Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS I

“ROY’S ADAPTATION MODEL OF NURSING”

OLEH :
KELOMPOK 2

 I GUSTI AYU SELVIA YASMINI (183222911)


 I KADEK APRIANA (183222913)
 I MADE DWI SATWIKA WIRA PUTRA (183222914)
 MADE SURYA MAHARDIKA (183222920)
 NI KADEK SINTHA YULIANA SARI (183222922)
 NI KETUT NANIK ASTARI (183222926)
 NI LUH PUTU EKA RASNUARI (183222931)
 NI PUTU AYU SWASTININGSIH (183222939)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah tentang Falsafah Keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

                                          

         
Denpasar, 26 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Riwayat Calista Roy.........................................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy........................................................................4
2.3 Teori Model Keperawatan Roy........................................................................................5
2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy............................................................9
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy.................................................................14
BAB III..................................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................................15
3.1 Simpulan..........................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai salah satu profesi yang sampai saat ini masih dianggaop
profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjkan dalam hal
finansial. Oleh karena itukeperawatan harus bekerja keras untuk menunjukkan pada dunia
luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi-
profesi lain.

Keperawatan sebagai profesi memenuhi syarat sebagai profesi keilmuan karena


mempunyai body of knowledge yang jelas. Paradigma keperawatan dijadikan dasar
pembentukkan model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori keperawatan. Teori
keperawatan berkembang dan diterapkan dalam praktek klinik keperawatan, penelitian,
dan pendidikan. Salah satu konseptual model keperawatan yang dimaksud adalah
konseptual model dari Sister Callista Roy Model konseptual mengacu pada ide-ide global
mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan
pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu
disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model
konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara
perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu
memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka
kerja dalam riset keperawatan. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen
esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model ini menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy,
manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada makalah ini yaitu sebagai
berikut :
a. Bagaimanakh riwayat Calista Roy?
b. Bagaimanakah konsep dasar keperawatan Callista Roy?
c. Bagaimanakah teori model keperawatan Roy?
d. Apa sajakah aplikasi teori model keperawatan Callista Roy?
e. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan riwayat Calista Roy
b. Untuk menjelaskan konsep dasar keperawatan Callista Roy
c. Untuk menjelaskan teori model keperawatan Roy
d. Untuk menjelaskan aplikasi teori model keperawatan Callista Roy
e. Untuk menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai Roy’s Adaptation Model Of Nursing.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami
dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Calista Roy


Calista Roy adalah seorang perawat dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai
dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli
dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain
dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic
( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun
1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf
pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk
klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

3
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy


Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995): Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama
dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah
laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk
mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. Tujuan eksistensi manusia
b. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d. Nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi
dari konsep mayor Callista Roy.
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output
dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.
c. Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.

4
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui
neural, cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi
dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai
tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

2.3 Teori Model Keperawatan Roy


Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari Harry
Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek Dari focal
stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1)
manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Dimana antara keempat elemen
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
a. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun

5
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif
Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi
untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata
lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga
memiliki input, out put, dan control, serta proses feedback. Roy mengemukakan bahwa
manusia sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai
sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio,
psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan
Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping
yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan activifitas kognator
dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu :
Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistem
yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada
dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan
dalam karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan
antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan yang sama.
Sebagai suatu sistim manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses
Feedback, dan Output.
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri: yaitu dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri (Faz
Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat
berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus
yang dapat ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat
menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat
genetic yang dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
6
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari,
dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman
yang ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya
dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.Respon adaptif, adalah keseluruhan yang
meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai
dengan tujuan “human system. Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu:
Susbsistim Regulator dan Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara penyesuaian
diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan Interdependensi
3)    Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah espon
adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri).
Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan
respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu
selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan dengan metode
adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
4)      Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan perubahan
lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim
Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia
tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja utama yang
berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim Kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh subsistim Regulator
dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan
yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:

