Anda di halaman 1dari 56

MODUL FT 4:FT

KANKER DAN TERAPI AKROM

NUTRISI
Modul pembelajaran farmakoterapi IV

Dengan pendekatan kompetensi asuhan kefarmasian


AKROM

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021
BAGIAN I
FARMAKOTERAPI KANKER

I.TUJUAN BELAJAR
Tujuan belajar modul FT kanker adalah:
1.Dapat menjelaskan definisi, karakteristik dan konsep dasar kanker
2. Dapat menjelaskan atiologi dan factor risiko kanker
3.Dapat menjelaskan mekanisme pathogenesis dari factor risiko/etiologi hingga menjadi kanker
4. Dapat menjelaskan manifestasi klinik (subjektif dan objektif, termasuk interpretasi data lab) pada
kanker dan mekanisme patofisiologis kanker
5. Dapat menjelaskan farmakologi (indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis pemberian dan
atministrasi) obat-obat antikanker dan kemoproventih serta ajuvan /komplementer
6. Dapat menjelaskan standar terapai, evidence based clinical practice dan tatakelola untuk penderita
kanker.
7. Dapat menjelaskan tata cara penatalaksanaan farmakoterapi dan pemberian (administrasi) obat-obat
yang digunakan pada terapi kanker sesuai kasus.
8. Dapat menjelaskan tatacara KIE penggunaan obat-obat antikanker pada pasien dan keluarga pasien
sesuai kasus.
II.Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori
1.Pengantar
Data badan dunia United Nation Against cancer (UICC) menunjukkan bahwa insiden kanker akan
meningkat dengan tajam hingga 200-300% pada beberapa dekade kedepan, dan 60-70% kanker
tersebut akan terdapat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ditinjau dari sisi
ekonomi, data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemkes RI) menunjukkan bahwa pengeluaran
negara untuk penyakit kanker termasuk pengeluaran tertinggi negara bersama penyakit
kardiovaskular dan hemodialisa. Pengeluaran negara untuk kanker pada tahun 2012 adalah sebesar
144,7 milyar rupiah, dan pada tahun 2014 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
mengeluarkan biaya sebesar 905 milyar rupiah untuk kanker. Pengeluaran yang tinggi tersebut
antara lain disebabkan beban kerja dan modalitas pengobatan yang perlu dikeluarkan untuk pasien
kanker, terutama bila penanganan dilakukan pada stadium lanjut lokal dan lanjut.
Di sisi lain, UICC menyatakan bahaya kanker ini 43% dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan
sehat, dan sepertiganya dapat disembuhkan bila ditemukan pada stadium dini dengan pengobatan
yang tepat guna. Mengingat tingginya angka insidens kanker dan besarnya pengeluaran negara
untuk biaya pengobatannya, terutama dikarenakan sebagian sudah dalam stadium lanjut, maka
kegiatan promosi pencegahan kanker dan penemuan kanker pada stadium dini menjadi sangat
penting. Dalam tingkatan pelayanan kesehatan, sejak dari pelayanan primer, haruslah sudah
dilakukan kegiatan promosi hidup sehat hindari kanker, dan deteksi dini, sebagaimana juga
dikemukakan dalam panduan ini.Pola hidup sehat yang teruji menurut kriteria World Health
Organization (WHO) dan UICC sesungguhnya telah terangkum dalam CERDIK, yaitu C(Cek
kesehatan secara rutin), E(enyahkan asap rokok), R(Rajin beraktifitas fisik), D(Diet seimbang),
I(istirahat cukup), dan K(Kelola stress).
Deteksi dini dapat dilakukan pada beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks, payudara, rektal,
dan kanker pada anak. Dengan melakukan deteksi dini, diharapkan dapat mengubah tren
penemuan penyakit dari stadium lokal lanjut atau lanjut, menjadi stadium dini. Dalam tatalaksana
penanganan kanker, dimana saat ini telah terbagi dalam sistem rujukan primer, sekunder, dan
tertier, diharapkan setiap fasilitas pelayanan kesehatan dapat melakukan sesuai denganfungsi dan
peranannya masing-masing, sehingga tatalaksana kanker dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan
sesuai, serta tidak terjadi antrian penanganan kasus onkologi yang panjang.
B.Definisi
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yang
mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal atau sering dikenal sebagai
tumor ganas[1]. Selain itu gejala ini juga dikenal sebagai neoplasma ganas dan sering kali ditandai
dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk: (i) tumbuh tidak
terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), (ii) menyerang jaringan biologis di dekatnya,
(iii). bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut
metastasis.
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker
membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.
C.Gejala, Tanda dan Klasifikasi
Ada 7 gejala awal yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk
memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu:
1.Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
3.Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh
4.Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).
5. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, menjadi semakin besar dan gatal.
6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh
7. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
Secara umum, gejala klinis kanker bisa dibagi menjadi beberapa kelompok:
Gejala lokal: pembesaran atau pembengkakan yang tidak biasa tumor, pendarahan
(hemorrhage), rasa sakit dan/atau tukak lambung/ulceration. Kompresi jaringan sekitar bisa
menyebabkan gejala jaundis (kulit dan mata yang menguning).
Gejala pembesaran kelenjar getah bening (lymph node), batuk, hemoptisis,
hepatomegali (pembesaran hati), rasa sakit pada tulang, fraktur pada tulang-tulang yang
terpengaruh, dan gejala-gejala neurologis. Walaupun pada kanker tahap lanjut menyebabkan rasa
sakit, sering kali itu bukan gejala awalnya.
Gejala sistemik: berat badan turun, nafsu makan berkurang secara signifikan, kelelahan
dan kakeksia(kurus kering), keringat berlebihan pada saat tidur/keringat malam, anemia, fenomena
paraneoplastik tertentu yaitu kondisi spesifik yang disebabkan kanker aktif seperti trombosis dan
perubahan hormonal. Setiap gejala dalam daftar di atas bisa disebabkan oleh berbagai kondisi
(daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis banding). Kanker mungkin adalah penyebab
utama atau bukan penyebab utama dari setiap gejala.
Gejala angiogenesis yang merupakan interaksi antara sel tumor, sel stromal, sel
endotelial, fibroblas dan matriks ekstraseluler. Pada kanker, terjadi penurunan konsentrasi
senyawa penghambat pertumbuhan pembuluh darah baru, seperti trombospondin, angiostatin dan
glioma-derived angiogenesis inhibitory factor, dan ekspresi berlebih faktor proangiogenik, seperti
vascular endothelial growth factor, yang memungkinkan sel kanker melakukan metastasis. Terapi
terhadap tumor pada umumnya selalu melibatkan 2 peran penting, yaitu penggunaan anti-vascular
endothelial growth factor monoclonal antibodies untuk mengimbangi overekspresi faktor
proangiogenik, dan pemberian senyawa penghambat angiogenesis, seperti endostatin dan
angiostatin.
Gejala migrasi sel tumor, yang ditandai dengan degradasi matriks ekstraseluler (ECM),
jaringan ikat yang menyangga struktur sel, oleh enzim MMP. Hingga saat ini telah diketahui 26
berkas gen MMP yang berperan dalam kanker, dengan pengecualian yang terjadi antara lain pada
hepatocellular carcinoma.[Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat
terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus
besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal.
Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:
1.Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau
jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar.
Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker esofageal, karsinoma
hepatoselular, kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker testiskular dan kanker
tiroid.
2.Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang rawan
seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh darah
dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.
3.Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang
berkembang di dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di dalam
sirkulasi darah.[9]
4. Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem
kekebalan tubuh
5. Central Nervous Systems Cancers, merupakan kanker yang dimulai di jaringan otak
dan sumsum tulang belakang.
Masing-masing jenis kanker dibedakan lagi berdasarkan derajat atau stase keparahan
penyakit. Secara umum, suatu jenis kanker dibedakan menjadi 4 stase yaitu stase 1, 2,3 dan 4
(terminal), sebagai stase yang menyatakan bahwa kanker tersebut memiliki derajat paling berat.
D.Etiologi, Faktor Risiko dan Patogenesis Kanker
Sampai saat ini etiologi kanker belum dapat dipastikan. Kanker adalah penyakit yang 90-95%
kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10% karena faktor genetik. Faktor lingkungan yang
biasanya mengarahkan kepada kematian akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan
obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik, polutan
lingkunganFaktor risiko kanker bervariasi sesuai jenis kankernya. Faktor-faktor risiko kanker yang
paling banyak diketahui atau dicurigai diteliti: (i) Usia. (ii) Rokok; (iii) tembakau; (iv) Alkohol.
(v) Zat Penyebab Kanker. (vi) Peradangan kronis. (vii) Diet. (viii) Hormon. (ix) Imunosupresi.
Dan (x) Agen Menular.
Proses perkembangan factor risiko atau etiologi yaitu zat karsinogen sehingga menjadi kanker
dikenal dengan karsinogenesis. Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang
sebagai akibat paparan karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik
melalui konsumsi, maupun infeksi. Terdapat empat jenjang karsinogenesis: (i) inisiasi tumor; (ii)
promosi tumor; (iii) konversi malignan dan (iv) progresi tumor.
Inisiasi dan promosi tumor. Inisiasi kanker adalah terjadinya abnormalitas awal sel,
ditandai dengan adanya mutase genetic. Kondisi-kondisi yang menggambarkan perubahan sel
normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan
saat sel normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan
kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada
nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada
ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia
merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki
sifat invasif. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat: (i) perpindahan fase G1 menuju fase S. (ii)
siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi.Pencerap hormon tiroid beta1
(TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3 dan berfungsi sebagai
supresor tumor dan gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada kanker. (iii) siklus sel terjadi
dengan kerusakan DNA yang tidak terpulihkan. (iv) translokasi posisi kromosom yang sering
ditemukan pada kanker sel darah putih seperti leukemia atau limfoma, atau hilangnya sebagian
DNA pada domain tertentu pada kromosom. Pada leukemia mielogenus kronis, 95% penderita
mengalami translokasi kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom filadelfia.
1.Mutasi DNA. Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi pada
gen-gen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor
lah yang biasanya memicu penurunan kanker. hal tersebut disebabkan karena zigot yang
mengalami mutasi pada gen onkogen biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat
diturunkan.
2.Proses yang terjadi pada progresi kanker (pathogenesis) kanker antara lain:
2.1.Angiogenesis. Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia.
Sebelum tahun 1960, peneliti kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang mencapai tumor
terjadi oleh karena adanya jaringan pembuluh darah yang telah ada, namun penelitian yang lebih
baru menunjukkan bahwa lintasan angiogenesis diperlukan bagi tumor untuk berkembang dan
menyebar. Tanpa lintasan angiogenesis, sebuah tumor hanya akan berkembang hingga memiliki
diameter sekitar 1–2 mm, dan setelah itu perkembangan tumor akan terhenti. Sebaliknya, dengan
angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang hingga melampaui ukuran diameter 2 milimeter.
Oleh karena itu, sel tumor memiliki kemampuan untuk mensekresi protein yang dapat
mengaktivasi lintasan angiogenesis. Dari berbagai protein yang dapat mengaktivasi lintasan
angiogenesis seperti acidic fibroblast growth factor, angiogenin, epidermal growth factor, G-CSF,
HGF, interleukin-8, placental growth factor, platelet-derived endothelial growth factor, scatter
factor, transforming growth factor-alpha, TNF-α, dan molekul kecil seperti adenosina, 1-butyryl
glycerol, nikotinamida, prostaglandin E1 dan E2; para ilmuwan telah mengidentifikasi dua protein
yang sangat penting bagi pertumbuhan tumor yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF) dan
basic fibroblast growth factor (bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh berbagai jenis sel kanker
dan beberapa jenis sel normal.
Sekresi VEGF atau bFGF akan mengikat pada pencerap sel endotelial dan mengaktivasi
sel tersebut untuk memicu lintasan metabolisme yang membentuk pembuluh darah baru. Sel
endotelial akan memproduksi sejumlah enzim MMP yang akan melakukan degradasi terhadap
jaringan matriks ekstraseluler yang mengandung protein dan polisakarida, dan berfungsi untuk
sebagai jaringan ikat yang menyangga jaringan parenkima dengan mengisi ruang di sela-sela
selnya. Degradasi jaringan tersebut memungkinkan sel endotelial bermigrasi menuju jaringan
parenkima, melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi jaringan pembuluh darah yang baru.
Reaksi antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat aktivitas hormon
tiroksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam angiogenesis
dan proliferasi sel tumor.
2.2. Metastasis
Walaupun telah dilakukan penelitian intensif selama beberapa dekade, mekanisme
patofisiologis dari metastasis belum benar-benar diketahui dan masih menjadi kontroversi. Namun
terdapat dua model metastasis fundamental, yang mirip dengan proposal metastasis yang diajukan
oleh Stephen Paget pada tahun 1889 yang mengatakan bahwa metastasis bergantung pada
komunikasi antara sel kanker yang disebut the seed dan lingkungan mikro pada organ tertentu yang
disebut the soil. Model yang pertama menjelaskan bahwa tumor primer pada organ akan timbul
dari sel yang sama, yang mengalami berbagai perubahan seperti heterogenitas, ketidakseimbangan
genomik, akumulasi mutasi atau penyimpangan genetik, hingga terjadi evolusi klonal meliputi
perubahan fenotipe dan perilaku sel hingga potensi untuk melakukan metastasis ke organ lain dan
membentuk tumor sekunder.Model yang kedua menjabarkan bahwa kanker yang timbul pada
organ, terjadi akibat aktivasi ruang yang diperuntukkan bagi sel punca kanker sehingga
memungkinkan metastasis dari sejumlah jaringan tubuh yang lain.
3.Patogenesis berdasarkan Faktor risiko
Patogenesis factor ketidakseimbangan metabolism. Senyawa formaldehid yang disintesis
di dalam tubuh, sering kali terbentuk dari lintasan metabolisme senyawa xenobiotik, dapat
membentuk ikatan kovalen dengan DNA, atau mengikat pada serum albumin dan gugus valina
dari hemoglobin, dan menginduksi lintasan karsinogenesis.
Patogenenesis Ketidakseimbangan hormonal. Tingginya rasio plasma hormon TGF-β,
yang merupakan regulator pada proses penyembuhan luka, akan meningkatkan produksi ROS pada
fibroblas, serta diferensiasi fibroblas menuju fenotipe miofibroblas. Penggunaan kontrasepsi
hormonal telah dikaitkan dengan kejadian kanker tertentu.
Infeksi sebagai factor risiko kanker. Beberapa kanker terjadi akibat papaean
mikroorganisme, HPV dikaitkan dengan kejadian kanker serviks, sedangkan papilloma virus
dikaitkan dengan kejadian kanker nasofaring. Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan
saja berlaku pada binatang-binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini
berperan hingga 20% terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia. Virus-virus
ini termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia
(mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker
nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer),
virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis
(leukemia sel T), dan helicobacter pylori (kanker lambung). Data ekperimen dan epidemiologis
menyatakan peran kausatif untuk virus dan virus tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling
penting dalam perkembangan kanker pada manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan
tembakau. Jenis tumor yang ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang
bertransformasi secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada virus yang bertransformasi
secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-
onc), dan virus yang terinfeksi bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada
virus yang bertransformasi secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di
dalam genom induk.
Radiasi ionisasi sebagai factor risiko kanker. Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas
radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari
matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya. Diperkirakan
2% dari penyakit kanker pada masa yang akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini. Radiasi
dari frekuensi radio tak berion dari telepon seluler dan sumber-sumber radio frekuensi yang serupa
juga dianggap sebagai penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung
keterkaitan ini.
Bahan kimia sebagai factor risiko kanker. Timbulnya penyakit kanker paru-paru sangat
berkorelasi dengan konsumsi rokok.Source:NIH. Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi
DNA yang berdampak pada pertumbuhan sel dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA
dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen. Ada
beberapa zat khusus yang terkait dengan jenis kanker tertentu. Rokok tembakau dihubungkan
dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari 90% kanker paru-paru. Keterpaparan secara terus-
menerus terhadap serat asbestos dikaitkan dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga
karsinogen. Tetapi, beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh bahan kimia
bersifat karsinogen yang bukan mutagen.. Bahan kimia seperti ini bisa menyebabkan kanker
dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat replikasi yang lebih cepat, hanya
menyisakan sedikit waktu bagi enzim-enzim untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat
replikasi DNA, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi. Riset selama beberapa
dekade menunjukkan keterkaitan antara penggunaan tembakau dan kanker pada paru-paru, laring,
kepala, leher, perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, dan pankreas. Asap tembakau memiliki lebih
dari lima puluh jenis karsinogen yang sudah dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon
aromatik polisiklik. Tembakau bertanggung jawab atas satu per tiga dari seluruh kematian akibat
kanker di negara-negara maju,[28] dan sekitar satu per lima di seluruh dunia. Tingkat kematian
akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat mencerminkan pola merokok, dengan kenaikan dalam
pola merokok diikuti dengan peningkatan yang dramatis dalam tingkat kematian akibat kanker
paru-paru. Walaupun begitu, jumlah perokok di seluruh dunia terus meningkat, sehingga beberapa
organisasi menyebutkannya sebagai epidemik tembakau. Kanker yang berhubungan dengan
pekerjaan seseorang diyakini memiliki jumlah sebesar 2-20% dari semua kasus
E. Penatalaksanaan Kanker
1.Penanganan Penderita kanker
Penatalaksanaan kanker meliputi (i) upaya deteksi dini dan pencegahan, (ii) upaya terapi kuratif
pada penderita dan(iii) upaya promotive/paliatif. Penatalaksanaan terapi pada penderita kanker
secara umum meliputi 2 aspek yaitu (1) terapi obat atau Farmakoterapi dengan obat-obat anti
kanker (kemoterapi) dan (ii) terapi bukan obat/terapi non farmakologis (terapi fisik, radioterapi,
terapi spiritual dll). Berdasarkan tujuan penggunaan obat pada penderita kanker, dikenal terapi
kuratif (simptomatis dan kausatif), terapi pencegahan dan terapi promotive atau paliatif.
2.Pencegahan Kanker
Konsep penggunaan obat-obatan untuk mencegah kanker itu menarik, dan bukti-bukti
menunjangnya dalam berbagai keadaan tertentu. Pada populasi umum, penggunaan obat anti
pembengkakan yang bukan steroid (Non-steroidal anti-inflammatory drug) mengurangi risiko
kanker usus, tetapi karena adanya efek samping pada sistem pembuluh darah dan pencernaan,
makanya penggunaannya akan berbahya jika digunakan untuk pencegahan kanker. Aspirin telah
diketahui dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker sebesar kurang lebih 7%. COX-2
inhibitor dapat mengurangi jumlah formasi polip pada penderita familial adenomatous polyposis,
bagaimanapun hal ini berhubungan dengan efek samping seperti pada penggunaan obat anti
pembengkakan yang bukan steroid. Penggunaan sehari-hari tamoxifen atau raloxifene telah
menunjukkan pengurangan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi.
Keuntungan dibandingkan kemudaratan penggunnaan 5-alpha-reductase inhibitor seperti
finasteride adalah tidak jelas.Vitamin telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker,
walaupun tingkat yang rendah dari vitamin D berhubungan dengan peningkatan risiko kanker.
Apakah ini merupakan sebab akibat dan suplemen vitamin D bersifat melindungi tidak pernah
dinyatakan. Suplemen Beta-Carotene telah diketahui meningkatkan kanker paru-paru pada mereka
yang berisiko tinggi. Asam folat telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker usus,
bahkan justru menuingkatkan terjadinya polip pada usus besar.Tidak jelas apakah suplemen
selenium mempunyai efek pengobatan/pencegahan.
Vaksinasi sebagai upaya pencegahan kanker sudah dilakukan untuk beberapa jenis kanker.
Vaksinasi telah dikembangkan untuk mencegah infeksi yang dibabkan oleh virus yang bersifat
karsinogen. Human papillomavirus vaccine (Gardasil dan Cervarix) mengurangi risiko
bertumbuhnya kanker mulut rahim. Vaksin hepatitis B mencegah infeksi hepatitis B dan tentunya
mengurangi risiko terjadinya kanker hati. Pemberian vaksin human papillomavirus dan hepatitis
B direkomendasikan jika dana memungkinkan.
Asupan atau pola makan. Meskipun banyak rekomendasi mengenai diet untuk mengurangi
kanker, tetapi bukti-bukti tidak menunjang hal ini secara nyata. Faktor utama asupan yang
meningkatkan risiko kanker adalah kegemukan dan konsumsi alkohol; sedangkan asupan rendah
buah dan sayur dan makan daging merah yang banyak mungkin berimplikasi, tetapi belum
terkonfirmasi. Penelitian meta-analisis pada tahun 2014 tidak menemukan hubungan antara buah
dan sayuran dengan kanker. Konsumsi kopi berhubungan dengan berkurangnya risiko kanker hati
Penelitian menunjukkan hubungan antara daging merah dan daging olahan dengan peningkatan
risiko kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker pankreas, sebuah fenomena yang mungkin
terjadi karena adanya karsinogen pada daging yang diproses/dimasak dengan suhu tinggi.
Rekomendasi yang dianjurkan untuk mencegah kanker adalah asupan seimbang dari sayur, buah-
buahan, biji-bijian utuh, dan ikan, sedangkan yang harus dihindari adalah daging merah dan daging
olahan (sapi, babi, kambing), lewak hewani, dan karbohidrat yang mudah/cepat dicerna.
II.Jenis Pelayanan
Sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, pelayanan kesehatan kanker diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) adalah pemeriksaan dan atau Tindakan medik
dasar di bidang kesehatan (praktik mandiri, klinik pratama, dan puskesmas).
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder) adalah pemeriksaan dan atau Tindakan medik
spesialistik di bidang kesehatan dilakukan oleh dokter spesialis (Klinik Utama, RS Tipe D, RS
Tipe C, dan RS Tipe B).
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier) adalah pemeriksaan dan atau Tindakan medik
subspesialistik di bidang kesehatan dilakukan oleh dokter subspesialis di bidang tersebut atau
tindakan medik spesialistik khusus onkologi (RS Tipe A).
III. Bentuk Pelayanan
1. Pemeriksaan dan atau tindakan medik dasar (primer) di bidang kesehatan terkait kanker
a. Melakukan edukasi/penyuluhan terkait penyakit kanker:
a.1. Promosi pola hidup CERDIK hindari kanker
1. C = Cek Kesehatan Secara Rutin
2. E = Enyahkan Asap Rokok
3. R = Rajin Aktivitas Fisik
4. D = Diet Seimbang
5. I = Istirahat Cukup
6. K = Kelola Stres
a.2. Deteksi dini kanker
Edukasi/penyuluhan mengenai deteksi dini kanker, terutama kanker-kanker yang termasuk dalam
10 jenis kanker terbanyak dan yang mudah untuk dideteksi, khususnya kanker serviks dan kanker
payudara, yang merupakan 2 jenis kanker tersering di Indonesia melalui slogan “WASPADA”
WASPADA adalah singkatan kata dari huruf depan ke tujuh tanda bahaya
kanker pada umumnya, dan digabung menjadi kata WASPADA.
WASPADA terdiri dari :
W : Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
A : Alat pencernaan terganggu dan susah menelan
S : Suara serak dan batuk yang tidak sembuh-sembuh
P : Payudara. atau tempat lain ada benjolan atau tumor.
A : Andeng-andeng yang berubah sifatnya, menjadi makin besar dan gatal.
D : Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
A : Adanya koreng atau borok yang tidak mau sembuh-sembuh
a.3. Melakukan Pelatihan Pemeriksaan Payudara sendiri
a.4. Tatalaksana kanker secara garis besar, dan pola rujukannya
1. Memberikan penyuluhan mengenai tatalaksana kanker secara medis yang sudah teruji secara
ilmiah, yaitu operasi, kemoterapi, dan radiasi, serta efek sampingnya secara garis besar, agar dapat
diterima oleh masyarakat luas tanpa menimbulkan rasa takut, bahkan masyarakat memiliki pola
kebiasaan untuk mencari pengobatan medis yang tepat secara dini tanpa menunda.
2. Memberikan kejelasan kemana masyarakat harus mencari pengobatan pada saat menemukan
gejala atau tanda, dan bagaimana pola rujukan yang berlaku di daerah setempat.
b. Penyaringan penyakit kanker (skrining)
b.1. Melakukan anamnesis umum maupun terarah terhadap gejala dan tanda-tanda
kanker, terutama untuk jenis kanker yang sering ditemui di Indonesia
b.2. Melakukan pemeriksaan fisik umum maupun pemeriksaan fisik khusus yang
ditujukan untuk deteksi dini kanker:
i. Pemeriksaan tes Inspeksi Visual Asetat (IVA) pada perempuan usia 20-74
tahun yang telah menikah/berhubungan seksual, dapat dilakukan oleh dokter / bidan terlatih.
ii. Pemeriksaan Pap’s Smear pada perempuan usia 20-74 tahun yang telah menikah/berhubungan
seksual, dapat dilakukan oleh dokter / bidan terlatih.
iii. Pemeriksaan klinis payudara pada wanita usia 20-74 tahun
iv. Pemeriksaan kulit pada laki-laki maupun perempuan usia 20-74 tahun
v. Pemeriksaan colok dubur dan tes darah samar pada laki-laki maupun perempuan di atas usia 40
tahun.
vi. Pemeriksaan untuk mengenali gejala dan tanda kanker pada anak-anak:
- Pemeriksaan fisis pada anak dicurigai leukemia akut apabila didapatkan pucat, demam, dan
perdarahan (kulit dan mukosa), disertai dengan pembesaran hepar dan lien.
Ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium yang ditemukan penurunan nilai Hb, trombosit, dan
terdapat sel blast dalam gambaran darah tepi.
* Bila tidak ada penunjung laboratorium, dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat sekunder.
- Pemeriksaan mata (klinis) pada anak-anak, seperti: bintik putih atau gambaran mata kucing pada
anak-anak, dalam rangka penemuan dini penyakit kanker mata (retinoblastoma) (usia 0-10 tahun)
c. Memberikan pertolongan pertama pada kedaruratan kanker, seperti: perdarahan, sesak, dan lain-
lain.
d. Case finding dan melakukan rujukan bagi pasien yang terdeteksi lesi prakanker maupun kanker
kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.
Dokter umum terlatih yang memiliki sertifikat kompetensi terapi cryocoagulation serviks yang
diakui, dapat melakukan terapi electro/cryocoagulation serviks dibawah supervise Dokter spesialis
Obstetri Ginekologi yang di tunjuk.
f. Memberikan pelayanan suportif, paliatif dan rehabilitatif yang dibutuhkan dan/atau hospice bagi
pasien kanker
g. Melakukan identifikasi kelompok beresiko tinggi
h. Melakukan registrasi data kanker
2. Pelayanan Kesehatan di Tingkat Kedua (Sekunder)
a. Melakukan penanganan lanjut terhadap pasien rujukan dari sarana kesehatan primer.
b. Menangani kegawatdaruratan kanker
c. Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik kanker spesialistik (sekunder)
d. Menegakkan diagnosis kanker
e. Melakukan penanganan kanker dengan pendekatan tim multidisiplin kanker.
f. Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik mata
subspesialistik (tersier).
g. Menerima rujukan balik dari pelayanan kesehatan tersier
h. Memberikan penyuluhan pola hidup CERDIK hindari kanker dan deteksi dini kanker
i. Melakukan registrasi data kanker.
2.Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Sekunder)
a. KANKER LEHER RAHIM
1. Case finding, skrining, diagnosis, staging, dan edukasi kasus kanker leher rahim
2. Melakukan tindakan biopsi kanker leher rahim
3. Melakukan penegakkan stadium dan pemeriksaan penunjang*:
a. Ultrasonografi abdomen
b. Rontgen toraks
c. Sistoskopi
d. Rektoskopi
e. Pemeriksaan lainnya bila diperlukan (terdapat gejala), misal: bone scan, CT scan, dan
sebagainya
4. Melakukan tindakan pelayanan bedah ginekologi-onkologi standar-sedang-besar* sesuai
Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker Leher Rahim
5. Melakukan tindakan pelayanan terapi sistemik* dengan efek toksik ringan dibawah supervisi
atau ringan-sedang sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker Leher Rahim:
a. Pelayanan terapi sistemik standar
b. Pelayanan terapi sistemik neoadjuvan
c. Pelayanan terapi sistemik kemoradiasi
d. Pelayanan terapi sistemik paliatif
6. Melakukan tindakan radiasi eksterna dan brakhiterapi* sesuai Panduan Praktik Klinis
Penanganan Kanker Leher Rahim
7. Melakukan terapi suportif kanker
8. Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik kanker leher Rahim
subspesialistik (tersier).
*Dapat dilakukan bila tersedia SDM dengan kompetensi yang memadai, peralatan, dan
saranaprasarana yang dibutuhkan, sesuai dengan standar berlaku.
b.KANKER PAYUDARA
1. Case finding, skrining, diagnosis, staging, dan edukasi kasus kanker payudara
2. Melakukan tindakan biopsi kanker payudara
3. Melakukan penegakkan stadium*:
a. Ultrasonografi payudara kontralateral dan mammografi
b. Rontgen toraks
c. Ultrasonografi abdomen
d. Pemeriksaan lainnya bila diperlukan (terdapat gejala), misal: Bone scan, CT scan, dan
sebagainya
4. Melakukan tindakan pelayanan bedah onkologi* sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan
Kanker Payudara
5. Melakukan tindakan pelayanan terapi sistemik* standar dibawah supervisi dan ringan-sedang
sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker Payudara:
a. Pelayanan terapi sistemik standar
b. Pelayanan terapi sistemik neoadjuvan
c. Pelayanan terapi sistemik kemoradiasi
d. Pelayanan terapi sistemik paliatif
6. Melakukan tindakan radiasi eksterna* sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker
Payudara
7. Melakukan terapi suportif kanker
8. Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik kanker payudara
subspesialistik (tersier).
*Dapat dilakukan bila tersedia SDM dengan kompetensi yang memadai, peralatan, dan sarana-
prasarana yang dibutuhkan, sesuai dengan standar berlaku

