Rayon Cuproamonium Rev
Rayon Cuproamonium Rev
Pendahuluan
Rayon merupakan serat buatan yang paling tua. Pengamatan terhadap ulat sutera dalam membuat
kepompong ataupun laba-laba membuat jaring rumahnya, menyebabkan orang ingin menirunya dengan
cara memintal berbagai larutan untuk memperoleh filamen seperti sutera. Menjelang akhir abad ke 19
terdapat tiga macam proses untuk merubah senyawa selulosa padat menjadi larutan, yang kemudian
disemprotkan melalui spinneret agar diperoleh suatu serat. Proses kupramonium berkembang di Jerman
mulai tahun 1857, proses nitroselulosa di Perancis pada tahun 1884 dan proses viskosa di Inggris pada
tahun 1892. Proses viskosa pada waktu sekarang paling banyak dikerjakan, proses kuproamonium hanya
beberapa, sedang proses nitroselulosa tidak dipakai lagi.(Eichhorn, Hearle, Jaffe, & Kikutani, 2009).
Serat Rayon Viskosa merupakan jenis serat rayon yang banyak dikembangkan untuk industry tekstil.
Serat rayon viskosa merupakan jenis serat buatan yang bahan bakunya berasal dari alam, yakni dari
kayu dengan kadar selulosa tinggi. Selulosa merupakan unsur utama dalam serat rayon viskosa, sehingga
sifat kimia serat rayon viskosa hampir sama dengan sifat kimia dari serat selulosa lainnya seperti kapas.
Serat rayon viskosa berasal dari polimer selulosa dengan derajat polimerisasi minimal 1.000 yang
diproses regenerasi menjadi polimer dengan derajat polimerisasi sekitar 350. Struktur kimia selulosa
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Selain Serat Rayon Viskosa, ada beberapa jenis serat rayon sesuai dengan cara pembuatannya dan
sifatnya, antara lain rayon kuproamonium, rayon high wet modulus, rayon high tenacity dan lainnya
(Eichhorn et al., 2009).
Rayon Cuproamonium
Rayon Cuproamonium adalah regenerasi dari serat selulosa (pulp atau kapas linter) yang dilarutkan
dalam larutan Amonia dan Tembaga Oksida. Rayon Cuproamonium sama dengan rayon biasa, tetapi
digunakan sebagai pengganti sutra karena kemampuannya yang antistatik dan tahan terhadap
peregangan bentuk/elastisitas pada suhu yang lebih tinggi. Pelarut yang paling dikenal dalam kelompok
ini adalah sistem cuprammonium hydroxide di mana selulosa membentuk kompleks terkoordinasi
dengan ion tembaga. Kelompok glikol dari unit 1,4-anhidroglucosa chelates untuk menempati dua situs
koordinasi ion tembaga (II), menggusur dua molekul amonia. Regenerasi serat dari larutan
cuprammonium hydroxide telah menjadi dasar untuk produksi komersial cuprammonium rayon. Proses
cuprammonium adalah proses pemintalan pelarut asli. Bahan awal adalah, biasanya, serat kapas yang
diputihkan, terkadang juga pulp rayon. Berbeda dengan proses viskosa, tidak ada kemungkinan ekstraksi
hemiselulosa dalam sistem ini. Sehingga tidak ada proses Alkalisasi pada pembuatan serat rayon
cuproamonium. Dalam proses ini, selulosa dibuka, dicampur dengan tembaga hidroksida atau garam
tembaga dasar serta larutan ammoniu pekat pada suhu 20°C, dan larutan disaring dan dipisahkan.
Selama pemisahan, ammonium juga diekstraksi. Larutan pemintalan, tergantung pada kondisi
pemintalan, mengandung selulosa 4-11%, 4-6% Cu dan 6-10% NH 3.
Hasil pemintalan serat cuprammonium melalui proses two bath. Pada rendaman pertama kompleks
selulosa dan Cmmonium tembaga (II) hidroksida hidrat diendapkan dengan air dan pada rendaman kedua
selulosa diregenerasi dengan asam sulfat encer (larutan 1,5-2% pada 20-24 °C). Treatment selanjutnya,
serat cuprammonium dicuci dengan larutan asam dan garam, penghapusan dan pemulihan tembaga
dilakukan seiring dengan proses spinning (Gupta & Kothari, 2012).
Diagram Alir Pembuatan Serat Rayon Cuproamonium (Sayyed, Deshmukh, & Pinjari, 2019)
Mekanisme larutan selulosa dalam larutan cuprammonium didasarkan pada pereaksi Schweizer.
Pereaksi ini adalah kompleks kimia tetra-aminediaquacopper dihydroxide, [(Cu(NH 3)4(H2O)2](OH)2].
