Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

FORMULASI PASTA GIGI BERBAHAN AKTIF EKSTRAK DAUN SIRIH


HITAM ( Pipper betle L.)

Dosen Pengampu :

Apt. Dyan Wigati, M. Sc.

Disusun Oleh :

Ana Atika Surur 18040011

Anzalna Auliya P F 18040013

Aprillia Permata S 18040014

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah


memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kapada nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir
zaman.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Apt. Dyan Wigati, M. Sc.
selaku dosen Mata Kuliah Fitofarmasi yang telah membimbing kami, serta pihak lain
yang ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari
bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam pembuatan laporan
praktikum ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan dikemudian
hari.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga laporan praktikum ini
bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Jember, 20 Maret 2021

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sirih hitam (Piper betle L.) merupakan tanaman multifungsi yakni selain
sebagai tanaman hias juga bermanfaat sebagai obat berbagai penyakit. Seperti
halnya antibiotik, kandungan minyak atsiri pada daun sirih bermanfaat sebagai
obat penyakit perodontal dan penyakit saluran pernapasan manusia (Hermawan,
2007)

Sirih hitam adalah salah satu spesies dari tanaman sirih yang banyak
terdapat di Indonesia. Spesies lainnya dari tanaman ini, yaitu sirih merah, sering
digunakan masyarakat Indonesia untuk berbagai pengobatan, salah satunya adalah
untuk penyakit mulut seperti gingivitis dan karies gigi yang disebabkan oleh
bakteri. Bakteri yang dominan menyebabkan berbagai penyakit mulut adalah
spesies Actinomyces, Streptococcus, Fusobacterium nucleatum, Bacteroides
intermedius, dan berbagai variasi spesies Bacteroides yang tidak berpigmen
(Manson, 1993).

Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent, dan


antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid, polifenol,
dan minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Senyawa
ini akan mersak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid
diduga memiliki mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi.

Metabolit sekunder ekstrak daun sirih hitam teridentifikasi golongan


senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, senyawa fenol, karotenoid, dan
steroid (Hastuty, 2011). Senyawa yang memiliki sifat sebagai antioksidan kuat
yakni flavonoid, tannin, fenol, alkaloid, dan saponin (Heinrich, Joanne, Simon,
dan Elizabeth, 2008).

3
Kandungan fenol juga berperan sebagai racun bagi mikroba dengan
menghambat aktivitas enzimnya (Suliantari et al., 2008), selain itu juga terdapat
kandungan saponin dan tanin yang bersifat sebagai antiseptik pada luka
permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi
pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka serta flafonoid selain berfungsi
sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai antiinflamasi (Mursito, 2009). Selain
itu juga mengandung nitrogen, protein, karbohidrat, serat vitamin A, B kompleks,
C, D, E, natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, tembaga, dan seng
(Yanti, 2012).

Sejauh ini penelitian yang terkait dengan sirih hitam adalah tentang
kandungan senyawa metabolit sekunder yang dilakukan oleh Rija’i (2015) dan uji
daya antifungal ekstrak sirih hitam terhadap penghambatan pertumbuhan Candida
albicans oleh Ummah (2014).

B. Senyawa aktif yang terdapat dalam daun sirih hitam

 Tanin sebagai senyawa antimikroba dan antioksidan (Lemmens, 1999),


(Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth, 2008).
 Senyawa fenolik sebagai senyawa antimikroba dan antiinflamasi (Lemmens,
1999), (Ganguly et al., 2007).
 Saponin sebagai senyawa antimikroba dan antioksidan (Lemmens, 1999),
(Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth, 2008).
 Flavonoid sebagai senyawa antimikroba dan antioksidan (Lemmens, 1999),
(Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth, 2008).
 Alkaloid sebagai senyawa antimikroba dan antioksidan (Lemmens, 1999),
(Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth, 2008).
 Steroid sebagai senyawa antimikroba (Lemmens, 1999).
 Hydroxychavicol sebagai antibakteri serta antikoagulan (Jesonbabu, 2012).
 Fenol sebagai senyawa antioksidan (Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth,
2008)
 Saponin dan tanin yang bersifat sebagai antiseptik (Mursito, 2009).

