Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI

Telah Diperiksa

Lampiran Makalah

Nama :
Nip :
Pangkat / Gol. :

Dengan hasil
- Makalah tersebut memenuhi / tidak.
- Memenuhi syarat untuk bahan kenaikan pangkat

Yang Memeriksa,

(_________________)
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya

kami diberikan kesehatan serta kemampuan sehingga dapat menyelesaikan tugas

makalah Komunikasi yang berjudul “Malnutrisi di Puskesmas Kanjilo” dengan

lancar tanpa halangan suatu apapun.

Dalam penulisan, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, karena

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang

telah mendukung dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat menjadi yang lebih baik. Akhir kata penulis

berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Kanjilo, 2020

Penulis,

Haslinda
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan Status Gizi di Wilayah kerja Puskesmas Kanjilo. .3

B. Nutrisi dan Status Gizi Bayi dan Balita........................................6

C. Penatalaksanaan Status Gizi.........................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan ditemukannya pasien-pasien

yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi status Gizi Buruk. Umumnya

pasien-pasien tersebut adalah balita. Dengan ditemukannya pasien-pasien

dengan status Gizi Buruk, berarti kondisi di daerah asal pasien dinyatakan

sedang mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa).

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dihimbau agar lebih

memperhatikan keadaan Gizi dalam keluarganya. Mengapa kita perlu

memperhatikan keadaan Gizi kita? Seberapa pentingkah faktor Gizi dalam

kehidupan kita ?

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya

manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka

kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan

sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Bagaimana

dampak yang ditimbulkan akibat Gizi Buruk?

Berbagai masalah yang timbul akibat Gizi buruk antara lain tingginya

angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini

disebabkan, jika ibu hamil menderita kurang Energi Protein akan berpengaruh

pada gangguan fisik, mental, dan kecerdasan anak, dan juga meningkatkan

resiko bayi yang dilahirkan kurang zat bersi. Bayi yang kurang zat besi dapat

1
berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang kemudian hari

dapat mengurangi IQ anak.

Secara umum gizi buruk pada bayi, balita, dan ibu hamil dapat

menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah. Dilain pihak anak

gizi buruk rentan terhadap penyakit karena menurunnya daya tahan tubuh. Jika

masalah kekurangan gizi ini tidak segera diatas, anak akan mengalami

masalah gizi buruk. Prevalensi balita yang mengalami gizi kurang dan berat

badan di bawah garis merah (BGM) di Puskesmas Kanjilo Kabupaten Gowa

Tahun 2019 sebanyak 137 dan tahun 2020 141 orang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa permasalahan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Kanjilo?

2. Apa yang dimaksud dengan nutrisi dan gizi buruk?

3. Bagaimana tindakan pemulihan terhadap gizi buruk/malnutrisi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui permasalahan status gizi

2. Untuk mengetahui nutrisi dan gizi buruk

3. Untuk mengetahui tindakan pemulihan terhadap status gizi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Kanjilo

Salah satu tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita di bawah

garis merah dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. Masalah gizi buruk

balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila tidak ditangani secara

cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk rentan pada

penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan

menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan

mata kita bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan

mempunyai masalah yang sangat besar. Apalagi penyakit penyerta yang sering

pada gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu penyakit-penyakit penyerta

justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit penyerta yang

sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare persisten,

cacingan, tuberculosis, malaria, dan HIV/AIDS. Berikut adapun data balita

gizi kurang dan BGM Puskesmas Kanjilo yaitu :

3
Data balita gizi kurang dan BGM Puskesmas Kanjilo Tahun 2019

YANG
NAMA SASARAN BALITA GIZI
NO DAPAT
KELURAHAN BALITA KURANG/BGM
MP-ASI
1 Kanjilo 1484 47 22
2 Lembang Parang 875 27 23
3 Taman Yeleng 1138 42 47
4 Benteng Somba Opu 809 21 5
  Jumlah 4306 137 97
Sumber : data sekunder Puskesmas Kanjilo, 2019

Data balita gizi kurang dan BGM Puskesmas Kanjilo Tahun 2020

YANG
NAMA SASARAN BALITA GIZI
NO DAPAT
KELURAHAN BALITA KURANG/BGM
MP-ASI
1 Kanjilo 1476 48 8
2 Lembang Parang 847 29 4
3 Taman Yeleng 1128 52 5
4 Benteng Somba Opu 1065 12 5
  Jumlah 4516 141 22
Sumber : data sekunder Puskesmas Kanjilo, 2020

