Anda di halaman 1dari 3

BAB II 19/01/2017

BAB II
POWERPOINT PRESENTATION

A. Pengertian
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007

RESIDU PESTISIDA
mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain
dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk:
1) Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-
bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

DAN METODE 2) Memberantas rerumputan.


3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang

ANALISIS
tidak diinginkan.
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau
bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-
hewan piaraan dan ternak.
6) Memberantas dan mencegah hama-hama air;
Disusun oleh : 7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan
jasadjasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat
Agnes Grace Florence 143020428 pengangkutan;
Nur’aini Syahda Ramadhan 153020167 8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang
perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah
atau air.

B.Kandungan Zat Kimia C. Keracunan Pestisida


Pestisida Cara Terjadinya Keracunan :
1. Self Poisoning
a) Organofosfat
Self poisoning biasanya terjadi karena kekurang hati-hatian
Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan dalam penggunaan, sehingga tanpa disadari bahwa
organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar,
menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat: tindakannya dapat membahayakan dirinya.
Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet hydrocarbon.
Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka waktu yang 2. Attempted Poisoning
lama Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme.
Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika dibandingkan Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri dengan
dengan organoklorine. Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym
cholinesterase. dengan pestisida, tetapi bisa berakhir dengan kematian
b) Karbamat atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam
penggunaan dosis.
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini
daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan
organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Mekanisme 3. Accidental Poisoning
toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim
ACHE dihambat dan mengalam karbamilasi. Terjadi karena kebiasaannya memasukkan segala benda
c) Organokhlorin ke dalam mulut dan kebetutan benda tersebut sudah
tercemar pestisida.
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan 4. Homicidal Poisoning
pertama kali disinthesis adalah “Dichloro diphenyltrichloroethan” atau disebut
DDT. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan
keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang
untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg. dengan sengaja meracuni seseorang.

Mekanisme Fisiologis Keracunan :


Racun Kronis
Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh
organisme (jasad hidup) berbeda-beda menurut situasi Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah
paparan. Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut waktu yang relatif lama karena kemampuannya
dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung
makanan, serta melalui saluran pernapasan. Melalui dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari
kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau
terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang
bahan yang larut minyak (polar). sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat
yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya.
Tanda dan gejala awal keracunan organofosfat adalah
stimulasi berlebihan kolinergenik pada otot polos dan
reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis,
Racun Akut
gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan
salivasi. Keracunan organofosfat pada sistem respirasi Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan
mengakibatkan bronkokonstriksi dengan sesak nafas racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala
dan peningkatan sekresi bronkus. Pada umumnya keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam
gejala ini timbul dengan cepat dalam waktu 6-8 jam, tubuh jasad hidup.
tetapi bila pajanan berlebihan daapt menimbulkan
kematian dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan
subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lama
untuk menimbulkan tanda dan gejala.

1
BAB II 19/01/2017

Tabel 1. Toksisitas Akut Mamalia (LD50 mg/kg berat


D. Toksisitas Senyawa badan) dari beberapa Insektisida yang
Direkomendasikan oleh FAO/WHO
Pestisida

Toksisitas senyawa pestisida merupakan


kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya. Toksisitas senyawa pestisida
merupakan kesanggupan pestisida untuk
membunuh sasarannya

E. Ambang Toleransi
Residu
ADI x 60
MRL = mg/kg
W
Dimana: 60 = Berat badan
W = Berat makanan (kg) yang dikonsumsi setiap hari
• MRL, ADI, dan LD/LC50
Untuk mengetahui berapa besar konsentrasi residu yang
• ppm = bagian beracun (toksikan) persejuta bagian dari substansi
diperkenankan terdapat dalam makanan tercemar, yang ingin diketahui. Bagian ini dapat meliputi residu dari sayuran,
maka dibuat batasan atau ambang toleransi residu. buah-buahan, bagian dari hewan serta tanah.

