Anda di halaman 1dari 27

Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I

TIM PENYUSUN

apt. A.Suparlan Isya Syamsu, S.Farm., M.Si.


Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc.

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

1|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

KARTU KONTROL
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I

NAMA : ……………………………………..
FOTO
NIM : ……………………………………..
KELOMPOK : ……………………………………..
KELAS : …………………………………….. 3X4

No. Percobaan Asisten Paraf Nilai

Makassar, 2021
Koordinator Praktikum,

Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc.


NIDN. 0922119201

2|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

STAFF LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

Kepala Laboratorium : Nurfiddin Farid, S.Farm., M.Si.

Staff Laboratorium : Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes.


apt. Ahmad Irsyad Aliah, S.Farm., M.Si.
apt. A.Suparlan Isya Syamsu, S.Farm., M.Si.
Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc.
apt. Nurjannah Bachri, S.Farm., M.Farm.
apt. Muhammad Asri SR, S.Farm., M.Farm.
apt. Nurhikma A, S.Farm., M.Si.
apt. Sri Wahyuningsih, S.Si., M.Si.
apt. Rugayyah Alyidrus, S.Farm., M.Si.
apt. Elvira Santi, S.Farm., M.Biomed.
apt. Nurul Inayah, S.Farm., M.Si.
apt. Sunarti, S.Farm., M.Si.

Laboran : Paramita Lestari, S.Farm.

Asisten Laboratorium : Ilham


Fahri Ali
Ichal Palen Tuhuteru
Ningsih Wano Kaka Tefa
Felix Ronaldo Rada
Robert Melamnanat Watmanlussy
Ayu Astari
Novani Farda Wouw
Nur Aliza

3|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERATURAN LABORATORIUM

1. Syarat mengikuti praktikum adalah sebagai berikut :


- Mahasiswa yang telah mengikuti kuliah Farmakologi & Toksikologi I
- Menunjukkan salinan kartu rencana studi
- Pas foto berwarna ukuran 3 x 4 : 1 lembar
2. Praktikum dimulai sesuai kesepakatan pada saat asistensi umum dan harus hadir
15 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib memakai jas praktikum, sarung
tangan, masker, badge nama dan diwajibkan mengikuti tata cara berpakaian
Fakultas Farmasi Universitas Megarezky.
4. Setiap kelompok bertanggung jawab atas penyediaan dan pemeliharaan hewan
yang digunakan selama praktikum.
5. Setiap kelompok bertanggung jawab atas kebersihan meja dan alat-alat
praktikum serta mengembalikan peralatan dalam keadaan bersih.
6. Data praktikum dinyatakan sah apabila telah ditandatangani oleh asisten yang
bertugas.
7. Laporan praktikum dibuat tertulis dan diserahkan dua hari setelah praktikum
tersebut.
8. Apabila dalam laboratorium terjadi keadaan yang berbahaya, praktikan harus
segera melapor pada dosen/asisten yang bertugas, dan bila dalam praktikum
menemui kesulitan atau kesukaran mintalah petunjuk dosen/asisten yang
bertugas.
9. Praktikan yang berhalangan hadir harus memberikan keterangan tertulis atau
surat keterangan dokter apabila sakit.
10. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum diwajibkan melakukan kegiatan
praktikum di hari lainnya.

4|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

TUJUAN INSTRUKSIONAL
A. Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa S-1 Farmasi akan dapat
mengevaluasi aktivitas obat menggunakan berbagai metode eksperimen
Farmaskologi.

B. Khusus
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan cara penanganan hewan coba yang baik dan
penggunaan hewan yang sesuai etik.
2. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat berdasarkan Rute Pemberian Obat
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat berdasarkan Variasi Biologi
4. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat terhadap system saraf otonom
5. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat system saraf pusat
6. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat Analgetik
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat Antipiretik
8. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat Antiinflamasi
9. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat Antihipertensi
10. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat Diuretik

5|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Percobaan Penanganan Hewan Coba
Percobaan Sistem Saraf Otonom
Percobaan Sistem Saraf Pusat I
Percobaan Analgetik, Antipiretik, dan Antiinflamasi
Percobaan Antihipertensi dan Diuretik
Daftar Pustaka

6|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERCOBAAN I

PENGENALAN HEWAN COBA

A. Tujuan Instruksional
1. Mengenal berbagai macam hewan coba yang umum digunakan di
Laboratorium.
2. Melakukan penanganan terhadap hewan coba.
3. Memberikan perlakuan berupa pemberian sediaan terhadap hewan coba, baik
secara injeksi maupun oral.
B. Teori Umum
Ditinjau dari sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, dimana faktor
keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat atau
karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu:
1. Hewan liar
2. Hewan konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka.
3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara
dengan sistem tertutup.
4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman.
Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus
diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan laboratorium tersebut
digunakan sebagai model untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Beberapa jenis hewan dari yang ukuran terkecil dan sederhana ke ukuran
yang besar dan lebih kompleks digunakan untuk keperluan suatu penelitian, yaitu
sebagai berikut:
1. Mencit (Mus musclus)
a. Data biologik normal
- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
- Konsumsi minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20 – 25 %
- Ekskresi urine per hari 0,5 – 1,0 ml
- Lama hidup 1,5 tahun

