Anda di halaman 1dari 30

PRINSIP-PRINSIP

PENERJEMAHANIP
PENERJEMAHAN
Perihal Makna
Penerjemahan memang lentur. Tapi makna yang terkandung
dalam pesan pada bahasa target tidak boleh melenceng dari
yang ada pada bahasa sasaran. Tidak boleh ada informasi yang
ditambah atau dikurangi dengan sembarangan. Untuk itu,
penerjemah harus menyingkap tiap pesan dengan mencari
apakah ada sesuatu yang tersirat dalam suatu kata atau
pernyataan. (Larson, 1984) 2001).
• Dalam proses penerjemahan, struktur permukaan (surface
structure) atau bentuk bisa berubah sementara struktur dalam
(deep structure) atau makna justru harus dipertahankan
semaksimal mungkin.
• Setiap bahasa punya cara yang berbeda dalam menyanpaikan
sebuah pesan. Perbedaan itu bisa pada tataran leksis maupun
tataran gramatika.
• Untuk menyampaikan makna dari bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran kita memerlukan padanan yaitu kata, frasa
atau klausa yang mempunyai makna sedekat mungkin dengan
bahasa sumber.
• Beberapa jenis makna perlu dipahami seorang penerjemah
agar makna teks bahasa sasaran tersampaikan secara lebih
akurat.
• Kegagalan memahami makna kadang bahkan berakibat fatal
dalam proses penerjemahan.
• Makna merupakan bagian sentral sebuah aktivitas penerjemahan.
• Sebagian besar pakar penerjemahan melibatkan unsur makna
(meaning) atau pesan (message) dalam definisinya tentang
penerjemahan.
• Larson, misalnya, dalam bukunya menyatakan bahwa penerjemahan
merupakan proses memindahkan makna dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran. Secara explisit Larson menyatakan bahwa inti dari
penerjemahan adalah pemindahan pesan.
• Pada bagian lain bukunya Larson juga menyebutkan bahwa
penerjemahan pada dasarnya merupakan perubahan bentuk. Dari
dua pernyataannya kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang
berubah dalam proses penerjemahan tapi ada juga yang harus tetap
dipertahankan.
• Proses penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi
leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks
struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya adalah
menganalisis untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru
kemudian merekonstruksi makna yang sama ini dengan
menggunakan leksikon dan struktur gramatika yang sesuai
dengan bentuknya yang berterima dalam bahasa sasaran
(Larson, 1984:2).
• Dengan kata lain dalam prosesnya, seorang penerjemah
mengubah struktur permukaan (surface structure) sebuah teks
yaitu kata frasa klausa dan kalimat dalam rangka
menyampaikan semirip mungkin struktur dalam (deep
structure) teks bahasa sumber, yaitu makna, pesan atau
informasi.
• Artinya, yang berubah dalam penerjemahan adalah struktur
permukaan sementara struktur dalam yaitu makna justru
dipertahankan semaksimal mungkin. It is meaning which is
being transferred and must be constant (Larson, 1984:3).
Perihal Bentuk