Determinasi maksimum Residu Limit (MRL) didasarkan • LD50 = Kematian sebesar 50% organisme yang diuji. Dosis toksikan
yang mengakibatkan kematian 50% dari populasi. Merupakan
pada perhitungan nilai aktivitas konsumsi setiap hari nilai yang digunakan untuk memperkirakan toksikan pada
(Acceptable Daily Intake = ADI) setelah mengkonsumsi mamalia. Pada umunya oral toksikan, dan diekspresikan dalam
atau mengabsorbsi pestisida dalam waktu beberapa mg/kg berat badan.
lama. ADI sendiri dapat didefinisikan sebagai jumlah • LC50 = Konsentrasi dari substansi dalam air atau cairan yang
mengakibatkan kematian sebesar 50% dari organisme yang diuji.
pestisida yang diserap oleh tubuh selama hidupnya
dengan tidak menimbulkan efek terhadap kesehatan.

• Ambang Batas Toleransi


Batas Nilai Ambang (TLV) untuk sebuah substansi
Tabel 2. Nilai LD50 merupakan rata-rata konsentrasi dalam bentuk gas yang
terdapat dalam udara, sehingga seorang pekerja dapat

Toksisitas suatu Pestisida mengekspose berulang kali tanpa menimbulkan


gangguan kesehatan.
• Batas Maksimum Residu (MRL)
Nilai LD50 adalah kandungan residu kimia yang spesifik dan
dinyatakan dalam mg/kg atau ppm. Oleh sebab itu,
Racun sangat Ekstrem 1
aplikasi fumigasi terhadap suatu komoditas tidak boleh
Racun yang Tinggi (Besar) 1 – 50 berlebihan. Umunya, batas tersebut tidak akan
terlampaui jika prosedur fumigasi dijalankan menurut
Racun Menengah 50 – 100
aturan yang telah ditentukan. Namun demikian tidak
Racun Ringan 500 – 5000 dapat langsung disimpulkan bahwa pemakaian fumigasi
dengan nilai MRL yang tinggi tidak akan menimbulkan
Praktis Tidak Beracun 5000 – 15000 bahaya.
Relatif Merugikan >15000

2
BAB II 19/01/2017

F. Metode Analisis
a) Pengambilan Contoh
Untuk mendeterminasikan residu pestisida terdiri dari 4
langkah:
1) Pengambilan Contoh
2) Ekstraksi residu dari contoh matriks
3) Pemisahan atau purifikasi (pemisahan interferon
koekstraktif
4) Determinasi
5) Identifikasi dan estimasi jumlah residu dalam
pemisahan ekstrak
6) Konfirmasi dan identifikasi residu

b) Ekstraksi
Pelarut-pelarut yang umum dipakai adalah aseton, Tahapan Purifikasi :
asetonitril, etil asetat, etil eter, dikhlorometan, heksana,
• Pemurnian secara fisik: Pemisahan pelarut,
metanol, petroleum eter dan lain-lain. Pemilihan pelarut
dalam proses ekstraksi tergantung pada polaritas dari
pendinginan, sweep co-distilasi dan lain-lain.
pestisida. • Perlakuan kimia: Safonifikasi, oksidasi, sulfonifikasi,
hidrolisis, reduksi dan lain-lain.
c) Pemurnian (Purifikasi) • Kromatografi: kromatografi kertas atau lapis tipis,
kolom atau kromatografi adsorbsi.
Di dalam proses purifikasi atau pemurnian harus
diusahakan menyingkirkan senyawa kimia interferen
yang akan mengganggu determinasi akhir.

d) Identifikasi dan Determinasi


Identifikasi dan determinasi residu pestisida dapat
dilakukan dengan berbagai metode yaitu, fisiko-kimia,
metode kimia atau metode biologi.
Metode kimia dapat diperlihatkan dengan detreminasi
halogen atau fosfat atau dengan kalorimeter. Namun
akhir-akhir ini sudah tidak dipergunakan lagi.
Metode biologi terdiri dari uji biologi (bioassay) dan
metode enzimatis. Dasar dari uji biologi adalah
membandingkan respons dari organisme yang diuji (misal
serangga, ikan, tanaman) misalnya perlakuan dengan
contoh yang tidak diberi perlakuan, di bawah kondisi
yang sama.
Metode enzimatis didasarkan pada penghambat
cholinesterase. Teknik ini sering dipakai untuk
mendeterminasikan residu pestisida dari golongan
organofosfat atau karbamat.

Anda mungkin juga menyukai