7|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

- Bobot badan dewasa :


- Jantan 25 – 40 g
- Betina 20 – 40 g
- Bobot lahir 1,0 – 1,5 g
- Dewasa kelamin 28 – 49 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 4 – 5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari
- Mulai makan pakan kering 10 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 3 betina
- Jumlah kromosom 40
- Suhu rektal 37,5ºC
- Laju respirasi 163 x/mn
- Denyut jantung 310 – 840 x/mn
- Pengambilan darah (maks.) 7,7 ml/kg
- Jumlah sel darah merah 8,7 – 10,5 x 106 /µl
- Jumlah sel darah putih 8,4 – 103 /µl
- Kadar hemoglobin 13,4 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 44%
b. Cara Handling
Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat
maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga
mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah, mencit cenderung
menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari
kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudiaan mencit ditaruh pada
kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan
jepit ekornya.
Di samping itu, secara komersial telah diproduksi sebuah alat untuk
menghandel hewan laboratorium (mencit/tikus) dengan berbagai ukuran,
sehingga meudahkan peneliti untuk mengambil darah atau perlakuan lainnya.
c. Penandaan (identifikasi) hewan coba
Beberapa cara penandaan hewan coba dilakukan untuk mengetahui
kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan
ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis),
sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang, yaitu dengan ear tag (anting
bernomor), tato pada ekor, melubangi daun telinga, dan elektronik transponder.

8|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

d. Pengambilan darah
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu :
1. Vena lateral dari ekor.
2. Sinus orbitalis mata.
3. Vena saphena (kaki).
4. Langsung dari jantung.
Sedangkan tempat atau lokasi untuk injeksi, volume sediaan dan ukuran jarum
adalah sebagai berikut:
IV IP IM SC Oral
Lokasi Lateral Tidak Belakang
ekor direkomendasi leher
Volume 0,2 ml 2 – 3 ml 2 – 3 ml 5 – 10
ml/kg
Ukuran > 25 > 21 > 20 Jarum
Jarum guage guage guage tumpul
22 – 24
guage
e. Euthanasi (cara mematikan hewan coba)
Dengan beberapa cara yaitu euthanasia dengan CO2, injeksi barbiturat over
dosis (200 mg/kg) IP atau dengan dislokasi maupun dekapitasi. Yang terakhir
perlu keahlian khusus dan bergantung pada tujuan dilakukan euthanasia.
2. Tikus (Rattus novergicus)
a. Data biologik normal
- Konsumsi pakan per hari 5 g/100 g BB
- Konsumsi minum per hari 8 – 11 ml/100 g BB
- Diet protein 12 %
- Ekskresi urine per hari 5,5 ml/100 g BB
- Lama hidup 2,5 – 3 tahun
- Bobot badan dewasa :
- Jantan 300 – 400 g
- Betina 250 – 300 g
- Bobot lahir 5–6g
- Dewasa kelamin 50 ± 10 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari (40 – 50 g)
- Mulai makan pakan kering 12 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 3 atau 4 betina

9|P age
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

- Jumlah kromosom 42
- Suhu rektal 37,5ºC
- Laju respirasi 85 x/mn
- Denyut jantung 300 – 500 x/mn
- Pengambilan darah (maks.) 5,5 ml/kg
- Jumlah sel darah merah 7,2 – 9,6 x 106 /µl
- Jumlah sel darah putih 14 x 103 /µl
- Kadar hemoglobin (Hb) 15,6 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 46%
b. Cara handling
Pertama ekor dipegang sampai pangkal ekor. Kemudian telapak tangan
menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari telunjuk dan jempol
secara perlahan diletakkan di samping kiri dan kana leher. Tangan yang lainnya
membantu dengan menyangga di bawahnya, atau tangan lainnya dapat
digunakan untuk menyuntik.
c. Penandaan (identifikasi) hewan coba
Sama dengan penandaan pada mencit.
d. Pengambilan darah
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
1. Vena lateral dari ekor
2. Bagian ventral arteri ekor
3. Sinus orbitalis mata
4. Vena saphena (kaki)
5. Anterior vena cava
6. Langsung dari jantung
Sedangkan tempat atau lokasi untuk injeksi, volume sediaan dan ukuran jarum
adalah sebagai berikut :

