Anda di halaman 1dari 5

Tugas kelompok ke-4

Week 9/ Sesi 13
Nama Kelompok :

 Ririt Lukmansyah - 2401967422


 Lutfi Hanif Nabila - 2440126650
 Irfan Fahmil Huda - 2101721400
 Giveni Gracela Sutandy - 2440126114
 Zaidan Nafil Fadhlurrahman – 2440126663

Kasus virus corona COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia yang dinyatakan sebagai
pandemi. Virus ini telah menginfeksi hampir 4 juta orang di seluruh dunia. Menurut data yang
dihimpun Worldometers, kasus COVID-19 per tanggal 8 Mei 2020 mencapai 3.917.532 dengan
jumlah kematian mencapai 270.720 dan yang sembuh sebanyak 1.344.120 orang. Kasus positif
covid 19 di Indonesia per tanggal 9 Mei 2020 mencapai 13.645 orang, pasien yang meninggal
dunia adalah 959 orang dan pasien yang sembuh sudah mencapai 2.607 orang. Penyebaran
pandemi global Covid-19 memiliki implikasi besar pada perekonomian dunia, dan diperkirakan
pertumbuhan ekonomi dunia akan turun dari 3% menjadi 1,5% atau mungkin lebih dari itu.
Pertumbuhan ekonomi negara kita yang semula diproyeksikan 5 sampai 5,4% juga akan
mengalami penurunan.

Pertanyaan:
Berikan tanggapan bagaimana kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dapat anda usulkan
untuk menghadapi kondisi ekonomi akibat covid 19 ini! (Gunakan teori-teori kebijakan fiskal
dan moneter yang telah anda pelajari pada materi LN)
(Score 100)

ECON6098 – Business Economics-R0


Dear Bu Puji,

Kami dari kelompok 4 ijin menanggapi pertanyaan diatas mengenai solusi yang dapat kami usulkan untuk
menghadapi kondisi ekonomi akibat Covid-19

Kami telah berdiskusi bahwa ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari pandemic covid-19 yaitu
dampak kesehatan dan dampak social juga dampak economic, melihat pengaruh jangka pendek kebijakan
moneter dan fiscal, dimana kedua perangkat kebijakan ini dapat mengubah pemintaan agregat barang dan
jasa sehingga mengubah produksi dan lapangan pekerjaan dalam perekonomian jangka pendek.

Apabila pemerintah mengurangi belanja untuk menyeimbangkan anggaran, pemerintah perlu


memperhitungkan, baik dampak jangka panjang terhadap tabungan dan pertumbuhan maupun dampak
jangka pendek terhadap permintaan agregat dan lapangan kerja, namun apabila pemerintah menurunkan
tingkat pertumbuhan jumlah uang yang beredar, pemerintah perlu memperhitungkan dampak jangka
panjang terhadap inflasi dan juga dampak jangka pendek terhadap produksi

Sehingga kami dari kelompok 4 berpendapat bahwa Kebijakan moneter yang diambil harus selaras
dengan kebijakan fiskal dalam meminimalisir dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Oleh
sebab itu otoritas moneter harus dapat menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan memberikan
stimulus moneter untuk dunia usaha, dan berikut adalah hal – hal yang dapat kami usulkan

Kebijakan Fiskal:

1. Dengan memengaruhi tingkat kegiatan ekonomi (pengeluaran agregat ekonomi) melalui Fiskal
kontraktif dan ekpansif melalui manipulasi pendapatan (dari pajak) dan pengeluaran pemerintah
yang bersifat “belanja yang dapat ditunda” seperti: Perjalanan dinas, biaya non operasional,
pembayaran tunjangan Pejabat ASN / Eselon tertentu dan dialihkan penggunaanya pada
penganganan covid-19 misalnya: Pembelian vaccine, pembuatan rumah sakit covid, pengadaan
fasiltias kesehatan, pemberian insentif kepada dokter dan tenaga medis lainya maupun digunakan
untuk pemberian insentif pengusaha kecil / UMKM

2. Menanggung beberapa pajak dari karyawan, penundaan angsuran KPR secara berjenjang kepada
pekerja yang terdampak PHK akibat covid 19, serta collaborate dengan BUMN maupun

ECON6098 – Business Economics-R0


pemerintah daerah untuk memberikan skill melalui pelatihan melalui LPK / vokasi agar karyawan
yang terdampak PHK dapat menggunakan ketrampilanya