• Yang harus diketahui seorang penerjemah dalam proses


rekonstruksi bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran
adalah bahwa setiap bahasa punya cara yang berbeda dalam
menyampaikan sebuah pesan yang sama. Perbedaan itu bisa
pada tataran leksis maupun tataran gramatika.
Untuk menyatakan informasi yang sama, misalnya bahwa si
pembicara menderita pusing:
Pembicara bahasa Inggris akan mengatakan, “I have a
headache”.
Orang Indonesia mungkin akan mengatakan, “Kepala saya
pusing”.
Sementara orang Jawa mengatakan, “Sirahku mumet”.
Artinya apabila kita menerjemahkan kalimat bahasa Inggris di
atas dengan terjemahan literal, “Saya mempunyai rasa pusing”
atau “aku nduwe rasa mumet” maka penutur bahasa Indonesia
dan Jawa akan merasa kalimat itu tidak lazim bahkan mungkin
pada kasus-kasus tertentu akan terjadi kesalahpahaman.
• Pengunaan leksis mempunyai untuk menyatakan rasa sakit
tentu tidak lazim atau tidak berterima dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa Jawa. Pada tataran gramatika, sintaksis, jelas
bahasa Inggris menggunakan struktur kalimat verbal
sementara bahasa Indonesia dan Jawa memilih menggunakan
kalimat nominal. Pilihan ini sama sekali bersifat arbriter.
Seorang penerjemah tidak bisa selalu terikat oleh bentuk
leksikal maupun gramatikal bahasa sumbernya. Bila ia gagal
melakukannya maka hasil terjemahan akan terdengar tidak
wajar menurut penutur bahasa sasaran.
• Pada tataran leksis kata merupakan sebuah paket komponen
makna yang di kombinasikan pada elemen leksis. Sementara
komponen makna dikemas secara berbeda pada setiap bahasa
(Larson, 1984:55).
• Proses penerjemahan juga menjadi rumit mengingat tidak ada
kata yang mempunyai mempunyai komponen makna persis
dari satu bahasa ke bahasa lain.
• There is no one-to-one correspondence between orthobraphic
words and elements of meaning within or across language.
(Baker, 1992:11)
• Jadi seorang penerjemah harus mengurai komponen makna
sebuah kata BSU sebelum dia merepresentasikannya kembali
kedalam BSA.
• Kata stallion misalnya mengandung komponen makna kuda
dan jantan. ketika kita menerjemahkannya dalam bahasa
Indonesia, karena bahasa Indonesia tidak memiliki sebuah
kata yang mengandungi kedua komponen makna tersebut,
kita ‘terpaksa’ menggunakan dua kata yaitu ‘kuda jantan’
untuk merepresentasikan kata stallion.
• Palmer dalam Baker menyatakan bahwa kata-kata pada
sebuah bahasa tidak merefleksikan realitas dunia,
melainkan merupakan cerminan ketertarikan orang-orang
pemakai bahasa tersebut. (Baker, 1992:18)
• Pada kasus-kasus yang lebih kompleks, seorang penerjemah
harus sangat berhati-hati ketika beurusan dengan
makna.Mengalihkan bentuk sebuah bahasa secara literal ke
dalam bentuknya pada bahasa lain sering akan mengubah
maknanya sama sekali (Larson, 1984:19)
• Ini juga yang membuat peroses penerjemahan menjadi
kompleks, terutama ketika seorang penerjemah berhadapan
dengan bentuk-bentuk metafora atau makna konotatif.
• Kalimat ‘He is like a dog’ secara harfiah dalam bahasa
Indonesia berarti ‘Dia seperti anjing’.
• Pernerjemahan di atas jelas menimbulkan bias makna yang
fatal. Makna ‘dia orang yang sangat setia’ menjadi hilang, tidak
tersampaikan, karena penerjemah tidak berhasil menangkap
makna dan pesan dari kalimat tersebut.
• Pada kasus lain, misalnya, seperti yang dicotohkan
Suryawinata (2003) sebuah ungkapan pada kitab injil dalam
versi bahasa Inggris terdapat sebuah ungkapan “lamb of God”
yang dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “domba Allah.
Penerjemahan kata “lamb” menjadi “domba’ dalam bahasa
Indonesia tidak menjadi masalah karena dalam metafora
bahasa Indonesia kata “domba” mengandung pesan suatu
gambaran ketidakberdosaan.
• Ketika ungkapan ini diterjemahkan ke dalam bahasa orang
Eskimo, penerjemahan “lamb” menjadi domba dalam bahasa
mereka menjadi bermasalah karena dalam keseharian mereka
tidak mengenal domba. Seorang penerjemah, oleh karena itu,
harus mencari kata, dalam bahasa mereka, yang bisa
merepresentasikan makna “ketidakberdosaan”. Kata “anjing
laut” dipilih untuk padanan kata”lamb” karena dianggap bisa
merepresentasikan makna di atas sehingga bentuk
terjemahan dalam bahasa orang Eskimo ungkapan “lamb of
God” menjadi “anjing laut Tuhan”
• Perbedaan pilihan bentuk leksis maupun gramatika dari satu
bahasa dan bahasa lainnya menyadarkan seorang penerjemah
untuk slalu berhati-hati dalam memindahkan teks bahasa
sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Jelaslah kiranya bahwa
kesamaan bentuk dan makna yang sepenuhnya sejajar sulit
dijumpai dalam penerjemahan. (Machali, 2000:144)
BSu Makna BSa
Father Leluhur pertama, laki- Bapak, Ayah
laki
Son Keturunan pertama, laki- Anak laki-laki
laki
Stalion Kuda jantan Kuda jantan
Mansion Rumah besar, kediaman Puri (kl benteng (kota)
bangsawab yang dikelilingi parit
n kl ruang di dalam
istana
n kl istana; keraton
n kl bangunan untuk
pemujaan (agama Hindu)