4
 Flavonoid sebagai bakteriostatik dan antiinflamasi (Mursito, 2009).
Dengan berbagai efek terapetik dari daun sirih hitam maka dilakukan
penelitian bioaktivitas dari tumbuhan tersebut. Berikut ini adalah beberapa
jurnal yang telah meneliti bioaktivitas dari daun sirih hitam
 Potensi sitotoksik ekstrak air daun sirih hitam (Piper sp.) ( Dewi, Nadia R K.,
2015)
 Perbandingan uji aktivitas antifungi infusa daun sirih hijau (Piper betle L.) dan
sirih hitam (Piper betle L.) pada pertumbuhan Candida albicans (Isnaniyah,
Ana., 2010)
 Induksi kalus eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi
konsentrasi zat pengatur tumbuh Indole-3-acetic acid 9IAA) DAN Benzyl
Amino Purin (BAP) (Zuraidassanaaz, Nabilah I., 2016)
 Uji aktivitas antioksidan ekstrak bertingkat daun sirih hitam (Piper betle L.)
dengan peredaman radikal bebas DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil) (Rija’i,
Hifdzur R., dkk. 2015)

 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun sirih hitam (Piper bettle L.)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Saputri, Diana I D., dkk.)
Pada praktikum kali ini kami akan memformulasikan daun sirih hitam
menjadi bentuk sediaan pasta gigi. Pemilihan sediaan dalam bentuk pasta gigi
dikarenakan bentuk sediaan ini mudah dalam penggunaannya, selain itu
penggunaan pasta gigi sudah cukup familiar dikalangan masyarakat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kandungan Kimia dan Bioaktivitas Daun Sirih


Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat dengan
tinggi tanaman 5 sampai 15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau
bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak
bundar, tulang daun bagian bawah atau berbulu sangat pendek, tebal
berwarna putih, panjang 5-18 cm dan lebar 2,5-10,5 cm. Daun pelindung
berbentuk lingkaran, bundar telur sungsang atau lonjong dengan panjang
kira-kira 1 mm. Perbungaan berupa bulir. Bulir yang masak berbulu
kelabu, rapat dengan tebal 1-1,5 cm. Biji berbentuk bulat (Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991). Kedudukan taksonomi tanaman sirih dalam
sistematika tumbuhan menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) adalah:

Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Piperales
Family Piperaceae
Spesies Piper betle L.

Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah
minyak atsiri. Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu
daun sirih adalah vitamin, asam organik, asam amino, gula, tannin, lemak,
pati dan karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol,
turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol
(sampai 42,5%), karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol
asetat, alilpirokatekol asetat, sinoel, estragol, eugenol, metileter, ρ-simen,
karyofilen, kadinen dan senyawa seskuiterpen (Darwis, 1992).
Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent,
dan antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid,

6
polifenol, dan minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai
antimikroba. Senyawa ini akan mersak membran sitoplasma dan
membunuh sel. Senyawa flavonoid diduga memiliki mekanisme kerja
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi.

Metabolit sekunder ekstrak daun sirih hitam teridentifikasi golongan


senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, senyawa fenol, karotenoid,
dan steroid (Hastuty, 2011). Senyawa yang memiliki sifat sebagai
antioksidan kuat yakni flavonoid, tannin, fenol, alkaloid, dan saponin
(Heinrich, Joanne, Simon, dan Elizabeth, 2008)

Kandungan fenol juga berperan sebagai racun bagi mikroba dengan


menghambat aktivitas enzimnya (Suliantari et al., 2008), selain itu juga
terdapat kandungan saponin dan tanin yang bersifat sebagai antiseptik
pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya
digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada
luka serta flafonoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi
sebagai antiinflamasi (Mursito, 2009). Selain itu juga mengandung
nitrogen, protein, karbohidrat, serat vitamin A, B kompleks, C, D, E,
natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, tembaga, dan seng
(Yanti, 2012)
Daun sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, bisul, obat sakit
mata, obat sariawan dan obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991).
Khasiat daun sirih ini selain sebagai stypic (penahan darah) dan
vulnerary (obat luka pada kulit) ,antioksidan, antiseptik, fungisida bahkan
sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh Widarto (1990) bahwa
daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai
aktivitas terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Darwis,
1992).