IV IP IM SC Oral
Lokasi Lateral Otot Belakang
ekor dan quadricep, leher
vena bag.belakan
saphena g paha
Volume 0,5 ml 5 – 10 0,1 ml 5 – 10 ml 5 – 10 ml/kg
ml

10 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

Ukuran > 23 guage > 21 < 21 gauge > 20 Jarum tumpul 18


Jarum guage guage – 20 guage
e. Euthanasi
Dengan beberapa cara yaitu euthanasia dengan CO2, injeksi pentobarbital over
dosis (40 – 60 mg/kg) IP atau dengan ketamin/medetomidin, 60 – 75 mg/kg IP,
atau dengan obat anestetika lainnya.
3. Hamster (Cricetus griseus)
a. Data biologik normal
-Konsumsi pakan per hari 10 – 20 g
-Konsumsi minum per hari 8 – 10 ml
-Lama hidup 18 – 24 bulan
-Bobot badan dewasa :
- Jantan 85 – 130 g
- Betina 95 – 150 g
- Bobot lahir 2g
- Temperatur tubuh 37º - 38ºC
- Umur sapih 20 – 25 hari
- Jumlah anak perkelahiran 5–9
- Laju respirasi 35 – 135/menit
- Denyut jantung 250 – 500/menit
- Volume darah 78 ml/kg
- Tekanan darah 150/110 mmHg
- Kadar hemoglobin (Hb) 10 – 16 g/dl
- Jumlah sel darah merah 6 – 10 x 106/mm3
- Jumlah sel darah putih 3 – 11 x 103 /mm3
- Neutrophils 10 – 42%
- Lymphosit 50 – 95%
- Eosinophil 0 – 4,5%
- Monosit 0 – 3%
- Basophil 0 – 1%
b. Cara handling
Hamster biasa tertidur sangat lelap dan akan terganggu bila tiba-tiba dipegang,
hal ini akan membuat dia menggigit. Karena itu, harus diusahakan tidak
memperlakukannya secara kasar. Hamster dapat dipindahkan dengan cara
memasukkan ke dalam kaleng karet, mengangkat pada kulit leher, dan
meletakkannya pada punggungnya.
c. Anestesi

11 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

Dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:


1. Ketamin (80 mg/kg BB) ditambah xylazine disuntikkan secara i.m atau
fentanyl-droperidol 0,15 ml/kg disuntikkan i.m., fentanyl-fluanisone
sebanyak 1 mg/kg BB dikombinasikan dengan diazepam 5 mg/kg BB
disuntikkan secara i.p. Ketiga macam cara tersebut menginduksi anestesia
dalam ± 6 menit selama sekitar 60 menit.
2. Natrium pentobarbital disuntikkan secara i.p 60 – 90 mg/kg BB
menghasilkan anestesia selama 30 -45 menit. Penyuntikan dilakukan di
perut bagian bawah sedikit di luar garis tengah.
3. Anestetik yang menguap (eter, methoxyflurane, halotan) dibasahi pada kain
kasa dan kapas dalam masker, cara memberikan anestesia dalam waktu
singkat.
4. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
a. Data biologik normal
- Konsumsi pakan per hari 100 – 200 g
- Konsumsi minum per hari 200 – 500 ml
- Diet protein 14%
- Ekskresi urine per hari 30 – 35 ml
- Lama hidup 5 – 7 tahun
- Bobot badan dewasa :
- Jantan 4 – 5,5 kg
- Betina 4,5 – 6,5 kg (NZ)
- Bobot lahir 30 – 100 g
- Dewasa kelamin :
- Jantan 5 – 6 bulan (4,5 kg)
- Betina 6 – 7 bulan (4 kg)
- Siklus estrus (menstruasi) Polyestrus (diinduksi)
- Umur sapih 8 minggu (1,8 kg)
- Mulai makan pakan kering 16 – 18 hari
- Waktu untuk kawin kembali 35 – 42 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 6-10 betina
- Jumlah kromosom 44
- Suhu rektal 39,5ºC
- Laju respirasi 51 x/mn
- Denyut jantung 200 – 300 x/mn
- Volume darah 55 – 65 ml/kg
- Pengambilan darah (maks.) 7,7 ml/kg