I had a very good time Si pembicara merasa Saya sangat senang saat
gembira saat itu. itu.
An eye for an eye Sebuah perbuatan harus Nyawa dibalas nyawa
dibakas persis setimpal
Register
• Perbedaan lainnya pada tiap bahasa adalah tingkat
formalitasnya pada penggunaan kata-kata atau pernyataan
(Genesee & Upshur, 1998), tergantung pada situasi, tempat,
lawan bicara, pembaca yang dituju. Untuk itu penerjemah
harus tahu kata, ungkapan atau pernyataan yang formal, yang
sudah baku dan yang tidak formal yang digunakan pada dua
bahasa dalam penerjemahan.
• Register secara umum dipahami sebagai variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat yang
digunakan untuk tujuan tertentu sesuai dengan profesi
mereka. Richards & Schmidt (2003: 452) mengatakan bahwa
register merupakan “a SPEECH VARIETY used by a particular
group of people, usually sharing the same occupation (e.g.
doctors, lawyers) or the same interests (e.g. stamp collectors,
baseball fans).”
• Wardhaugh (1986:48) bahwa register adalah “sets of language
items associated with discrete occupational or social groups”.
• Namun saat menerjemahkan ungkapan yang formal,
penerjemah dianjurkan untuk mempertimbangkan apakah
ungkapan tersebut, kalau diterjemahkan secara harfiah, akan
terdengar atau terasa terlalu formal, kaku bahkan dingin.
Maksud penulis naskah asli pun perlu dipahami penerjemah
sehingga pemilihan kata dalam bahasa sasaran tepat; untuk
membujuk, meminta maaf, mengkritik, dan sebagainya.
(Hatim, 2001). Dengan kata lain, register adalah bagaimana
penulis dan penerjemah mengungkapkan pesannya.
Contoh: register militer
Pengaruh Bahasa Ibu
• Seringkali muncul kritikan bahwa terjemahan si A sangat kaku
dan tidak alamiah. Ini disebabkan oleh pikiran dan pemilihan
kata penerjemah saat menggunakan bahasanya "merasuk"
saat menerjemahkan. (Duff, 1989). Untuk menghindari hal
tersebut, sebaiknya saat menerjemahkan, penerjemah tidak
melihat naskah aslinya. Tapi terjemahkan dahulu pesan yang
sudah dipahami. Jadi, penerjemah dapat mengatakan "bahasa
Indonesianya begini...." kalau menerjemahkan naskah bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh:

