Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM BELAJAR LAPANGAN

INSPEKSI RUMAH SEHAT

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah Sanitasi Permukiman

Dosen : Siti Hani Istiqomah, SKM, MKes

Sigid Sudaryanto, SKM, MPd

Disusun oleh :

Ridwan Hafid Darwanda P07133217029

Prodi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan

Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,

serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai

Praktik inspeksi rumah sehat ini sesuai dengan pelaksanaan lapangan dan berbagai

sumber informasi dan literatur yang sudah dikembangkan.

Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai sanitasi permukiman khususnya pada

kriteria perumahan sehat. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas

ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu,

penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan

datang.

Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang

yang membacanya.

Gunungkidul, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Ruang lingkup............................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Rumah Sehat............................................................................6
B. Persyaratan Umum Rumah Sehat..............................................................7
C. Komponen Rumah Sehat.........................................................................13
D. Prinsip Rumah Sehat................................................................................20
E. Patokan Rumah Sehat yang Ekologis.......................................................22
D. Contoh Formulir Inspeksi........................................................................23
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................30
B. Pengolahan Data dan Analisis Data.........................................................30
C. Penilaian...................................................................................................30
D. Penilaian Kriteria Rumah.........................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Inspeksi...........................................................................................32
B. Pembahasan..............................................................................................41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran.........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................48
LAMPIRAN...........................................................................................................49

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelangsungan hidup manusia tidak bisa lepas dari bangunan yang disebut

rumah. Rumah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia. Rumah tidak

hanya sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian,

namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk

membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Secara garis besar, rumah

memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi

setiap manusia, yaitu rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia,

rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia, rumah harus

melindungi manusia dari penularan penyakit dan rumah harus melindungi

manusia dari gangguan luar. Dengan demikian kualitas kesehatan rumah harus

sangat diperhatikan agar rumah dapat berfungsi sempurna sebagaimana mestinya.

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi

daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi

reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya

pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).

Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya


disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah,

karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya

(Notoatmodjo, 2003).

Lingkungan perumahan/pemukiman dan hubungannya dengan kesehatan di

dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukiman/perumahan sangat

berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku,

geografi, dan kondisi local. Selain itu, lingkungan perumahan/pemukiman

dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan kualitas lingkungan

perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang

dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental,

kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya.

Permasalahan pada kesehatan rumah di Indonesia masih cukup kompleks

terutama pada kawasan perkotaan. Sekitar 70% rumah pada kawasan perkotaan

memiliki luas lantai kurang dari 50 m2 yang dihuni oleh 4-5 anggota keluarga atau

sekitar 10 m2 per orang sedangkan luas ideal minimal yang dibutuhkan setiap

penghuni adalah 14 m2. Kurangnya jarak dan luas kaveling yang minim membuat

kondisi permukiman menjadi terlalu rapat. Ventilasi yang tidak memenuhi

persyaratan dapat menjadi faktor risiko dari infeksi saluran pernapasan.

Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat juga dapat menyebabkan gangguan

penglihatan meskipun pada rentang waktu lama. Tak hanya itu, luas yang kurang

untuk satu orang penghuni juga dapat menyebabkan gangguan psikologis, sulit

konsentrasi dan sulit beristirahat. Beberapa faktor lain seperti penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pengelolaan limbah, dan pengendalian binatang

pengganggu juga akan mempengaruhi derajat kesehatan bagi penghuninya.

Maka dari itu penilaian kondisi rumah menjadi penting untuk dilakukan agar

dapat mengetahui apakah rumah tersebut sudah memenuhi syarat sebagai rumah

sehat atau tidak, untuk kemudian dapat menyusun rencana intervensi dan saran

terhadap penghuninya. Sehingga dapat meminimalisir adanya gangguan

kesehatan akibat rumah yang tidak sehat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi rumah dan

lingkungannya serta mampu menganalisa permasalahan kesehatan rumah dan

lingkungan permukiman di lingkungan tempat tinggalnya.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemantauan dan pengawasan di permukiman.

b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian rumah sehat meliputi Aspek Rumah

Sehat.

c. Mahasiswa mampu melakukan penilaian lingkungan permukiman meliputi

sarana prasarana, fasilitas umum.

d. Mahasiswa mampu melakukan praktik pengukuran suhu dan kelembaban

rumah.

e. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kapasitas pencahayaan rumah.


f. Untuk mengetahui kepadatan penghuni rumah.

g. Untuk mengetahui hubungan kesehatan lingkungan dengan penyakit berbasis

lingkungan.