7
Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk
menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, menciutkan
pembuluh darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih yang masih segar
dapat dipergunakan untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit
kulit, wasir, keringat bau, sakit gigi, asma dan produksi air susu ibu yang
berlebihan dapat dicegah dan disembuhkan dengan daun sirih (Dharma,
1985)
2. Metode Ekstraksi
Metode Ekstraksi Daun Sirih (Piper Batle) Ekstraksi adalah pembuatan
ekstrak dengan cara memisahkan kandungan kimia bahan yang arut dari bahan
yang tidak dapat larut dalam pelarut yang sesuai. Metode yang biasa digunakan
dalam ekstraksi ada dua cara, dengan cara pans yaitu reflux, sokhlet, digesti,
infus, dekok dan dengan cara dingin yaitu meserasi dan perkolasi (Anonim,1986)
Menurut Ditjen POM (2000), beberapa metode ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yaitu cara dingin dan cara panas.
1. Cara Panas
A. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3 – 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
B. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50º C.
C. Sokhletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik

D. Infusa

8
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 -
98ºC) selama waktu tertentu (15 – 20 menit)
E. Dekok
Dekok adalah ekstraksi deng menggunakan pelarut air pada temperatur
90o C selama 30 menit.
2. Cara Dingin
A. Meserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama
dan seterusnya.
B. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu barusampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) terus - menerus sampai diperoleh ekstrak yang
jumlahnya 1-5 kali bahan.
Di antara beberapa cara tersebut yang paling umum digunakan adalah metode
infusa. Hal ini disebabkan metode infusa lebih menguntungkan sebab teknik
infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan
dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang
paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu.
Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan
aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan (Santoso, 1993). Selain
itu, daun Sirih (Piper Batle)memiliki kandungan yang tahan terhadap pemanasan
sehingga metode infusa lebih umum digunakan

3. Metode Analisa

9
Sebelum melakukan pembuatan sediaan pasta gigi, dilakukan
terlebih dahulu identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak kasar dan
fraksi daun sirih hitam, identifikasi metabolit sekunder dilakukan untuk
mengetahui kandungan golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak
pekat dan fraksi-fraksi tersebut.
Setelah dilakukan identifikasi metabolit sekunder maka dilakukan
pengujian antimikroba menggunakan mikroba uji Streptococcus mutans
dan Candida albican. Kedua mikroba ini diplih karena kedua mikroba
tersebut merupakan mikroba yang dominan menyebabkan penyakit mulut.
Pada awalnya dilakukan skrining awal uji antimikroba untuk mengetahui
ekstrak mana yang paling efektif dalam membunuh mikroba. Metode
paper disc yang digunakan berdasarkan kemampuan penetrasi bahan uji ke
dalam media pertumbuhan mikroba secara difusi sehingga menghasilkan
pengaruh daya hambat berupa daerah hambatan berbentuk lingkaran yang
diukur diameternya sesuai kekuatan antimikroba dari bahan yang diuji.
4. Bentuk sediaan dan formula
1. Pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago
atau sabun (Farmakope Indonesia Edisi III). Menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV, pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical. Dan
menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang
menunjukkan aliran dilatan yang penting.
Beberapa keuntungan dari pasta antara lain pasta mengikat cairan
secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi
mengeluarkan cairan, bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit
sehingga meningkatkan daya kerja local, konsentrasi lebih kental dari

10
salep, dan daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
Basis atau Pembawanya
Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta
tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan
salep, yaitu:

a. Vasellnum Album
Vaselln terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah
bentuk yang telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan menggunakan
asam sulfat anhydrous tidak larut dalam air, tidak tercucikan dengan air.
Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat dikombinasikan dengan
cairan yang mengandung air, hanya dapat menyerap air 5%, jarang
dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan bahan obat dan bahan
kimia. Vaselin digunakan pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit,
karena merupakan film penutup pada kulit yang mencegah penguapan.

b. Gliserol
Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan
kelembapan. Pada dasarnya basis formulasi sediaan pasta tidak jauh
berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep,
yaitu :

c. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
 Tidak diabsorbsi oleh kulit
 Inert
 Tidak bercampur dengan air
 Daya adsorbsi air rendah
 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan
tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Dibagi menjadi

11
5, yaitu Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,  Paraffin
substitute, paraffin ointment Contoh : vaselin, White
Petrolatum/paraffin, White Ointment
d. Basis Absorbsi
 Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu
air dan larutan cair
 Terbagi : Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi 
emulsi air dalam minyak
 Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol
 Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream
e. Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat
aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat
stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah
menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian
sediaan pasta.

Metode pembuatan pasta dibedakan menjadi 2 metode yaitu


pencampuran dan peleburan :
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai
sediaan yang rata tercapai.

2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan
meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang
tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang
mengental setelah didinginkan dan diaduk.
Bahan dasar pasta :

12
vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan
parafin liquidum. 
Pembuatan :
Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru
dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur
dan homogen.
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri
dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta
gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh
efek lokal. Misalnya, pasta gigi Triamsinolon Asetonida.
2. Formula rujukan
BAHAN KADAR %
CaCO3 ( Abrasive ) 44
Ca(OH)2 3,5
MgCO3 2
Gliserin ( Humectan ) 30
Gum Arab ( Gelling Agent ) 1
Sakarin ( Pemanis ) 0,1
Air destilata ( Pelarut ) 18,4
SLS ( sodium lauryl sulfat) 1
( Detergen )
Minyak Atsiri (ekstrak daun sirih) Bervariasi
( Zat Aktif )

3. Formula yang akan diajukan

BAHAN KADAR %
Silika gel (agen polishing) 30
Mentol (perasa) 0,5
Sodium sakarin (pemanis) 0,3
Sodium benzoat (pengawet) 0,1
Gliserin ( Humectan ) 20
Air destilata ( Pelarut ) 1 tetes
SLS ( sodium lauryl sulfat) 2
( Detergen )
PGA (basis) 30
Ekstrak daun sirih ( Zat Aktif ) 20

13
Monografi bahan :
a. Mentol
 Rumus molekul : C10H20O
 Rumus struktur :

HO

 Pemerian : berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna; bau tajam


seperti minyak permen; rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin
 Kelarutan : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
(95)%, dalam kloroform P, dan dalam eter P; mudah larut dalam parafin
cair P dan dalam minyak atsiri.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik; ditempat sejuk
 Khasiat : korigen; antiiritan
b. Sodium sakarin
 Rumus molekul : C7H5NO3S
 Rumus struktur :
O
O
S

NH

 Fungsi : sweetening agent


 Pemerian : Kristal putih, tidak berbau, atau serbuk Kristal putih, rasa
manis intens
 pH : 2,0
 Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan molekul besar sehingga
terbentuk endapan.
 Kondisi penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik dan kering
 Alasan pemilihan bahan : Untuk menambahkan rasa manis

14
c. Gliserin ( Humectan )
 Rumus molekul : C3H8O3
 Rumus struktur :
OH

HO OH

 Dosis : 1-1,5 gram/kg BB
 Pemerian bahan : gliserin merupakan cairan tidak berwarna atau jernih,
cairan hidroskopis, mempunyai rasa manis, tidak berbau. Jika disimpan
beberapa lama dalam suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur dan mencapai suhu 20℃.
 Data kelarutan : gliserin di aseton cukup larut, dalam benzene dan
kloroform praktis tidak larut, dalam etanol (95%) larut, dalam methanol
larut, dalam minyak praktis tidak larut.
 Inkompatibilitas : bisa meledak bila dicampur dengan agen
pengoksidasi tinggi, seperti Chromium Trioxide, Potassium Chlorat,
atau Potassium Permanganat. Gliserin akan terbentuk menjadi asam
borak dan asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari
asam borat.
 Penyimpanan : disimpan pada wadah yang tertutup rapat / kedap udara.
Hindarkan dari panas dan kelembaban.
 Alasan : Untuk mencegah pengeringan dan pengerasan pada pasta gigi.
d. Air destilata ( Pelarut )
 Rumus molekul : H20
 Rumus molekul :
O
H H

 Pemerian bahan : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak


mempunyai rasa.
 Data kelarutan : Bercampur dengan semua pelarut polar
 pH : 5-7

15
 Inkompatibilitas : air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lainnya
yang rentan terhidrolisis dalam suhu lingkungan.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
 Penggunaan : untuk melarutkan bahan

e. SLS ( sodium lauryl sulfat) ( Detergen )


 Rumus molekul : C12H25NaO4S
 Rumus struktur :
O
O
S Na+
-
O
O

 Pemerian bahan : serbuk atau hablur; warna putih atau kuning pucat;
bau lemah dan khas.
 Data kelarutan : sangat mudah larut dalam air, larutan berkabut; larut
sebagian dalam etanol (95%) P.
 pH : 7,0-9,5
 Inkompatibilitas : dengan garam dari polyvalent ion logam, seperti
aluminium, timah timbal, atau seng, dan presipitat dengan garam
kalium.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
 Penggunaan : karena bersifat netral, sebagai pembersih dalam
kondisi asam atau basa serta tidak membentuk endapan dalam saliva.
f. PGA
 Rumus molekul : -
 Fungsi : menurunkan tegangan permukaan, dan agen penstabil
 Dosis : untuk basis pasta 10-30%
 Pemerian : serbuk; warnag putih; hampir tidak berbau; rasa tawar
seperti lender.

16
 Data kelarutan : mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan bening; praktis tidak larut dalam etanol (90%) P dan dalam
gliserol P.
 pH : 4,5-5,0
 Stabilitas terhadap pH : stabil dalam larutan asam
 Stabilitas terhadap suhu : panas pada proses yang menggunakan panas
namun akan lebih baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat
waktu pemanasan karena gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-
lahan.
 Inkompatibilitas : amidopyrine, apomorphine, cresol, ethanol (95%),
ferric salts, morphine, phenol, physostigmine, tannins, thymol, and
vanillin.
 Penggunaan : karena gum arab dapat menstabilkan atau menurunkan
tegangan permukaan dan mencegah pemisahan fase padat dan fase cair
pada pasta gigi.
g. Ekstrak daun sirih ( Zat Aktif )
 Rumus molekul : -
 Fungsi : sebagai zat aktif yaitu antisariawan, anti batuk, adstringen,
antiseptic.
 Pemerian bahan : bau aromatic yang khas, adan rasa yang pedas.
 Data kelarutan : Kadar abu tidak lebih dari 14% . Kadar abu yang tidak
larut dalam asam tidak lebih dari 7%. Kadar sari yang larut dalam air
tidak kurang dari 14%. Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang
dari 4,5%
 Kondisi penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
 Penggunaan : karena daun sirih memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans (bakteri gram positif) yang
merupakan bakteri perusak gigi serta sebagai aroma bau.
h. Natrium Benzoat

17
 Pemerian : granul Putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak
berbau, stabil di udara
 Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%
 OOT : dengan gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam
berat yang mengandung perak dan merkuri
 Wadah : wadah tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk dan kering
 Kegunaan : pengawet
i. Sillica gel
 Nama IUPAC : silikon dioksida
 Rumus molekul : SiO3
 Pemerian : amorf, sebagian terhidrat, seperti butir-butir kaca dengan
ukuran yang bermacam-macam
 Kelarutan : tidak larut dalam air dan pelarut lainnya, non toksik, tidak
berbau dan stabil secara kimiawi
 Kegunaan : agen polishing (penggosok)
4. Evaluasi Sediaan
Evaluasi suatu sediaan pasta digunakan untuk mengetahui apakah
sediaan tersebut telah memenuhi persyaratan.
Metode evaluasi pasta :

1. Pengujian Organoleptis
Evaluasi menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,rasa dan
bentuk dari sediaan pasta gigi yang dibuat.
2. Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu
diamati di bawah mikroskop. Tiap formula pasta gigi ditimbang
sebanyak 0,1 gram, kemudian diamati dibawah mikroskop pada
perbesaran 5 kali.
3. Pengujian pH

18
Penentuan pH sediaan dilakukam dengan menggunakan stik pH
universal yang dicelupkan kedalam sampel pasta gigi yang telah
diencerkan. Setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut
dilihat perubahan warnanya dan dicocokan dengan standar pH
universal. Sesuai persyaratan SNI pH pasta gigi antara 4,5 – 10,5. Hal
ini disesuaikan dengan pH dalam mulut
4. Pengujian Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram pasta diletakkan di tengah sebuah kaca bulat.
Kaca bulat lain yang telah ditimbang, diletakkan di atas pasta tadi
secara hati-hati dan dijaga agar tidak ada gelembung udara. Biarkan 1
menit dan diukur diameter pasta yang menyebar, Setelahnya
ditambahkan beban 50 gram dilakukan pengukuran kembali dan ulangi
perlakuan untuk penambahan beban 100 gram.
5. Pengujian Stabilitas
Sediaan Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke
dalam wadah untuk disimpan selama 6 minggu pada suhu kamar.
Diamati apakah terjadi pemisahan fase padat dan fase cair (sineresis)
dengan interval pengamatan setiap 1, 2, 4 dan 6 minggu (Lopez, 1999).

19
BAB III

METODE
1. Alat dan Bahan
Alat :
Seperangkat alat maserasi Corong Desikator
Rotary evaporator Botol kaca Vakum
Timbangan digital Waterbath Cawan petri
Pipet tetes Alumunium foil Paper disk
Labu erlenmeyer Cawan porselin Inkubator
Stirrer Batang pengaduk Laminar air flow
Kertas saring Tabung reaksi Lumpang dan alu
Gelas ukur Rak tabung reaksi Mikrometer skrup
Labu ukur Botol selai Tube

Bahan

Silika gel
Mentol
Sodium sakarin
Sodium benzoat
Gliserin
Air destilata
SLS ( sodium lauryl sulfat)
PGA
Ekstrak daun sirih

20
2. Prosedur Pembuatan
1. Proses ekstraksi
Ekstraksi daun sirih hitam dilakukan dengan cara maserasi dengan
pelarut (etanol 96%), yaitu sebagai berikut :

Simplisia daun sirih hitam

Ditimbang, dimasukkan
dalam maserator

Etanol 96%

Tambah etanol, dimasukkan


semua dalam maserator dan tutup
rapat maserator. Rendam selama
6 jam pertama sambil diaduk,
kemudian diamkan selama 48

Maserat jam.

Disaring menggunakan corong


bunchner

Filtrat

Dipekatkan dengan rotary


evapolator
Ekstrak kental

21
2. Pembuatan Pasta

Mortir Panas

Ditambahkan dan dihaluskan


PGA

Ditambahkan sedikit demi


sedikit Tambahkan aquadest,
aduk ad mucilago
Dimasukkan mentol, tetesi 2
tetes etanol. Gerus ad halus
Sakarin

Ditambahkan, diaduk

Gliserin

Ditambahkan, diaduk ad homogen


SiO2

Sodium benzoat
Tambahkan, diaduk

Ekstrak daun sirih hitam

Tambahkan, diaduk

Beaker glass SLS

Dihomogenizer

Wadah pasta

22
3. Evaluasi Pasta
a) Pengujian Organoleptis
Evaluasi menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,rasa dan
bentuk dari sediaan pasta gigi yang dibuat.
b) Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu
diamati di bawah mikroskop. Tiap formula pasta gigi ditimbang
sebanyak 0,1 gram, kemudian diamati dibawah mikroskop pada
perbesaran 5 kali.
c) Pengujian pH
Penentuan pH sediaan dilakukam dengan menggunakan stik pH
universal yang dicelupkan kedalam sampel pasta gigi yang telah
diencerkan. Setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut
dilihat perubahan warnanya dan dicocokan dengan standar pH
universal. Sesuai persyaratan SNI pH pasta gigi antara 4,5 – 10,5. Hal
ini disesuaikan dengan pH dalam mulut
d) Pengujian Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram pasta diletakkan di tengah sebuah kaca bulat.
Kaca bulat lain yang telah ditimbang, diletakkan di atas pasta tadi
secara hati-hati dan dijaga agar tidak ada gelembung udara. Biarkan 1
menit dan diukur diameter pasta yang menyebar, Setelahnya
ditambahkan beban 50 gram dilakukan pengukuran kembali dan ulangi
perlakuan untuk penambahan beban 100 gram.
e) Pengujian Stabilitas
Sediaan Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke
dalam wadah untuk disimpan selama 6 minggu pada suhu kamar.
Diamati apakah terjadi pemisahan fase padat dan fase cair (sineresis)
dengan interval pengamatan setiap 1, 2, 4 dan 6 minggu (Lopez, 1999)

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Formula pasta gigi merupakan sediaan yang tersusun atas agen polishing
(penggosok), agen moistener (pelembab), agen deterjen dan foaming (pembuat
busa), agen pengikat, pemanis, flavour (pemberi rasa), dan pengawet yang
dipadukan dengan bahan aktif dari ekstrak daun sirih hitam yang bertujuan
sebagai sediaan antimikroba penyebab radang gusi (gingivitis) dan gigi berlubang
(caries). Formulasi sediaan pasta gigi berbahan aktif ekstrak daun sirih hitam
dimulai dari pengolahan bahan aktif yaitu sirih hitam segar dengan menggunakan
metode maserasi. Dimana, pada penelitian ini pembuatan ekstrak daun sirih hitam
dilakukan dengan cara direndam dengan menggunakan pelarut organik (etanol)
selama 2 x 24 jam.
Setelah didapatkan ekstrak kasar etanol daun sirih hitam kemudian
dilakukan pengelompokan senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Pelarut yang
digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Tetapi dikarenakan ekstrak
yang didapatkan dari fraksi n-butanol tidak mencukupi untuk pengujian, maka
fraksi yang digunakan hanya fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat. Sebelum
melakukan pembuatan sediaan pasta gigi, dilakukan terlebih dahulu identifikasi
metabolit sekunder dari ekstrak kasar dan fraksi daun sirih hitam, identifikasi
metabolit sekunder dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan senyawa
yang terkandung dalam ekstrak pekat dan fraksi-fraksi tersebut.
Setelah dilakukan identifikasi metabolit sekunder maka dilakukan
pengujian antimikroba menggunakan mikroba uji Streptococcus mutans dan
Candida albican. Kedua mikroba ini diplih karena kedua mikroba tersebut
merupakan mikroba yang dominan menyebabkan penyakit mulut. Pada awalnya
dilakukan skrining awal uji antimikroba untuk mengetahui ekstrak mana yang
paling efektif dalam membunuh mikroba. Metode paper disc yang digunakan
berdasarkan kemampuan penetrasi bahan uji ke dalam media pertumbuhan
mikroba secara difusi sehingga menghasilkan pengaruh daya hambat berupa

