Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Resume Transmisi Budaya Belajar


Nama : Athiya Salma Sabhira Fajar
Nim : 190153602834
Off : B9
Lembar Kerja :

Transmisi Budaya Belajar


Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman
lingkungannya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong
terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980).
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-
model pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok
sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai pross adaptasi manusia dengan
lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan
belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan
hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan
kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh
manusia; (2) syarat kejiwaan yaknipemenuhan  kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari
perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya;
(3) syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat
melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari
serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetic atau herediter,
melainkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial di lingkungannya.
Budasya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan
lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial. Sistem
pengetahuan belajara digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk kebutuhan hidup,
yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan
kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh
manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari
perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya;
(3) syarat dasarsosial, yakbni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat
melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari
serangkai musuh dsb (suparlan, 1980;Bennet, 1976: 172).
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “tranmisi kebudayaan”,
yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk
dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estapeta kebudayaan, faktor yang menentukan
dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
Kepribadian dan Budaya Belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu,
sementara budaya belajar berkait dengan aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang
komprehensif yang menghubungkan antara aspek kepribadian dengan budaya belajar
bilamana ditempatkan dalam konteks kepribadian publik, artinya suatu kepribadian yang
secara umum dianut oleh masyarakat yang ada dalam suatulingkungan masyarakat.
Landasannya adalah budaya belajar akan dapat diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
a)      Kepribadian yang Selaras
Teori sosialisasi adalah salah satu teori yang banyak digunakan untuk menganalisis
tentang adannya kepribadian yang selaras dengan lingkungannya. Kepribadian yang selaras
disini adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat
yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadi pendukung
kebudayaan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilikinya itu terbentuk karena
pengaruh kebudayaan dimana ia tingga.
b)      Kepribadian yang Menyimpang
Sementara itu terdapat pula teori yang menentang adanya kepribadian publik melalui
sosialisasi, yakni psiko-analisis. Teori ini beranggapan bahwa perkembangan kepribadian
adalah suatu yang tidak sederhana seperti yang digambarkan. Kenyataan ini dibuktikan
dengan menunjukan fakta, bahwa kepribadian itu tidak hanya dibentuk oleh lingkungan
eksternal (lingkungan sosial),melainkan juga oleh internal (bakat dan karakteristik) dan diri
anak itu sendiri.
Sarana Pewarisan Budaya Belajar
Usaha pewarisan bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sseuatu yang
material, melainkan yangterpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik
yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Usaha pewarisan ini dipandang sangat penting kedudukannya,karena bukan hanya
untuk kepentingan golongan tua saja atau golongan muda saja, melainkan lebih jauh untuk
menunjukkan keberadaan suatu masyarakat atau bangsa.
Lingkungan Pendidikan Keluarga
Kajian Antropologi pendidikan, lingkungan keluarga merupakan unit sosial yang
paling kecil dan menjadi salah satu lingkungan yang mendapat perhatian penting dalam
mengenali fenomena sosial yang berimplikasi kepada pengenalan sistem kekerabatan dan
organisasi sosial serta sistem mata pencaharian hidupnya. Demikian halnya dengan mengenal
sitem pewarisan kebudayaan, keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga
itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapatkan pelajaran pertama kali
di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan
lingkungan pendidikan formal.
Di dalam lingkungan keluarga terdapat fungsi utamakeluarga, yaitu:
a. Fungsi seksual keluarga, malalui perkawinan
b. Pusat perekonomian
c. Fungsi edukasi
Inti proses pewarisan budaya melalui keluarga adalah terjadinya interaksi berjalan
perlahan tetapi pasti tanpa prosedur, yang berbelit-belit. Adapun fokus perhatiannya yakni
dengan meneliti tentang pola pengasuhan ank-anak.
Lingkungan Pendidikan Masyarakat
J.P. Gilian mengartikan masyarakat    sebagai sekolompok manusia yang tersebar,
yang mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Masyarakat
terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Pada perinsipnya suatu masyarakat berwujud
apabila diantara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerjasama serta
hidup bersama secara menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat
berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilikan hak milik, perkawinan,
religi, sistem hukum, sistem kekeranatan dan sistem edukasi.
Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk
melaksanakan pembelajaran. Pendidikan di sekolah dalam krangka pewarisan budaya jelas
sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian
pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan adalah program yang disesuaikan
dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Proses pewarisan budaya di sekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus
menerus. Cara pewarisan melalui lembaga sekolah itu hanya berlaku bagi masyarakat yang
berkebudayaannya kompleks.
Lingkungan Pendidikan Media Massa
            Media massa adalah suatubagian dalam masyarakat yang  bertugas menyebarluaskan
berita, opini, pengetahuan, dsb. Sifat media massa adalah mencari bahan pemberitaan yang
aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Berdasrkan
sifatnya, media massa salah satu fungsinya sebagai media kontrol yang    terjadinya berbagai
penyimpangan dari nilai dan norma serta aturan yang berlaku di masyarakat. Selain itu
berfungsi juga sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Melalui media massa  akan
terjalin hubungan atau kontak sosial secara tidak langsung antar anggota masyarakat.
Keseluruhan itu menunjukkan besarnya peran media massa dalam pembentukan pewarisan
budaya belajar bagi seluruh anggota masyarakat.
 Proses Perubahan Budaya Belajar
Perubahan budaya merupakan sebuah keharusan yang prosesnya dapat secara
langsung dan tidak langsung.
Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan
pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh faktor-faktor berikut:
a. Adanya kesadaran dari para individu akanadanya kelemahan pola budaya belajar yang
selama ini dianutnya.
b. Adanya mutu dan keahlian para individu yangbersangkutan dalam mendorong
terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
c. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya
belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
d. Adanya suasana keritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubagan budaya belajar,
yakni:
 Faktor waktu dalamperubahan budaya belajar
Faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini
berlangsung secara perlahan, tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar dipandang
mengikuti hukum evolusi, dalamarti perkembangannya mengikuti tahapan-tahapan. Rentang
pertahan perkembangan budaya belajar cukup lama.
Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar
Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalamproses peniruan, atau
pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kemudian dijadikan kepentingan pemenuhan
kebutuhan bagi suatu masyarakat.
Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar.
Dimana perubahan budaya belajar ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau seerhana
menuju komplek.
Akulturasi Budaya Belajar
Istilah akulturasi baru dapat dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga
penelitian Ilmu Sosial Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti Redfield,
Linton, dan Herskovits, yang merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah
fenomena yang timbul sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus menerus
antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda,
sehingga menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat
bersangkutan.
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui budaya yang bentuknya bermacam-
macam, antara lain:
1. Kontak budaya belajar bisa terjadi antar seluruh anggota masyarakat atau sebagian
saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Misalnya kontak budaya dalam
bidang keagamaan.
2. Kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara dua kelompok
masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Contohnya
antara bangsa Indonesia dengan Malaysia yang kebanyakan penduduknya masih satu rumpun
bangsa.
3. kontak budaya belajar dapat timbul diantara masyarakat yang mempuyai kekuasaan
baik dalam politik maupun ekonomi.
Asimilasi Budaya Belajar
Asimilasi dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin
bergantungnya perbedaan-perbedaan antar  individu dan antar kelompok serta dengan
semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan dengan sikap dan proses
mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan bersama. Asimilasi budaya belajar
pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya belajar antarindividu dan kelompok
sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing.
Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lamban
bergantung pada beberpa faktor.
1. Adanya toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat
memiliki perbedaan-perbedaan.
2. Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau
memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
3. adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak
budaya belajar pada awalnya.
4. adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya
suatu asimilasi budaya belajar.
 Inovasi Budaya Belajar
Konsep inovasi dibedakan dalam dua term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya
meiliki orientasi yang sama namun memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi Suparlan
(1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai
hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat
mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang
berupa benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas
pengkombinasian danpengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau
lainnya.
Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya
belajar akan berjalan melalui tiga tahap.
1. tahap analisis: melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari
konfigurasi yang sudah ada.
2. tahap identifikasi: melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan
adanya kecocokan-kecocokan.
3. tahap substitusi: menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama
kedalam konfigurasi belajar yang baru.