C. Ruang Lingkup

1. Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan inspeksi penilaian rumah sehat dilaksanakan pada hari Senin tanggal

27 April 2020.

2. Lokasi

Lokasi inspeksi penilaian rumah sehat adalah Dusun Soka RT 08 RW 31 Desa

Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

3. Sasaran

Sasaran kegiatan inspeksi penilaian rumah sehat ini mencakup 3 rumah warga

yang memungkinkan dilakukan inspeksi (mempertimbangkan kondisi pandemi)

yang ada di Dusun Soka RT 08 RW 31 Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk,

Kabupaten Gunungkidul meliputi inspeksi komponen rumah, sarana sanitasi,

perilaku penghuni rumah serta penyakit yang berbasis lingkungan.


D. Manfaat

1. Bagi Pembaca

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan teori aplikatif mengenai rumah sehat dan

permukiman yang sehat.

2. Bagi Penghuni Rumah

Menjadi saran yang membangun khususnya mengenai upaya penyehatan rumah

dan pemenuhan kriteria rumah sehat.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Rumah Sehat

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016

tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, perumahan

adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun

perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai

hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah adalah bangunan gedung

yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan

keluarga cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan

sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang

kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.

Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna

baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas

penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi

seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap

penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya

terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto,


2007). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip dari Azwar, rumah

sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat

sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani maupun

sosial.

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi

daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi

reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya

pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).

B. Persyaratan Umum Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang

wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang

bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan

kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan

lingkungan perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu sendiri,

sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh penting dalam

peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat.

Adapun persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman telah

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/Menkes/VII/1999 yang

meliputi parameter atau kondisi sebagai berikut :

1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,

aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan

sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3.

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

Sedangkan persyaratan kualitas udara menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam

Ruang Rumah adalah :

a. Persyaratan Fisik

No Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan


1. Suhu o
C 18-30
2. Pencahayaan Lux Minimal 60
3. Kelembaban % Rh 40-60
4. Laju Ventilasi m/dtk 0,15-0,25
5. PM2,5 µg/m3 35 dalam 24 jam
6. PM10 µg/m3 < 70 dalam 24 jam

b. Persyaratan Kimia

No Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan


1. Sulfur dioksida (SO2) Ppm 0,1 / 24 jam
2. Nitrogen dioksida (NO2) Ppm 0,04 / 24 jam
3. Carbon monoksida (CO) Ppm 9,00 / 8 jam
4. Carbondioksida (CO2) Ppm 1000 / 8 jam
5. Timbal (Pb) µg/m3 1,5 / 15 menit
6. Asbes Serat/ml 5 / panjang serat 5µ
7. Formaldehid (HCHO) Ppm 0,1 / 30 menit
8. Volatile Organic Ppm 3 / 8 jam

Compound (VOC)
9. Environmental Tobaco µg/m3 35 / 24 jam

Smoke (ETS)

c. Persyaratan Kontaminan Biologi

Parameter kontaminan biologi dalam rumah adalah parameter yang

mengindikasikan kondisi kualitas biologi udara dalam rumah seperti

bakter dan jamur.

No Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan


1. Jamur CFU/m3 0
2. Bakteri patogen CFU/m3 0
3. Angka kuman CFU/m3 < 700

3. Kebisingan dan Getaran


a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman

a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kgd.

d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg

5. Prasarana dan Sarana Lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan.

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan

vektor penyakit

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan

tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan

pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar

pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang

memenuhi persyaratan kesehatan

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus

memenuhi syarat kesehatan


f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,

tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain

sebagainya.

g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninyah.

Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat

b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan

pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian

alam. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut (PPM & PL, 2002) :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang

mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah

rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan

dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan

penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain

persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,

tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya

jatuh tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko

kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa

aspek yang harus diperhatikan berkaitan dengan hal tersebut antara lain :

a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat

b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api

c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya

racun dan gas

d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan

kecelakaan mekanis dapat terhindari.

C. Komponen Rumah Sehat

Adapun komponen rumah sehat meliputi

1. Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang

disebut langit-langit yang tujuannya antara lain ;

a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar

tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih

b. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan

tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap

c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga

panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.

Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :

a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari

atap,

b. Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga

dengan konstruksi bebas tikus

c. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai

kecuali,

d. Dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya

mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik

terendah titik kurang dari 1,75 m, dan

e. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya

sampai 2,40 m.

