Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH RUPTUR UTERI

Dosen Pembimbing :
Ns.Indah W,M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 4:
1. Andini Larasati (1903011)
2. Eka fitria rahmasari (1903025)
3. Indah ayu septya ningrum ( 1903031)
4. Nikmatunazilah (1903041)
5. Novi setyorini (1903043)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARYA HUSADA SEMARANG
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
pendarahan masih merupakan 3 penyebab utama kematian maternal (ibu)tertinggi,
disamping preeklamsi/eklamsi dan infeksi. Pendarahan dalam bidangobstetri dibagi
menjadi 3 yaitu, pendarahan pada kehamilan muda (kurang dari 22minggu),
pendarahan pada kehamilan lanjut, pendarahan saat persalinan, dan pendarahan pasca
persalinan (masa nifas)ruptur uteri merupakan salah satu bentuk pendarahan pada
kehamilan lanjutdan pada saat persalinan selain dari plasenta previa, solusio plasenta,
dan gangguan pembekuan darah. Pendarahan pada keahmilan lanjut yaitu pendarahan
yang terjadi pada kehamilan yang lebih dari 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan.Pendarahan pada persalinan pendarahan intrapartum sebelum kelahiran
(proseskelahiran bayi).Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah
faktor dari ibuyaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka hali ini
menandakan bahwa ruptur uteri memberikan dampak negati pada kematian ibu atau
bayi.
Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah faktor dari ibuyaitu
partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka hali ini menandakan bahwa
ruptur uteri memberikan dampak negati pada kematian ibu atau bayi.

B. Tujuan penulisan makalah


1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit konjungtivitis.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa keperawatan mampu :
a. Menjelaskan pengertian Ruptur Uteri.
b. Menyebutkan penyebab Ruptur Uteri.
c. Menyebutkan gambaran klinis dari Ruptur Uteri.
d. Menjelaskan patofisiologi dan patway Ruptur Uteri.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dan diaonostik Ruptur Uteri
f. Mengetahui danmampu melaksanakan Askep tentang Ruptur Uteri.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Ruptur uteri atau uterine rupture adalah robekan dinding rahim (uterus), dapat terjadi
selama periode antenatal (pra-persalinan) saat induksi, selama proses persalinan dan
kelahiran bahkan selama stadium ketiga persalinan.
B. Penyebab/faktor predisposisi
Beberapa faktor risiko terjadi ruptur uteri antara lain kondisi uterus, kondisi
kehamilan, kondisi persalinan, penanganan obstetrik, dan trauma.
C. Klasifikasi

Beberapa faktor risiko terjadi ruptur uteri antara lain kondisi uterus, kondisi
kehamilan, kondisi persalinan, penanganan obstetrik, dan trauma.
- Kondisi Uterus
Kondisi uterus yang dapat meningkatkan risiko ruptur uteri adalah
kondisi scarred  uterus. Uterus dianggap scarred bila terdapat riwayat perlukaan
sebelumnya. Misalnya sebagai akibat sectio caesarea, miomektomi, tindakan kuretase,
atau segala penyebab perforasi uterus. Dilaporkan bahwa riwayat miomektomi
berkaitan dengan peningkatan risiko ruptur uteri sebanyak 3%.
- Kondisi Kehamilan
Kondisi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadi ruptur uteri yaitu
usia maternal >35 tahun, grande multipara, plasenta akreta, inkreta, dan perkreta,
kehamilan kornual, overdistention pregnancy (misal gestasi multipel dan
polihidramnion), distosia, dan mola hidatidosa atau koriokarsinoma.
Selain daripada itu, sebuah studi kohort retrospektif menemukan bahwa interval
persalinan <18 bulan juga meningkatkan risiko ruptur uteri.
- Kondisi Persalinan
Kondisi persalinan yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadi ruptur uteri yaitu
pasien yang akan dilakukan vaginal birth after caesarean section (VABC), partus
lama atau terhambat, dan penggunaan uterotonika seperti oxytocin dan misoprostol.
- Penanganan Obstetrik
Penanganan obstetrik menggunakan instrumen seperti forceps, manipulasi intrauterin
(misalnya versi eksternal pada presentasi bokong), dan pemberian tekanan fundal
yang berlebihan dapat meningkatkan risiko ruptur uteri. [3,10]
- Trauma uteri
Trauma terhadap uteri secara langsung dapat menyebabkan terjadinya ruptur. Trauma
uteri bisa disebabkan oleh pasien jatuh, kecelakaan lalu lintas, luka tembak, atau
trauma tumpul abdomen

