257-Article Text-1653-1-10-20200802
257-Article Text-1653-1-10-20200802
1 (2020) | 159
Fitri Wahyuni
Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo
wahyunif417@gmail.com
Abstrak
Anak usia dini memiliki cara yang unik dalam mempelajari sesuatu yang
tentunya berbeda dengan orang dewasa. Seorang anak pada dasarnya tidak
memahami bahwa yang dilakukannya saat bermain adalah sebuah kegiatan yang
bagi orang tua dianggap sebagai kegiatan belajar. Bermain sambil belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan seorang anak usia dini yang dilakukan
dengan perasaan senang, tanpa paksaan, namun memiliki pola-pola yang
diharapkan mampu menciptakan hasil guna perkembangan baik bagi diri anak.
Bermain juga merupakan sarana bagi anak guna menyalurkan energinya yang
besar dan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahuinya dengan
cara yang menyenangkan. Dan hal ini tentu berbeda dengan belajar yang dipahami
orang dewasa dengan segala aturan dan tuntutan di akhirnya. Bermain (sambil
belajar) pada anak usia dini mempunyai tujuan yang mungkin tidak disadari oleh
orang dewasa, dimana saat anak bermain, sebenarnya ia sedang mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya guna menjadi modal awal yang kokoh bagi
dirinya di masa depan saat menghadapi permasalahan dalam hidup. Tulisan ini
diharapkan memberikan referensi dan edukasi kepada orang tua dan guru paud
khususnya untuk bisa memahami dunia anak usia dini salah satunya dengan
memahami hakekat bermain dan makna bermain bagi anak usia dini. Hal ini
diperoleh dengan mengesplorasi berbagai sumber dari beberapa literatur dari hasil
penelitian dan pemikiran di mana hasilnya dapat digunakan bagi orang tua dan
guru paud agar lebih tepat dalam mendampingi dan mendesain pembelajaran bagi
anak usia dini sehingga mutiara pembelajaran paud yaitu bermain sambil belajar
dapat tercapai.
Abstract
Early childhood has a unique way of learning something that is certainly different
from adults. A child does not understand that what he does while playing is an
activity that for parents is considered a learning activity. Playing while learning
is an activity carried out by a child at an early age carried out with feelings of
pleasure, without coercion, but has patterns that are expected to be able to create
results for good development for the child. Play is also a means for children to
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 160
channel their great energy and discover new things that they did not know in a fun
way before. And this is certainly different from learning that is understood by
adults with all the rules and demands in the end. Playing (while learning) in early
childhood has goals that may not be realized by adults, where when children play
he is developing the potential contained in him to become a strong initial capital
for himself in the future when facing problems in life. This paper is expected to
provide references and education to parents and parents especially to be able to
understand the world of early childhood, one of them is by understanding the
nature of play and the meaning of play for early childhood. This is obtained by
exploring various sources of literature from the results of research and thinking
where the results can be used for parents and paud teachers to be more precise in
assisting and designing learning for young children so that pearls of paud
learning, play while learning can be achieved.
PENDAHULUAN
Anak-anak menghabiskan begitu banyak waktu dan energi mereka sehari-
hari dengan bermain sehingga para filsuf, peneliti, guru, dan orang tua sama-sama
bertanya-tanya tentang peran permainan dalam perkembangan anak. Jelas,
permainan harus memberikan manfaat fungsional dan evolusioner bagi anak yang
sedang berkembang, sehingga perlu dikembangkan bagaimana sebuah permainan
anak mampu menunjang mereka untuk berkembang lebih baik. Hal ini kemudian
yang menjadi tugas pengajar di pendidikan anak usia dini harus terampil guna
merumuskan permainan yang tetap menyenangkan namun mengedukasi anak-
anak.
Panduan untuk menciptakan permainan bagi Berdasarkan peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan RI No 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
PAUD, prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran PAUD adalah ‘belajar
sambil bermain’ anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain,
pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. Berdasar hal tersebut, perlu
kiranya dirumuskan sebuah cara agar dapat menyatukan antara bermain dan
belajar yang terpat untuk anak usia dini. Bermain yang tidak hanya bermain dan
belajar yang tidak membebani laiknya sedang bermain.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 161
1
Lynn A. Barnett, “Developmental Benefits of Play for Children,” Journal of Leisure
Research 22, no. 2 (1990): 138–53, https://doi.org/10.1080/00222216.1990.11969821.
2
Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 57-58.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 162
3
Barnett, “Developmental Benefits of Play for Children.”, 141.
