Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REIVEW

“ Transformasi Ekonomi-Politik Jerman dan Regionalisasi Ekonomi di Asia1


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas " & " Dampak Penghapusan Subsidi Ekspor Pertanian
Oleh Negara Maju Terhadap Keragaman Perekonomian Negara Berkembang "
1
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Geografi Regional Negara Maju
Dosen : Drs. Mbina Pinem ,M.Si.
NIP.195580719 1982031004

Oleh :

SUCI VIVI NADEA (3181131011)

A Reguler 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Jurnal Rievew dengan judul CJR “ Transformasi
Ekonomi-Politik Jerman dan Regionalisasi Ekonomi di Asia2
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas " & " Dampak Penghapusan Subsidi Ekspor Pertanian
Oleh Negara Maju Terhadap Keragaman Perekonomian Negara Berkembang "
Critical Jurnal Rievew ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Critical Jurnal Rievew ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Critical Jurnal Rievew ini.
Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Critical Jurnal Rievew
yang selanjutnya akan saya susun“ “ Transformasi Ekonomi-Politik Jerman dan
Regionalisasi Ekonomi di Asia2 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas " & " Dampak
Penghapusan Subsidi Ekspor Pertanian Oleh Negara Maju Terhadap Keragaman
Perekonomian Negara Berkembang " ini dapat memberikan manfaat maupun menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai tersebut.

Medan, April 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ...................................................................................................................... 1

1.4. Identitas Jurnal........................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN JURNAL

2.1 Jurnal Pertama ........................................................................................................... 3

2.2 Jurnal Pembanding ..................................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ISI JURNAL

3.1 Perbandingan Isi Jurnal ............................................................................................. 10

3.2 kekurangan dan Kelebihan Jurnal ........................................................................... 10

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 11

3.2 Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu negara dikatakan atau maju salah satunya adalah dengan melihat pada keberhasilan
pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Apabila negara tersebut belum dapat mencapai
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian
pembangunan yang telah dilakukan. Sedangkan negara yang mampu menyeimbangkan
pencapaian pembangunan yang telah ditetapkan, sehingga sebagian besar tujuan
pembangunan telah dapat terwujud baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik maka negara
tersebut dapat disebut negara maju.

B. Tujuan CJR

1. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai Geografi Regional Negara Maju

2.Untuk memberikan perbandingan terhadap pemahaman mengenai Geografi Regional Negara


Maju

3. Untuk menambah wawasan terutama dalam mata kuliah Geografi Regional Negara Maju

4. Sebagai referensi dalam mata Kuliah Geografi Regional Negara Maju

C. Manfaat CJR

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Regional Negara Maju

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekuranan jurnal yan di review

3. Agar lebih menguasai materi terutama dalam mata kuliah Geografi Regional Negara Maju

D. Identitas Jurnal

a. Jurnal Pertama
Judul jurnal :Transformasi Ekonomi-Politik Jerman dan Regionalisasi Ekonomi di

Asia6 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Penulis : Luqman nul Hakim6

Vol / No : 10/01

Tahun : 2010

ISSN. : 021-4534-5556

Jenis jurnal : Jurnal Kajian Wilayah

Halaman : 79 – 100 Halaman

b. Jurnal Pembanding

Judul jurnal : Dampak Penghapusan Subsidi Ekspor Pertanian Oleh Negara Maju

Terhadap Keragaman Perekonomian Negara Berkembang

Penulis : Rahma Nurjanah

Vol / No. : 01/03

Tahun : 2011

ISSN. :-

Jenis Jurnal. : Jurnal Paradigma Ekonomi

Penerbit : Universitas Jambi

Halaman : 41– 53 Halaman


BAB II

PEMBAHASAN

A. RINGKASAN JURNAL PERTAMA

Jerman adalah salah satu negara yang mengalami kerusakan paling parah akibat perang dunia
kedua, yang kondisi ekonomi politiknya waktu itu kerap digambarkan sebagai Jahr Null, Tahun
Nol. Namun dalam beberapa dasawarsa kemudian Jerman (saat itu Jerman Barat) sanggup
bangkit dan7 bahkan menjadi salah satu negara dengan struktur ekonomi paling kuat di dunia.
Pada tahun 1967-1971, nilai ekspornya berkembang rata-rata 16%, jauh berada di atas Amerika
dan Inggris yang masing-masing hanya mencapai 9%dan 12%. Pada periode yang sama,
investasi asing di Jerman juga mengalami kenaikan 24,5%, dibandingkan dengan Inggris yang
hanya naik 8%, Amerika 10% dan Perancis 12% (Beaud, 2001: 227). Jerman juga mengalami
surplus perdagangan yang tinggi, yakni melonjak dari 2,4% pada penghujung tahun 1970
menjadi 3,2% pada tahun 1980-an (Vitols, 2005).