c.KANKER NASOFARING
1. Case finding, skrining, diagnosis, staging dan edukasi kasus Kanker Nasofaring
2. Melakukan tindakan biopsi kanker nasofaring*
3. Melakukan penegakkan stadium dan pemeriksaan penunjang*:
a. CT Scan/MRI
b. Rontgen toraks
c. Bone scan
d. USG Abdomen
e. Pemeriksaan lainnya bila diperlukan (terdapat gejala)
4. Melakukan tindakan pelayanan bedah standar-sedang THT-KL* sesuai Panduan Praktik Klinis
Penanganan Kanker Nasofaring
5. Melakukan tindakan pelayanan terapi sistemik* standar dibawah supervisi dan ringansedang
sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker Nasofaring:
a. Pelayanan terapi sistemik standar
b. Pelayanan terapi sistemik neoadjuvan
c. Pelayanan terapi sistemik kemoradiasi
d. Pelayanan terapi sistemik paliatif
6. Melakukan tindakan radiasi eksterna dan brakhiterapi* sesuai Panduan Praktik Klinis
Penanganan Kanker Nasofaring
7. Melakukan terapi suportif kanker
8. Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik kanker nasofaring
subspesialistik (tersier).
*Dapat dilakukan bila tersedia SDM dengan kompetensi yang memadai, peralatan, dan sarana-
prasarana yang dibutuhkan, sesuai dengan standar berlaku,
d.KANKER KOLOREKTAL
1. Case finding, skrining, diagnosis, staging dan edukasi kasus Kanker Kolorektal
2. Melakukan tindakan biopsi kanker kolorektal*
3. Melakukan penegakkan stadium dan pemeriksaan penunjang*:
a. Rontgen toraks
b. CT Scan/MRI abdomen
c. USG Abdomen
d. USG endorektal (bila dapat dikerjakan)
e. Tumor marker CEA
f. Pemeriksaan lainnya bila diperlukan misal: bone scan, PET Scan, dan sebagainya
4. Melakukan tindakan pelayanan bedah digestif* sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan
Kanker Kolorektal
5. Melakukan tindakan pelayanan terapi sistemik* standar dibawah supervisi dan ringansedang
sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker Kolorektal:
a. Pelayanan terapi sistemik standar
b. Pelayanan terapi sistemik neoadjuvan
c. Pelayanan terapi sistemik kemoradiasi,
d. Pelayanan terapi sistemik paliatif
6. Melakukan tindakan radiasi eksterna* sesuai Panduan Praktik Klinis Penanganan Kanker
Kolorektal
7. Melakukan terapi suportif kanker
8. Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik kanker kolorektal
subspesialistik (tersier).
*Dapat dilakukan bila tersedia SDM dengan kompetensi yang memadai, peralatan, dan sarana-
prasarana yang dibutuhkan, sesuai dengan standar berlaku
e.KANKER PADA ANAK
1. Case finding, skrining, diagnosis awal, dan edukasi kasus kanker anak
2. Menangani kegawatdaruratan kasus kanker pada anak
3. Menindaklanjuti pasien rujukan dari sarana pelayanan kesehatan tingkat primer.
4. Merujuk pasien kanker anak untuk pemeriksaan diagnostik lanjutdan tatalaksana terpadu
multidisiplintindakan medik spesialistik onkologi dan subspesialistik (tersier).
Leukemia Akut
Pada pasien anak dengan dugaan kanker, seperti leukemia akut, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium penunjang, seperti Hb, trombosit, dan gambaran darah tepi, untuk
menegakkan diagnosis, sebelum dikirim ke fasilitas pelayanan kesehatan tersier untuk tatalaksana
pengobatan.
Bila didapatkan gejala lain, seperti sesak napas, perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks PA
– Lateral, untuk melihat penyebaran mediastinum. Bila didapatkan gejala kesadaran
menurun atau kejang, dilakukan pemeriksaan CT Scan tanpa kontras. Untuk penatalaksanaan
rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tersier.
Retinoblastoma (kanker mata)
Pada pasien anak dengan dugaan kanker retinoblastoma dari fasilitas pelayanan kesehatan primer,
dilakukan penegakkan diagnostik oleh Dokter Spesialis Mata di fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder. Untuk penatalaksanaan, dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tersier.
3. Pemeriksaan dan atau tindakan medik Subspesialistik (tersier) di bidang kesehatan
terkait kanker atau Spesialistik khusus Onkologi
a. Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana primer dan sekunder terkait kanker
b. Menindaklanjuti pasien rujukan dari sarana kesehatan sekunder dan kasus
kedaruratan kanker
c. Melakukan pemeriksaan penunjang diagnostik lanjut
d. Melakukan pemeriksaan lanjut, tatalaksana terpadu dan tindakan medik kanker
subspesialistik atau spesialistik khusus onkologi, diantaranya :
3d.1. Onkologi Bedah
3d.2. Onkologi Medik
3d.3. Onkologi Radiasi
3d.4. Pediatri Onkologi
3d.5. THT-KL Onkologi
3d.6. Onkologi Ginekologi
3d.7. Onkologi Urologi
3d.8. Onkologi Orthopaedi
3d.9. Onkologi Neurologi
3d.10. Onkologi Pulmonologi
3d.11. Onkologi Mata
3d.12 Bedah Saraf Onkologi
3d.13 Kulit Onkologi
3d.14 Bedah Digestif
3d.15 Bedah Plastik dan Rekonstruksi
3d.16 Radiologi Onkologi
3d.17 Rehabilitasi Medik Onkologi
3d.18 Patologi Anatomi
3d.19 Kedokteran Nuklir.
3d.20 Bedah toraks
e. Perawatan pra dan pasca bedah subspesialistik atau spesialistik khusus onkologi.
f. Melakukan rujukan balik pasien kanker yang dikirimkan oleh pusat rujukan sekunder dan telah
selesai ditangani di tingkat tersier.
g. Memberikan penyuluhan kesehatan kanker
h. Melakukan registrasi data kanker.
3.Pelayanan Kesehatan Tingkat Tersier
3.Kasus dan Lembar Kerja Mahasiswa
I: INTRUKSI KERJA
1.setiap mahasiswa membaca bahan bacaan yang sudah dilampirkan

2. ketua kelas menyusun kelompok kerja untuk mengerjakan proyek FT Kanker dan terapi nutrisi

3. Kelompok terdiri dari 3 mahasiswa dengan no berurutan sesuai presensi

4.ada 4 jenis tugas kasus sesuai dengan jadwal minggu 1 kanker paru, minggu 2 kanker payudara dan
kanker darah, minggu 3 kanker naso faring dan kanker kolorektal, minggu 3 kanker serviks dan kanker
prostat

5.masing – masing kelompok mengerjakan tugas kelompok sesuai dengan tema yang disepakati (hasil
diskusi kelompok.)

6.Tugas dikumpulkan dengan sistematika sesuai tujuan belajar, disajikan dalam 2 bentuk yaitu sebagai
artikel dalam word dan bahan presentasi dalam bentuk ppt.