4
Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, 58-60.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 163
5
Ibid., 63-64.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 165
dalam keadaan kehidupan lain. Bermain merupakan dunia anak dan masa anak
untuk mengeksplorasikan semua yang ada pada anak. Permaianan pada anak
adalah semua aktivitas yang dilakukan anak-anak baik berupa gerakan, fikiran
maupun perkataan. Bermain berupa gerakan seperti: lari-larian, melompat,
memanjat dan lain-lain. Bermain yang menggunakan fikiran seperti: bermain
puzzle, menyusun balok mengingat lagu, mengingat dialog orang lain yang
didengarkan. Bermain dengan perkataan adalah dengan cara anak-anak
mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata dan menirukan perkataan orang
lain. Kesimpulan para ahli yaitu anak merupakan makhluk yang sangat kreatif dan
dinamis. Kebutuhan anak hanyalah bermain baik yang dilakukan sendiri maupun
dilakukan bersama-sama (kelompok).6
1. Arti bermain bagi anak
Dari hasil penelitian, pengamatan, dan pengalaman para ahli bahwa
dengan bermain seorang anak akan mampu mengembangkan beberapa hal
dalam dirinya, di antaranya:
a. Anak mempunyai peluang untuk berekspresi dan eksplorasi apa yang ada
pada diri anak.
b. Minat bakat, kemampuan dan kelemahan akan muncul dan kelihatan pada
diri seorang anak.
d. Panca indera akan berkembang dengan baik karena ketika bermain anak
menggunakan seluruh panca inderanya.
6
B.E.F. Montolalu dkk. Bermain dan Permainan Anak (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2012), 1.2.
7
Ibid.,1.3-1.5.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 166
kelas yang tidak monoton, anak-anak tetap senang, dan yang terpenting adalah
anak-anak tidak merasa bahwa itu suatu pembelajaran yang harus diikuti.
Pernyataan ini bisa diartikan bahwa di dalam pembelajaran anak-anak bermain
akan tetapi di dalamnya mengandung suatu pembelajaran. Anak-anak diajak
bereksplorasi dengan bebas, memanfaatkan objek yang ada di lingkungan sekitar,
sehingga anak bisa menemukan sesuatu yang bermanfaat. Bermain pada
pembelajaran di taman kanak-kanak akan menjadi bermakna karena sebagai
berikut:
1. Bermain itu belajar
Aspek kognitif pada anak akan berkembang dengan baik dengan cara
mengajaknya bermain dan bereksplorasi secara bebas di alam sekitar. Anak
akan menemukan hal-hal yang baru baik dengan sesuatu ciptaan Tuhan
maupun buatan manusia. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
mengamati tanaman tumbuh, dimana anak meningkatkan pengetahuannya
tentang bagiamana dan mengapa tanaman tumbuh, mengalami perubahan dan
berfungsi (sebagai makanan). Dengan cara bermain ini anak-anak bisa
membuka wawasan seluas-luasnya dan berkesempatan untuk mengamati hal-
hal baru. Selain itu anak-anak akan semakin penasaran dan rasa
keingintahuannya tinggi pada hal-hal baru. Rasa keingintahuannya ini akan
berlanjut ke masa dewasanya kelak.
2. Bermain itu bergerak
Kegiatan yang ada di taman kanak-kanak yaitu bermain, akan
merangsang perkembangan motorik kasar maupun motorik halusnya. Baik
bermain dengan suatu alat maupun bermain dengan tidak menggunakan alat.
Bermain untuk mengembangan motorik halus seperti bermain krayon, plastisin,
gunting, mencocokkan gambar, dan lain sebagainya. Kegiatan ini
menggunakan dan meningkatkan kinerja otot-otot halus. Untuk
mengembangkan motorik kasar contohnya yaitu berlari, melompat, memanjat,
menggelinding, dan sebagainya. Kegiatan ini menggunakan dan meningkatkan
kinerja otot-otot besar pada anak dan memperkuat fisik anak. Selain itu,
dengan melatih motorik kasarnya, anak akan siap menghadapi aktivitas-
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 167
8
Rizki Amalia Sholihah, “Attitude, Aptitude, Routines, Pattern, Dan Simple Codes Dalam
Pemerolehan Bahasa,” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan 12, no. 2 (2017): 171–
84.
