Anda di halaman 1dari 26

By : BACHRUDIN

Anatomi Fisiology

 Kandung Empedu merupakan kantong berbentuk


alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati
 Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan
empedu.
 Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan
beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E, dan K
 Empedu merupakan campuran dari asam empedu,
protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak
yang disebut kolesterol
 Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung
empedu adalah terbentuknya batu.
Definisi
 Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau
di dalam saluran empedu
 Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,
sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis
Gambar
Etiology n faktor resiko
 Kondisi klinis yang dikaitkan adalah diabetes, sirosis hepatis, pankreatitis,
kanker kandung empedu dan penyakit atau reseksi ileum.

 Faktor risiko : wanita  usia lanjut, kegemukan(obesitas), diet tinggi


lemak, faktor keturunan

 Faktor presdisposisi yang paling penting adalah gangguan metabolisme


yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan
infeksi kandung empedu.
Patofisiology
 Batu Kolesterol
Proses pembentukan melalui empat tahap yaitu penjenuhan empedu
oleh kolesterol, pembentukan nidus, kristalisasi dan pertumbuhan batu

 Batu Kalsium Bilirubinat


 Peningkatan konsetrasi bilirubin yang tidak terkonyugasi baik dalam
kandung empedu maupun dalam hati.
 infeksi, stasis, dekonyugasi bilirubin dan ekskresi kalsium
merupakan faktor kausal
 Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pembentukan batu, melalui peningkatan deskuamasi sel dan
pembentukan mukus. Mukus menibngkatkan viskositas dan unsur
selular atau bakteri dapat berperanan sebagai pusat presipitas
Tanda dan gejala
 Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak
menimbulkan gejala
 Nyeri kolik
 Mual dan muntah
 Penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit
kuning (jaundice)
Pemeriksaan Diagnosa
 Pemeriksaan terbaik  Pemeriksaan USG dan kolesistografi
 Hasil pemeriksaan darah  pola fungsi hati yang abnormal, Yang
menunjukkan adanya penyumbatan saluran empedu
 Pemeriksaan fisik kuadran kanan atas terasa nyeri dan spasme.
 Tanda Murphy
 Foto polos abdomen  memperlihatkan batu empedu / masa
radiopaque
Penatalaksanaan
 Batu Kandung Empedu  pengangkatan kandung empedu
(kolesistektomi). Kolesistektomi laparoskopik  Kandung empedu
diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut .
Keuntungan : Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
dan Memperpendek masa perawatan di rumah sakit

Teknik lainnya :
 Pelarutan dengan metil-butil-eter
 Pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi)
 Pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol
dan asam ursodeoksikolik).
Penatalaksanaan
 Batu Saluran Empedu  endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP).
Pada ERCP  suatu endoskop dimasukkan melalui mulut,
kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras
radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di
dalam sfingter Oddi.
Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu
empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus
Komplikasi
 Perdarahan
 Peradangan pankreas (pankreatitis)
 Perforasi atau infeksi saluran empedu.
Masalah keperawatan
Diagnosa keperawatan Pre Operatif :
 Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (batu dalam empedu)
 Cemas berhubungan dengan krisis situasional
 Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
 Kurang pengetahuan tentang prosedure operasi berhubungan
dengan kurang paparan informasi
Masalah keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intra Operatif :
 Resiko Injury berhubungan dengan prosedure operasi
 Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, proses
pembedahan
 PK : Perdarahan
Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Post Operasi
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
 Resiko Injury
 Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka post operasi)
Asuhan Keperewatan Periopertif
Asuhan Keperawatan Pre Operatif
Pengkajian
1. Identitas diri klien
2. Riwayat Penyakit
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Pengkajiaan saat ini
Asuhan Keperawatan preoperatif
3. Pengkajiaan saat ini
a) Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi / metabolik
c) Pola Eliminasi
d) Pola Aktivitas dan Latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola Peceptual
g) Pola Persepsi diri
h) Pola seksualitas dan reproduksi
i) Pola peran dan hubungan
j) Pola Managemen koping stress
k) Sistem nilai dan kepercayaan
Asuhan Keperawatan preoperatif
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum  Dada:
 Kulit  Payudara
 Kepala  Paru- paru
 Abdomen:
 Mata
 Genital:
 Telinga  Anus dan Rectum
 Hidung  Muskuloskeletal
 Mulut:  Neurology
 Leher
Asuhan keperawatan preoperatif
Pemeriksaan Penunjang
 laboratorium
 Ro Thorax
 USG Abdomen
 EKG
Asuhan Keperawatan Preoperatif
Persiapan Operasi
 EKG
 Ro Thorax
 Hasil USG Hepar
 Inform Consent
 Hasil Konsul Anestesi
Asuhan Keperawatan Preoperatif
 Analisa Data
 Diagnosa Keperawatan
 Rencana Keperawatan
 Implementasi
 Evaluasi
Asuhan Keperawatan Intraoperatif
 Persiapan Perawat
 Persiapan alat dan ruang operasi :
Persiapan alat tidak steril Persiapan alat steril

Section Duk Steril


Mesin Couter Bengkok
Meja Mayo Korentang
Tempat sampah Selang
Tempat Linen Kotor Couter
Meja Duk Pinset Anatomis (2 buah)
Meja Operasi Pinset Cirugis (2 buah)
Dll … Gunting Benang (1 Buah)
Gunting Jaringan (1 buah)
Duk klem (5 buah)
Nalfuder (2 buah)
Pean Panjang (2 buah)
Pean Pendek (6 buah)
Kocker (4 buah)
Preparil Klem (2 buah)
Desinfektan Klem (1 buah)
Stildeper Klem (3 buah)
Asuhan Keperawatan Intraoperatif….
 Persiapan Bahan habis pakai :
1. Benang : Side no.2/0 ; Vicril no.1; Plain no.0 ; Brilon no.2/0
2. Handscund Steril & non-steril
3. Betadine
4. Alkohol
5. NGT no.16
6. Spongostan
7. NaCl
8. Kassa Steril
9. Hipafik
10. Kateter no.16
11. Urine Bag

 Persiapan pelaksanaan operasi


Asuhan Keperawatan Intraoperatif….
 Prosedur Operasi :
1. Irisan median atas atau sub costal, diperdalam sampai peritoneum dibuka.
2. Bila vesica fellea tegang sulit dipegang, dilakukan dekompresi agar mudah
dipegang.
3. Ductus Cysticus dan A.Cystica dibebaskan dari jaringan sekitarnya, kemudian
dipisahkan dan dipotong kemudian dijahit dengan Side no.2/0.
4. Melepaskan Vesica Fellea dari hepar untuk mengangkat Vesica Fellea, dapat
mulai dari arah Cysticus atau dari Fundus.
5. Kontrol perdarahaan, apabila masih ada diffus dapat dipasang spongostan.
6. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, Peritoneum dan vasia dijahit dengan vicril
no.1, sub cutis dengan Plain no.0, kulit dengan Brillon 2/0.
Catatan :
Apabila masih ada perdarahan diffus dari vesical bed akibat inflamasi yang hebat, dapat dipasang drain sub hepatal.

 Evaluasi
Asuhan Keperawatan Intraoperatif
 Diagnosa Keperawatan
 Rencana Keperawatan
 Implementasi
 Evaluasi
Asuhan Keperawatan Post Operasi
 Pengkajian
 Diagnosa Keperawatan
 Rencana Keperawatan
 Implementasi
 Evaluasi
Laparoskopi Chole

Anda mungkin juga menyukai