Berdasarkan data balita gizi kurang dan BGM Puskesmas Kanjilo

Kabupaten Gowa Tahun 2019 yaitu dari 2 desa dan 2 kelurahan terdapat 4306

balita dan 137 diantaranya mengalami masalah gizi kurang dan BGM, dimana

balita yang mengalami masalah gizi kurang dan BGM diberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yaitu berupa biskuit, PenyebaB balita gizi

kurang / Bbm, Ini dapat terjadi pada saat anak tidak mendapatkan makanan

dengan kualitas dan kuantitas yang memadai karena itu anak yang kekurangan

gizi akibat tidak tyterpenuhinya nutrisi pada tubuh menjadi mudah terserang

berbagai penyakit yang akan terjadi secara berkepanjangan atau penyebab

lainnya. Karena anak tidak memperoleh makan dengan kandungan energi dan

protein yang cukup umumnya hal ini sering dikaitkan dengan tingkat

4
perekonomian yang rendah kurangnya pengetahuan orang tua akan nutrisi

yang diperlukan tubuh anak. Namun pada dsarnya gizi kurang atau BBM

bukanlah gangguan yang terjadi secara mendadak karena itu penting untuk

mencegah agar anak tidak mengalami kondisi ini dengan cara memberikan

asupan makanan cukup gizi. Adapun persepsi orang tua yang salah ketika

mereka datang keposyandu sering kali malas datang keposyandu karena takut

diceramai dan dimarahi oleh petugas kesehatan tentang masalah gizi. Perilaku

orang tua yang seperti ini membuat anak-anak akan terus berada dalam

kondisi gizi kurang /Bbm dan anak akan menjadi mudah sakit. Faktor

pengetahuan orang tua yang kurang akan manfaat pemberian gizi yang cukup

pada anak cenderung mengaggap gizi bukan yang penting.

Seorang balita yang pertumbuhannya dicurigai BGM menimbulkan

banyak pertanyaan. Hal ini dikarenakan BGM tidak dapat disebut dengan gizi

kurang ataupun gizi buruk. BGM lebih identik di antara kedua kondisi

tersebut. Selain dipengaruhi oleh konsumsi makanan, status gizi juga

dipengaruhi faktor-faktor diantaranya adalah : asupan makanan, infeksi,

persediaan pangan rumah tangga, perawatan anak dan pola asuh, serta

pelayanan kesehatan yang diterima oleh balita. Gizi sangat penting bagi

kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek

negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan

gizi yang serius dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2006).

5
Kebiasaan pemberian makanan pada balita yang baik meliputi jumlah

makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, jenis makanan yang

beraneka ragam, frekuensi pemberian makanan dalam sehari dan cara

pemberiannya. Apabila balita BGM diberikan perhatian yang lebih dan

diberikan asupan nutrisi yang baik, balita tersebut tidak akan mengalami gizi

kurang maupun gizi buruk. Namun, apabila asupan nutrisi pada balita BGM

tidak baik, yang menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi

buruk/malnutrisi.

Melihat pentingnya permasalahan tersebut, maka sangat perlu

diketahui apa saja yang dapat menyebabkan berkurangnya status gizi anak dan

bagaimana penatalaksanaannya.

B. Nutrisi dan Status Gizi Bayi dan Balita

Nutrisi adalah suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi

kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, terdapat

kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin, dan air. Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah

segala sesuatu yang kita makan sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung

dalam makanan tersebut. Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan

oleh makanan yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi

oleh umur, jenis kelamin, kegiatan, dan suhu lingkungan udara dingin atau

panas.

6
Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu

faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan

mutu makanan, kesehatan balita (ada atau tidaknya penyakit). Faktor luar

dipengaruhi tingkat ekonomi, pendidikan, perilaku (orang tua/pengasuh),

sosial budaya atau kebiasaan, ketersediaan bahan makanan di rumah tangga.

Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi

posyandu dalam peningkatan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan

pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau

Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu

pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan

Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan

masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Masalah gizi buruk tidak

dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi buruk merupakan

dampak dari berbagai macam penyebab, seperti rendahnya tingkat pendidikan,

kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya),

dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara

komprehensip.

Nutrisi berperan penting dalam penyembuhan penyakit. Kesalahan

pengaturan diet dapat memperlambat penyembuhan penyakit. Dengan nutrisi

akan memberikan makanan-makanan tinggi kalori, protein dan cukup vitamin-

mineral untuk mencapai status gizi optimal. Nutrisi gizi buruk diawali dengan

pemberian makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering, dan mudah

7
diserap. Frekuensi pemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian

ditingkatkan 3 jam atau 4 jam. Penting diperhatikan aneka ragam makanan,

pemberian ASI , makanan, mengandung minyak, santan, lemak, dan buah-

buahan. Selain itu faktor lingkungan juga penting dengan mengupayakan

pekarangan rumah menjadi taman gizi. Perilaku harus diubah menjadi perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan memperhatikan makanan gizi

seimbang, minum tablet besi selama hamil, pemberian ASI ekslusif,

mengkonsumsi garam beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin

A.

Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka

mendapatkan sumber daya manusia berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun

pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak

yang optimal. Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada

350000 bayi dengan berat badan lahir rendah di bawah 2500 gram, sebagai

salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi dan kematian pada balita.

C. Penatalaksanaan Status Gizi

Pelaksanaan program penatalaksanaan balita gizi buruk/malnutrisi

dilakukan petugas gizi dan kader posyandu yang bertugas di wilayah kerja

Puskesmas Kanjilo Kabupaten Gowa di bawah pengawasan kepala

puskesmas. Pelaksanaan dari program penatalaksanaan balita gizi buruk

8
menurut buku pedoman dilihat dari penyediaan sarana pendukung dan yang

menjadi sarana pendukung yaitu PMT (misalnya, bubur kacang hijau).

Upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Kanjilo

Kabupaten Gowa adalah melakukan pemantauan penimbangan BB (berat

badan) pada bayi dan balita secara rutin di posyandu, penyuluhan dan

pemberian makanan tambahan (PMT). Pemantauan penimbangan BB

dilakukan di 32 posyandu yang terdapat di dalam 2 kelurahan dan 2 desa yang

termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kanjilo Kabupaten Gowa.

Pemantauan ini dilakuakn bertujuan untuk memantau penimbangan bayi balita

dan dapat mendeteksi masalah status gizi bayi balita.

Selain upaya tersebut, petugas kesehatan juga melakukan penyuluhan

mengenai bahaya gizi kurang hingga gizi buruk/malnutrisi serta informasi

mengenai pentingnya asupan makanan yang bergizi agar terhindar dari

masalah status gizi (gizi kurang dan gizi buruk/malnutrisi).

Makanan tambahan pemulihan juga diberikan kepada anak yang

terdeteksi mengalami status gii kurang. Makanan tambahan ini diutamakan

berbasis bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal

terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah

setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk

keamanan pangan. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk

memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.

Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein

hewani maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang-kacangan

9
atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal dari

sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan tambahan berbasis bahan

makanan/makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa :

a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 tahun)

b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita.

Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan tiap bulan saat kunjungan ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kanjilo Kabupaten Gowa. Dan

pemberian makanan tambahan (PMT) dilaksanakan setiap triwulan atau 90

hari. Kegiatan ini rutin dilakukan oleh petugas kesehatan yang dibantu oleh

kader posyandu di Puskesmas Kanjilo Kabupaten Gowa.

Keberhasilan suatu program tidak akan pernah tercapai tanpa adanya

upaya monitoring dan evaluasi. Upaya monitoring dan evaluasi terhadap

upaya pemecahan masalah gizi dapat dilakukan di semua tingkatan. Di tingkat

masyarakat, upaya monitoring dilakukan oleh masyarakat melalui aktifitas

dalam posyandu. Peranan kader dan penanggung jawab Pos Kesehatan Desa

sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan bayi, balita

dan ibu hamil. Komunikasi informasi kesehatan masyarakat dapat diterukan

secara berjenjang ke tingkat Puskesmas. Di tingkat Puskesmas, petugas harus

bertindak berdasarkan community oriented dalam melaksanakan seluruh

program dan kegiatannya. Upaya monitoring dan evaluasi di tingkat

kecamatan harus dilakukan secara terintergrasi dengan lintas sektor;

melibatkan camat, lurah, guru, pemuka agama, LSM dan seluruh potensi yang

ada di masyarakat.

10
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita

penyakit infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker. Ketersediaan

pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor

lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk

adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan

kerja.

Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama

lintas sektor. Pada malnutrisi sedang dan ringan pengobatan dilakukan dengan

memberikan makanan yang bergizi, dengan menu yang seimbang, mengandung

karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup. Perlu juga dicari dan diobat

penyakit lain yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak

(misalnya penyakit cacing, diare, dll). Anak dengan keadaan malnutrisi berat

sering berada dalam keadaan darurat karena itu sebaiknya dibawa ke rumah

sakit untuk pengobatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Respon Cepat

Penanggulangan Gizi Buruk, 2008.

Departemen Kesehatan (Depkes). 2006. Jakarta.

(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802,)

(http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-

gizi-buruk)

(http://www.smallcrab.com/anak-anak/530-gangguan-kesehatan-akibat-kurang-

gizi)

(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802)

13

Anda mungkin juga menyukai