7
a) Perubahan Fungsi Fisiologis yaitu Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi
fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan.
b) Perubahan konsep diri adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup
persepsi, perilaku dan respon danya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan
persepsi terhadap dirinya.
c) Perubahan fungsi peran yaitu ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran
seseorang.
d) Perubahan Interdependensi adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan
masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan mengkatagorikan
perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari aktivitas Kognator dan
Regulator yang diobservasi. Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas
Fisik, Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator
maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang menghubungkan
dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah
proses dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback
baik untuk kognator maupun Regulator.
b. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah“Semua kondisi,
keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku individu dan kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat
didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang
akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
c. Kesehatan
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang digabungkan dari
manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan, hidup,
berkembang, tumbuh, memproduksi dan memimpin.
d. Keperawatan
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan dari proses
adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal, konstektual
maupun residual. Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon
adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang merupakan
aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual dan residual yang
8
menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat
meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan konstektual dan residual.
Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada
rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk
diantisipasi dengan memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy


Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan.
Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian
stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.
a. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk
mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh
perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi sosial,
mekanisme koping dan gaya hidup, stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik”
(Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003). Sistem adaptasi memiliki 4 mode adaptasi:
1. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :

a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu      ventilasi,


pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
9
e) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif
fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984,
dalam Roy 1991).
h) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam
Roy, 1991).
i) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator
koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

2. Pengkajian Konsep diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
a) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan
hal yang berat dalam area ini.
3.  Pengkajian Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.

10
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya.
4.  Pengkajian Interdependent
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
1. Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam
pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon
inefektif atau respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan.
Ketika perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan perawat, perawat
membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi
perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,
kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari
masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor
Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab.
a. Identifikasi stimulus fokal
Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat dapat
melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan
melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.
b. Identifikasi stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus fokal. Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalui observasi, pengukuran, wawancara dan validasi. Faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol,
tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan lingkungan fisik.
c.   Identifikasi stimulus residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Beberapa faktor
dalam pengalaman masa lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap,
budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi
sekarang.

b. Diagnosa Keperawatan
11
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa
keperawatan.
1. Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara
penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi
perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi
respon adaptasi. Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau
beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi
(masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola
BAB, Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadang-kadang menangis, kegagalan
peran (masalah fungsi peran).
2. Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara
penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini
caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respon perilaku tersebut
dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada
yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.
3. Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada
saat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam pasien
tidak mampu melakukan senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai
adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksanakan perannya.

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus
pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya
seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan
12
tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Tujuan
intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan
koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningkatan kemampuan koping secara
luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator
(proses pikir. Misalnya: persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping
secara luas, supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien. Tujuan adalah
harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan indikasi perilaku
dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku.
Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka
panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah
danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi).
Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen stimulus
fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim
regulator dan kognator.

e. Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan
intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy


a. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek.
Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku
pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan
mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh
pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh
perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang

13
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya
individu untuk mengatasi stress.
b. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana
sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy
E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.

14
Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem.
b. Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
c. Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah :
manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
d. Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan.
Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian
stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.
e. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek.
sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa keperawatan
diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan
tentang falsafah keperawatan dan diharapkan para pembaca bisa memberikan kritik dan
saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah kami
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto

Hidayat, AA.2004.Pengantar Konsep Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika


Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta:EGC

15
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California:
Appleton & Large. 1991.

Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed.
USA : Mosby Inc.

Lampiran I
 PERAN
Moderator : Ni Kadek Sintha Yuliana Sari
Perawat 1 : Made Surya Mahardika
Perawat 2 : I Gusti Ayu Selvia Yasmini
Perawat 3 : Ni Luh Putu Eka Rasnuari
Dokter : I Kadek Apriana
Pasien : Ni Putu Ayu Swastiningsih
Bapak Pasien : I Made Dwi Satwika Wira Putra

16
Ibu Pasien : Ni Ketut Nanik Astari
 TEMPAT & WAKTU
Tempat : Ruang A Rumah Sakit B
Waktu : Pagi Hari
 KASUS
Pasien bernama Ny. R berusia 18 tahun dengan diagnosa medis Post Operasi Apendisitis.
Ny. R mengalami masalah pada luka operasinya yaitu nyeri sekitar jahitan perutnya,
Ny.R dan keluarga khawatir dengan keadaan tersebut mereka takut akan terjadi infeksi
yang menyebabkan penyakitnya bertambah parah.

