Dari Ubdah bin shamit dari Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda yang
artinya . . .
Jika emas dibarter dengan emas , perak dengan perak, Gandum Halus
dengan Gandum halus , Gandum sya’ir dengan gandum sya’ir, Kurma
dengan Kurma , Garam dengan Garam . Maka Takarannya Harus sama
dan Harus Tunai . Jika benda yang diperturkan Berbeda, Maka
Takarannya boleh sesuka Hati Kalian, Asalkan Tunai (Hadist riwayat
Muslim).
Dari yang sudah disampaikan tadi , Ada 2 tahapan akad yang terjadi agar
tidak terjadi riba
1. Akad jual beli emas , Akad jual emas dibolehkan selama dilakukan
secara tunai. Karena itu jika Bank syariah hanya mnyediakan Emas
batangan Ukuran 5 Gram, maka nasabah yang ingin membeli emas
harus menyediakan uang yang cukup , Untuk menebus emas 5 gram
itu . Artinya emas 5 Gram Ini harus dibeli secara tunai . dan ini tidak
termasuk riba karena dibayar secara tunai . Seandainya jika nasabah
tidak memiliki dana yang cukup senilai Emas 5 Gram , Bisa
dipastikan dia akan membeli emas 5 Gram itu secara tidak tunai .
Sebagai ilustrasi jika hrga emas 500 ribu/gram berarti nasabah yang
ingin membeli emas secara tunai dia harus memiliki dana 2,5 juta
sehingga 2,5 juta di tukar dengan 5 gram secara tunai. Maka ini tidak
riba karena dibayar secara tunai ….
Apabila emas yang diperdagangkan nasabah dalam produk cicilan emas itu dititipkan
di bank syariah, pastikan emas tersebut berwujud dan bisa diambil atau dicairkan sesuai
kesepekatan bersama.
Dari konsultasi syariah di atas dapat disimpulkan bahwa produk cicilan
emas di bank syariah tidak termasuk riba, artinya diperkenankan sesuai
syarat dan ketentuan secara syaraih . Karena dalam hadis dan menurut
Imam Syafi’i dan Imam Malik, emas bukanlah sebuah alat pembayaran
atau alat tukar melainkan sebagai komoditas . Jadi, produk cicilan emas
syariah masih aman.
Wallahu ‘alam