7. Tugas kelompok ini dikerjakan berkelompok, untuk laporan berupa artikel (dokumen) adalah sama
untuk satu kelompok tetapi untuk laporan dalam bentuk PPT dibuat secara indifidual.
GROUP 1:KASUS KANKER PAYUDARA
1.Kasus Ca Seorang perempuan NY berusia 35th datang ke poli penyakit dalam mengeluh benjolan
mamae 1 dan kadang timbul rasa nyeri pada payudara kanan. Benjolan pada payudara terasa
lebih besar saat datang bulan. Pasien tinggal bersama kakak kandung perokok berat
semenjak ditinggalkan suaminya 3 tahun yang lalu. Pasien belum memiliki anak meski
sudah berkeluarga selama 8 tahun. Setelah dibiopsi dokter mendiagnosis FAM. Pasien
disarankan ke dokter bedah tetapi pasien berkeberatan.
Riwayat pengobatan: Aspirin jika nyeri gigi
Riwayat penyakit: -
Kebiasaan : sering konsumsi soft drink

2Kasus Ca Seorang laki-laki Tn X berusia 45th datang ke poli penyakit dalam mengeluh nyeri pada
mamae 2 payudara kanan. Pada payudara kanak pasien tampak menonjol dan kulit tampak lebih
hitam dengan berrambut seperti tahi lalat. Setelah dibiopsi dan pemeriksaan
histopatologi dokter mendiagnosis adenokarsinoma mammae.
Riwayat penyakit keluarga: ibu meninggal karena kanker payudara-
Kebiasaan : sering konsumsi soft drink; perokok berat; sek bebas

3.Kasus Ca Seorang pasienperempuan berusia 55th (menikah) dibawa ke RS oleh karena


mamae mengeluhkan payudara sering luka dan mengeluarkan cairan kotor. Pasien sering batuk
dan tampak kurus serta lemah. Berdasarkan pengakuan pasien, 10 tahun yang lalu di
daerah payudara yang mengalami luka, terdapat benjolan, namun lama kelamaan
benjolan hilang. Pasien sering mengeluhkan kesakitan. Pasien hidup bersama keluarga
dan semua Saudara lelakinya merokok, termasuk suaminya. Kebiasaan memasak
menggunakan kayu bakar. Pasien didiagnosis adenokarsinoma mamae IVC metastasis
paru.
Riwayat pengobatan: asam mefenamat
Riwayat penyakit : nyeri kepala, diobati sendiri menggunakan asam mefenamat.
Kebiasaan : KB pill
GROUP 2: Kasus kanker paru

Kasus ca paru Pasien laki-laki usia 16 tahun, BB 30kg. Dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan batuk
dan nyeri dada berat. Pasien mengeluhkan batuk-batuk sudah 3 tahun. Awalnya diobati
dengan obat TB dari Puskesmas namun tidak membaik. Pasien tampak kurus dan
lemah. Pasien mengalami kesuitan nafsu makan. Ibu dan Bapak pasien perokok berat.
Bapak pasien meninggal 3 tahun yll. Setelah dilakukan Ro dan histopatologi diketahui
bahwa pasien menderita karsinoma paru stage IIIC.
kasus ca paru Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun, BB 34kg. Dibawa ke ke IGD karena keluhan
2 sesak nafas. Pasien mengalami batuk sejak 5 tahun. Tampak lemah dan kurus.
Diperiksakan ke puskesmas diberi obat antibiotic dan antibatuk, keluhan sepertinya
tidak berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, pasien didiagnosis kanker
paru jenis adenokarsinoma IIIC. Pasien tinggal serumah dengan perokok berat.
Kebiasaan : merokok sejak usia kelas IV SD.
Kasus Ca paru Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun, BB 34kg. Dibawa ke ke IGD karena keluhan
3 sesak nafas. Pasien mengalami batuk sejak 5 tahun. Tampak lemah dan kurus.
Diperiksakan ke puskesmas diberi obat antibiotic dan antibatuk, keluhan sepertinya
tidak berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, pasien didiagnosis kanker
paru jenis karsinoma skuamosa III A. Pasien tinggal serumah dengan perokok berat.
Kebiasaan : merokok sejak usia kelas IV SD.
Kasus ca paru Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun, BB 34kg. Dibawa ke ke IGD karena keluhan
4 sesak nafas. Pasien mengalami batuk sejak 5 tahun. Tampak lemah dan kurus.
Diperiksakan ke puskesmas diberi obat antibiotic dan antibatuk, keluhan sepertinya
tidak berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, pasien didiagnosis kanker
paru jenis large cell karsinoma IIC. Pasien tinggal serumah dengan perokok berat.
Kebiasaan : merokok sejak usia kelas IV SD.
GROUP 3: Kasus kanker nasofaring

Kasus kanker Seorang perempuan NY berusia 45th datang ke poli THT oleh karena ada benjolan
nasofaring disekitar leher dan sering mimisan. Benjolan dirasakan sejak ½ tahun yll. Pasien
mengeluhkan kesulitan menelan sejak 3 minggu. Pasien mengeluhkan pusing sudah
sejak 1 tahun yang lalu. Orang tua pasien mengalami sakit serupa meninggal pada usia
55 tahun. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap dokter mendiagnosis pasien dengan
kanker nasofaring stadium IIIA. Suami dan saudara kandung pasien memiliki kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi ikan asap/ikan asin.
Riwayat pengobatan: Aspirin jika nyeri kepala
Riwayat penyakit: nyeri kepala
Kebiasaan : jarang berolah raga

Kasus kanker Seorang laki-laki Tn X berusia 55th datang ke poli THT oleh karena mengeluhkan nyeri
nasofaring 2 hebat di kepala dan wajah. Terdapat benjolan di leher dan suara serak sejak 3 bulan.
Pasien tampak kurus dan lemah pada 3 bulan terakhir. Benjolan dirasakan sejak ½
tahun yll. Pasien mengeluhkan kesulitan menelan sejak 3 minggu. Setelah dilakukan
pemeriksaan lengkap dokter mendiagnosis pasien dengan kanker nasofaring stadium
IVC mestatase ke kapala. Pasien dan Ssaudara kandung pasien memiliki kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi ikan asap/ikan asin.
Riwayat pengobatan: Aspirin jika nyeri kepala
Riwayat penyakit: nyeri kepala
Kebiasaan : jarang berolah raga

GROUP 4: Kanker kolorektal

1.Kasus Seorang perempuan NY berusia 45th datang ke poli penyakit dalam mengeluh nyeri
kanker pinggang saat buang air besar. Pasien merasa tidak lancr pada saat BAB, atau
kolorektal 1 merasakan BAB tidak lampias. Setelah dilakukan pemeriksaan didiagnosis dengan
kanker rektum stadium III B.
Riwayat penyakit: sembelit dan magh
Kebiasaan : sering konsumsi mie instant, jarang konsumsi sayur mayor.
2Kasus Seorang laki-laki Tn X berusia 45th datang ke poli penyakit dalam mengeluh nyeri
kolorektal pinggang saat buang air besar. BAB sering disertai dengan darah segar. Pasien tampak
kurus, lemah dan pucat. Setelah dilakukan pemeriksaan didiagnosis dengan kanker
kolon stadium IV B.
Riwayat penyakit: sembelit dan magh
Kebiasaan : sering konsumsi mie instant, jarang konsumsi sayur mayor.
GROUP 5: Kanker serviks dan ovarium

1.Kasus ca Seorang perempuan NY berusia 45th datang ke poliobsgin oleh karena mengalami
serviks 1 perdarahan melalui jalan lahir tidak wajar sudah 1 minggu terakhir. Sudah dalam 6
bulan pasien mengalami ketidakteraturan menstruasi. Pasien memiliki riwayat
keputihan sejak sebelum menikah. Menikah pada usia 16 tahun dengan anak 8. Suami
berprofesi sebagai sopir antar kota, berperilaku sek tidak sehat, merokok 2-3
bungkus/hari. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap kemudian Didiagnosis sakit
serviks stadium IIIb.
Riwayat pengobatan: obat antikeputihan
Riwayat penyakit: keputihan
Kebiasaan : olah raga tidak teratur, jarang ke puskesmas
2Kasus ca Seorang perempuan NY berusia 35th datang ke poliobsgin oleh karena mengalami
servik 2 keputihan dan nyeri pada pinggang. Sudah beberapa bulan menstruasi tidak teratur.
Didiagnosis sakit serviks stadium IIC. Pasien berprofesi sebagai pramunikmat sejak
berusia 15 th sebagai korban perdagangan remaja putri illegal. Tinggal dirumah bordil
dengan para perokok berat.
Riwayat pengobatan: obat antikeputihan dan antinyeri kepala; obat pengatur siklus
menstruasi.
Riwayat penyakit: keputihan
Kebiasaan : olah raga tidak teratur, minum alcohol dan jarang ke puskesmas.

GROUP 6: Kanker prostat

1.Kasus Seorang laki-laki Tn X berusia 45th datang ke poli penyakit dalam mengeluh nyeri pada
prostat 1 perut bagian bawah, sulit buang air kecil sudah 2 minggu. Ingin kencing tetapi air seni
tidak bias dikeluarkan. Air seni keluar sedikit, terasa sakit dan berarna kemerahan.
Kandung kemih terasa penuh. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter mendiagnosa
pasien dengan Benigna prostat hipertropi. Penderita mengalami DM dan hipertensi
sejak 5 tahun yll. Pasien rutin mengkonsumsi obat pengontrol gula darah dan
antihipertensi propranolol.
Riwayat pengobatan tanpa resep: asam mefenamat jika nyeri kepala
Riwayat penyakit: DM, hipertensi, nyeri kepala
Kebiasaan : merokok 2 bungkus/hari sejak kelas 1 SMP dan sering konsumsi soft drink

2Kasus Seorang laki-laki Tn X berusia 75th datang ke poli penyakit dalam mengeluh sulit buang
Kanker air kecil sudah 2 minggu. Ingin kencing tetapi air seni tidak bias dikeluarkan. Air seni
prostat 2 keluar sedikit, terasa sakit dan berwarna kemerahan. Setelah dilakukan pemeriksaan
dokter mendiagnosa pasien dengan Ca prostat IVA. Penderita mengalami DM dan
hipertensi sejak 15 tahun yll. Pasien rutin mengkonsumsi obat pengontrol gula darah
dan antihipertensi propranolol.
Riwayat pengobatan tanpa resep: asam mefenamat jika nyeri kepala
Riwayat penyakit: DM, hipertensi, nyeri kepala
Kebiasaan : merokok 2 bungkus/hari sejak kelas 1 SMP dan sering konsumsi soft drink
GROUP 7: Kanker darah

Leukemia Anak perempuan berusia 4th datang ke poli penyakit anak oleh karena sering
mengalami tidak sadar secara tiba-tiba. Awalnya ketidaksadaran ini jarang terjadi,
paling ½ tahun sekali, namun pada akhir-akhir ini pasien lebih sering mengalami tidak
sadar. Pada upacara hari senin kemarin pasien tiba-tiba terjatuh pingsan. Data lab
darah rutin: Hb:4, Al:150.000 sel/ml, trombosit: 75.000 sel/ml. setelah dilakukan
pemeriksaan lengkap pasien didiagnosis Leukemia limfoblastik kronik. Orang tua
perokok. Rumah di bawah trinsmisi listrik antar kota.
Leukemia 2 Anak laki-laki berusia 4th datang ke poli penyakit anak oleh karena sering mengalami
tidak sadar secara tiba-tiba. Pasien tampak lemah dan pucat. Pada upacara hari senin
kemarin pasien tiba-tiba terjatuh pingsan. Data lab darah rutin: Hb:3, Al:50.000 sel/ml,
trombosit: 125.000 sel/ml. setelah dilakukan pemeriksaan lengkap pasien didiagnosis
Leukemia limfoblastik akut.
leukemia 3 Seorang pasien laki-laki berusia 35th (sudah menikah) datang ke poli penyakit dalam
dengan keluhan sering mengalami demam tinggi dan mudah mengalami infeksi.
Tampak lemah dan kurus. Setelah dilakukan pemeriksaan didiagnosis limpoma non
hodgin.
2.LEMBAR KERJA MAHASISWA
1.IDENTIFIKASI MASALAH KLINIK AKTUAL DAN POTENSIAL BERDASARKAN MANIFESTASI KLINIK OBJEKTIF
DAN SUBJEKTIF

A.TOLONG DIIDENTIFIKASI MANIFESTASI KLINIK OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF

B.IDENTIFIKASI MASALAH KLINIK AKTUAL DAN POTENSIAL DISERTAI KRITERIANYA

MANIFESTASI KLINIK OBJEKTIF MANIFESTASI KLINIK SUBJEKTIF

MASALAH KLINIK AKTUAL MASALAH KLINIK POTENSIAL


1.MASALAH KLINIK: 1.MASALAH KLINIK:…..
KRITERIA: KRITERIA

2.MASALAH KLINIK:
KRITERIA…
2.IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO ATAU ETIOLOGI MASALAH KLINIK DAN MENENTUKAN PATOGENESIS
MASALAH KLINIK

NO FAKTOR RISIKO/ETIOLOGI MASALAH MEKANISME PATOGENESISI DARI FR/ETIOLOGI


KLINIK MENJADI MASALAH KLINIK
3.TOLONG DIJELASKAN MEKANISME PATOFISIOLOGI SESUAI MASALAH KLINIS SEHINGGA SUDARA
MAMPU MEMAHAMI MENGAPA MASALAH KLINIS TERSEBUT MEMILIKI MANIFESTASI KLINIK TERSEBUTI
DISERTAI SUMBER RUJUKANNYA

NO MASALAH KLINIS DAN PENJELASAN MEKANISME PATOFISIOLOGI


1 MASALAH KLINIS 1
2 MASALAH KLINIS 2
3 MASALAH KLINIS 3
4.SEBUTKAN DAFTAR OBAT UNTUK MENGATASI MASALAH KLINIK TSB SESUAI INDIKASI DARI SETIAP
MASALAH KLINIK , TOLONG DIBUKA MONOGRAF OBAT TSB,.