2. Dinding

Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :


a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban

tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul

beban diatasnya

b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air

sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di

atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas,

sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak

bersih tidak berlumut, dan

c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m

dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak

di atas lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu

awet.

Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku

yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12

meter.

3. Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai

biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat

tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan

lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :

a. Lantai tanah stabilitas.


Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh :

tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air

kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah

b. Lantai papan

Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu

diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :

- Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus

ada aliran tanah yang baik.

- Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga

tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk.

Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal

plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari

di kolong rumah.

c. Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap

serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan

dan diawetkan.

d. Lantai ubin

Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan

perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan

dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

4. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu


Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara

dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi.

Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal

sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik

paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas jendela

melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya

kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.

Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak

jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari

rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-

kurangya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas

jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas

kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi

lubang hawa atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (

ceiling ) yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang

bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-

langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas dibagian atas dalam

ruangan.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang

umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan

untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah

tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin,
maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas

ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa

panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus

diperbesar dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.

5. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan

pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara

buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk

yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang

tertutup atau kurang ventilasi.

Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :

a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,

b. Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,

c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia

d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan

oleh badan manusia dan

e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan

air dan kulit pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya

gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan

memasukkan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela

atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui


jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus

dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak angina atau udara

angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan

penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput

lendir kan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan

memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang biak,

dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk

angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama

terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari

akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu

besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.

Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang

memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat,

sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu

sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam

ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan

yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk

sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin ( ventilating, fan atau

exhauster), atau air conditioning.

6. Sarana pembuangan asap dapur


Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau

terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak di

dapur.

7. Pencahayaan

Sanropie (1989) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk

penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini

dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.

a. Pencahayaan alamiah

Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam

ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka.

Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun

tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang

memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur

menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya

penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :

- baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;

- cukup, bila samar-samar bila membaca huruf kecil ;

- kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan

- buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat

ditentukan oleh letak dan lebar jendela.


b. Pencahayaan buatan

Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem

penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut

dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu

Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan

penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu

menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan lampu

pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna

putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.

Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca

dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10

watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

D. Prinsip Rumah Sehat

1. Memaksimalkan Pencahayaan Alam

Cahaya matahari dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber

pencahayaan alami pada rumah sehat Anda dengan pedoman:

a. Orientasi Bangunan

Bangunan sebaiknya menghadap Utara-Selatan untuk menghindari panas

dan sinar matahari langsung.

b. Ukuran Ruangan dan Bukaan


Agar cahaya matahari dapat masuk dan menerangi ruangan secara

maksimal, ukuran lebar ruangan sebaiknya 2 kali ukuran tinggi bukaan.

2. Ventilasi Alami

Prinsip ventilasi alami adalah menciptakan sirkulasi udara dengan

memasukkan udara dingin ke dalam ruangan dan mengalirkan udara panas

keluar melalui bukaan-bukaan yang diposisikan secara strategis. Posisi bukaan

yang baik untuk menciptakan sirkulasi udara adalah bukaan atas dan bukaan

bawah.

3. Sistem Manajemen Limbah

Sistem manajemen limbah yang baik penting untuk menghindari pencemaran

persediaan air bersih di rumah. Manajemen limbah yang baik dapat dicapai

dengan mengikuti pola perletakan limbah sebagai berikut:

4. Penampungan Air Hujan

Air hujan dapat ditampung dan digunakan untuk banyak kebutuhan sehari-hari

seperti menyiram toilet, berkebun, atau mencuci mobil. Dengan menampung

air hujan dan menggunakannya kembali rumah sehat Anda akan jadi lebih

efisien, juga ramah lingkungan.

5. Lapisan Tembus Air

Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor dapat dihindari jika kita

menyediakan daerah resapan air yang cukup luas. Daerah resapan air yang

luas di lahan yang sempit dapat dicapai dengan mengotimalkan penggunaan

lapisan/permukaan tembus air seperti rumput dan grass block pada halaman,
parkiran mobil (carport), dan jalan agar air dapat mengalir dan meresap

secara alami ke dalam tanah

E. Patokan Rumah Sehat yang Ekologis

a. Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai

paru-paru hijau.

b. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi

geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan.

c. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.

d. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.

e. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan

memajukan sistem bangunan kering.

f. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu

mengalirkan uap air.

g. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai

bahan bangunan dan struktur bangunan.

h. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal.

i. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah

lingkungan dan membutuhkan energi sedikit mungkin (mengutamakan energi

terbarukan).
j. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan

oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua maupun orang cacat

tubuh).

k. Tersedianya akses pengolahan sampah dan tempat – tempat sampah.

l. Menurunkan genangan air dan membuat sistem drainase yang baik.

