Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

“REMATIK ( RHEUMATOID ARTHRITIS)”

DI SUSUN
OLEH

KELOMPOK 4:

1. MONIKA ARESTA (191211540)


2. PUTRIA MONELA (191211
3. VIONA EMILIA DEWI (191211561)
4. YOVELLA VALVIOLA (191211

DOSEN PENGAMPU

TINGKAT ll A
PRODI S 1KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas”Asuhan Keperawatan Teoritis “ dengan judul
“Rematik“
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB
II,.selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang askep “Rematik” bagi pembaca, teman-teman, dan penulis sendiri.

Semoga dengan adanya meteri yang kami sajikan ini dapat menambah pengetahuan
kami sendiri sebagai penyaji dan teman- teman sehingga dapat menaambah pengetahuan
kami.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, april 2021

Penulis
Kelompok 4
I

DAFTAR ISI

Kata pengantar i
Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

a. Pengertian
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Patofisiologi
e. Tanda dan gejala
f. Pemeriksaan penunjang
g. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a. Konsep pengkajian teoritus menggunakan pola gordon


b. Diagnosa keperawatan teoritis
c. Tujuan dan intervensi keperawatan sesuai SLKI,SIKI

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut penelitian terakhir WHO mencatat angka kejadian Rematik di Dunia


mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang penyakit Rematik, dimana 5-
10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55
tahun (Wiyono, 2010, angka kejadian Rematik) .
Hasil riset kesahatan dasar (Rikesda) Indonesia tahun 2013 prevalensi penyakit sendi
adalah 11,9% dan kecenderungan prevalensi penyakit sendi/Rematik 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi adalah di Bali 19,3%, diikuti di Aceh 18,3%, Jawa
barat 17,5% dan Papua 15,4%. Sedangkan prevalensi sendi berdasarkan diagnosis
nakesatau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%, Bali
30%. Tertinggi pada umur ≥75tahun 33% dan 54,8%. Prevalensi yang didiagnosa nakes
lebih tinggi pada perempuan 13,4% di bandingkan dengan laki-laki 10,3% demikian juga
yang didiagnosa pada nakes atau gejala pada perempuan 27,5% lebih tinggi dari laki-laki
21,8%.
B. Rumusan masalah
1. Apkah yang di maksud dengan Rheumatoid Artritis?
2. Bagaimana diagnosa yang di temukan pada Rheumatoid artriti?
3. Apa saja intervensi kperawatan yang akan di lakukan pada Rheumatoid artriti?
C. Tujuan
1. mampu menjelaskan apa saja tentang Rheumatid artritis
2. mampu menegakkan diagnosa tetang Rheumatoid artritis
3. mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada klien Rheumatoid artritis

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Rematik atau Rheumatoid Arthritis adalah peradangan sendi kronis yang
disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti,
bakteri , virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada
penyakit Rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda
asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu
selaput tipis yang melapisi sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak,
rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat (Haryono, Setiyaningsih,
2013, h . 7-8).
Rematik atau Arthritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya
mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial, yang melapisi sendi.
Pada arthritis rheumatoid, 34 inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur
sendi di sekitarnya, kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligament
dan tendon mengalami inflamasi. Inflamasi ditandai dengan akumulasi sel darah
putih, aktivitas komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Pada inflamasi kronis, mebran sinovil mengalami hipertrofi dan menebal sehinnga
menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon
inflamasi. Sinovium yang menebal ditutup oleh jaringan granula inflamasiyang
disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehinnga menyebabkan
inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat
merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (Elizabeth J. Corwin ,
2009, h. 347)
Dari definisi diatas maka dapat di simpulkan penyakit Rematik adalah penyakit
auto imun dengan peradangan yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di
persendian mengakibatkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi
biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan sendi terjadi akibat
sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan panus yang mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya.

B. Etiologi

Menurut Khalid Mujahidullah (2012) Rematik merupakan sindrom yang hingga saat
ini terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang di klasifiikasikan dalam golongan
Rematik. Sebagian besar belum dapat dijelaskan penyebabnya. Pada usia lanjut sebab-
sebab gangguan Rematik atau pada system musculoskeletal (system yang terdiri dari
otot, jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi) dapat di kelompokan sebagiai
berikut:
1. Genetik
Berupa hubungan dengan gen dan factor ini memiliki angka dan ekspresi
penyakit sebesar 60 %.
2. Hormone sex
Perubahan hormon berupa stimulasi dari placental corticotraonin release ng
hormone yang mensekresi dehidropiandosteron (DHEA), yang merupakan
substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulus esrerogen dan
progesterone pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat repon imun
selular (TH1), pada rematik respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan
progesterone mempunyai efek berlawanan terhadap perkembangan penyakit
ini (suarjana, 2010)
3. Factor infeksi
Beberapa agen infeksi di duga bisa menginfeksi sel induk semang dan
merubah reaktivitas atau respon se T sehingga muncul timbulnya penyakit RA.
4. Faktor lingkungan : salah satu contohnya merokok, alkohol
5. Radang : polymyalgia Reumatika, temporal (giant cell), atritis gout. Adapun
beberapa faktor yang resiko yang diketahui adalah:
1). Usia lebih dari 40 tahun
2). Jenis kelamin, wanita yang lebih sering
3). Kegemukan dan penyakit metabolik
4). Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
5). Kelainan pertumbuhan
6). Kepadatan tulang dan lain-lain

C. Klasifikasi
Klasifikasi. Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Polimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria
sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi. sendi synovial seperti edema, kongesti
vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus
masuk ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis,
tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi, karena jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis
setempat.

Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama yang
mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan
menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012, h. 81-82).

E. Tanda Dan Gejala


Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah
beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik:
a. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari.
b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
c. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan tangan.
e. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
f. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
g. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah
mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam, kangkung, kelapa, santan,
dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10)

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin, 2013):40
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih >2000µL).
Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam, pemeriksaan jumlah sel darah,
kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan osteoporosis
tulang yang berdekatan.

G. Penatalaksanaan

a. . Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgentik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
1) Analgetik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis2,6-4 g/hr atau
propeksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
2) Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS
seprti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagianya dapat digunakan.
Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis
rheumatoid. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang,
efek samping utama adalah ganguan mukosa lambung dan gangguan faal
ginjal

b. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang 39 berlebihan pada sendi yang sakit, dan
pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
c. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
d. Dukungan psikososial.
e. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteartritis di tulang belakang.
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
g. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan
nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi (Mujahidullah, 2012, h. 83-84)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN TB PARU

A. Pengkajian keperawatan

pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dsn kebutuhan klien serta merumuskan diagnose
keperawatan.

1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit Rematik adalah
klien mengeluh nyeri pada sendi- sendinya
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan
saat ini. Dengan adanya rasa nyeri di sekitar persendian, pembengkakkan gangguan gerak
pada sendi.

b. Riwayat penyakit dahulu


seperti riwayat penyakit muskulokeletal sebelumnya, riwayat penggunaan obat-
obatan, merokok dan alkohol atau adanya penyakit diabetes yang menghambat
penyembuhan rematik

c. Riwayat penyakit keluarga


kaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat rematik
d. Riwayat psikososial
Pasien dengan rematik mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi,
apalagi dengan pasien yang mengalami deformitas pada sendi- sendi karna ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-harinya
berubah.

3. Pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.

b. Pola nutrisi dan metabolik


pada penyakit rematik biasanya di anjurkan untuk pola diet mediteranin yang dapat
memperbaiki inflamasi pada rematik. Mediteranian adalah pola makan yang terutama
mengandung ikan, sayur, dan minyak olive dibandingkan unsur makanan yang lain.
c. Pola eliminasi
produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, dan umumnya klien RA tidak mengalami gangguan eliminasi, meskin
demikian perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses dan urine.

d. Pola aktivitas dan latihan


nyeri sendi karna pergerakkan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara simetris. Keterbatasan fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, aktifitas istirahat, dan pekerjaan

e. Pola tidur dan istirahat


biasannya pada penderita rematik rasa nyeri dapat mengganggu pola tidur dan
istirahatnya.

f. Pola hubungan dan peran


klien rematik biasannya tidak memiliki masalah dengan anggota keluarga, masyarakat
tempat tinggal namun jika tingkat nyeri pada klien parah maka akan menghambat
sosiaisasi dengan sekitar karna ketidakberdayaan.
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak
ada gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang
penyakitnya.
I. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita rematik tidak ada masalah pada seksual dan reproduksi.

j. Pola penanggulangan stress


Dengan adanya nyeri yang datang merasakan otot-otot yang lemah saat nyeri datang
ketika malam dan istirahat mengakibatkan rasa stress dan cemas pada klien.karna klien
merasakan kegiatannya terhalang.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan


karena adanya rasa nyeri menyebabkan terganggunya waktu aktifitas klien klien.

4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan persistem ( B1-B6) dengan focus pemeriksaan B6 (bone)
yang di kaitkan dengankeluhan pasien
1. BI (breathing) = klien rheumatoid tidak menunjukkan kelainan system pernafasan
pada saat inspeksi , palpasi thorak menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri, pada auskultrasi tidak ada suara nafas tambahan
2. B2 (blood) = tidak ada iktus jantung pada palpasi. Nadi mungkin meningkat, iktus
tidak teraba. Pada auskultrasi ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur
3. B3 (brain) = kesadaran biasannya compos mentis, pada kondisi yang parah klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : ada sianosis
Mata : sclera biasanya tidak ikterik
Leher : biasannya JVP dalam batas normal
Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadan normal, tidak ada lesi
atau nyeri tekan
Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada cuping hidung
Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak terjadi pendarahan dan
mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasannya tidak ada
perubahan
4. B 4 ( blader) = produksi urine biasannyha dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada system perkemihan
5. B 5 ( bowel) = pada umum nya klien rematik tidak mengalami gangguan
eliminasi tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, bau feses. Frekuensi
berkemih kepekatan urine, warna bau, dan jumlah urin juga harus dikaji.
Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri lambung, yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama klien yang menggunakan obat
rheumatoid dan NSAID
6. B6 (bone) = look : didapatkan adanya pembengkakkan yang tidak biasa
(abnormal) deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, adanya
degenerasi serabut otot memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi, otot yang di
sebabkan oleh tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi
Feel : nyeri tekan pada sendi yang sakit
Move: ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan manifestasi
nyeri bila menggerakkan sendi yang sakit. Klien sering mengalami kelemahan
fisik sehingga mengganggu aktifitas.
7. Kardiovaskular : fenomena pucat infermiten, sianotik, kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembli normal
8. Neurosensory : kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda : pembengkakkan sendi simetris

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berkaitan dengan perubahan patologis oleh Rheomatoid arthritis
b. Gangguan citra tubuh berkaitan dengan perubahan penampilan tubuh,
sendi,bengkok, deformitas
c. Resiko cidera berkaitan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. SDKI SLKI SIKI
-

. -
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai