PERFEKSIONISME
Disusun oleh:
Salsabila Mujahidah Azzahra
NIM 19010172
A2 2019
A. Definisi Perfeksionisme
Menurut Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente dan Kennedy (2004, dalam
Zulkarnain 2019: 20), perfeksionisme adalah hasrat untuk mencapai
kesempurnaan yang ditandai dengan conscientious perfectionism yang berasal dari
internal individu dan self-evaluated perfectionism yang berasal dari eksternal
individu yang mencakup ketakutan berlebih terhadap kesalahan, standar personal
yang tinggi, persepsi bahwa lingkungan punya harapan-harapan yang tinggi
terhadap diri, persepsi bahwa lingkungan amat kritis terhadap diri, dan keraguan
tentang kualitas tindakan yang dilakukan.
1
a. Karakteristik penetapan standar. Yaitu memiliki cita-cita tinggi, standar
pribadi yang tinggi dalam berbagai hal.
b. Karakteristik pencapaian standar. Yaitu melakukan usaha terbaik untukm
mencapai kesempurnaan atau standar yang dimiliki dan toleransi rendah
terhadap kesalahan atau kegagalan.
c. Karakteristik personal. Yaitu kebanggaan terhadap usaha sendiri dan
memiiliki keyakinan yang kuat terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri
atas kesalahan yang berkaitan dengan faktor yang dapat dikontrol, merasa
frustasi ketika mengalami kegagalan meskipun telah memberikan usaha
terbaik, ragu-ragu karena takut melakukan kesalahan, sulit menerima kritik
atau saran dari orang lain, memiliki ketelitian dan kehati-hatian dalam
mengerjakan sesuatu, merasa lebih hebat dari orang lain dan tidak suka
dikalahkan orang lain, dan berkeinginan kuat untuk dihargai.
d. Karakteristik emosional. Yaitu reaksi negatif ketika melakukan kesalahan
atau mengalami kegagalan, seperti mood yang cepat berubah dan sulit
melupakan kesalahan atau kegagalan yang dialami.
e. Karakteristik sosial. Yaitu kepercayaan bahwa orang lain akan memberikan
kritik jika tidak mencapai standar atau ekspektasi yang mereka tetapkan dan
kecenderungan menyalahkan atau mengkritik orang lain ketika tidak sesuai
standar pribadi.
f. Karakteristik motivasional. Yaitu memiliki motivasi tinggi untuk sempurna.
B. Bentuk-bentuk Perfeksionisme
2
d. Organizational, yaitu kecenderungan untuk menjadi rapi dan terorganisir.
e. Parental pressure, yaitu kecenderungan untuk merasa harus melakukan
sesuatu secara sempurna demi memuaskan orang tua.
f. Planfulness atau penuh perencanaan.
g. Rumination, yaitu kecenderungan untuk terus menerus mengingat dan
memikirkan pengalaman-pengalaman buruk.
h. Striving for excellence, yaitu kecenderungan untuk mengejar hasil yang
sempurna dan standar yang tinggi.
a. Self-oriented perfetionism, yaitu adanya standar yang tinggi untuk diri sendiri.
b. Other-oriented perfectionism, yaitu adanya keyakinan dan harapan akan
standar yang tinggi tentang kemampuan orang lain. Other-oriented
perfectionism ini seperti tidak mengharap dan tidak percaya terhadap bantuan
orang lain karena tidak sesuai dengan standar pribadi.
c. Socially prescribed perfectionism, yaitu adanya standar dan harapan yang
ditentukan oleh orang lain yang signifikan untuk menjadi sempurna.
a. Perfeksionisme positif
Perfeksionisme positif adalah seseorang merasakan perasaan senang atau
kenikmatan yang sangat nyata dari usaha kerja yang sungguh sungguh sesuai
standar pribadi, standar orang lain dan harapan orang lain yang diwujudkan
dalam sikap adanya kebutuhan yang kuat untuk tertib dan teratur,
menunjukkan penerimaan diri terhadap kesalahan, menikmati harapan tinggi
orang tua, menunjukkan coping positif terhadap tendensi perfeksionisme,
mempunyai model peran yang mampu menekankan untuk selalu melakukan
yang terbaik, dan menunjukkan usaha diri senditi untuk mendapatkan
kesempurnaan.
3
b. Perfeksionisme negatif
Perfeksionisme negatif adalah sikap tidak dapat merasakan kepuasan
sesuai standar pribadi bagi diri dan orang lain serta merasa orang lain
mempunyai harapan kesempurnaan yang tinggi bagi dirinya, terwujud dalam
sikap keprihatinan berlebih pada kesalahan, keragu-raguan dalam bertindak,
ketakutan akan kegagalan, ketakutan tidak dapat menikmati hidupnya,
pemikiran satu atau tidak satupun dan kecanduan kerja, cemas, dan tidak
mampu coping secara positif.
Menurut Monica Ramirez Basco, yang dikutip oleh Nella Safitri cholid
(hlm 41), Kecenderungan menjadi pribadi yang perfeksionis bisa timbul karena
bawaan sejak lahir, ataupun muncul kemudian karena tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak stabil.
4
permusuhan membuat prang yakin bahwa dirinya harus dijaga untuk melindungi
keamanannya. Kecemasan dan permusushan cenderung direpres atau dikeluarkan
dari kesadaran, karena menunjukkan rasa takut bisa membuka kelemahan diri dan
menunjukkan rasa marah beresiko dihukum atau kehilangan cinta dan keamanan.
Karen Horney menggambarkan nya dalam proses melingkar yang dinamakan
Lingkaran setan atau Vilious Circle, teori neurosis ini didasarkan pada konsep
gangguan psikis yang membuat orang terkunci dalam lingkungan yang membuat
tingkah laku tertekan.
5
c. Saya berusaha keras untuk melakukan yang benar, saya pantas
terhindar dari frustasi dan kesulitan hidup.
d. Selalu ada cara yang benar dalam menyelesaikan sesuatu.
e. Jika saya melakukan kesalahan maka hancurlah segalanya.
f. Bilamana seseorang tidak melakukan sebagaimana seharusnya nereka
lakukan, mereka adalah manusia yang buruk.
g. Jika saya tidak melakukan sesuatu dengan sempurna, saya pantas
menghukum diri sendiri.
h. Jika saat ini saya tidak melakukan dengan sempurna, maka saya harus
bisa sempurna di lain waktu.
i. Saya harus sempurna atau saya seorang yang gagal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ananda dan Mastuti (2013, dalam
Margareta & Wahyudin, 2019: 89) bahwa orang yang memiliki kecenderungan
perfeksionis cenderung melakukan prokrastinasi. Tuckman (2003, dalam
Gunawinarta, Nanik & Lasmono 008) menyatakan bahwa seorang prokrastinator
adalah individu yang gemar mencari kesenangan dan akan berusaha menghindari
segala hal yang dapat memberi tekanan terhadap dirinya. Dengan begitu, individu
yang perfeksionis akan melakukan penghindaran dengan melakukan prokrastinasi
sebagai bentuk coping terhadap segala tuntutan dan tekanan yang mereka rasakan.
Kecenderungan mereka yang planfulness atau merencanakan kedepan dan
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil juga menyebabkan
prokrastinasi. Prokrastinasi yang dilakukan dalam dunia pendidikan disebut
prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik yaitu penundaan karena
ketidakmampuan melakukan kinerja secara optimal ketika mengerjakan tugas
akademuk akibat adanya tekanan psikis (Jiao, Qun, DaRos-voseles, Denise,
Kathleen & Onwuwgbuzie, 2011 dalam Dluha, 2016: 15). Seorang pelajar yang
melakukan prokrastinasi akademik juga cenderung mengalami stress akademik.