F. Contoh Formulir Inspeksi

Formulir yang digunakan untuk kegiatan inspeksi perumahan telah disesuaikan

dengan peraturan-peraturan tentang perumahan/permukiman yang terkait. Adapun

formulir yang digunakan adalah sebagai berikut :

FORMULIR PENILAIAN RUMAH SEHAT


DATA UMUM
Jalan/desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kota/Kabupaten :
Propinsi :
Tanggal pemantauan :
Nama pemantau :
Rumah :

DATA KHUSUS
No Komponen Rumah Kriteria Nilai Bobot Hasil Penilaian
I KOMPONEN RUMAH 31 1 2 3
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, bersih,
rawan 1
kecelakaan
c. Ada, bersih,
kuat, tinggi min 2
2,75 m
2 Dinding a. Non permanent 1
b. Semi
permanent/ 2
tembok tdk
diplester
c. Permanen dan 3
kedap air
3 Lantai a. Tanah /papan 0
b. Seluruh lantai
plester kasar 1
(trasah) 2
c. Seluruhnya
kedap air dan
sebagian di
keramik
d. Seluruh lantai 3
pasangan
keramik
4 Jendela kamar tidur dan a. Tidak ada 0
ruang keluarga b. Ada, tetapi tidak
semua ruang 1
c. Ada pada setiap
ruang
2
5 Pintu a. Hanya ada satu 1
pintu utama
b. Setiap ruang
tidur terpasang 2
pintu
c. Setiap pintu
ruang tidur di
pasang kasa 3
nyamuk
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada kurang dari
10 % luas lantai 1
c. Ada, 10 % luas
lantai tidak
dipasang kasa 2
d. Ada, 10 % luas
lantai dan
dipasang kasa

3
7 Lubang asap dapur atau a. Tidak ada 0
terdapat ventilasi b. Ada
c. Ada dan 1
berfungsi baik 2
8 Pencahayaan alami a. Tidak terang dan 0
tidak dapat
dipergunakan
untuk membaca
b. Kurang terang,
bila untuk
membaca terasa
sakit 1
c. Terang, enak
untuk membaca
dan tidak silau

3
II SARANA SANITASI 25
1 Sarana Air bersih
Jenis yang digunakan a. Sumur gali 1

b. Sumur pompa
2

c. PDAM
3
Kepemilikan dan kualitas a. Bukan milik 1
sarana air bersih sendiri
b. Ada milik
sendiri tp tidak 2
memenuhi
syarat
c. Bukan miliknya
tapi memenuhi
syarat 3
d. Milik sendiri
dan memenuhi
syarat

4
2 Jamban keluarga a. Tidak ada 1
b. Ada tapi
memenuhi 2
syarat
c. Ada dan
memenuhi 3
syarat
3 Sarana Pembuangan Air a. Tidak ada 0
Limbah b. Ada, jarak dari
sumber air < 10 1
m atau kesaluran
terbuka
c. Ada, jarak dari
sumber air > 10
m atau kesaluran
kota 2
4 Tempat Sampah a. Tidak ada 0
b. Ada, tidak
kedap air dan 1
tidak tertutup
c. Ada, kedap air
dan tertutup
2
III PERILAKU 25
1 Membuka jendela a. Tidak pernah 0
b. Kadang-kadang
c. Setiap hari 1
2
2 Menyapu dan mengepel a. Seminggu sekali 1
rumah b. Tiap 3 hari
c. Setiap hari 2
3
3 Cara membuang tinja, a. Ke 0
termasuk bayi sungai/kebun/
kolam
b. Ke WC/jamban 1
4 Pengelolaan Sampah a. Di buang ke 0
sungai kebun/di
bakar
b. Ke TPS / 1
petugas sampah
c. Dimanfaatkan /
daur ulang
2
5 Pemilahan sampah a. Sudah 1
melakukan
b. Belum 0
melakukan
6 Pemilahan Limbah B3 a. Sudah 1
(batere bekas, obat bekas, melakukan
lampu, elektronik misal
tinta printer dll) b. Belum 0
melakukan
7 Perilaku merokok a. Di dalam rumah 0
b. Di Luar rumah
c. Ada tempat 1
khusus merokok 2
8 Menguras kamar mandi a. Seminggu sekali 0
b. Setiap 3 hari
c. Setiap 2 hari 1
2
IV Lain-lain 19
1 Kepadatan Penghuni a. < 8m2 per orang 1
b. > 8m2 per orang
2
2 Tikus a. Ada 1
b. Tidak ada
2
3 Lalat a. > 5 ekor 1
b. < 5 ekor
2
4 Kecoa a. Ada 1
b. Tidak
2
5 Nyamuk a. Ada 1
b. Tidak ada
2
6 Kandang Ternak a. Menyatu dengan 0
rumah
b. Terpisah dari
rumah < 10m 1
c. Terpisah dari
rumah > 10m,
atau tidak punya
ternak
2

Jumlah Nilai
Luas Rumah
Luas Kaveling/Pekarangan
Jumlah Penghuni

Keterangan
Nilai Rumah : 307 - 1.548

Kategori Rumah :
Tidak sehat : 307 s.d 724

Kurang Sehat : 725 s.d 1.149

Sehat : 1.150 s.d 1.548


BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara

secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait di lokasi praktek dengan

menggunakan kuisioner dan melakukan pengukuran lingkungan fisik rumah

penduduk yang meliputi pengukuran pencahayaan, kebisingan, suhu, kelembaban,

lingkungan di sekitar tempat tinggal masyarakat.

B. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Melakukan rekapitulasi data hasil wawancara dan observasi dengan

melakukan scoring.

2. Hasil yang didapat kemudian dibandingkan dengan standar yang telah

ditetapkan

3. Tahap penyesuaian laporan

C. Penilaian

Setiap item pada komponen rumah, sarana sanitasi, perilaku dan seterusnya

diberikan nilai sesuai hasil observasi yang ditemui dilapangan. Hasil penilaian

merupakan perkalian antara nilai item dan bobot.

Hasil penilaian = Nilai X Bobot


D. Penilaian Kriteria Rumah

Berdasarkan perhitungan kelompok kami, untuk menentukan kriteria rumah sehat

maka perlu ditetapkan nilai minimum dan maksimum. Adapun kategori dari hasil

penilaian adalah sebagai berikut :

1. Rumah tidak sehat : 307 s.d 724

2. Rumah kurang sehat : 725 s.d 1.149

3. Rumah sehat : 1.150 s.d 1.548


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Inspeksi

Berdasarkan inspeksi yang telah dilaksanakan di Dusun Soka RT 08 RW 31 Desa

Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, didapatkan sebagai

berikut :

1. Formulir Penilaian

FORMULIR PENILAIAN RUMAH SEHAT

DATA UMUM
Jalan/desa/Kelurahan : Ngoro-Oro
Kecamatan : Patuk
Kota/Kabupaten : Gunungkidul
Propinsi : DI.Yogyakarta
Tanggal pemantauan : 27 April 2020
Nama pemantau : Ridwan Hafid D
Rumah : 1. Suwondo
2. Suharto
3. Sugiyono
DATA KHUSUS
No Komponen Rumah Kriteria Nilai Bobot Hasil Penilaian
I KOMPONEN RUMAH 31 1 2 3
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, bersih,
rawan 1 31
kecelakaan
c. Ada, bersih,
kuat, tinggi min 2 62 62
2,75 m
2 Dinding a. Non permanent 1
b. Semi
permanent/ 2
tembok tdk
diplester
c. Permanen dan
kedap air
3 93 93 93
3 Lantai a. Tanah /papan 0
b. Seluruh lantai
plester kasar 1
(trasah)
c. Seluruhnya
kedap air dan
sebagian di
keramik 2
d. Seluruh lantai
pasangan
keramik
3 93 93 93
4 Jendela kamar tidur dan a. Tidak ada 0
ruang keluarga b. Ada, tetapi tidak
semua ruang 1
c. Ada pada setiap
ruang
2 62 62 62
5 Pintu a. Hanya ada satu 1
pintu utama
b. Setiap ruang
tidur terpasang 2
pintu
c. Setiap pintu
ruang tidur di
pasang kasa 3 93 93 93
nyamuk
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada kurang dari
10 % luas lantai 1
c. Ada, 10 % luas
lantai tidak
dipasang kasa 2 62 62
d. Ada, 10 % luas
lantai dan
dipasang kasa

3 93
7 Lubang asap dapur atau a. Tidak ada 0
terdapat ventilasi b. Ada
c. Ada dan 1 31 31
berfungsi baik 2 62
8 Pencahayaan alami a. Tidak terang dan 0
tidak dapat
dipergunakan
untuk membaca
b. Kurang terang,
bila untuk
membaca terasa
sakit 1
c. Terang, enak
untuk membaca
dan tidak silau