NASKAH ROLE PLAY

1. Fase Perkenalan
Suatu pagi di ruangan rawat bedah sebuah rumah sakit swasta  di Denpasar,
Perawat yang berjadwal sift pagi mendapat giliran sebagai mana biasanya pagi itu
dia mengecek keadaan pasiennya. Pada saat itu ada seorang pasien post
operasi   apendisitis bernama Rosa yang masih terbaring lemah dan ditemani oleh
keluarganya.
Perawat 1     : Selamat pagi
Pasien          : Selamat pagi pak
Perawat 1    : Perkenalkan saya Perawat Surya Mahardika dan ini rekan saya Perawat Selvi
dan Eka. hari ini kami yang bertugas diruangan ini, dari pukul 07.00 sampai
pukul 14.00 siang nanti.
Perawat 1 : Apa benar dengan Adik Rosa? ( Sambil mengecek indentitas pasien dengan
melihat gelang)
Pasien          : Iya benar pak.

2. Tahap Pengkajian
Perawat 1     : Bagaimana kabar adik hari ini ?
Pasien         : Saya merasa bekas oprasi ini nyeri pak, tidak nyaman rasanya, saya sering
merasa gelisah sekali pak jadi ya tidurnya tidak nyenyak pak, sebentar-
sebentar terbangun.
Perawat 1 : Hari ini dik, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
adik sampai jam 2 siang nanti. Nah adik, seperti yang telah kita sepakati
17
sebelumnya pagi ini saya akan meminta waktu adik sebentar partner saya akan
memeriksa sekitar 10 menit saja untuk mengumpulkan data kondisi kesehatan
adik dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa
pemeriksaan ringan.

Perawat I dan III keluar ruangan sementara itu Perawat II mulai melakukan pengkajian.

Perawat 2 : Adik sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum dik?
Pasien           :  Iya mba saya sudah siap, sudah nyaman juga kok mba.
Perawat 2     :  Agar lebih cepat saya mulai sekarang ya dik. Adik merasa sulit untuk bernafas
atau tidak?
Pasien           :  Tidak mbak.
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien)
Perawat 2      :  Adik sejak semalam sudah minum berapa banyak ?
Ibu Pasien :  Ini mba habis 4 gelas ini mba (menunjukkan sebuah gelas)
Perawat 2     :  Lalu adik tadi sarapannya dihabiskan atau tidak?
Ibu Pasien    :  Ini mba cuma dimakan 3 sendok saja.
Perawat  2     :  Aduh kok makannya cuma sedikit, ditambah ya dik makannya supaya tidak
lemas. Sedikit-sedikit saja makannya tidak apa-apa tapi sering ya. Lalu tadi
sayurnya dimakan apa tidak?
Ibu Pasien    :  Dimakan kok mba, dihabiskan malahan, cuma adik nasinya yang susah.
Perawat 2     :  Oh bagus sekali sayurnya dihabiskan nanti siang nasinya juga di habiskan ya
Pasien           :  (tersenyum dan mengangguk)
Perawat 2    :  Adik muntah atau tidak? Ada rasa mual?
Bapak Pasien:  Muntah tidak mba, mual juga tidak.
Perawat 2      :  Sejak semalam adik sudah BAB belum?
Pasien           :  Sudah mba.
Perawat 2      :  Berapa kali bu? BAB-nya lancar atau tidak? Banyak atau sedikit?
Ibu Pasien :  Satu kali, Lancar mba.
Pasien           :  Seperti biasa mba BAB-nya seperti sebelum sakit.
Perawat 2      :  Lalu untuk BAK-nya? Sejak semalam sudah BAK berapa kali?
Ibu Pasien    :  Pipisnya sudah tiga kali mba.
Perawat 2       :  Pipisnya banyak atau tidak? Apa adik memperhatikan warna urine  adik?