6
perasaan cemas dan depresi ketika keinginan tersebut tidak terpenuhi (Lessin &
Pardo, 2017; Melrose, 2011; Sevlever & Rice, 2010). Gejala depresi dapat dialami
oleh individu yang menginginkan kesempurnaan dalam hidupnya. Individu ini
cenderung tidak dapat menerima kekurangannya dan merasa takut apabila
melakukan kesalahan yang berdampak pada peristiwa memalukan. Hal ini
menunjukkan bahwa individu yang memiliki kepribadian perfeksionis dapat
mengalami gejala depresi karena individu tidak dapat menerima kekurangan yang
dimilikinya. Individu akan cenderung menghakimi dirinya sendiri jika ada hal
yang tidak sesuai dengan harapannya. Ia mudah merasa tertekan dengan kesalahan
kecil yang dilakukannya sehingga individu ini cenderung menghindari melakukan
sesuatu yang dapat mempermalukannya di depan public (Sherry et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2016, dalam Santoso, A. E.,
Astuti, N. W., & Ninawati, N. 2020) menunjukkan bahwa individu yang adaptive
7
perfectionists memiliki skor kualitas kehidupan, dan skor harga diri yang lebih
tinggi dibandingkan individu dengan maladaptive perfectionists dan non
perfectionists. Sedangkan, penelitian dari Park dan Jeong (2015, dalam Santoso,
A. E., Astuti, N. W., & Ninawati, N. 2020) menghasilkan individu yang adaptive
perfectionists dan non-perfectionists tidak ada perbedaan dalam level harga diri,
sedangkan maladaptive perfectionists menunjukkan psychological well-being,
kepuasan hidup dan rendah diri yang rendah, serta tingkat depresi yang tinggi.
Karakteristik normal perfectionism (adaptive) yaitu menetapkan standar yang
tinggi tapi realistis, harga diri yang tinggi, berusaha mencapai keunggulan, dapat
menerima kegagalan, terorganisir, bersemangat dan antusias. Sedangkan,
karakteristik non-perfectionism berbanding terbalik dengan neurotic perfectionism
(maladaptive) yaitu bersikap santai, tidak terlalu suka keteraturan, dan dapat
menerima kegagalan, sering dianggap tidak bisa diandalkan (Winter, 2005, dalam
Santoso, A. E., Astuti, N. W., & Ninawati, N. 2020).
8
Baron dan Wagele (2015) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan
memiliki sifat perfeksionis, yaitu:
9
anak terkait tuntutan yang tinggi dari orang tua (Jayanti dan Widayat,
2014: 157)
d. Jangan terlalu mendengarkan kata orang lain dan jangan selalu ingin
dipandang jadi yang terbaik oleh orang lain.
e. Lebih mempererat hubungan sosial, seperti bekerja sama dengan teman
dalam kelompok.
f. Belajar untuk menerima pendapat atau saran dari orang lain, tidak
mengedepankan ego sendiri
g. Selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
10
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEMESTER GENAP TAHUN 2020/2021
1. Tujuan Layanan
1. Siswa mengetahui dan memahami tentang perfeksionisme
2. Siswa mengetahui penyebab terjadinya perfeksionisme dan akibatnya
3. Siswa mengetahui solusi dari terjadinya perfeksionisme
11
hari ini di forum google classroom
3. Menyampaikan rencana layanan yang akan datang
4. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam
4. Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Menyimak proses jalannya layanan via forum zoom
meeting tentang sikap dan keaktifan para peserta didik dalam mengikuti
layanan
2. Evaluasi Hasil : evaluasi dari hasil layanan ini akan dilakukan secara
daring melalui link google formulir di kolom tugas kelas google
classroom
Materi : https://youtu.be/ZmJYmXn_gDU
Modul : https://syr.us/cbU
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru BK
(......................) (.....................)
NIP. NIP.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Santoso, A. E., Astuti, N. W., & Ninawati, N. (2020). Hubungan Perfectionism
Dengan Harga Diri Pada Mahasiswa Dewasa AwalL. Provitae: Jurnal Psikologi
Pendidikan, 13(1), 92-108.
Wijaya, Y. M. A. (2018). HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DAN
KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA PADA MAHASISWI YANG
BERSTATUS SEBAGAI MODEL.
14