Performa ekonomi Jerman, yang disebut-sebut sebagai “The German Miracle”, tidak lepas dari
kemampuan Jerman untuk melakukan transformasi ekonomi politik pasca-perang (Hallet, 1990:
79-80). Rahasia kesuksesan ekonomi Jerman ini sering diasosiasikan dengan keberhasilannya
“menggabungkan prinsip daya saing ekonomi internasional dan konsensus sosial” dalam
reformasi ekonominya (Beck, et.al, 2005: 1; bdk. Weiss, 1998: 116-166). Model ekonomi inilah
yang disebut sebagai Modell Deutschland. Satu sisi, model ini menegaskan perlunya lembaga-
lembaga politik yang kuat untuk menjamin pemenuhan kebijakan sosial (social policy). Sisi lain,
model ini juga menuntut adanya daya saing industri yang kuat. Dengan demikian, dinamika
ekonomi politik Jerman itu sangat ditentukan oleh pengelolaan dua pilar ini yang dalam
prakteknya menuntut adanya hubungan produktif antara negara, masyarakat, dan pasar.

Akan tetapi, pada tahun 1990-an Modell Deutschland, yang menjadipenopang ekonomi Jerman,
mengalami tantangan serius. Proses reunifikasi yang berlangsung pada awal 1990-an segera
diikuti dengan pemindahan besar-besaran pelbagai lembaga ekonomi politik Jerman Barat, atau
Republik Federal Jerman (FRG), ke bekas negara Republik Demokratik Jerman (GDR) atau yang
dikenal dengan Jerman Timur. Instalasi lembaga-lembaga Barat ini dipandang sebagai cara
terbaik untuk mempercepat pembangunan ekonomidan politik di bekas Jerman Timur itu
(Eichengreen, 2007: 318-321). Akan tetapi, lebarnya disparitas ekonomi antara Jerman Timur
dan Jerman Barat itu membuat instalasi lembaga-lembaga tersebut menghadapi persoalan
serius.

Pada periode 1990-1991, GDP riil bekas negara Jerman Barat anjlok hingga 30%dan angka
pengangguran melonjak hingga sepertiga dari seluruh angkatan kerja (Eichengreen, 2007: 319).
Angka pengangguran yang terus naik itu ditambah lagi dengan tingginya pertumbuhan
penduduk usia nonproduktif yang menjadikan beban belanja sosial pemerintah semakin
melonjak. Bebanbeban ini membuat struktur ekonomi Jerman hampir lumpuh. Selain itu,
struktur industrial Jerman yang gigantik juga mengalami goncangan seiring dengan massifnya
perubahan sistem produksi global yang semakin fleksibel dan terdesentralisasi. Pada tahun
1980-an, lebih dari 3,6 juta orang Jerman bekerja di perusahaan-perusahaan dengan lebih dari
1000 pekerja. Sekitar 0,8 juta orang bekerja di perusahaan menengah, dengan 500-999 pekerja,
dan 1,8 juta orang bekerja di perusahaan dengan 8100-499 pekerja. Karakteristik struktur
industri Jerman yang rigid, dengan sentralisasi pekerja dan hierarkisme sistem produksi itu
dipengaruhi oleh gelombang liberalisasi finansial dan perubahan sistem produksi global yang
lebih fleksibel. Implikasinya, antara tahun 1989 sampai tahun 1996, hampir sepertiga lapangan
pekerjaan di perusahaan-perusahaan dengan lebih dari 1000 pekerja itu hilang. Padahal
pertumbuhan perusahaan sektor industri kecil dan menengahnya masih relatif konstan (Klobes,
2005: 70-73).

Terkait dengan konteks geoekonomi pada tahun 1990-an, globalisasi ekonomi memaksa
negara-negara melakukan restrukturisasi ekonomi politik dan meningkatkan daya saing
industrinya. Hal ini berbarengan dengan semakin terbukanya pasar dan basis produksi baru di
kawasan negara-negara berkembang yang sedang melakukan industrialisasi, terutama di
belahan Asia Timur dan Asia Tenggara. Negara-negara maju berlomba-lomba untuk
membangun jejaring pasar dan produksi di kawasan ekonomi baru ini. Dinamika kompetisi ini
paling tidak bisa disaksikan dari lonjakan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment,
FDI) di kawasan negara-negara berkembang ini, sekaligus di tingkat kompetisi antarkawasan di
Asia. Sebagai ilustrasi, misalnya, pada tahun 1989-1994, rerata investasi asing di negaranegara
Asia Tenggara mencapai 13.973 juta dollar, dan melonjak menjadi 25.285 juta dollar pada 1995
dan 30.846 juta dollar pada 1996. Sementara di China yang pada tahun 1989-1994, nilai
investasi asingnya sebesar 13.951 juta dollar, kemudian naik menjadi 35.849 juta dollar pada
tahun 1995 dan 40.180 juta dollar pada tahun 1996 (Felker, 2003: 258).

B. RINGKASAN JURNAL KEDUA

Sejak didirikan pada tahun 1995, keberadaan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade
Organisation (WTO) hampir tak pernah lepas dari perdebatan. Debat antara yang mendukung
dan yang menolak kehadiran WTO juga ditunjukkan oleh tulisan-tulisan yang dimuat di berbagai
jurnal dan media masa (Haryadi et al., 2008). Dari tujuh kali Konferensi Tingkat Menteri (KTM)
WTO, tak jarang pula pertemuan berakhir tanpa menghasilkan suatu kesepakatan. Tidak sedikit
para ahli ekonomi yang memandang bahwa WTO hanyalah merupakan salah satu alat bagi
negara-negara maju untuk melegalisir kebijakan yang menguntungkan kelompok tersebut
(Hutabarat, 2004).

Beberapa peneliti tercatat menemukan bahwa perdagangan bebas telah menimbulkan efek
negatif pada perekonomian suatu negara. Diantara beberapa hasil penelitian tersebut
dikemukakan oleh Devaragan at.al. (1990), Matusz et al.(1999), Anggarwal dan Agmon dalam
wijaya (2000), Paulino (2000), Lopez(2003) , Jensen and Tarp (2003) Walsh, Brockmeier dan
Matthews (2005), dan Brooks dan Sugiyarto(2005). Dari hasil penelitian pada dua pilar negosiasi
(dukungan domestik dan tarif), kesepakatan WTO untuk menghapus hambatan perdagangan
ternyata berdampak terhadap perekonomian negara-negara anggota (Haryadi et.al., 2008).

Perdagangan Internasional Perbedaan sumberdaya yang dimiliki menyebabkan setiap negara


berusaha menghasilkan produk yang bisa diproduksinya dengan biaya yang relatif lebih murah
dibanding mengimpor, dan selanjutnya menjualnya ke negara lain yang memproduksinya
dengan biaya yang relatif lebih mahal. Kondisi ini selanjutnya memunculkan spesialisasi dalam
perdagangan, selanjutnya spesialisasi akan memberikan manfaat atau gain from trade pada
setiap negara. (Caves et. al., 1993; Chacoliades, 1978; Dunn Jr dan Mutti (2000); Krugman dan
Obstfeld (2000) dan Salvatore, 2000).

Analisis tentang perdagangan internasional bisa dilakukan dengan menggunakan dua


pendekatan: Pertama, melalui pendekatan keseimbangan parsial. Kedua, melalui pendekatan
keseimbangan umum. Pendekatan keseimbangan parsial menganalisis segala bentuk kebijakan
perdagangan yang mendistorsi pasar di suatu pasar tertentu tanpa secara eksplisit
memperhitungkan konsekuensikonsekuaensi terhadap pasar-pasar lainnya, sementara analisis
keseimbangan umum melihat pasar sebagai suatu sistem.

10Subsidi Ekspor Pada Kasus Negara Besar Penjelasan dampak kebijakan subsidi ekspor pada
kasus negara besar dapat dilihat pada Gambar 2. Sebelum negara A menerapkan subsidi
ekspor, produksi negara A berada pada P1, sementara konsumsi negara itu berada pada C1,
saat mana kurva indeferen bersinggungan dengan rasio harga. Misalkan bahwa negara A
memberikan subsidi ekspor kepada produsen pakaian. Dampaknya adalah harga pakaian dunia
turun secara relatif terhadap harga makanan. Pada kondisi ini, untuk suatu tingkat pemberian
subsidi tertentu, harga domestik pakaian akan meningkat meski tidak setinggi sebelumnya.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 6, kondisinya adalah sama dengan kasus subsidi pada kasus
negara kecil kecuali bahwa subsidi telah menyebabkan rasio harga dunia berubah dari slop
garis TT ke slop garis P3C3. Produksi terjadi pada P3. Perdagangan internasional sekarang
terjadi pada rasio harga yaitu pada sepanjang garis P3C3.