NO MASALAH KLINIK DAN INDIKASI PENGGUNAAN OBAT


1 MASALAH KLINIK :

INDIKASI PENGGUNAAN OBAT 1:

INDIKASI PENGGUNAAN OBAT 2:

INDIKASI PENGGUNAAN OBAT 3

2 MASALAH KLINIK :
INDIKASI PENGGUNAAN OBAT 1

DST
1. JELASKAN MEKANISME FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK MASING-MASING OBAT
YANG DIGUNAKAN SESUAI DENGAN INDIKASI

NO OBAT DAN INDIKASI MEKANISME FARMAKODINAMIK


2. TOLONG DIJABARKAN TARGET TERAPI DAN MONITORING EFEK TERAPI DAN EFEK SAMPING
SERTA ADMINISTRASI MASING-MASING OBAT YANG DIGUNAKAN UTK MENGATASI MASALAH
KLINIK TS

NO MASALAH KLINK-INDKASI-OBAT TARGET TERAPI- ADMINISTRASI: CARA


MONITORING EFEK TERAPI PEMBERIAN DAN
DAN EFEK SAMPING DOSIS
1

3
7.TOLONG DIJELASKAN
BAGIAN II
TERAPI NUTRISI
I.TUJUAN INSTRUKSIONAL DAN OUTCOME PEMBELAJARAN
Tujuan belajar modul Terapi adalah:

1.Dapat menjelaskan definisi, karakteristik dan konsep dasar kanker

2. Dapat menjelaskan atiologi dan factor risiko kanker

3.Dapat menjelaskan mekanisme pathogenesis dari factor risiko/etiologi hingga menjadi kanker

4. Dapat menjelaskan manifestasi klinik (subjektif dan objektif, termasuk interpretasi data lab) pada
kanker dan mekanisme patofisiologis kanker

5. Dapat menjelaskan farmakologi (indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis pemberian dan
atministrasi) obat-obat antikanker dan kemoproventih serta ajuvan /komplementer

6. Dapat menjelaskan standar terapai, evidence based clinical practice dan tatakelola untuk penderita
kanker.

7. Dapat menjelaskan tata cara penatalaksanaan farmakoterapi dan pemberian (administrasi) obat-obat
yang digunakan pada terapi kanker sesuai kasus.

8. Dapat menjelaskan tatacara KIE penggunaan obat-obat antikanker pada pasien dan keluarga pasien
sesuai kasus.

II. Dasar Teori


Nutrisi adalah ilmu tentang pangan dan hubungannya dengan kesehatan. Nutrisi adalah bahan kimia dalam
makanan yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan energi.
Nutrisi yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dan karenanya harus berasal dari makanan dianggap penting.
Mereka termasuk
Vitamin
Mineral
Beberapa asam amino
Beberapa asam lemak
Nutrisi yang dapat disintesis oleh tubuh dari senyawa lain, meskipun mungkin juga berasal dari makanan,
dianggap tidak penting. Makronutrien dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif besar; mikronutrien
dibutuhkan dalam jumlah menit. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kekurangan gizi, yang dapat
menyebabkan sindrom defisiensi (mis., Kwashiorkor, pellagra). Asupan makronutrien yang berlebihan
dapat menyebabkan obesitas dan gangguan terkait; kelebihan asupan mikronutrien bisa menjadi racun.
Selain itu, keseimbangan berbagai jenis nutrisi, seperti berapa banyak lemak tak jenuh vs lemak jenuh yang
dikonsumsi, dapat mempengaruhi perkembangan gangguan.
Makronutrien
Makronutrien merupakan bagian terbesar dari makanan dan memasok energi dan banyak nutrisi penting.
Karbohidrat, protein (termasuk asam amino esensial), lemak (termasuk asam lemak esensial),
makrominerals, dan air adalah makronutrien. Karbohidrat, lemak, dan protein dapat dipertukarkan sebagai
sumber energi; lemak menghasilkan 9 kkal / g (37,8 kJ / g); protein dan karbohidrat menghasilkan 4 kkal /
g (16,8 kJ / g).
Karbohidrat
Karbohidrat makanan dipecah menjadi glukosa dan monosakarida lainnya. Karbohidrat meningkatkan
kadar glukosa darah, memasok energi.
Karbohidrat sederhana terdiri dari molekul kecil, umumnya monosakarida atau disakarida, yang
meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat.Karbohidrat kompleks terdiri dari molekul yang lebih
besar, yang dipecah menjadi monosakarida. Karbohidrat kompleks meningkatkan kadar glukosa darah lebih
lambat tetapi untuk waktu yang lebih lama.Glukosa dan sukrosa adalah karbohidrat sederhana; pati dan
serat adalah karbohidrat kompleks.Indeks glikemik mengukur seberapa cepat konsumsi karbohidrat
meningkatkan kadar glukosa plasma. Nilainya berkisar dari 1 (peningkatan paling lambat) hingga 100
(peningkatan tercepat, setara dengan glukosa murni — lihat tabel Indeks Glikemik Beberapa Makanan).
Namun, tingkat kenaikan sebenarnya juga tergantung pada makanan apa yang dikonsumsi dengan
karbohidrat.
Indeks Glikemik Beberapa Makanan
Karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dapat meningkatkan glukosa plasma ke tingkat yang tinggi
dengan cepat. Diduga bahwa akibatnya, kadar insulin meningkat, memicu hipoglikemia dan kelaparan,
yang cenderung mengarah pada konsumsi kalori berlebih dan penambahan berat badan. Karbohidrat dengan
indeks glikemik rendah meningkatkan kadar glukosa plasma secara perlahan, sehingga menurunkan kadar
insulin postprandial dan mengurangi rasa lapar, yang mungkin membuat konsumsi kalori berlebih lebih
kecil kemungkinannya. Efek ini diperkirakan menghasilkan profil lipid yang lebih baik dan penurunan
risiko obesitas, diabetes mellitus, dan komplikasi diabetes jika ada.
Protein
Protein makanan dipecah menjadi peptida dan asam amino. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan,
penggantian, fungsi, dan pertumbuhan jaringan. Namun, jika tubuh tidak mendapatkan cukup kalori dari
sumber makanan atau penyimpanan jaringan (terutama lemak), protein dapat digunakan untuk
energi.Karena tubuh menggunakan protein makanan untuk produksi jaringan, ada keuntungan bersih dari
protein (keseimbangan nitrogen positif). Selama keadaan katabolik (misalnya, kelaparan, infeksi, luka
bakar), lebih banyak protein dapat digunakan (karena jaringan tubuh rusak) daripada yang diserap,
mengakibatkan hilangnya protein (keseimbangan nitrogen negatif). Keseimbangan nitrogen paling baik
ditentukan dengan mengurangi jumlah nitrogen yang diekskresikan dalam urin dan feses dari jumlah
nitrogen yang dikonsumsi. Dari 20 asam amino, 9 adalah asam amino esensial (EAAs); mereka tidak dapat
disintesis dan harus diperoleh dari makanan. Semua orang membutuhkan 8 EAA; bayi juga membutuhkan
histidin.
Kebutuhan protein diet yang disesuaikan dengan berat badan berkorelasi dengan laju pertumbuhan, yang
menurun dari masa bayi hingga dewasa. Kebutuhan protein harian menurun dari 2,2 g / kg pada bayi usia
3 bulan menjadi 1,2 g / kg pada anak usia 5 tahun dan menjadi 0,8 g / kg pada orang dewasa. Persyaratan
protein sesuai dengan persyaratan EAA (lihat tabel Persyaratan Asam Amino Esensial). Orang dewasa yang
mencoba meningkatkan massa otot membutuhkan sangat sedikit protein ekstra di luar persyaratan yang
disebutkan.
Komposisi asam amino protein sangat bervariasi. Nilai biologis (BV) mencerminkan kesamaan komposisi
asam amino protein dengan jaringan hewan; dengan demikian, BV menunjukkan berapa persentase protein
makanan yang menyediakan EAA bagi tubuh:
Pasangan yang cocok adalah protein telur, dengan nilai 100.
Protein hewani dalam susu dan daging memiliki BV yang tinggi (~ 90).
Protein dalam sereal dan sayuran memiliki BV yang lebih rendah (~ 40)
Beberapa protein turunan (misalnya gelatin) memiliki BV 0.
B.Gizi seimbang pada Sasaran khusus

Sesuai PMK adalah sebagai berikut:

1.Pesan Gizi Seimbang untuk ibu hamil :

a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak Ibu Hamil perlu mengonsumsi aneka
ragam pangan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin
dan mineral) karena digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Zat gizi mikro penting yang diperlukan selama hamil
adalah zat besi,asam folat, kalsium, iodium dan zink.
Kebutuhan protein selama kehamilan meningkat.

Peningkatan kebutuhan ini untuk pertumbuhan janin dan untuk mempertahankan kesehatan ibu. Sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi pangan sumber protein hewani seperti ikan, susu dan telur. Kebutuhan
zat besi selama kehamilan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain
itu zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel darah merah. Kekurangan
hemoglobin disebut anemia atau disebut penyakit kurang darah dapat membahayakan kesehatan ibu dan
bayi seperti Berat Bayi Lahir Rendah kurang dari 2500 g (BBLR), perdarahan dan peningkatan risiko
kematian.

Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik untuk ibu hamil karena kandungan zat besinya
tinggi. Ibu hamil juga disarankan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah perhari selama kehamilan
dan dilanjutkan selama masa nifas. Kebutuhan asam folat selama kehamilan juga meningkat

karena digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah. Sayuran hijau
seperti bayam dan kacang-kacangan banyak mengandung asam folat yang sangat diperlukan pada masa
kehamilan. Buah berwarna merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh dan buah yang berserat
karena dapat melancarkan buang air besar sehingga mengurangi resiko sembelit (susah buang air besar).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena digunakan untuk mengganti cadangan kalsium ibu
guna pembentukan jaringan baru pada janin. Apabila konsumsi kalsium tidak mencukupi maka akan
berakibat meningkatkan risiko ibu mengalami komplikasi yang disebut keracunan kehamilan (pre
eklampsia). Selain itu ibu akan mengalami pengeroposan tulang dan gigi. Perhatian khusus agar diberikan
pada ibu hamil usia remaja oleh karena masih dalam periode pertumbuhan yang memerlukan kalsium
lebih banyak. Sumber kalsium yang baik adalah sayuran hijau, kacang–kacangan dan ikan teri serta susu.

Iodium merupakan bagian hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Iodium berperan dalam sintesis protein, absorsi karbohidrat dan
saluran cerna serta sintesis kolesterol darah.

Zat iodium memegang peranan yang sangat besar bagi ibu dan janin. Kekurangan iodium akan berakibat
terhambatnya perkembangan otak dan sistem saraf terutama menurunkan IQ dan meningkatkan risiko
kematian bayi. Disamping itu kekurangn iodium dapat menyebabkan pertumbuhan fisik anak yang
dilahirkan terganggu (kretin). Dampak pada perkembangan otak dan system syaraf ini biasanya menetap.
Sumber iodium yang baik adalah makanan laut seperti ikan, udang, kerang, rumput laut. Setiap memasak
diharuskan menggunakan garam beriodium.

Mengatasi “Hiperemesis Gravidarum” (rasa mual dan muntah berlebihan) dapat dilakukan dengan
menganjurkan makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan secara tidak berlebihan dan hindari makanan
berlemak serta makanan berbumbu tajam (merangsang).

b. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung garam tinggi

Pembatasan konsumsi garam dapat mencegah hipertensi selama kehamilan. Selama ibu hamil diusahakan
agar tidak menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena hipertensi selama kehamilan akan
meningkatkan risiko kematian janin, terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan.

c. Minumlah air putih yang lebih banyak

Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh secara optimal. Air berfungsi membantu
pencernaan, membuang racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan asam basa
tubuh, dan mengatur suhu tubuh.

