Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

ISOLASI SENYAWA BAHAN FARMASI

Nama : Shella Fajarisma


NIM : 1813015160
Kelas : S1 E 2018
Percobaan :6

A. Waktu Praktikum
Jumat, 21 Mei 2021

B. Judul Praktikum
Senyawa Aromatik Isolasi Eugenol Dari Buah Cengkeh

C. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses ekstraksi untuk golongan senyawa
aromatik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses isolasi dan pemurnian golongan
senyawa aromatik.

D. Alat dan Bahan


a. Alat

No Nama Alat Fungsi


1 Aluminium foil Aluminum foil merupakan
kemasan simpan kedap uap air dan
gas yang tahan terhadap pengaruh
kelembapan dari luar kemasan
(Rahayu, 2007).
2 Batang pengaduk Sebagai alat bantu dalam
pengadukan larutan serta
membantu memindahkan larutan
dari wadah satu ke wadah lainnya
(Wardiyah,
2016).
3 Chamber Perangkat atau wadah yang
digunakan dalam proses Analisis
TLC (Hartutik, 2012).
4 Corong Kaca Sebagai alat bantu dalam proses
memindahkan larutan dan
menyaring yang biasanya
digunakan kertas saring (Wardiyah,
2016).
5 Corong Pisah Sebagai alat bantu dalam proses
pemisahan cairan dari dua fase
yang tidak dapat bercampur
(Wardiyah, 2016).
6 Gelas kimia Sebagai alat bantu dalam menuang,
membuat, mencampurkan dan
mendidihkan larutan serta
mengukur volume larutan Ketika
tidak diperlukan tingkat ketelitian
yang tinggi (Wardiyah, 2016).
7 Kertas Saring Untuk menyaring larutan
(Kaethleen et al, 2006).
8 Lampu UV Digunakan untuk pengamatan pada
plat atau untuk melihat fluoresensi
pada plat (Wulandari, 2011).
9 Penangas Air Untuk menciptakan suhu yang
konstan, menginkubasi pada
analisis mikrobiologi. melebur
basis, menguapkan ekstrak untuk
mereaksikan zat diatas suhu
ruangan dan aktifitas enzim
(Wardiyah, 2016).
10 Penggaris Untuk pengukuran secara manual
(Pratiwi, 2017).
11 Pinset Untuk menjepit alat atau bahan
(Yusmaniar, 2017).
12 Pipa kapiler Pipa kapiler untuk mengambil
sampel cair dalam jumlah kecil
(Wulandari, 2011).
13 Pipet tetes Digunakan untuk mengambil cairan
dalam skala tetes (Hartutik, 2012).
14 Plat KLT Fase diam (Asra, 2017)
15 Selongsong (perangkat Untuk mengekstraksi dengan
sokhlet) metode refluks (sudjadi, 1986).
16 Spatel besi Sebagai alat untuk mengambil
sediaan semi padat (wardiyah,
2016).
17 Tabung Labu Sebagai alat untuk menyaring
dengan dipasangkan pada labu
penyaring dan pompa penghisap
(vacum pump) (Wardiyah, 2016).
18 Timbangan analitik Neraca dengan tiga buah lengan
ayun berskala berfungsi sebagai
alat menimbang padatan kimia
(Wardiyah, 2016).
b. Bahan

No Nama Bahan Fungsi


1 Cengkeh Berfungsi sebagai sampel yang
digunakan dalam pengujian
(Kardinan, 2005).
2 MgSO4 Berfungsi untuk mengikat air yang
masih tersisa (Guenther, 1999).
3 Potrelium eter Berfungsi sebagai bahan yang
digunakan untuk menghasilkan
natrium eugenol bebas (Guenther,
1990).
4 NaHCO3 Berfungsi sebagai bahan yang
digunakan untuk menghilangkan
kepekatan asam pada ekstrak
(Guenther, 1990).
5 HCl Berfungsi untuk mengikat senyawa
non eugenol sehingga diperoleh
eugenol bebas dari garam
(Guenther, 1999).
6 NaOH Berfungsi agar komponen eugenol
dari minyak cengkeh dapat diisolasi
(Guenther, 1990).
7 Toluena Berfungsi sebagai fase gerak dalam
pemantauan profil KLT (Kardinan,
2006).
8 Etil asetat Berfungsi sebagai fase gerak dalam
pemantauan profil KLT (Kardinan,
2006).
E. Prosedur Kerja
Alat dan Bahan