Tembaga (II) hidroksida diendapkan dari larutan tembaga sulfat dengan menggunakan natrium
hidroksida atau amonia untuk membentuk pereaksi. Reaksi antara Cu 2+ dan (C6H8O5)n2- terbentuk yang
dapat membantu melarutkan selulosa dalam Pereaksi Schweizer. Pembentukan keseimbangan kompleks
ditunjukkan dalam reaksi di bawah ini (Sayyed et al., 2019) :
Pembuatan serat rayon cuproamonium pada awalnya sempat dihentikan. Orang lebih popular untuk
mengembangkan pembuatan serat rayon viskosa (Eichhorn et al., 2009). Hal ini dikarenakan pada
produksi benang rayon cuproamonium menghasilkan benang akhir yang rapuh sehingga tidak cocok
untuk finishing resin. Ini adalah kelemahan utama dari benang cuprammonium rayon yang diproduksi
secara konvensional. Pada tahun 1962, Aizawa et al. menemukan metode yang lebih baik untuk proses
peregangan-pemintalan dengan mengeluarkan larutan pemintalan lebih panjang dan lambat. Tujuan
dari modifikasi pada pembuatan serat Rayon cuproamonium ini adalah untuk memproduksi
cuprammonium rayon yang memiliki struktur penampang yang homogen dan mempunyai kekuatan
yang menyerupai serat rayon viskosa sehingga dapat dilakukan finishing resin yang mudah.. Gambar
penampang spinneret dari penemuan Aizawa dan jenis spineret konvensional dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini (Ozipek & Karakas, 2014).
Spineret terdiri dari :
1. Tabung kerucut
2. Tabung lurus panjang
3. Zona koagulasi.
Larutan pemintalan cuprammonium dengan cairan koagulasi diekstrusi menjadi zona koagulasi regangan
dan diregangkan. Kemudian mereka dilewatkan ke zona koagulasi lebih lanjut, sebelum selesai proses
koagulasi, di mana laju aliran cairan koagulasi menjadi lambat. Koagulasi selesai dalam keadaan relaks.
Dengan demikian, rayon cuprammonium dengan kekuatan tinggi dan struktur penampang homogen
didapat. (Ozipek & Karakas, 2014)
Sifat dan Karakteristik Rayon Cuproammonium hasil Modifikasi Spineret dibandingkan Rayon Viskosa
1. Kain Pelapis
Rayon cuproamonium banyak digunakan sebagai kain pelapis dikarenakan permukaan serat
yang halus, sehingga nyaman apabila bersentuhan langsung dengan kulit manusia dan
dikarenakan sifat antistatis
2. Pakaian Formal dan Casual
Sifat hidrofilik membuat serat rayon cuproamonium ini cocok untuk dipakai sebagai bahan baku
pakaian sehari-hari. Seperti yang kita ketahui, serat hidrofilik sangatlah mempengaruhi dalam
hal kenyamanan pakaian.
3. Pakaian Olahraga
Dengan sifat elastisitas yang baik, serta mempunyai daya tembus udara yang bai, serat Rayon
cuproamonium sangat cocok dipakai sebagai bahan baku pembuatan pakaian olahraga.
4. Pakaian Dalam
Dengan daya tembus udara yang baik dan strachability yang baik, maka serat cuproamonium ini
sangat sempurna sebagai bahan baku pembuatan pakaian dalam.
Daftar Pustaka
Eichhorn, S., Hearle, J. W. S., Jaffe, M., & Kikutani, T. (2009). Handbook of Textile Fibre Structure: Volume
1: Fundamentals and Manufactured Polymer Fibres. Elsevier.
Gupta, V. B., & Kothari, V. K. (2012). Manufactured fibre technology. Springer Science & Business Media.
Ozipek, B., & Karakas, H. (2014). Wet spinning of synthetic polymer fibers. In Advances in Filament Yarn
Spinning of Textiles and Polymers. https://doi.org/10.1533/9780857099174.2.174
Sayyed, A. J., Deshmukh, N. A., & Pinjari, D. V. (2019). A critical review of manufacturing processes used
in regenerated cellulosic fibres: viscose, cellulose acetate, cuprammonium, LiCl/DMAc, ionic
liquids, and NMMO based lyocell. Cellulose, 26(5), 2913–2940. https://doi.org/10.1007/s10570-
019-02318-y
Serat Rayon Viskosa - FABRIC TECHNOLOGIST. (n.d.). Retrieved November 29, 2019, from
http://fabrictechnologist.blogspot.com/2016/02/serat-rayon-viskosa.html
2019
Rayon Cuproamonium