D. Patofisiologi/patways
Patofisiologi ruptur uteri adalah pemisahan jaringan uterus dengan jaringan serosa
secara spontan atau karena penyebab iatrogenik dan traumatik. Hal ini menyebabkan
isi rahim keluar dari rongga uteri dan masuk ke rongga peritoneum.
E. Proses keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Identias pasien
a) Nama pasien
b) Tanggal lahir/usia
c) Jenis kelamin
d) Agama
e) Alamat
f) Pekerjaan
g) No RM
h) Diagnosa medis
i) Tanggal masuk
b. Identitas penanggung jawab
a) Nama
b) Usia
c) Alamat
d) Hubungan dengan pasien
c. Status kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri abdomen, sesak nafas, perdarahan per
vaginam, syok dan demam
b) Riwayat penyakit sekarang
Nyeri abdomen, pusing, pandangan berkunang-kunang, kesulitan nafas,
perdarahan per vaginam, demam
c) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami riwayat penyakit yang sama
atau yang lainnya.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah pada anggot keluarga ada penyakit keturunan seperti
hipertensi,DM,penyakit jantung.
d. Pola kesehatan fungsional
Pola pengkajian ini meliputi pola persepsi kesehatan, pola nutrisi dan
metabolik, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur,
pola kognitif dan perseptual, pola persepsi diri/konsep diri, pola
hubungan/peran, pola seksual/reproduksi, pola koping/toleransi stress, pola
nilai dan kepercayaan.
e. Pengkajian fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesadaran : bisa saja composmetis, samnolen/koma (tergantung dari
kesadaran pasien)
c) TTV : meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi.
Biasanya untuk penderita ruptur uteri akan terjadi penurunan atau
peningkatan dalam pemeriksaan TTV.
d) Pemeriksaan kepala : simetris atau asimetris
e) Pemeriksaan Mata : periksa konjungtiva
f) Pemeriksaan Mulut : normal tidak ada lesi dan tidak ada perubahan bentuk
bibir
g) Pemeriksaan Hidung : periksa pernafasan cuping hidung
h) Pemeriksaan leher : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
i) Pemeriksaan abdomen : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
j) Pemeriksaan thorak : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
k) Pemeriksaan kulit : halus tidak ada lesi atau jaringan parut

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubugan dengan agen pencedera fisik
2) Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

3. Rencana tindakan keperawatan

No Tujuan & kriteria hasil (SLKI) Intervensi keperawatan


Dx (SLKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 2x24 jam (T) - Identifikasi
maka masalah nyeri akut (S) akan lokasi,karakteristik,dura
membaik (M,A) : si, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Tingkat nyeri membaik dengan - Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : - Jelaskan strategi
- Keluhan nyeri menurun meredakan nyeri
(M,A) - Kolaborasi pemberian
- Meringis menurun (M,A) analgetik
- Pola nafas membaik (M,A)

2 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok :


keperawatan selama 2x24 jam (T) - Monitor status
maka masalah risiko syok (S) akan kardiopulmonal
membaik (M,A) - Monitor status
oksigenasi
Tingkat syok membaik dengan - Monitor status cair
kriteri hasil : - Kolaborasi pemberian
- Pucat menurun (M,A) tranfusi darah
- Tekanan darah sistolik
membaik (M,A)
- Tekanan darah diastolik
membaik (M,A)
- Frekuensi napas membaik
(M,A)

Implementasi

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuannya untuk
melaksanakan hasil dari intervensi keperawatan.

Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.Langkah-
langkah evaluasi sebagai berikut :
Daftar tujuan-tujuan pasien.

Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil


pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteria hasil dan tujuan.

BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya


sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Keadaan klien dengan solution plasenta memiliki beberapa
macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari
volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan
tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada
vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari
solution plasenta.
Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri
didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain
ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya
solution plasenta.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan pembaca khususnya mahasisa
keperawatan mampu memahami dan mendalami tentang solution plasenta.
Sehingga mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga
kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat
diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh. Dan juga diharapkan perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor resiko dari
solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak.

Daftar pustaka

https://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2020/03/makalah-askep-solusio-
abruption-placenta.html

file:///C:/Users/USER/Downloads/f31b994102aca462475ed1d6f583f19d.pdf

Anda mungkin juga menyukai