Proses Ekstraksi Proses Isolasi dan


Pemurnian
1. Serbuk cengkeh 50 g 1. Ekstrak dicuci dengan NaHCO3
2. (+) 650 mL potreleum eter jenuh
ke labu sokhlet 2. dikeringan dengan MgSO4
3. Proses ekstraksi sokhletasi 3. pelarut dihilangkan dalam
pada suhu 50-80oC vakum
Cairan ekstrak
Minyak kuning gelap =
1. Disaring dengan senyawa eugenol mentah
kertas saring
Didestilasi yang menghasilkan
warna kuning pucat
Filtrat Residu Uji kemurnian

1. (-) dengan rotary evaporator 1.Dipantau profilKLT dengan eluen


untuk mendapatkan larutan toluene : etil asetat (85:15)
kuning bening dengan volume 2.Simpan di freezer
200 mL 3. Dilakukan uji kemurnian dan
2. Senyawa yang sangat asam pengukuran titik leleh eugenol
dihilangkan
3. Dikocok dengan larutan Catat dan amati
NaHCO3 jenuh (2 × 50 mL)
di corong pisah
4. Fase organik diekstraksi
dengan 5% NaOH (4 × 50
mL) untuk mentransfer
eugenol ke fase air
5. (+) Ekstrak NaOH + es serut
(5g)
6. (+) HCL 30 mL perlahan
sambal diaduk ad dicapai pH
2
7. jika penambahan HCl
tidak menyebabkan
pengendapan eugenol
sebagai tetesan keruh.
Eugenol diekstraksi
kembali dengan Potrelium
eter (4 × 50 mL)

Hasil ekstraksi = 10 g
F. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Serbuk
Hasil Sokhlet Rendemen
cengkeh
50 gram 10 gram 0,2%

2. Perhitungan
 Rendemen
Berat hasil Sokhletasi
% Rendemen= x 100 %
Berat tanaman yang digunakan

10 gram
% Rendemen= x 100 %=0,2 %
50 gram
 Nilai RF (Eluen toluena : etil asetat)