3 93 93 93
II SARANA SANITASI 25
1 Sarana Air bersih
Jenis yang digunakan a. Sumur gali 1

b. Sumur pompa
2

c. PDAM
3 75 75 75
Kepemilikan dan kualitas a. Bukan milik 1
sarana air bersih sendiri
b. Ada milik
sendiri tp tidak 2
memenuhi
syarat 75
c. Bukan miliknya
tapi memenuhi
syarat 3 75 75
d. Milik sendiri
dan memenuhi
syarat

4
2 Jamban keluarga a. Tidak ada 1
b. Ada tapi
memenuhi 2
syarat
c. Ada dan
memenuhi 3 75 75 75
syarat
3 Sarana Pembuangan Air a. Tidak ada 0
Limbah b. Ada, jarak dari
sumber air < 10 1 25 25 25
m atau kesaluran
terbuka
c. Ada, jarak dari
sumber air > 10
m atau kesaluran
kota 2
4 Tempat Sampah a. Tidak ada 0
b. Ada, tidak
kedap air dan 1
tidak tertutup
c. Ada, kedap air
dan tertutup
2 50 50 50
III PERILAKU 25
1 Membuka jendela a. Tidak pernah 0
b. Kadang-kadang
c. Setiap hari 1 25 25
2 50
2 Menyapu dan mengepel a. Seminggu sekali 1
rumah b. Tiap 3 hari
c. Setiap hari 2
3 75 75 75
3 Cara membuang tinja, a. Ke 0
termasuk bayi sungai/kebun/
kolam
b. Ke WC/jamban 1 25 25 25
4 Pengelolaan Sampah a. Di buang ke 0 0 0 0
sungai kebun/di
bakar
b. Ke TPS / 1
petugas sampah
c. Dimanfaatkan /
daur ulang
2
5 Pemilahan sampah a. Sudah 1 25
melakukan
b. Belum 0 0 0
melakukan
6 Pemilahan Limbah B3 a. Sudah 1 25 25 25
(batere bekas, obat bekas, melakukan
lampu, elektronik misal
tinta printer dll) b. Belum 0
melakukan
7 Perilaku merokok a. Di dalam 0
rumah
b. Di Luar rumah 1 25 25
c. Ada tempat 2 50
khusus merokok
8 Menguras kamar mandi a. Seminggu sekali 0 0 0 0
b. Setiap 3 hari
c. Setiap 2 hari 1
2
IV Lain-lain 19
1 Kepadatan Penghuni a. < 8m2 per orang 1 19
b. > 8m2 per orang
2 38 38
2 Tikus a. Ada 1 19 19
b. Tidak ada
2 38
3 Lalat a. > 5 ekor 1
b. < 5 ekor
2 38 38 38
4 Kecoa a. Ada 1 19 19
b. Tidak
2 38
5 Nyamuk a. Ada 1 19 19 19
b. Tidak ada
2
6 Kandang Ternak a. Menyatu dengan 0
rumah
b. Terpisah dari
rumah < 10m 1 19
c. Terpisah dari
rumah > 10m,
atau tidak punya
ternak
2 38 38

Jumlah Nilai 1297 1329 1185


Luas Rumah 159 m2 77 m2 124m2
Luas Kaveling/Pekarangan 1.986m 180 200
2
2
m m2
Jumlah Penghuni 4 3 5
Keterangan
Nilai Rumah : 307 - 1.548

Kategori Rumah :

Tidak sehat : 307 s.d 724

Kurang Sehat : 725 s.d 1.149

Sehat : 1.150 s.d 1.548

2. Kuisioner Wawancara

KUESIONER
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

No Pertanyaan Jawaban 1 2 3
1 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak Tidak Tidak
ada yang
menderita diare
dalam 3 bulan
terakhir
Bila ya, dari mana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita diare ? terlihat

2 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
ada yang Tidak Tidak Tidak
menderita
cacingan dalam 3
bulan terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita terlihat
cacingan?
3 Apakah dalam a. Ya Ya Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak
ada yang
menderita penyakit
kulit dalam 3 bulan
terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita kulit? terlihat
B B
4 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak Tidak Tidak
ada yang
menderita penyakit
ISPA dalam 3
bulan terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita ISPA? terlihat

5 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak Tidak Tidak
ada yang
menderita penyakit
TB Paru dalam 3
bulan terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita tb Paru? terlihat

6 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak Tidak Tidak
ada yang
menderita penyakit
Demam Berdarah
dalam 3 bulan
terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita tb Paru terlihat