24
daerah hambatan berbentuk lingkaran yang diukur diameternya sesuai kekuatan
antimikroba dari bahan yang diuji.
Dari hasil skrining awal pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-heksana, fraksi
etil asetat, dan fraksi etanol dapat dilihat pembentukan zona bunuh yang paling
baik adalah pada fraksi n-heksana dengan konsentrasi 20%, dimana rata-rata
diameter zona bunuh yaitu sebesar 23,24 mm. Sehingga dilakukan pengujian
lanjutan dari ekstrak fraksi n-heksana dengan variasi konsentrasi berturut-turut
15%,17,5%, 20%, dan 22,5% untuk mikroba uji Streptococcus mutans dan
Candida albican.
Didapatkan hasil aktivitas yang menurun pada uji lanjutan dibandingkan
dengan skrining awal, hal ini dimungkinkan karena terjadinya penurunan stabilitas
dan aktivitas ekstrak selama penyimpanan. Formula pasta gigi terdiri atas silika
gel sebagai agen polishing (penggosok), gliserin sebagai agen moistener
(pelembab), sodium lauril sulfat sebagai agen deterjen dan pembuat busa, PGA
(Pulvis Gummi Arabica) sebagai basis pasta gigi, sodium sakarin sebagai
pemanis, mentol sebagai pemberi rasa, dan sodium benzoat sebagai pengawet.
Dilakukan optimasi komposisi basis untuk mendapatkan basis pasta gigi yang
kompatibel dalam membentuk massa pasta gigi yang baik. Basis yang digunakan
dalam formula ini adalah PGA (Pulvis Gummi Arabica).
Setelah dilakukan optimasi komposisi basis maka didapatkan formula 5
merupakan formula yang paling baik ditinjau dari tekstur dan penampilan, dimana
konsetrasi silika gel yang digunakan adalah 30%, sodium lauril sulfat 2%, sodium
sakarin 0,3%, gliserin 20%, mentol 0,5%, sodium benzoat 0,1%, dan PGA 30%.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Ekstrak yang paling efektif dalam membunuh mikroba uji Strepstococcus
mutans dan Candida albican adalah fraksi n-heksana dengan konsentrasi
20%.
2. Penggunaan basis PGA (Pulvis Gummi Arabica) yang baik ditinjau dari
penampilan dalam membentuk massa pasta gigi yang baik adalah pada
konsentrasi 30%.
3. Formula pasta gigi berbahan aktif ekstrak daun sirih hitam yang baik ditinjau
dari penampilan dan tekstur adalah silika gel (30%), sodium lauril sulfat
(2%), sodium sakarin (0,3%), gliserin (20%), mentol (0,5%), sodium benzoat
(0,1%), dan PGA (30%).

B. Saran
1. Pengkajian mengenai bahan-bahan tambahan yang lebih sesuai dalam
formulasi.
2. Pembudidayaan daun sirih hitam, dikarenakan tanaman ini masih tergolong
baru sehingga susah diperoleh.

26
DAFTAR PUSTAKA
A, Zena Vergita., dkk. Pagi Hari (Pasta Gigi Herbal Anti Nyeri ) Kombinasi Akar
Nipah ( Nypa fruticans ) dan Serai (Cymbopogon citratus). e-ISSN :2685-
8150 P-ISSN : 2579-432
Anonim, 1974, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 96,97,98.
Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Jakarta.
Dewi, Nadia R K S., dkk. 2015. Potensi Sitotoksik Ekstrak Air Daun Sirih Hitam
(Piper sp.). Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 1. No 1.
Hembing, W.K. 1998. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid Keempat.
Penerbit Pustaka Kartini: Jakarta.
Isnaniyah, Ana. 2010. Perbandingan Uji Aktivitas Antifungi Infusa Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) dan Sirih Hitam (Piper betle L.) pada Pertumbuhan
Candida albicans. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Lemmens, R.H.M.J. & N Wulijarni Soejipto.1999. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara, No. 3, Tumbuh tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PT.
Balai Pustaka: Jakarta.
Maesaroh, Imas., dkk. 2019. Formulasi Sediaan Pasta Gigi Karbon Aktif Dengan
Basis Virgin Coconut Oil (VCO). Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(1), 8-17.
Manson, J.D & B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti. Alih Bahasa Anastasia S.
Hipokrates: Jakarta.
Maulidha, Nazmy., dkk. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sirih
Hitam (Piper sp.)Terhadap DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL
HYDRAZYL). Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 1. No 1.
Prasetya, Fajar. 2012. Formulasi Pasta Gigi Berbahan Aktif Ekstrak Daun Sirih
Hitam Sebagai Antimikroba Penyebab Radang Gusi (Gingivitis) dan Gigi
Berlubang (Caries). J. Trop. Pharm. Chem. Vol 2. No. 1.

27
Rija’i, Hifdzur R., dkk. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak ertingkat Daun
Sirih Hitam (Piper Acre Blume.) dengan Perendaman Radikal Bebas
DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil). Prosding Penelitian SPeSIA.
Saputri, Diana I D., dkk. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih
Hitam (Piper bettle L var nigra) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Artikel Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
Tjahja, Indirawati. 2007. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau dari Faktor
Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biomedis: Jakarta
Zuraidassanaaz, Nabilah I. 2016. Induksi Kalus Eksplan Daun Sirih Hitam (Piper
betle L.) Dengan Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole-3-
Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP). Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya.

28

Anda mungkin juga menyukai