3. Menerapkan aturan khusus seperti mempermudah perijinan missal (pengurusan ijin hanya
hitungan jam dan tidak dipungut biaya) sehingga dapat menarik mendatangkan investor dari luar
untuk berinvestasi di Indonesia, dimana hal ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan
mengurangi dampak penganguran karena covid -19

4. Kebijakan fiskal yang dapat kami usulkan untuk menghadapi kondisi ekonomi negara akibat
Covid-19 adalah kebijakan untuk berfokus pada kegiatan dan realokasi anggaran dalam
menyikapi pencegahan dan penyebaran Covid-19. Berdasarkan teori kebijakan fiskal, kebijakan
fiskal adalah kebijakan untuk mencapai kestabilan ekonomi dan bisnis dengan mempengaruhi
tingkat kegiatan ekonomi (pengeluaran agregat ekonomi) melalui manipulasi pendapatan (dari
pajak) dan pengeluaran pemerintah, pemerintah harus berfokus pada kegiatan-kegiatan prioritas
terkait perekonomian nasional dan membatalkan kegiatan-kegiatan yang tidak lagi relevan atau
tidak mengikuti prioritas perekonomian nasional. Contohnya perjalanan dinas, kegiatan yang
tidak dapat dilakukan pada periode darurat adalah target utama.

Kebijakan Moneter:

1. Kebijakan moneter yang kami usulkan pada pemerintah supaya dapat mengahadapi perekonmian
akibat covid-19 adalah menurunkan suku bunga, Penurunan suku bunga kebijakan ini konsisten
dengan prakiraan inflasi yang rendah dan terkendali, serta mendukung pemulihan ekonomi
nasional.

Melaui Teori Preferensi Likuiditas Dalam buku klasiknya yang berjudul The General Theory of
Employment, Interest, and Money, John Maynard mengajukan teori preferensi likuiditas untuk
menjelaskan faktorfaktor yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Teori tersebut,
pada dasarnya, tidak lebih dari penerapan penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku
bunga berubahubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.

ECON6098 – Business Economics-R0


2. BI melakukan stabilisasi dan penguatan rupiah melalui peningkatan intensitas kebijakan
intervensi baik dari pasar spot maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

BI terus memperluas instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar valas. Hal ini dilakukan dengan
menyediakan lebih banyak instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah melalui transaksi
DNDF ( Domestic Non Deliverable Forward ).

3. Kebijakan moneter yang dapat kami usulkan untuk menghadapi kondisi ekonomi negara akibat
Covid-19 adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, dan memberikan
stimulus moneter untuk dunia usaha. Berdasarkan teori kebijakan moneter, kebijakan moneter
adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (bank sentral) dalam rangka
mengendalikan variable-variabel moneter (uang beredar, uang primer, kredit, dan suku bunga)
agar berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar,
pemerintah harus mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan tidak sembarangan
mencetaknya. Pemerintah harus menyesuaikan jumlah uang yang beredar dengan kebutuhan
masyarakat dengan memperhitungkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Selain itu, pemerintah
juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah atau yang sering disebut dengan intervensi pasar
dengan cara menambah jumlah US$ dan menjaga ketersediaan likuiditas agar US$ kembali
banyak di pasar.

Melalui Teori kuantitas uang Dasar hubungan antara jumlah uang beredar dan inflasi diatur
dalam teori kuantitas klasik uang dirumuskan sebagai : MV = PY Dimana, M = jumlah uang
beredar (penawaran uang). M ditentukan jumlahnya oleh otoritas moneter dan dianggap
sebagai variabel konstan (eksogen) V = kecepatan (velocity) perputaran uang. V menunjukkan
berapa kali satu mata uang berpindah tangan dalam satu periode P = harga satu unit barang dan
jasa. P merupakan deflator GDP Y = jumlah output/ pendapatan (GDP Riil) PY = nilai uang dari
output (GDP nominal) Rumus tersebut dapat dinyatakan juga sebagai : Md = kPY di mana, P =
tingkat harga Y = tingkat pendapatan nasional riil Md = permintaan uang untuk keperluan
transaksi (uang yang dipegang masyarakat) k = konstanta yang menyatakan persentase jumlah
uang tunai yang dipegang terhadap pendapatan. Pada kondisi keseimbangan : Md = Ms, maka P

ECON6098 – Business Economics-R0


= (1/kY) x Ms. Ini menunjukkan bahwa kenaikan Ms akan menyebabkan kenaikan proporsional
pada P.

ECON6098 – Business Economics-R0

Anda mungkin juga menyukai