10
BAB III

CRITICAL JURNAL REVIEW

A. KELEBIHAN

Kedalaman Atau Kelengkapan Isi Materi

Kedua jurnal ini sama – sama membahas tentang Geografi Regional Negara Maju. Pada jurnal yang
pertama membahas mengenai Transformasi Ekonomi-Politik Jerman dan Regionalisasi Ekonomi
di Asia11. Sedangkan pada jurnal yang kedua membahas mengenai Dampak Penghapusan Subsidi
Ekspor Pertanian Oleh Negara Maju Terhadap Keragaman Perekonomian Negara Berkembang.
Kedua jurnal ini sudah memiliki kelengkapan isi materi jika dilihat dari struktur penulisan jurnal yang
lengkap dimulai dari abstrak, pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan kesimpulan. Dibagian
abstrak telah merangkum tujuan, metode, hasil dan kesimpulan dari jurnal sehingga muda untuk
memahami secara singkat isi keseluruhan jurnal. Selanjutnya pada bagian metode telah menyajikan secara
rinci dan jelas jenis penelitian yang akan dilakukan serta tahap-tahapan yang akan dikerjakan. Hasil
penelitian juga disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasannya.

Keterkaitan Antar Elemen

Kelebihan karya tulis seperti halnya jurnal pasti tersebar di berbagai tulisannya, namun pastinya ada
beberapa kelebihan yang menonjol pada setiap karya tulis. Kegayutan antar elemen dalam kedua jurnal
ini sangat rumit dan sistematis dimulai dari pendahuluan, konsep dasar, metode, aplikasi dan improvisasi
dari penelitian tersebut. Data yang disajikan menarik disertai dengan tabel yang jelas yang
menggambarkan penjelasan pada jurnal tersebut. Kedua jurnal ini saling berkaitan dan
berkesinambungan.

Keterkaitan Antar Konsep

Dalam kedua jurnal sudah memiliki keterkaitan antar konsep dimana dipaparkan secara padu, teratur dan
sistematis sehingga penjelasan dalam tiap paragraf memiliki hubungan yang sinkron dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar sehingga dapat dikatakan bahwa jurnal ini
memiliki ketelitian yang baik dalam memperhatikan isi jurnal.

Kemutakhiran Uraian Materi dan Referensinya


Pada kedua jurnal ini kemutakhiran uraian materinya sudah baik karena sudah terbit pada tahun 2010
keatas. Referensi dari jurnal sudah bagus karena referensi yang diambil dari berbagai buku dan jurnal
yang sudah dipercaya akan kebagusan dari referensi tersebut.

B. KELEMAHAN

Kedalaman Atau Kelengkapan Isi Materi

Pada jurnal kedua memiliki sedikit kelemahan dalam bagian abstrak. Dimana pada abstraknya berbahasa
Indonesia dan tidak menyertakan terjemahannya dalam bahasa Inggris sedangkan keseluruhan isi materi
jurnal menggunakan bahasa Indonesia. Namun dalam jurnal pertama sudah memiliki kelengkapan isi
materi dan abstraknya ada dalam bentuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Keterkaitan Antar Elemen

Dalam kedua jurnal ini kegayutan antar konsep hampir tidak memiliki kelemahan sebab di dalam jurnal
sudah sangat runut dan sistematis namun ada beberapa elemen yang kurang lengkap. Dimana pada jurnal
pertama tidak dicantumkan Volume dan nomor dari hasil penelitian.

Keterkaitan Antar Konsep

Pada jurnal yang pertama sudah memiliki keterkaitan antar konsep yang menggunakan bahasa Indonesia
yang baik, hanya saja terdapat kesalahan penulisan kata-kata dalam isi materinya sehingga membuat
pembaca bingung sedangkan dalam jurnal kedua tidak ada kesalahan dalam penulisan kata-kata dan sudah
memiliki keterkaitan antar konsep.

Kemutakhiran Uraian Materi dan Referensinya

Pada jurnal yang pertama sudah memiliki kemutakhiran yang baik karena terbit pada tahun 2016
sedangkan jurnal yang kedua terbit pada tahun 2018. Jika dibandingkan kedua jurnal ini, maka jurnal
yang kedua lebih mutakhir dibandingkan jurnal yang pertama karena terbit pada tahun 2018.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah ke dua jurnal ini maka reviewer menyimpulkan bahwa jurnal ini sangat baik untuk dibaca dan
dihayati karena jurnal ini dapat digunakan sebagai panduan dalam perkembangan kemajuan ekonomi
negara - negara Maju khususnya dalam bidang kerja Sama Antar negara tersebut .

B. SARAN

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa analisis lagi sehingga benar-benar
dapat menganalisis sebuah peranan sektor ekonomi terhadap perekonomian negara - negara maju.

Anda mungkin juga menyukai