungan. Hal tersebut

meningkatkan kepercayaan baik dari sisi pemasok maupun sisi konsumen untuk

melihat bahwa produk yang dihasilkan oleh PT. SINAR SOSRO baik untuk

dikonsumsi dan ramah lingkungan.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
83

4.2.5 Uji Model (Koefisien Penentu – KP)

Tabel 4.13
Goodness Of Fit Model (R2)

b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,547 ,299 ,231 3,48779 1,896

a. Predictors: (Constant), RSC, SSC, GSCM


b. Dependent Variable: OP

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan hasil pengolahan yang diperoleh

Adjusted R2 = 0,231. Artinya bahwa variasi dari variabel bebas (manajemen rantai

pasokan ramah lingkungan, modal sosial struktural, modal sosial relasional) mampu

menjelaskan variasi dari variabel tidak bebas (kinerja operasional) sebesar 23,1%.

Sedangkan sisanya (100% - 23,1% = 76,9%) adalah variasi dari variabel bebas

lainnya yang mempengaruhi kinerja operasasional tetapi tidak dimasukkan dalam

model. (Model Goodness Of Fit karena nilai dari R² mendekati 1)

Tabel 4.14
Model Analisis Jalur 1
Koefisien Regresi
Dependen Prediktor Tak Terstandarisasi Standarisasi R2
Y X1 0,253 0,035 0,064
Y X2 0,321 0,076 0,103

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa pada jalur pertama X 1

mewakili variabel bebas (Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan), Y

mewakili variabel terikat (Modal Sosial Struktural) menunjukan nilai R2 sebesar

0,064. Sedangkan untuk jalur X 2 mewakili variabel bebas (Modal Sosial Struktural),

Y mewakili variabel terikat (Kinerja Operasional) menunjukan nilai R2 sebesar

0,103.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
84

Tabel 4.15
Efek Tidak Langsung 1
Efek Tidak Langsung
Jalur
Sub Total
MRPRL → MSS → KO 0,253 X 0,321 0,081

Total Efek = Efek Langsung + Efek Tidak Langsung

= - + 0,081

= 0,081

Nilai total efek pada persamaan diatas sebesar 0,081 dapat diinterpretasikan

seperti R2 , yaitu sebanyak 8,10 % nilai varians dari Kinerja Operasional dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

dan Modal Sosial Struktural.

Tabel 4.16
Model Analisis Jalur 2
Koefisien Regresi
Dependen Prediktor Tak Terstandarisasi Standarisasi R2
Y X1 0,463 0,165 0,190
Y X2 0,381 0,119 0,145

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa pada jalur pertama X 1

mewakili variabel bebas (Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan), Y

mewakili variabel terikat (Modal Sosial Relasional) menunjukan nilai R2 sebesar

0,190. Sedangkan untuk jalur X 2 mewakili variabel bebas (Modal Sosial Relasional),

Y mewakili variabel terikat (Kinerja Operasional) menunjukan nilai R2 sebesar

0,145.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335
85

Tabel 4.17
Efek Tidak Langsung 2
Efek Tidak Langsung
Jalur
Sub Total
MRPRL → MSR → KO 0,436 X 0,381 0,166

Total Efek = Efek Langsung + Efek Tidak Langsung

= - + 0,166

= 0,166

Nilai total efek pada persamaan diatas sebesar 0,166 dapat diinterpretasikan

seperti R2 , yaitu sebanyak 16,60 % nilai varians dari Kinerja Operasional dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan

dan Modal Sosial Relasional.

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Ramah Lingkungan Terhadap Kinerja Operasional Melalui Modal Sosial Relasional Dan
Modal Sosial Struktural Pada PT. SINAR SOSRO
Gerardus Lokeswara Lagaida Jati
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti, 2016. 021-5663232 ext.8335

Anda mungkin juga menyukai