Individu atau kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan
pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a)      Adanya kesadaran dari para Individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar selam ini
dianutnya.
b)      Adanya muu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya
penemuan budaya belajar yang baru
c)      Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar
dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya
d)     Adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu pembaharuan budaya belajar akan diterima oleh suatu masyarakat pabila
memenuhi syarat-syarat berikut.
1.      Masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang
diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah
tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan.
2.      Perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota
masyarakat lainnya.
3.      penemuan budaya belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat.
4.      penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang
akan datang.
5.      perubahan tersebut tidak merusak prestise pribadi atau gologan.
Difusi Budaya Belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar
individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat
lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat
karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya
belajar akan menjadi gejala universal. Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan
hanya didukung oleh sebagaian masyarakat saja disebut alternative. Sedangkan bila
pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis. Manakala sistem gagasan,
tingkahlaku dan sikap budaya belajar baru hanya muncul pada perorangan saja maka
disebut particular individu.
Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Dikalangan para inovasi budaya
belajar gejala peniruan bisa dilakukan, manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah
untuk segera memecahkan masalah dilingkungannya. Gejala peniruan ini bisa berbentuk trial
and error artinya mencoba-coba, bisa benar bisa juga salah.
Salah satu prinsip difusi budaya belajar adalah jika terjadi mula pertama menyebar
atau diidentifikasi oleh kelompok masyarakat yang letaknya dan hubungannya paling dekat
dengan sumber perubahan budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan dengan marginal
servival, yakni jauh unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari pusatnya maka sifat
kebudayaan itu semakin kabuar atau dengan kata lain unsur kebudayaan yang tersebar itu
telah mengalami perubahan baik dari bentuknya maupun isinya.
 Dampak Perubahan Budaya Belajar
Besarnya tuntutan budaya belajar baru dari dalam disebabkan karena semakin
besarnya tuntutan akan kebutuhan hidup. Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh
lingkungan tersebut untuk memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar. Bila peluang
tersebut dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat besar kemungkinan
perubahan budaya belajar baru akan diterima.
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam
kejadian sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat
menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang
menjadikan individu atau kelompok sosial mengbah pola budaya belajar dalam
kehidupannya. Dalam prilaku sehari-hari pembangunan sarana seperti transportasi, teknologi
informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok masyarakat di pedesaan ataupun
diperkotaan melakukan perubahan pola belajar. Terlebih lagi dalam lingkungan, baik
dipersekolahan dasar, menengah ataupun tinggi penggunaan ICT telah berdampak pada
perubahan pola budaya belajar.
Dalam pandangan adaptai budaya belajar, individu atau kelompok sosial melakukan
tindakan adaptasi dalam rangka dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat
melangsungkan kehidupanny dengan sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam menghadapi
budaya belajar baru pada dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam beradaptasi yang
dikategori menjadi dua begian, yakni kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan
perubahan budaya
Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok
sosial dapat berubah yang disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung,
yakni melalui antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara tidak
langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio, televisi, dan
bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru yang bernilai penting
bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses penerimaan suatu unsur kebudayaan
dari luar disebut penetrasi budaya. Artinya unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut
menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum,
kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian
budya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.
Dari semua paparan diatas maka usaha meneruskan, mewariskan atau transmisi
budaya belajar yang dimiliki oleh generasi awal dilakukan kepada generasi sesudahnya.
Disadari sepenuhnya karena faktor usia yang terbatas, ada saatnya suatu generasi akan tidak
mampu lagi menjalankan peran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengganti
yang akan meneruskan apa yang telah dilakuakannya. Agar bisa meneruskan, generasi
pelanjut perlu diberikan informasi, bimbingan, dan penjelasan secara lengkap mengenai
kebudayaan. Pewarisan budaya atau tranmisi tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran
pada kedua belah pihak lewat suatu perencanaan yang sistematis agar dapat mencapai
sasaran.
Link Sumber :
http://ismifauziahulfah.blogspot.com/2010/10/konsep-transmisi-dan-perubahan-budaya.html
https://pdfcoffee.com/konsep-transmisi-dan-perubahan-budaya-belajar-pdf-free.html
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/33a182229f4849b2284114393ddd74
11.pdf
https://www.academia.edu/3753182/Konsep_transmisi_dan_perubahan_budaya_belajar

Anda mungkin juga menyukai