Kebutuhan air selama kehamilan meningkat agar dapat mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
amnion dan meningkatnya volume darah. Ibu hamil memerlukan asupan air minum sekitar 2-3 liter
perhari (8 – 12 gelas sehari).

d. Batasi minum kopi

Kafein bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan mempunyai efek diuretic dan stimulans. Oleh karenanya bila
ibu hamil minum kopi sebagai sumber utama kafein yang tidak terkontrol, akan mengalami peningkatan
buang air kecil (BAK) yang akan berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung juga
akan meningkat. Pangan sumber kafein lainnya adalah coklat, teh dan minuman suplemen energi. Satu
botol minuman suplemen energi mengandung kafein setara dengan 1-2 cangkir kopi. Disamping
mengandung kafein, kopi juga mengandung inhibitor (zat yang mengganggu penyerapan zat besi)
Konsumsi kafein pada ibu hamil juga akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin,
karena metabolisme janin belum sempurna.

Menurut British Medical Journal (2008) konsumsi kafein bagi


ibu hamil tidak melebihi 100 mg/hari atau1-2 cangkir kopi/hari. Oleh karenanya dianjurkan kepada ibu
hamil, selama kehamilan ibu harus bijak dalam mengonsumsi kopi sebagai sumber utama kafein, batasi
dalam batas aman yaitu paling banyak 2 cangkirkopi/hari atau hindari sama sekali.

Pesan Gizi Seimbang untuk ibu menyusui:

a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak Ibu menyusui perlu mengonsumsi aneka
ragam pangan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin
dan mineral) karena digunakan untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan produksi ASI. Protein diperlukan
juga untuk sintesis hormon prolaktin (untuk memproduksi ASI) dan hormon oksitosin (untuk
mengeluarkan ASI). Zat gizi mikro yang diperlukan selama menyusui adalah zat besi, asam folat, vitamin
A, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, vitamin D, iodium, zink dan selenium.
Defisiensi zat gizi tersebut pada ibu menyebabkan turunnya kualitas ASI.

Kebutuhan protein selama menyusui meningkat. Peningkatan kebutuhan ini untuk mempertahankan
kesehatan ibu. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi pangan sumber protein hewani seperti ikan, susu
dan telur. Kebutuhan zat besi selama menyusui meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan
jaringan baru. Selain itu zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel
darah merah. Kekurangan hemoglobin disebut anemia dapat membahayakan kesehatan ibu dan
peningkatan risiko kematian. Ibu menyusui yang menderita anemia sebagai akibat lanjut dari kekurangan
zat besi selama masa kehamilan, juga disarankan untuk mengonsumsi tablet tambah darah dengan
konsultasi kepada ahli gizi dan/atau dokter.

Kebutuhan asam folat meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf termasuk
sel darah merah. Sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan banyak mengandung asam folat yang
sangat diperlukan pada masa menyusui. Untuk meningkatkan produksi ASI ibu dianjurkan untuk banyak
mengonsumsi daun katuk dan daun torbangun (sayuran yang banyak terdapat di daerah Sumatra
Utara/Batak).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat menyusui karena digunakan untuk meningkatkan produksi ASI
yang mengandung kalsium tinggi. Apabila konsumsi kalsium tidak mencukupi maka ibu akan mengalami
pengeroposan tulang dan gigi karena cadangan kalsium dalam tubuh ibu digunakan untuk produksi ASI.

Sumber kalsium yang baik adalah susu, yogurt, keju, ikan teri, kacang-kacangan, tahu dan sayuran hijau.
Penyerapan kalsium pada makanan akan lebih bagus apabila ibu membiasakan diri berjemur dibawah
sinar matahari pada pagi hari.

Vitamin C dibutuhkan oleh ibu menyusui, untuk membantu penyerapan zat besi yang berasal dari pangan
nabati, sedangkan vitamin D dibutuhkan untuk membantu penyerapan kalsium.

b. Minumlah air putih yang lebih banyak

Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh secara optimal. Air berfungsi membantu
pencernaan, membuang racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan asam basa
tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Jumlah air yang dikonsumsi ibu menyusui perhari adalah sekitar 850-
1.000 ml lebih banyak dari ibu yang tidak menyusui atau sebanyak 3.000 ml atau 12-13 gelas air. Jumlah
tersebut adalah untuk dapat memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.

c. Batasi minum kopi


Kafein yang terdapat dalam kopi yang dikonsumsi ibu akan masuk ke dalam ASI sehingga akan
berpengaruh tidak baik terhadap bayi, misalnya bayi sulit tidur dan gangguan metabolisme zat besi pada
ibu menyusui. Hal ini disebabkan karena metabolisme bayi belum siap untuk mencerna kafein.

Konsumsi kafein pada ibu menyusui juga berhubungan dengan rendahnya pasokan ASI. Prinsip utama
yang dianjurkan terkait dengan konsumsi kafein atau kopi bagi ibu menyusui adalah 1) bila ibu tidak biasa
minum kopi sebaiknya tidak minum kopi ketika periode menyusui; 2) bila ibu biasa minum kopi dianjurkan
agar mengurangi atau menghindari minum kopi ketika periode menyusui

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di Harvard University, konsumsi kafein untuk ibu
menyusui tidak lebih dari 300 mg/hari atau sebanyak 3 cangkir kopi/hari. Hasil penelitian yang dilakukan
di Mayo Clinics Rechester Minnoseta USA menunjukkan bahwa apabila konsumsi kafein melebihi 300
mg/hari maka kandungan zat besi dalam ASI-nya 30% lebih rendah daripada ibu menyusui yang tidak
minum kafein. Oleh karena itu untuk kesehatan ibu dan bayi sebaiknya ibu menyusui menghindari minum
kopi.

3. Pesan Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan

a. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu disebutkan bahwa
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya dengan cara segera setelah lahir
bayi ditengkurapkan di dada ibu sehingga kulit ibu melekat pada kulit bayi minimal 1 jam atau sampai
menyusu awal selesai. Manfaat IMD yaitu sebagai berikut :

1) Dapat melatih keterampilan bayi untuk menyusu dan langkah awal membentuk ikatan batin antara ibu
dan bayi.

2) Dapat mengurangi stres pada bayi dan ibu.

3) Meningkatkan daya tahan tubuh berkat bayi mendapat antibodi dari kolostrum

4) Dapat mengurangi risiko hipotermi dan hipoglikemi pada bayi

5) Dapat mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan

b. Berikan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan

Pemberian ASI Eksklusif berarti bayi selama 6 bulan hanya diberi ASI saja. Kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya untuk bayi dapat dipenuhi dari ASI. Disamping itu pemberian ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan
mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit (diare dan radang paru) dan
mempercepat pemulihan bila sakit serta membantu menjalankan kelahiran. Pemberian ASI Eksklusif
adalah hak bayi yang sangat terkait dengan komitmen ibu dan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

4. Pesan Gizi seimbang untuk anak usia 6-24 bulan

a. Lanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.

Pemberian ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun, oleh karena ASI masih mengandung zat-zat gizi yang
penting walaupun jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan. Disamping itu akan meningkatkan hubungan
emosional antara ibu dan bayi serta meningkatkan sistem kekebalan yang baik bagi bayi hingga ia dewasa.
Pemberian ASI bisa dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama adalah dengan menyusu langsung pada payudara ibu. Ini adalah cara yang paling baik karena
dapat membantu meningkatkan dan menjaga produksi ASI. Pada proses menyusui secara langsung, kulit
bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi menatap mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang kuat.
Kedua adalah dengan memberikan ASI perah jika ibu bekerja atau terpaksa meninggalkan bayi, ASI tetap
dapat diberikan kepada bayi, dengan cara memberikan ASI perah.

Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah 1) Cara memerah ASI :

a) Sebelum memerah ASI terlebih dahulu disiapkan wadah untuk ASI perah dengan cara:

(1) pilih cangkir, gelas atau kendi bermulut lebar,

(2) cuci cangkir tersebut dengan sabun dan air,

(3) tuangkan air mendidih ke dalam cangkir tersebut, dan biarkan beberapa menit. Air mendidih akan
membunuh sebahagian besar bakteri,

(4) bila telah siap memerah ASI, tuangkan air dari cangkir tersebut

b) Letakan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan ke dalam ke arah dinding dada

c) Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari dan telunjuk

d) Tekan dari samping untuk mengosongkan semua bagian

2) Cara menyimpan ASI perah :

a) ASI perah dapat bertahan di suhu ruang selama 6-8 jam

b) ASI perah dapat disimpan di lemari pendingin selama 3-8 hari, jika diperlukan penyimapanan jangka

panjang dapat dimasukkan ke dalam freezer untuk disimpan selama 3-6 bulan

c) Letakan ASI perah di bahagian dalam freezer atau lemari pendingin, bukan di dekat pintu agar tidak
mengalami perubahan dan variasi suhu

d) Bila di rumah tidak memiliki lemari pendingin atau freezer, maka ASI perah bisa disimpan di dalam
termos yang berisi es untuk jangka waktu 24 jam.

3) Cara Memberikan ASI perah Cara yang paling baik memberikan ASI perah adalah dengan menggunakan
cangkir, sendok atau pipet.

Pemberian ASI perah dengan menggunakan botol dan dot tidak dianjurkan karena kurang terjamin
kebersihannya; dan juga bayi akan bingung puting sehingga bayi tidak mau menyusu pada payudara ibu.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan ASI perah adalah :

1) ASI perah dingin dihangatkan dengan cara merendam wadah ASI perah kedalam baskom berisi air
hangat.

2) ASI perah beku perlu dicairkan di lemari pendingin dahulu sebelum dihangatkan
3) Jangan merebus ASI perah atau menghangatkan ASI menggunakan air mendidih.

4) Jangan membekukan kembali ASI perah yang sudah mencair

5) Tidak ada alasan untuk membuang ASI kecuali bayi menolak.

b. Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan Selain ASI diteruskan harus memberikan
makanan lain sebagai pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak mulai usia 6-24 bulan. MP-ASI
yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama zat gizi mikro
sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai
dengan usia anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat, lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan
keluarga.

MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi


kebutuhan zat gizi mikro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh, perlu ditambahkan zat gizi
mikro dalam bentuk bubuk tabur gizi.

Berdasarkan komposisi bahan makanan MP-ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu :

(1) MP-ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah

(2) MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati dengan sayur atau buah.

MP-ASI yang baik apabila :

(1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak
dapat dipenuhi dengan ASI saja untuk anak mulai 6 bulan

(2) Tidak berbumbu tajam,

(3) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap rasa, pewarna dan pengawet.

(4) Mudah ditelan dan disukai anak

(5) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga terjangkau

Berikut ini merupakan Tabel Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Tabel Resep Makanan
Pendamping ASI Lokal :

Tabel Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

1) Apa itu MP-ASI?

a) MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak
usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.

b) MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak.

2) Kapan bayi mendapat MP-ASI?

Mulai usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan.

3) Mengapa bayi dan anak harus mendapat MP-ASI?


a) Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan ½ atau lebih kebutuhan gizi bayi, dan pada usia 12-24
bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi
berusia 6 bulan.

b) MP-ASI harus mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh ASI saja.

4) Apa saja tanda-tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI?

a) Jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak

b) Bayi mulai meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut

c) Jika diberikan makanan lumat bayi tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya

5) Alasan yang kurang tepat sehingga bayi mulai diberikan MPASI, karena:

a) Ibu/pengasuh melihat tanda bayi merasa lapar, seperti memasukan tangan ke dalam mulut merupakan
perkembangan normal dan ini bukan tanda bayi lapar

b) Ibu/pengasuh percaya bahwa bayi sudah berkurang minum ASI, sehingga ibu mulai memberi MP-ASI

c) Ibu/pengasuh merasa kenaikan berat badan bayi tidak sesuai yang diharapkan

d) Pengaruh orang lain, seperti tetangga, ibunya, petugas kesehatan dan bahkan iklan makanan bayi

6) Apa saja macam dan bentuk MP-ASI?

a) Macam MP-ASI :

(1) MP-ASI dari bahan makanan lokal yang dibuat sendiri

(2) MP-ASI pabrikan yang difortifikasi dalam bentuk bungkusan, kaleng atau botol

b) Bentuk MP-ASI :

(1) Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur, tahu/tempe dan buah yang dilumatkan/disaring,
seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI (2)
Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak, seperti bubur nasi campur, nasi tim halus,
bubur kacang hijau

(3) Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah

7) Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI untuk bayi dan anak?

8. frekuensi

9) Apa yang perlu diperhatikan bila anak mulai makan MPASI?