BSu BSa
Pramugari memberitahu para The flight attendant told the
penumpanguntuk memasang passengers to pair the seat
sabuk pengaman . belt.
Mereka akan They are going to presentation
mempresentasikan materinya their materials next week.
minggu depan.
Latar belakang pendidikan The education background is
dilampirkan dalam surat enclosed in application letter.
lamaran.
Gaya dan Kejelasan
• Penerjemah tidak boleh mengubah gaya penulisan naskah
aslinya, kecuali naskah tersebut ditulis dengan gaya yang
sangat buruk.
To Margot Heinemann Huesca
(John Cornford) (terjemahan: Chairil Anwar)
Heart of the heartless world, Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Dear heart, the thought of you jiwa sayang, kenangan padamu
Is the pain at my side, adalah derita di sisiku
The shadow that chills my view. bayangan yang bikin tinjauan beku
The wind rises in the evening, angin yang bangkit ketika senja
Reminds that autumn is near. mengingatkan ku musim gugur akan
I am afraid to lose you, tiba
I am afraid of my fear. aku cemas akan kehilangan kau..
aku cemas pada kecemasanku.
On the last mile to Huesca, di batu penghabisan ke Huesca
The last fence for our pride, di batas terakhir dari kebanggaan kita
Think so kindly, dear, that I kenanglah sayang, dengan mesra
Sense you at my side. kau kubayangkan di sisiku ada
And if bad luck should lay my strength dan jika untung malang
Into the shallow grave, menghamparkan
Remember all the good you can; aku dalam kuburan dangkal
Don’t forget my love. ingatlah sebisamu segala yang indah
dan cintaku yang kekal.
• Then he wrote something on a paper and read it over, and
says: erin’ roun’ ‘bout him. One uv ‘em is white en shiny, en
t’other one is black. De white one gits him to go right a little
while, den de black one sail in en bust it all up. A body can’t
tell yit which one gwyne to fetch him at de las’. But you is all
right. You gwyne to have considable trouble in yo’ life, en
considable joy. Sometimes you gwyne to git hurt, en
sometimes you gwyne to git sick; but every time you’s gwyne
to git well agin. Dey’s two gals flyin’ ‘bout you in yo’ life. One
uv ‘em’s light en t’other one is dark. One is rich en t’other is
po’. You’s gwyne to marry de po’ one fust en de rich one by en
by. You wants to keep ‘way fum de water as much as you kin,
en don’t run no resk, ‘kase it’s down in de bills dat you’s
gwyne to git hung.”
Idiom
• Ungkapan idiomatik, termasuk simili, metaphore, kata kiasan,
peribahasa, jargon, prokem, sangat sulit diterjemahkan, kata
kerja berpreposisi, kata kerja frasal.
“But he’s here, all right . . . . Clear as “Tapi, dia memang ada disini. . . .
day. I’m seeing something else too. . Sangat jelas. Aku juga melihat hal lain.
.”(The Chocolate Box Girls: . .”(The Chocolate Box Girls:
Marshmallow Skye, 2011: 107) Marshmallow Skye, 2011: 134)

He cannot resist the occasional tease, “Tentu saja dia tidak bis menahan diri
of course. Old habits die hard.(The untuk menggoda sekali-kali. Kebiasaan
Chocolate Box Girls: Marshmallow lama sulit hilang.”(The Chocolate Box
Skye, 2011: 188) Girls: Marshmallow Skye, 2011: 227)

“Shay has been steering clear of the “Shay menghindari rumah kami akhir-
house lately, for obvious reasons.” akhir ini, karena alasan-alasan yang
(The Chocolate Box Girls: jelas.”(The Chocolate Box Girls:
Marshmallow Skye, 2011: 12) Marshmallow Skye, 2011: 20)
Practice

We went tiptoeing along a path amongst the trees back towards


the end of the widow’s garden, stooping down so as the
branches wouldn’t scrape our heads. When we was passing by
the kitchen, I fell over a root and made a noise. We crouched
down and laid still. Miss Watson’s big nigger, named Jim, was
setting in the kitchen door; we could see him pretty clear,
because there was a light behind him. He got up and stretched
his neck out about a minute, listening. Then he says: “Who
dah?”

Anda mungkin juga menyukai