18
Ibu Pasien    :  Pipisnya ya segini ini lho mba, warnanya kuning pekat mba (menunjukkan
pispot yang berisi urine pasien)
Perawat 2       :  Ini adik kurang minum bu pak, minumnya ditambah ya bu sedikit-sedikit
saja kalau tidak bisa banyak yang penting sering.
Bapak pasien :  Iya mba. Tu dik dengar kata mbarnya, adik minumnya harus dibanyakin.
Pasien           :  (tersenyum simpul)
Perawat 2       :  Lalu apakah ada keluhan lain dik soal BAB dan BAK-nya?
Pasien           :  Setelah operasi mba saya merasakan sakit tiap pipis
Perawat   2    :  Sakitnya seperti apa ya dik?
Pasien           :  Seperti terbakar gitu mba rasanya saat pipis
Perawat 2       :  Ada lagi yang lain dik?
Pasien           :  Itu mba saya masih belum bisa kentut semenjak operasi
Perawat 2       :  Untuk luka operasinya sendiri bagaimana dik? Ada keluhan?
Pasien           :  Rasanya itu mba sakit sekali perut saya yang bagian di operasi itu lho mba
yang sakit sekali.
Perawat 2       :  Sakitnya itu seperti apa ya dik?
Pasien           :  Nyeri gitu mba rasanya.
Perawat 2        :  Permisi ya dik, saya lihat ya buka luka operasinya (memakai handscon)
(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka masih basah namun tidak
kemerahan dan luka operasi tersebut bersih)
Perawat 2     :  Dik ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak   kemerahan.
Hanya belum kering saja.
Pasien           :  Memang lukanya memang keringnya lama ya mba?
Perawat 2      :  Ya semuanya tergantung kondisi adik juga, kalau kondisi adik stabil luka
bekas operasinya juga aka cepat kering. Nah ibu, apakah adik merasakan
gangguan istirahat dan aktivitas?
Pasien           :  Kalau istirahat ya terganggu mba, kan saya merasa nyeri jadi tidak bisa
nyenyak tidurnya.
Perawat 2        :  Lalu untuk aktifitasnya sendiri adik? adik sudah bisa duduk?
Pasien           :  Belum mba, tiduran saja sakit.
Perawat  2     :  Oh begitu ya, jadi adik masih memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas
yang ringan?
Pasien           :  Iya mba, badan saya masih lemas, apa-apa perlu dibantu.
Bapak Pasien : Masih mba seperti ke toilet saya masih bantu anak saya.
19
Perawat   2    :  Nah adik saya sudah selesai, ada keluhan lain yang ingin ibu sampaikan atau
barangkali ada yang ingin ditanyakan?
Ibu pasien   :  Ini mba badan anak saya kok rasanya agak hangat ya mba?
Pasien           :  Iya mba saya merasa hangat badan saya
Perawat 2      :  Saya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya dik (perawat melakukan validasi
pernyataan pasien dengan mengukur suhu tubuh dan tensi  pasien)
Bapak pasien :  Bagaimana mba suhu badan anak saya berapa?Tensinya berapa?
Perawat 2      :  Suhunya normal 36,50 C dan tekanan darahnya  juga normal 120/80mmhg.
Ibu Pasien : Untunglah tidak panas, mungkin suhu ruanganya.
Perawat 2     :  Baik adik, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan
kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk menyampaikan
diagnosa keperawatan dari gangguan kesehatan yang adik alami. Adik
silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, kalau perlu
bantuan silahkan pencet belnya kami siap membantu adik, saya permisi dulu
ya pak, bu (berpamitan).

3. Tahap Diagnosa dan Perencanaan


Setelah perawat 2 berbincang pada pasien perawat pun bergegas menuju ke ruangan
dokter untuk berkonsultasi.
Perawat II             :”(tok...tok) permisi dok”
Dokter                : “Iya sus, silahkan duduk, ada keperluan apa ?”
Perawat II            : “Ini dok, ada pasien yang bernama Rosa ia berusia 18 tahun dengan post
operasi apendisitis, pasien mengatakan nyeri pada bagian operasi sering
gelisah dan pasien juga susah untuk tidur”
Dokter                 :”Baik saya akan menuju keruangan pasien untuk memeriksa keadannya.”
Perawat II             :”Baik dok, silahkan. (perawat ikut mendampingi dokter).

Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ny. R
mengalami diagnosa keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera dan
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Dengan intervensi yang diberikan yaitu manajemen nyeri, lakukan pencegahan resiko
infeksi, lakukan pemeriksaan TTV tiap 4jam dan kalaborasi dengan dokter untuk
memberikan terapi obat,