(a) MP-ASI yang diberikan pertama sebaiknya adalah makanan lumat berbahan dasar makanan pokok
tertutama beras/tepung beras, karena beras bebas gluten yang dapat menyebabkan alergi

(b) Bila bayi sudah mulai makan MP-ASI, bayi memerlukan waktu untuk membiasakan diri pada rasa
maupun bentuk makanan baru tersebut.
(c) Perkenalkan aneka jenis buah sayur lauk sumber protein dalam MP-ASI, bertahap sambil mengamati
reaksi bayi terhadap makanan yang diperkenalkan.

(d) Ketika anak bertambah besar, jumlah yang diberikan juga bertambah. Pada usia 12 bulan, anak dapat
menghabiskan 1 mangkuk kecil penuh makanan yang bervariasi setiap kali makan.

(e) Berikan makanan selingan terjadwal dengan porsi kecil seperti roti atau biskuit yang dioles dengan
mentega/selai kacang/mesyes, buah dan kue kering.

(f) Beri anak makan 3x sehari dan 2x makanan selingan diantaranya secara terjadwal

(g) Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak mengandung gula tetapi kurang zat gizi lainnya
seperti minuman bersoda, jus buah yang manis, permen, es lilin dan kue-kue yang terlalu manis.

10) Apa yang terjadi bila bayi terlalu awal atau terlambat mendapat MP-ASI?

(a) Memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan akan :

(1) menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya

(2) makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer

(3) meningkatkan risiko kesakitan :

i. kurangnya faktor perlindungan

ii. MP-ASI tidak sebersih ASI

iii. tidak mudah dicerna seperti ASI

iv. meningkatkan risiko alergi

(4) meningkatkan risiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI kurang

(b) Memberi MP-ASI terlambat pada usia > 6 bulan akan mengakibatkan:

(1) kebutuhan gizi anak tidak dapat terpenuhi

(2) pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat

(3) risiko kekurangan gizi seperti anemia karena kekurangan zat besi.

11) Bagaimana cara pemberian MP-ASI?

Seorang anak perlu belajar bagaimana cara makan, mencoba rasa dan tekstur makanan baru. Anak perlu
belajar mengunyah makanan, memindah-mindahkan makanan dalam mulut dan menelannya dengan
cara:

(a) Memberi perhatian disertai senyum dan kasih sayang

(b) Tatap mata anak dan ucapkan kata-kata yang mendorong anak untuk makan

(c) Beri makan anak dengan sabar dan tidak tergesa-gesa

(d) Tunggu bila anak sedang berhenti makan dan suapi lagi setelah beberapa saat, jangan dipaksa
(e) Cobakan berbagai bahan makanan, rasa dan tekstur agar anak suka makan

(f) Beri makanan yang dipotong kecil, sehingga anak dapat belajar memegang dan makan sendiri.

Tabel Resep Makanan Pendamping ASI Lokal

1) Makanan Lumat

(a) Bubur Sumsum Kacang Hijau (MP-ASI Sederhana)

Bahan :

15 gr (1,5 sdm) tepung beras

10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan

75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer

20 gr daun bayam, iris halus

Cara membuat :

(1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring dengan saringan atau blender halus, sisihkan.

(2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung beras hingga larut,

(3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.,

8. Pesan Gizi Seimbang untuk dewasa

Pesan gizi seimbang untuk dewasa sama dengan pesan umum (lihat pesan umum gizi seimbang).

9. Pesan Gizi Seimbang untuk usia lanjut

a. Biasakan mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti ikan dan susuKepadatan tulang usia lanjut
mulai berkurang sehingga berisiko mengalami pengeroposan tulang/osteoporosis. Selain itu sistim gigi
geligi tidak sempurna dan rapuh sehingga untuk mencegah kondisi yang lebih parah dianjurkan untuk
mengkonsumsi pangan sumber kalsium dan vitamin D terutama dari ikan dan susu. Selain itu juga
dianjurkan untuk terpapar sinar matahari pagi.

b. Biasakan banyak mengonsumsi makanan berserat

Serat pangan sangat diperlukan oleh usia lanjut agar tidakmengalami sembelit sehingga buang air besar
menjadi lancar. Serat pangan akan menghambat penyerapan gula dan kolesterol sehingga membantu
meningkatkan kesehatan usia lanjut. Usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat yang
masih banyak mengandung serat (whole grains) danmengonsumsi sayuran serta buah-buahan yang
banyak mengandung serat pangan. (lihat tabel kelompok pangan sayuran dan tabel kelompok buah-
buahan). Disamping dapat mengurangi risiko sembelit, banyak makan sayur dan buah-buahan juga dapat
menjaga kenormalan tekanan darah, kenormalan kadar gula darah dan kolesterol darah.

Vitamin yang banyak terkandung dalam sayuran dan buahbuahan juga berperan sebagai zat anti oksidan
yang dapat menangkal senyawa jahat dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi risiko infeksi dan kanker.
c. Minumlah air putih sesuai kebutuhan

Sistem hidrasi pada usia lanjut sudah menurun sehingga kurang sensitif terhadap kekurangan maupun
kelebihan cairan.Akibat dehidrasi pada usia lanjut adalah demensia, mudah lupa, kandungan Natrium
darah menjadi naik sehingga berisiko terjadihipertensi. Sebaliknya bila kelebihan cairan akan
meningkatkan beban jantung dan ginjal. Oleh karena itu kelompok usia lanjut perlu air minum yang cukup
(1500-1600ml/hari setara 6 gelas).

d. Tetap melakukan aktivitas fisik

Sel-sel otot pada usia muda mempunyai kelenturan yang optimal dan mulai menurun pada usia lanjut.
Kontraksi dan relaksasi otot menjadi berkurang akibatnya usia lanjut sering mengalami kekakuan otot.
Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti berjalanjalan,
bersepeda, berkebun dan melakukan olah raga ringan seperti yoga, senam usia lanjut yang berfungsi
membantu kelenturan otot dan relaksasi otot. Aktivitas fisik yang dilakukan usia lanjut akan menambah
kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.

e. Batasi konsumsi gula, garam dan lemak

Banyak mengonsumsi makanan berkadar gula, garam, lemak bagi kelompok usia lanjut meningkatkan
risiko terhadap timbulnya hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia dan penyakit stroke, penyakit jantung
koroner, penyakit kencing manis (diabetes melitus) dan kanker. Usia lanjut berisiko mengalami gout (asam
urat tinggi) oleh karena itu, konsumsi pangan dengan tinggi purin seperti jeroan dan melinjo agar dibatasi.

Natrium merupakan elektrolit dalam tubuh yang mempunyai peran penting dalam menjaga
keseimbangan elektrolit tubuh. Namun apabila jumlah natrium dalam tubuh meningkat akan
mengakibatkan kondisi yang disebut hipernatremia. Pada kondisi tersebut akan terjadi
ketidakseimbangan elektrolit di dalam dan di luar sel yang akan mengakibatkan oedema. Oleh karena itu
kelompok usia lanjut harus berusaha mempertahankan kondisi natrium darah tetap normal dengan cara
mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan dan mengonsumsi makanan yang rendah natrium dan tinggi
kalium. Kadar natrium yang tinggi akan memicu terjadinya hipertensi. Berikut ini Tabel Daftar Makanan
Tinggi Natrium :

PELAYANAN GIZI KLINIS DI RUMAH SAKIT (PMK, 2013)

Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang
terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena
itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal dan mempercepat penyembuhan.Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit,
terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan,
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan
kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan Energi yang tidak adekuat,
lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa
hospital malnutri tion(malnutrisi di RS)merupakan masalah yang kompleks dan dinamik. Malnutrisi
pada pasien di RS,khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap proses penyembuhan
penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan status
gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat.Semua keadaan ini
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi
masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien melalui Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan multidisiplin maka dapat dilakukan dalam Tim
Asuhan Gizi (TAG)/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Asuhan Gizi
(PAG).Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuanuntuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan. Pedoman pelayanan gizi rumah
sakitini merupakan penyempurnaan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang diterbitkan
oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2006. Pedomanini telah disesuaikan dengan perkembangan
peraturan perundang-undangan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang gizi, kedokteran,
dan kesehatan, dan standar akreditasi rumah sakit 2012 untuk menjamin keselamatan pasien yang
mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI) f or Hospital Accreditation. Sejalan dengan
dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi di rumah sakit, diharapkan pedoman ini dapat
menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas.

Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatanyangmeliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasigizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.

Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi,
yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien. Asuhan Gizi adalahserangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan 5.yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.6.Dietetik
adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis
dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual,
melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/ lingkungan /latar belakang praktek pelayanan.7.Gizi Klinikadalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-
zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan
dari tubuh.8.Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap,
dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya.9.Penyuluhan giziadalah serangkaian kegiatan penyampaian
pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari.10.Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara
vertikal maupun horizontal.

KONSEP PELAYANANGIZI RUMAH SAKITPelayanangizi di rumah sakit adalah pelayananyang diberikan


dan disesuaikandengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,dan status
metabolisme tubuh.Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering
terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi
untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.Terapi gizi atau terapi
diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar
pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi
gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi
dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik
di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan,
terutama tenaga gizi.A.VisiPelayanan gizi yang bermutu dan paripurna.B.Misi1.Menyelenggarakan
pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan klien/pasien dalam aspek promotif, pre
ventif, kuratif, rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas hidup.2.Meningkatkan profesionalismesumber
daya kesehatan.3.Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.C.TujuanTujuan umum: Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna
sebagaibagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Tujuan khusus:Tujuan khusus meningkatkan:a.Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan


gizi rawat jalan dan rawatinapb.Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan
aman dikonsumsic.Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganyad.Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenagapelayanan gizi yang
mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:1)Melakukan pengkajian gizi,faktor yang
berpengaruh terhadap gangguan gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet.2)Menegakkan
diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.3)Menentukan tujuan dan
merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah
serta pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan pasien.4)Merancang dan mengubah preskripsi
diet, dan menerapkannya mulai dari perencanaan menu sampai menyajikan makanan.5)Memberikan
pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya.6)Mengelola
sumberdaya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi konsumen di rumah sakit.7)Melakukan
penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8)Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.D.Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah
SakitPengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakitmengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan Departemen
Kesehatan. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi:1.Asuhan Gizi Rawat Jalan; 2.Asuhan Gizi
Rawat Inap; 3.Penyelenggaraan Makanan; 4.Penelitian dan Pengembangan.