7 Apakah dalam a. Ya
keluarga bapak/ibu b. Tidak
Tidak Tidak Tidak
ada yang
menderita penyakit
Malaria dalam 3
bulan terakhir
Bila ya, darimana a. Dokter
bpk/ibu perusahaan/puskesmas/ruma
mengetahui jika h sakit
ada yang b. Dari gejala-gejala yang
menderita malaria? terlihat

3. Pengukuran Kualitas Lingkungan

Indikator 1 2 3
Suhu 30o 29o 29o
Kelembaban 78% 78% 78%
Kecepatan angin 8,3 km/jam 8 km/jam 8 km/jam
Pecahayaan (Lux) 62 lux 65 lux 60 lux
Kebisingan (dB) 54 55 57

B. Pembahasan

1. Komponen dan Kriteria Rumah

Dari ketiga rumah yang telah dilakukan penilaian. Terdapat beberapa bobot

sebagai berikut :

a. Langit-langit : terdapat satu rumah (rumah 3) dengan kriteria nilai rawan

kecelakaan.

b. Dinding : nilai maksimal (tidak berisiko)

c. Lantai : nilai maksimal (tidak berisiko)

d. Jendela kamar tidur dan ruang keluarga : nilai maksimal (tidak berisiko)

e. Pintu : nilai maksimal (tidak berisiko)

f. Ventilasi : terdapat 2 rumah (rumah 2, 3) yang tidak memasang kasa

pada ventilasi

g. Lubang asap dapur : terdapat 2 rumah (rumah 1, 3) yang terdapat lubang

asap dapur namun tidak berfungsi dengan baik

h. Pencahayaan : nilai maksimal (tidak berisiko)

2. Sarana Sanitasi Rumah

a. Sarana air bersih : memenuhi syarat (tidak berisiko).

Bahwa ketiga rumah tersebut menggunakan sumber air dari PDAM


b. Jamban keluarga : memenuhi syarat (tidak berisiko).

c. Sarana pembuangan air limbah : ketiga rumah yang diinspeksi memiliki

saluran pembuangan air limbah yang terbuka

d. Tempat sampah : memenuhi syarat (tidak berisiko)

3. Perilaku Penghuni

a. Membuka jendela : terdapat 2 rumah (rumah 2, 3) yang

tidak setiap hari (kadang-kadang) membuka jendela

b. Menyapu dan mengepel : memenuhi syarat (tidak berisiko)

c. Pembuangan tinja (termasuk bayi) : memenuhi syarat (tidak berisiko)

d. Pengelolaan sampah : ketiga rumah yang diinspeksi

berperilaku membuang sampah pada kebun/pekarangan sendiri dengan cara

membuat galian untuk sampah dan terkadang saat sampah menumpuk sampah

tersebut dibakar

e. Pemilahan sampah : terdapat 2 rumah (rumah 2,3) yang

belum melakukan pemilahan sampah sesuai jenisnya

f. Pemilahan sampah B3 : memenuhi syarat (tidak berisiko)

g. Perilaku merokok : terdapat 2 rumah (rumah 1, 3)

berpenghuni perokok, namun pada saat merokok tidak didalam rumah

h. Menguras kamar mandi : ketiga rumah menguras kamar mandi

lebih dari seminggu sekali, namun tidak ditemukan jentik pada bak mandi.

4. Lain-lain
a. Kepadatan penghuni : ketiga rumah mendapat nilai kepadatan penghuni >

8m2 per orang

b. Tikus : terdapat 2 rumah (rumah 1,3) yang masih terdapat

tikus

c. Lalat : memenuhi syarat (tidak berisiko)

d. Kecoa : terdapat 2 rumah (rumah 1,2) yang masih terdapat

kecoa

e. Nyamuk : ketiga rumah masih terdapat nyamuk

f. Kandang ternak : terdapat 1 rumah (rumah 1) yang memiliki kandang

ternak unggas yang masih menyatu dengan bangunan rumah, yaitu terletak

pada bekas gudang rumah.

5. Penyakit Berbasis Lingkungan

Dari ketiga rumah yang dilakukan wawancara, terdapat 1 masalah kesehatan

berhubungan dengan penyakit berbasis lingkungan yaitu kulit (rumah 1, 3).

Masalah kesehatan kulit ini berupa gatal dan kemerahan yang disebabkan karena

(rumah 3) beraktivitas di sawah dan (rumah 1) membersihkan ruangan rumah dari

debu.