Jarak tempuh noda


Rf =
jarak tempuh eluen

3,7 cm
Rf = =0 ,672
5,5 cm

G. Diskusi
isolasi eugenol biasanya menggunakan basa kuat dan direaksikan dengan
asam, dimana basa kuat yang sering digunakan adalah NaOH 4-6% dan KOH
sehingga terbentuk natrium/kalium eugenolat yang larut dalam air. Selain itu,
bisa juga menggunakan Ba(OH)2 namun cenderung akan menghasilkan
rendemen yang lebih rendah dibanding dua basa sebelumnya. Dari hasil
percobaan dengan mengisolasi buah cengkeh sebesar 50 gram diperoleh hasil
refluks atau hasil isolasi sebesar 10 gram dengan persen rendemen sebesar
0,2%, kemudian hasi tersebut diidentifikasi dengan metode KLT, hingga
diperoleh nilai Rf 0.672. Sedangkan untuk titik didih eugenol sendiri yaitu 256
ºC, titik leleh -9 ºC, titik nyala 104 ºC, tekanan uap 10 mmHg pada 123 ºC.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil Rf dan hasil pengamatan secara visual,
bahwa senyawa eugenol telah berhasil diisolasi dari serbuk cengkeh. Eugenol
diperoleh melalui isolasi minyak cengkeh dengan memisahkan eugenol dari
komponen penyusun minyak cengkeh yang lain. Proses isolasi ini dilakukan
dengan terlebih dahulu menambahkan basa NaOH ke dalam minyak cengkeh.
Eugenol adalah suatu asam yang jika ditambahkan suatu basa akan
mengasilkan garam. Pada reaksi ini hanya eugenol yang bereaksi dengan
NaOH membentuk Na-eugenolat yang larut dalam air sehingga dapat
dipisahkan dari komponen-komponen lain dalam minyak cengkeh yang tidak
larut dalam air. Senyawa yang terdapat pada cengkeh selain eugenol yaitu
saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Untuk tanaman lain yang mengandung
eugenol yaitu daun kemangi, daun kayu putih, daun kayu manis, dan daun
salam. Tujuan 2 kali pemisahan yaitu untuk memperoleh ekstrak eugenol
tanpa adanya pengotor lain, dimana pemisahan pertama dilakukan
menggunakan alat soxhletasi, ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengekstrak
senyawa eugenol karena kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan
pengotor-pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut. sehingga
dilakukan pemisahan kedua menggunakan corong pisah agar terjadi difusi
antara pelarut dengan ekstrak sehingga terbentuk garam Na-eugenolat agar
senyawa yang berbeda kepolarannya dan pengotor yang tidak diperlukan dapat
terpisah. Tujuan penambahan MgSO4 yaitu untuk mengikat air yang masih
tersisa kemudian dirotary sehingga diperoleh eugenol yang bebas dari
pelarutnya. NaOH berfungsi agar eugenol dapat larut dalam air sehingga
terpisah dari komponen lain dalam minyak cengkeh yang tidak larut dalam air.
Hal ini karena eugenol ini bersifat asam sehingga ketika bertemu dengan suatu
basa yaitu NaOH akan membentuk suatu garam yang larut air. Tujuan dari
penambahan es serut dalam ekstrak karena senyawa eugenol memiliki gas
yang dihasilkan oleh senyawa volatile yang terdapat pada campuran minyak
cengkeh, sehingga ditambahkan es dengan tujuan sebagai pendingin agar fase
gas berubah menjadi fase cair sekaligus untuk mendinginkan senyawa garam
Na-eugenolat. Penambahan HCl dilakukan hingga pH 2 bertujuan untuk
memberikan kondisi asam bagi reaksi pengubahan garam eugenolat menjadi
eugenol kembali. Dalam suasana asam, eugenol akan dengan mudah menarik
gugus H+ sehingga garam eugenolat dapat bereaksi dengan HCl membentuk
eugenol kembali. pH 2 merupakan titik optimal pada eugenol untuk dapat
menarik atau melepas gugus H+ pada gugus hidroksilnya. Namun jika terlalu
asam maka akan merusak stuktur eugenol, oleh karena itu tidak digunakan pH
1 pada kondisi ini. Selain pH 2, dapat juga digunakan pH 3 karena
perbedaannya tidak terlalu jauh. Untuk meningkatkan derajat keasaman pada
larutan eugenol, dapat dilakukan dengan menambahkan HCl pekat hingga
diperoleh hasil yang diinginkan. Ugenol bersifat mudah menguap dan sedikit
asam serta larut dalam pelarut organik, seperti kloroform, eter, alkohol dan
sedikit larut dalam air (Ketaren, 1990). NaHCO3 memiliki sifat basa seperti
soda kue sehinga dapat mengikat asam-asam seperti hcl, nacl dan H2CO3
untuk ekstraksi k2. Untuk ekstraksi pertama bisa tertarik metabolit sekunder
yang bersifat asam seperti tannin, flavanoid dan lain-lain karena gugus
Oh/asam karboksilat senyawa sekunder tadi bisa di netralkan sama.basa dari
NaHCO3. Cengkeh digunakan sampel dalam bentuk serbuk agar luar
permukaan kontak dengan penyari akan lebih bayak dan penyari dapat masuk
kedalam sel dan mengambil senyawa aktif atau minyak atsiri dengan lebih
optimum. proses penghalusan jangan terlalu halus karena dapat mempersulit
proses penyarian karena banyak sel yang telah pecah dan rusak serat akan
membetuk suspensi pelarut. Penambahan HCL secara sedikit demi sedikit agar
diperoleh larutan yang bersifat asam, dan penambahan HCl bertujuan untuk
mengikat senyawa non eugenol sehingga diperoleh eugenol bebas dari garam.
Bagian yang memiliki kadar terbanyak dan kualitas yang baik terdapat pada
bagian bunga dan gagang cengkeh maka dari itu pada percobaan yang
dilakukan kali ini menggunakan serbuk dari bunga dan gagang cengkeh. Jika
zat aktif yang akan diekstraksi tidak tahan panas, bisa diganti metode
ekstraksinya dengan maserasi atau refluks namun penggunaan sokhlet juga
tetap dapat dilakukan namun pada alat tersebut harus ditambahkan peralatan
yang dapat mengurangi tekanan udara. Keuntungan metode soxhletasi
memberikan keuntungan dibandingkan dengan proses lainnya, karena pada
proses ekstraksi soxhletasi serbuk akan selalu terbasahi oleh cairan penyari
yang jernih dan berlangsung kontinyu, sehingga ekstraksi akan efektif. Selain
itu, proses pemanasan antara pelarut dan bahan organik selama proses
ekstraksi dapat memperbaiki kualitas ekstrak yang dihasilkan. Fungsi
pengocokan agar terjadi proses difusi antara pelarut dengan ekstrak sehingga
terbentuk garam eugenolat agar senyawa yang berbeda kepolarannya dapat
terpisah dan mempercepat terjadinya reaksi (pada hidrolisis dengan HCL).
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi. perlarut yang
digunakan harus mudah menguap contohnya heksan, eter petroleum eter, metil
klorida dan alkohol, titik didih pelarut harus rendah, pelarut tidak melarutkan
senyawa yang diinginkan, dan sifat pelarut yang digunakan harus sesuai
dengan senyawa yang akan kita isolasi, contohnya polar atau non polar. Suhu
50-80oC digunakan karena berdasarkan titik didih pelarut petroleum eter,
yakni 30-70 C. Pemanasan ini tujuannya untuk menguapkan sisa pelarutnya

Anda mungkin juga menyukai