20
Setelah diperiksaan, dokter meminta perawat untuk memberikan obat analgetik dan
antibiotik pada Rosa.

4. Tahap Implementasi
Perawat 3    : Selamat pagi adik. Perkenalkan saya perawat nanik.Benar dengan adik Rosa
berumur 18 tahun? Saya lihat gelangnya ya.
Pasien           :  (Mengangguk)
Perawat 3       :  Bagaimana adik perasaannya pagi ini? Sudah merasa baikan atau belum?
Pasien           :  Belum sus saya masih merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus,
sebentar-sebentar terbangun.
Perawat  3      : Jadi nyerinya masih terasa sekali ya dik?
Pasien           :  Iya mba.
Perawat 3 : Baik adik karena adik masih merasakan nyeri saya akan mengajarkan teknik
relaksasi supaya nyeri ibu berkurang, apakah adik bersedia?
Pasien : iya saya mau
Perawat 3 : adik bisa lihat saya dulu setelah itu adik belajar sendiri sambil saya ajari
Pasien : (Mengangguk)
Perawat 3 : Pertama adik tarik napas, tahan 3 detik lalu hembuskan pelan-pelan lewat
mulut ( sambil mempratekkan). Ini diulang beberapa kali sampai nyeri
berkurang, adik sekarang sudah mengertii? Sekarang coba adik pratekan?
Pasien : (Melakukan relaksasi) seperti ini ya mba?
Perawat 3 : Yaa bagus sekali dik, nah selanjutnya saya akan mengukur tanda vital sign
adik
Perawat 3 mengukur tanda vital sign dengan hasil RR 18x/menit, Suhu tubuh 36,60C,
Tekanan darah 120/80mmHg, Nadi 78x/menit.

Perawat 3 : Tindakan selanjutnya membersihkan luka operasi dan menyuntikan antibiotik,


apa adik sudah siap?
Pasien           :  Iya saya siap mba
Perawat 3     :  Permisi bu saya bersihkan dulu ya luka operasinya. (perawat membersihkan
luka bekas operasi pasien). Nah dik ini obatnya yang berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri yang adik rasakan, bisa minum obatnya sendiri kan
adik?

21
Pasien : Aduh gak bisa mba saya takut bergerak, saya takut jahit luka operasi saya
terlepas mba
Perawat 3 : Oh itu masalahnya, adik tidak usah takut bergerak karena bergerak akan
membantu proses penyembuhan adik, yang penting tidak terlalu aktif, tidak
apa- apa, adik bisa minum obat dengan sendiri dan bisa ke toliet juga bisa tapi
dengan hati-hati dulu.
Pasien : Baiklah mba saya akan minum obat dengan sendiri.
(Pasien meminum obat dan selanjutnya perawat menyuntikan antibiotik)
Perawat 3      :  Baik adik, saya sudah selesai melaksanakan tindakan keperawatan untuk adik.
Mungkin ada yang ingin ditanyakan? Atau ada keluhan yang ingin
disampaikan?
Bapak Pasien : Mba apakah anak saya bisa sembuh dan tidak kah anak saya terkena infeksi
yang menyeramkan?
Perawat 3 : Anak bapak pasti sembuh jika sudah mau mengikuti perawatan disini dan
untuk terkena infeksi itu tidak pak, kami sudah membersihkan luka anak bapak
dengan baik disini.
Ibu pasien :  Baik mba terimakasi atas penjelasannya saya sebagai orang tua cemas
melihat kondisi anak seperti ini.
Perawat 3 : Iya ibu berdoa terbaik untuk anak semoga kondisi anak ibu semakin
membaik
Pasien : Makasih mbak, saya akan tidur sekarang sepertinya habis minum obat jadi
mengantuk
Perawat   3    :  Iya dik memang seharusnya adik banyak istirahat supaya lekas sembuh. Baik
adik, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan
kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk melakukan
evaluasi kondisi kesehatan ibu dari pagi sampai siang ini setelah mendapatkan
serangkaian asuhan keperawatan dari kami. adik silahkan dilanjutkan
istirahatnya, terima kasih atas waktunya, jika perlu bantuan silahkan pencet
belnya ya,  saya permisi dulu  dik , bu pak (berpamitan).

5. Tahap Evaluasi dan Terminasi


Perawat   1    :  Selamat siang adik. Perkenalkan saya perawat surya, masih ingat dengan saya
dik?.
Pasien           :  Masih dong pak
22
Perawat  1    : Bagaimana perasaan adik siang ini?
Pasien           :  Sudah lebih baik pak dari pada pagi tadi. Saya sudah bisa tidur tadi dan rasa
nyeri saya sudah mulai berkurang setelah diajarkan relaksasi tadi pagi pak
Perawat 1 : Baiklah, kalau begitu sekarang adik rosa istirahat dulu, nanti kalau ada yang
belum jelas, adik dan keluarga bisa tanya lagi, selanjutnya kami berharap adik
rosa menerima perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini.
Pasien : Terimakasi banyak pak
Perawat 1 : Iya sama sama, saya permisi adik silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima
kasih atas waktunya, jika perlu bantuan silahkan pencet belnya ya,  saya
permisi dulu  dik , bu pak (berpamitan).

23

Anda mungkin juga menyukai