9
B.E.F. Montolalu dkk,Bermain dan Permainan Anak,…1.18-1.22.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 168
10
Olivia N. Saracho and Bernard Spodek, “Children’s Play and Early Childhood
Education: Insights from History and Theory,” Journal of Education 177, no. 3 (1995): 129–48,
https://doi.org/10.1177/002205749517700308.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 169
rasa pada anak. Sifat empati ini adalah sifat yang menunjukkan jiwa sosial
anak, sehingga bisa dikatakan bahwa sifat empati bisa mengembangkan aspek
perkembangan anak usia dini yaitu sosial emosional. Contoh pengembangan
sifat empati pada anak di taman kanak-kanak yaitu dengan metode bermain
peran. Anak memerankan suatu peran tertentu dan cerita tertentu, maka anak
tersebut bisa terbangun sifat-sifat yang ada dalam cerita tersebut.
5. Bermain Bermanfaat Mengasah Pancaindra
Panca indera seorang anak yaitu penglihatan, pedengaran, penciuman,
peraba dan pengucapan harus di asah dan di stimulus dengan baik dari sejak
bayi. Kenapa panca indera tersebut harus di stimulus dengan baik, karena
ketika anak mempunya panca indera yang bagus maka anak tersebut akan cepat
menyearap pembelajaran yang ada di sekolah. Contohnya, indera penglihatan
dan pendengaran, apabila kedua indera tersebut berkembang dengan baik maka
akan mudah manangkap apa yang diperintahkan guru, akan mudah menyerap
apa yang diajarkan guru di taman kanak-kanak. Selain itu anak juga gampang
peka terhadap apa yang terjadi lingkungan sekitarnya. Banyak metode
pembelajaran di taman kanak-kanak yang bisa mengasah panca indera secara
optimal, sehingga perkembangan kepekaan panca indera akan berkembang
secara baik. Seperti permainan “kotak aroma” untuk latihan indra pencium,
permaian “suara apa” untuk latihan indra pendengar, gambar-gambar di buku
untuk latihan indra penglihatan, nyanyian “apa rasanya” dan permaninan
merasakan berbagai rasa makanan dengan mata tertutup untuk melatih indra
pengecapan, dan banyak lagi.
6. Bermain sebagai media terapi (pengobatan)
Permainan merupakan salah satu cara untuk pemecahan konflik dan
mengatasi kecemasan yang terjadi pada anak. Ini dikemukakan oleh bapak
psikoanalisis, Sigmun Freud, yaitu permainan bisa dijadikan sebuah terapi,
disebut sebagai terapi bermain. Terapi bermain dijadikan alat diagnosis bagi
anak-anak yang mempunyai masalah yang harus dipecahkan. Akan tetapi terapi
ini tidak semua orang bisa melakukannya karena harus melalui pelatihan dan
pendidikan khusus.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 170
11
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
155-158.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 171
12
Herman, Rusmayadi, dan I Waya Utama, Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017
Materi Profesional Guru Kelas PAUD/TK (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2017), 10-12.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 174
a. Aman.
b. Ukuran bentuk dan warna sesuai dengan usia dan taraf perkembangannya.
Menurut Fitzhugh Dodson 90% aktivitas anak dan 10% adalah aktivitas alat
permainan. Jadi, jumlah alat permainan hendaknya cukup dengan kebutuhan
anak.
3. Play Fellowes
Anak harus merasa yakin bahwa ia memiliki teman bermain jika ia
memerlukan. Namun juga harus proporsional, artinya jangan terlalu banyak
bermain dengan anak lain atau banyak bermain dengan orang tua, ia harus
memiliki kesempatan yang cukup untuk menhibur dirinya sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri.
4. Play Space
Lokasi bermain anak disediakan ruang yang cukup luas, sehingga anak bisa
bermain dan bergerak secara bebas. Luas area bermain disesuaikan dengan
jenis permainan dan jumlah anak yang sedang bermain.
5. Play Rullesn
Bermain dengan cara ini adalah yang terbaik. Dalam permainan ini anak
mencoba sendiri, meniru, atau diberitahukan caranya, sehingga anak tidak
terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan. Jadi permainan
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 175
yang baik adalah permainan yang memuat aturan permainan, dengan begitu
kreativitas serta intelektual anak dapat terasah dengan cepat.
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
Herman, Rusmayadi, dan I Waya Utama, Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017
Materi Profesional Guru Kelas PAUD/TK. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2017.
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Saracho, Olivia N., and Bernard Spodek. “Children’s Play and Early Childhood
Education: Insights from History and Theory.” Journal of Education 177,
no. 3 (1995): 129–48. https://doi.org/10.1177/002205749517700308.
Sholihah, Rizki Amalia. “Attitude, Aptitude, Routines, Pattern, Dan Simple Codes
Dalam Pemerolehan Bahasa.” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan
Keagamaan 12, no. 2 (2017): 171–84.