6. Pemecahan Masalah

No Permasalahan Rekomendasi
1 Tidak ada langit-langit a) Hendaknya dibuatkan langit – langit guna

menahan debu yang berasal dari genting serta


untuk menghindari atap rumah sebagai sarang

tikus.
2 Ventilasi tanpa kasa a) Sebagai pemilik rumah seharusnya sadar akan

pentingnya fungsi ventilasi namun juga untuk

mengurangi adanya debu dan nyamuk masuk

ke dalam rumah, ventilasi seharusnya

dilengkapi

dengan kasa/
3 Lubang asap tidak berfungsi a) Apabila lubang asap didaput tidak

dengan baik berfungsi dengan baik, sabaiknya saat

memasak pintu selalu terbuka.

b) Sebaiknya lubang ventilasi luasnya lebih

dari 10% dari luas lantai dapur.

c) Buatkan lubang asap dapur secara sederhana

dengan cara membuka sedikit atap genteng

agar

asap dapur dapat keluar ruangan


4 SPAL yang terbuka a) Sebaiknya SPAL memiliki penutup seperti pipa

agar tidak mengganggu estetika, bau dan tidak

mengundang lalat limbah untuk bersarang


5 Pengelolaan sampah yang a) Sebaiknya sampah tidak dilakukan pembakaran

dibakar di pekarangan karena dapat menimbulkan gangguan

pernapasan
6 Pemilahan sampah a) Sebaiknya sebelum sampah dibuang, dilakukan

pemilahan terlebih dahulu agar tidak

menimbulkan masalah sampah seperti

bau,
sampah menumpuk serta dapat memanfaatkan

sampah organik (dibuat kompos).


7 Menguras bak mandi lebih dari a) Sebaiknya pengurasan bak mandi dilakukan

seminggu sekali minimal setiap 3 hari sekali agar tidak ada

jentik nyamuk yang berkembang, serta

memelihara kebersihan bak kamar mandi.

b) Apabila tidak memungkinkan maka alternatif

agar jentik nyamuk tidak berkembang biak

maka pada bak mandi baiknya memelihara

ikan

sebagai predator alami jentik.


8 Kandang ternak menyatu a) Sebaiknya kandang ternak terpisah dari rumah

dengan bangunan rumah dan jaraknya lebih dari 10 m dari bangunan

rumah, supaya tidak menimbulkan gangguan

kesehatan bersumber unggas dan ternak, serta

tidak menimbulkan bau dari kotoran ternak.


9 PBL Kulit a) Sebaiknya setiap melakukan kegiatan yang

sekiranya dapat menimbulkan gangguan

kesehatan pada kulit seperti gatal, lebih baik

mencuci tangan setelah dan sebelum

melaksanakan kegiatan tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil dan pengkategorian rumah sehat maka dapat

diambil kesimpulan bahwa ketiga rumah tersebut termasuk kedalam rumah yang

memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan jumlah nilai rumah 1 sebanyak 1297,

rumah 2 sebanyak 1329, dan rumah 3 sebanyak 1185 (kategori rumah sehat 1150

– 1548). Meskipun demikian terdapat beberapa aspek penilaian yang perlu

mendapatkan perhatian agar dapat meningkatkan kesehatan rumah yang lebih

baik.

B. Saran

Pada komponen rumah dan sarana sanitasi yang belum memenuhi syarat agar

dapat memperbaikinya sebagaimana dipersyaratkan. Dapat juga mengajukan

sarana sanitasi kepada pemerintah setempat seperti pengadaan TPS yang

menampung sampah dari beberapa rumah. Penghuni rumah juga hendaknya

meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan yang

baik agar tercipta derajat kesehatan yang lebih baik.

Untuk umah yang telah dilakukan inspeksi untuk dapat mempertimbangkan

lebih lanjut mengenai rekomendasi yang telah diberikan pada pembahasan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Reni. 2014. Laporan Penilaian Rumah Sehat Desa Kelurahan Malabro
Kota Bengkulu. Bengkulu

Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Eka, Ulfian. 2017. Laporan Pemeriksaan Kualitas Lingkungan dan Inspeksi Sanitasi
Kawasan Permukiman. Makassar.

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan.

Mahfoedz, Irham. 2008. Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit.


Jogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Permenkes RI. No. 1077 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.
LAMPIRAN

Gambar 1. Wawancara kepada pemilik rumah

Gambar 2. Penilaian Komponen Rumah


Gambar 3. Pengukuran Kualitas Fisik dengan Perangkat Lunak pada Smartphone

Gambar 4. Salah satu contoh hasil pengukuran fisik

Anda mungkin juga menyukai