PELAYANANGIZI RAWAT JALAN

Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi
kepada klien/pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling
gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi.Dokter penanggung jawab penyakit dapat merujuk
pasien kepada Dietisien untuk mendapatkan konseling gizi, dengan menyertakan formulir permintaan
konseling sebagaimana tercantum dalam Form I.A.TujuanMemberikan pelayanan kepada klien/pasien
rawat jalan atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi
mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet, yangtepat, jadwal makan dan cara makan,
jenis diet dengan kondisi kesehatannya.B.Sasaran1. Pasien dan keluarga2. Kelompok pasien dengan
masalah gizi yang sama3. Individu pasien yang datang atau dirujuk4.Kelompok masyarakat rumah
sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.C.Mekanisme KegiatanPelayanan gizi rawat
jalan meliputi kegiatankonseling individual seperti; pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat
jalan terpadu, pelayanan terpadu geriatrik, unit pelayanan terpadu HIV AIDS, unit rawat jalan terpadu
utama/VIP dan unit khusus anak konseling gizi individual dapat pula difokuskan pada suatu
tempat. Pelayanan Penyuluhan berkelompok seperti; pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes,
pasien hemodialisis, ibu hamil dan menyusui,pasien jantung koroner, pasien AIDS, kanker, dan lain-
lain.Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi
untuk pasien dankeluargasertapenyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai
berikut:1.KonselingGizia.Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokterdari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.b.Dietisienmelakukan
pencatatandata pasien dalam buku registrasi.c.Dietisienmelakukan asesmen gizidimulai dengan
pengukuran antropometri pada pasien yang belum ada data TB, BB.d.Dietisien melanjutkan
asesmen/pengkajiangizi berupa anamnesa riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil
pemeriksaan lab dan fisik klinis (bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
e.Dietisien menetapkan diagnosis gizi. f.Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan
konseling dengan langkah menyiapkan dan mengisi leafletflyer/brosur diet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet,jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta
kemampuan pasien.g.Dietisien menganjurkan pasien melakukankunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi. Dietisien melakukan
pencatatan pada Formulir Anamnesis Gizi Pasien Kunjungan Ulang sebagaimana tercantum dalam
Form II, sebagai dokumentasi proses asuhan gizi terstandar.h.Pencatatan hasil konseling gizi dengan
format ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien di luar rumah sakitdan
diarsipkan di ruang konseling. 2.PenyuluhanGizia. Persiapan penyuluhan:1) Menentukan materi sesuai
kebutuhan2) Membuat susunan/outlinemateri yang akan disajikan3) Merencanakan media yang akan
digunakan4) Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan5) Persiapan ruangan dan alat bantu/media
yang dibutuhkanb. Pelaksanaan penyuluhan :1) Peserta mengisi daftar hadir (absensi).2) Dietisien
menyampaikan materi penyuluhan.3) Tanya jawab.
PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Pelayanan gizi rawatinap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi,dan konseling gizi,
serta monitoring dan evaluasi gizi. A.TujuanMemberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan,dan meningkatkanstatus gizi.B.Sasaran1.Pasien 2.Keluarga
C.Mekanisme KegiatanMekanisme pelayanan gizirawat inap adalah sebagai berikut: 1.Skrining
giziTahapan pelayanan gizi rawat inap diawalidengan skrining/penapisangizi oleh perawat
ruangandan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizibertujuan
untukmengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak berisikomalnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi
khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; kanker
dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis dan
sebagainya.Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x24 jam setelah pasien masuk RS.Metoda
skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikandengan kondisi dan kesepakatan di masing-masing
rumah sakit. Contoh metoda skrining antara lain Subjective Global Assessment(SGA) sebagaimana
tercantum dalam Form III, Malnutri tion Universal Screening Tools(MUST), Malnutri tion Screening
Tools(MST)sebagaimana tercantum dalam Form IV, Nutri tion Risk Screening(NRS) 2002. Skrining
untuk pasien anak 1 –18 tahun dapat digunakan Paediatric Yorkhill Malnutri tion Score(PYMS),
Screening Tool forAssessment of Malnutrition (STAMP),Strong Kids. Bila hasil skrining gizi menunjukkan
pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-
langkah proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang/skrining lanjut (contoh formulir skrining
ulang/skrining lanjut sebagaimana tercantum dalam Form V)setelah 1 minggu. Jika hasil skrining
ulang/skrining lanjutberisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasiensakit
kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan lebih baik bila ditangani secara tim.
Bila rumah sakit mempunyai Tim Asuhan Gizi/Nutrition SuportTim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Tim
Dukungan Gizi/Panitia Asuhan Gizi, maka berdasarkanpertimbangan DPJP pasien tersebut dirujuk
kepada tim. 2.Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)Proses Asuhan gizi Terstandar dilakukan pada
pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan
penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Langkah PAGTterdiri dari:

a.Assesmen/PengkajiangiziAssesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu

1) Anamnesis riwayat gizi;

2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium);

3) Pengukuran antropometri;

4) Pemeriksaan fisik klinis;

5) Riwayat personal.

Keterangan:1)Anamnesis riwayat giziAnamnesis riwayat gizi adalahdata meliputi asupan makanan


termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data
kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan
di lingkungan klien.Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui ’’recall’
makanan 24 jam dengan alat bantu ’food model’. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang
merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan. Contoh formulir
anamnesis riwayat gizi kualitatif (f ood f requency) dan formulir anamnesis riwayat gizi kuantitatif(f ood
recall24 jam)sebagaimanatercantum dalamForm VIdan Form VII. Riwayat gizi kuantitatif diterjemahkan
ke dalam jumlah bahan makanan dan komposisi zat gizi.

2)Biokimia. Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan
dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap
timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus
selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan
suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan,
pengobatan, prosedur dan status hidrasi(cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi darah
dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan. 3)AntropometriAntropometri merupakan
pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran Tinggi Badan (TB); BeratBadan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat
digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran
lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipatan kulit (skinfold), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggang dan lingkar pinggul dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan
dengan membandingkan beberapa ukuran tersebutdiatasmisalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
ratio BB terhadap TB. Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status
gizi pada bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat digambarkan
melalui pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar kepala dan
beberapa pengukuran lainnya. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.Pemeriksaan
fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien rawat inap adalah BB. Pasien
sebaiknya ditimbang dengan menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik. Berat badan
akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB pasien sebelum sakit. Pengukuran BB
sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya kondisi kegemukan dan edema. Kegemukan dapat
dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun, pada pengukuran ini terkadang terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh adanya edema.

BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan pengukuran BB secara
periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7 hari. 4)Pemeriksaan Fisik/KlinisPemeriksaan fisik
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat
menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakankombinasi dari, tanda-tanda
vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara.
Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa
otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk, dll. 5)Riwayat PersonalData riwayat personal meliputi 4
area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit;
data umum pasien.a)Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.b)Sosial
Budaya Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan
kesehatan dan sosial serta hubungan sosial. c)Riwayat Penyakit Keluhan utama yang terkait dengan
masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko
komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif
seperti pada pasien stroke.d)Dataumum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat Pendidikan

b.Diagnosis Gizi

Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep
PES atau Problem Etiologidan Signs/ Symptoms. Diagnosisgizi dikelompokkan menjadi tiga domain
yaitu:1)Domain Asupanadalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat
gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan enteral.

Contoh :Asupan protein yang kurang (P)berkaitandenganperubahanindera perasa dan nafsu makan (E)
ditandai denganasupan protein rata-rata sehari kurang dari 40 % kebutuhan (S)

)2)DomainKlinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ.
Contoh :Kesulitan meyusui(P) berkaitan dengan E) kurangnya dukungan keluarga ditandai
denganpenggunaan susu formula bayi tambahan (S) 3)DomainPerilaku/lingkungan adalahmasalah gizi
yang berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan. Contoh :Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya
(E)ditandai denganmemilih bahan makanan/makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang
tidak sesuai anjuran (S)c.IntervensiGiziTerdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi.1)Perencanaan Intervensi Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis
gizi yang ditegakkan. Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya
(Problem), rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi Gejala/Tanda
(Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Outputdari intervensi ini adalah
tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).Perencanaanintervensi
meliputi:a)Penetapan tujuan intervensiPenetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan
ditentukan waktunya. b)Preskripsi dietPreskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi
mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi zat gizi,
frekuensi makan.

(1)Perhitungan kebutuhan gizi.Penentuankebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas
dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.

2)JenisDiet Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan
berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/DPJP. Dietisien bersama tim atau secara mandiri
akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosisgizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai
dengan diet order maka diet tersebut diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet
tidak sesuai akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih dahulu
bersama (DPJP).Contoh daftar jenis diet makanan Pasien Ruang Rawat Inap sebagaimana tercantum
dalam Form VIII.(3)Modifikasi dietModifikasi diet merupakanpengubahan darimakanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi; meningkatkan/menurunan nilai energi;
menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi;membatasijenis atau
kandungan makanan tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH, cairan dan zat gizi
lain); mengubah jumlah,frekuensi makan dan rute makanan. Makanan di rumah sakit umumnya
berbentuk makanan biasa, lunak, saring dan cair.(4)Jadwal Pemberian DietJadwal pemberian
diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola makan sebagai contoh:MakanPagi: 500Kalori; Makan
Siang: 600kalori; Makan Malam: 600Kalori; Selingan pagi: 200Kalori; Selingan Sore:
200Kalori(5)JalurmakananJalurmakananyang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral2)ImplementasiIntervensi Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas:
“apa, dimana, kapan, dan bagaimana” intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu
atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.

Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi dikelompokkan menjadi 4
domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi; edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi
pelayanan gizi. Setiap kelompok mempunyai terminologinya masing masing. d.Monitoringdan
Evaluasi GiziKegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannyaTiga langkah kegiatan monitoring dan
evaluasi gizi, yaitu:1)Monitor perkembanganyaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien
maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain :a)Mengecek
pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien b)Mengecek asupan makan pasien/klienc)Menentukan
apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/preskripsi Diet.d)Menentukan apakah status gizi
pasien/klien tetap atau berubah e)Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
f)Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan dari kondisi
pasien/klien2)Mengukurhasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tandadan
gejala dari diagnosis gizi.3)EvaluasihasilBerdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan
4 jenis hasil, yaitu:a)Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku,
akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat
gizi.b)Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari
berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun
parenteral.c)Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yangterkait gizi yaitu pengukuran yang terkait
dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.d)Dampak terhadap pasien/klien
terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas hidupnya.

4)PencatatanPelaporan Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk


pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan Assessment Diagnosis
Intervensi Monitoring danEvaluasi(ADIME). Format ADIME merupakan model yang sesuai dengan
langkah PAGT.sebagai bagian dari dokumentasi kegiatan PAGT, terdapat beberapa contoh formulir
asuhan gizi antara lain formulir asuhan gizi dewasa, anak dan neonatus sebagaimana tercantum
dalam Form VIX, Form X, dan FormXI.
D.KoordinasiPelayanan Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan
untukmemberikanasuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanankesehatan,
dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat,farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
yang terkait dalam memberikanpelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan
masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan. 1.Dokter Penanggung Jawab
Pelayanana.Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis
pasien.b.Menentukan preksripsi diet awal (orderdiet awal)c.Bersama dietisien menetapkan preskripsi
diet definitive.

d.Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi gizi.e.Merujuk
klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi.f.Melakukan pemantauan dan
evaluasi terkait masalah gizi secara berkala bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain
selama klien/pasien dalam masa perawatan.2.Perawata.Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen
awal perawatan.b.Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi
khusus ke dietisien. c.Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi
badan/ panjang badan secara berkala. d.Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon
klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada dietisien
bila terjadi perubahan kondisi pasien. e.Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait
pemberian makanan melalui oral/enteral dan parenteral.3.Dietisiena.Mengkaji hasil skrining gizi
perawat dan order diet awal dari dokter.b.Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien
yang berisiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi
data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil
pemeriksaan fisikterkait gizi. c.Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen
dan menetapkan prioritas diagnosis gizi. d.Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan
dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi /konseling.e.Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet def
initive.f.Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan intervensi
gizi.g.Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.h.Melakukan evaluasi proses maupun
dampak asuhan gizi.i.Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.j.Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.k.Melakukan assesmen gizi
ulang (reassesment) apabila tujuan belum tercapai.l.Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.

m.Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat, anggota tim asuhan
gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan
gizi.4.Farmasia.Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral.b.Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien. c.Membantu mengawasi
dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh klien/pasien bersama
perawat.d.Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan. e.Memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan. 5.Tenaga kesehatan
lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan dalam perencanaan dan
pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang berat.

V. PENYELENGGARAAN MAKANAN

Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta
evaluasi. A. TujuanMenyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan
dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.B. Sasaran dan Ruang
LingkupSasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit terutama pasien rawat inap.Sesuai dengan
kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi karyawan. Ruang
lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribusi makanan. C. Alur
Penyelenggaraan Makanan

D. BentukPenyelenggaraan Makanan Di Rumah Sakit

Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit meliputi:1. Sistem SwakelolaPada penyelenggaraan


makanan rumah sakit dengan sistem swakelola, instalasi gizi/unit gizi bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini, seluruh sumber
daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana) disediakan oleh pihak RS. Pada
pelaksanaannya Instalasi Gizi/Unit Gizi mengelola kegiatan gizi sesuai fungsi manajemen yang dianut
dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku dan menerapkan Standar
Prosedur yang ditetapkan.2. Sistem Diborongkan ke Jasa Boga (Out-sourcing)Sistem diborongkan yaitu
penyelengaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasa boga atau cateringuntuk
penyediaan makanan RS. Sistem diborongkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu diborongkan
secara penuh (f ull out-sourching)dan diborongkan hanya sebagian (semi out-sourcing).Pada sistem
diborongkan sebagian, pengusaha jasaboga selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan
prasarana atau tenaga milik RS. Pada sistem diborongkan penuh,makanan disediakan oleh
pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga dari
rumah sakit.Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem diborongkan penuh atau sebagian, fungsi
Dietisien rumah sakit adalah sebagai perencana menu, penentu standar porsi, pemesanan
makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang
ditetapkan dalam kontrak.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 tentang Prasyarat Kesehatan Jasa Boga disebutkan bahwa prasyarat yang
dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah Sakit yaitu :a.Telah terdaftar pada Dinas Kesehatan
Propinsi setempat b.Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B dan memiliki tenaga
Ahli Gizi/Dietisienc.Pengusaha telah memiliki sertifikat kursus Penyehatan Makanand.Semua karyawan
memiliki sertifikat kursus Penyehatan Makanane.Semua karyawan bebaspenyakit menular dan bersih.3.
Sistem KombinasiSistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan yang merupakan
kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan sebagai upaya memaksimalkan sumberdaya
yang ada.Pihak rumah sakit dapatmenggunakan jasaboga/cateringhanya untuk kelas VIP atau
makanan karyawan, sedangkan selebihnya dapat dilakukan dengan swakelola.

Anda mungkin juga menyukai