12 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

- Kadar hemoglobin (Hb) 4 – 7 x 106/µl


- Pack Cell Volume (PCV) 10 -15 g/dl
- Jumlah sel darah merah 33 – 48%
- Jumlah sel darah putih 5 – 12 x 103/ µl
b. Cara handling
Kadang kelinci mempunyai kebiasaan untuk mencakar atau
menggigit. Bila penanganan kurang baik, kelinci sering berontak dan
mencakarkan kuku dari kaki belakang dengan sangat kuat yang kadang
dapat menyakiti dirinya sendiri. Kadang kondisi tersebut dapat
menyebabkan patahnya tulang belakang kelinci yang bersangkutan.
Cara menghandel adalah dengan menggenggam bagian belakang
kelinci sedikit ke depan dari bagian tubuh, dimana bagian tersebut kulitnya
agak longgar. Kemudian angkat kelinci dan bagian bawahnya lalu disangga.
Sedangkan cara menangani kelinci perlakuan baik untuk diinjeksi
ataupun untuk pengambilan darah diperlukan peralatan khusus dimana
kelinci tidak dapat banyak bergerak.
c. Penandaan
Penandaan kelinci dapat dilakukan secara individu hewan ataupun
kelompok. Penandaan banyak dilakukan pada daerah telinga yang berupa
ear tag (anting bernomor). Dapat juga dengan tato pada telinga.
d. Pengambilan darah
Pengambilan darah dapat dilakukan dari beberapa cara, yaitu:
1. Arteri sentral di telinga
2. Bagian lateral vena saphena
3. Vena jugularis
4. Vena cava anterior
5. Jantung
Sedangkan tempat atau lokasi untuk injeksi, volume sediaan dan
ukuran jarum adalah sebagai berikut:
IV IP IM SC Oral
Lokasi Vena marginal Otot Belakang
telinga quadricep, leher
bag.belakang

13 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

paha, otot
lumbal
Volume 1 – 5 ml 50 – 0,5 – 1 ml 50 – 100 5 – 10
100 ml ml ml/kg
Ukuran > 20 guage > 20 < 20 gauge > 20 Jarum
Jarum guage guage tumpul
18 – 20
guage
Tabel 1. Volume maksimum pemberian larutan obat pada hewan coba
Jenis Hewan Rute Pemberian Obat dan Volume Maksimal (ml)
(Bobot Badan) i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5 – 1,0 1,0
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2–5 2–5 5,0
Hamster (50 g) - 0,1 1–5 2,5 2,5
Marmut (250 g) - 0,25 2–5 5,0 10,0
Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
Kelinci (2,5 kg) 5 – 10 0,5 10 – 20 5 – 10 20,0
Kucing (3 kg) 5 – 10 1,0 10 – 20 5 – 10 50,0
Anjing (5 kg) 10 – 20 5,0 20 – 50 10,0 100,0
Tabel 2. Faktor konversi dosis
Jenis Hewan Men Tik Mar Keli Kuci Ker Anjin Man
(Bobot cit us mut nci ng a g usia
Badan) (20 (200 (400 (1,5 (2 (4 (12 (70
g) g) g) kg) kg) kg) kg) kg)
Mencit (20 1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
g)
Tikus (200 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5
g)
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
(400 g)
Kelinci (1,5 0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
kg)
Kucing (2 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
kg)
Kera (4 kg) 0,01 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
6
Anjing (12 0,00 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
kg) 8
Manusia (70 0,00 0,01 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0
kg) 26 8

14 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

C. Alat dan Bahan


1. Spoit oral (kanula) 5. Air suling
2. Spoit injeksi 6. Asam pikrat
3. Alkohol 7. Na-CMC 1%
4. Kapas 8. Seperangkat alat bedah
D. Prosedur Kerja
1. Dilakukan penanganan terhadap hewan coba mencit, tikus, dan kelinci.
2. Dilakukan pemberian sediaan obat secara per oral dan injeksi pada mencit,
tikus, dan kelinci.
3. Dilakukan pengambilan darah pada mencit, tikus, dan kelinci.

15 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERCOBAAN II

SISTEM SARAF OTONOM

A. Tujuan Instruksional
Mengetahui dan memahami efek farmakologi obat-obat yang bekerja pada sistem
saraf otonom dengan melihat respons yang timbul pada mencit (Mus musculus).
B. Teori Umum
Sistem saraf dibedakan atas dua divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat
(SSP) yang terdiri atas otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang
merupakan sel-sel saraf yang terletak diluar otak dan medula spinalis, yaitu saraf-
saraf yang masuk dan keluar SSP. Sistem saraf tepi dibagi menjadi divisi eferen
yaitu neuron yang membawa signal dari otak dan medulla spinalis ke jaringan tepi,
serta divisi eferen yang membawa informasi dari perifer ke SSP.
Bagian eferen sistem saraf tepi selanjutnya dibagi menjadi dua sub divisi
fungsional utama, yaitu sistem somatik dan sistem otonom. Eferen somatik dapat
dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur fungsi-fungsi, seperti kontraksi otak
untuk memindahkan suatu benda. Sedangkan sistem otonom tidak dipengaruhi
kesadaran dalam mengatur kebutuhan sehari-hari. Sistem saraf otonom terdiri atas
saraf motorik visera (eferen) yang menginervasi otot polos organ visera, otot
jantung, pembuluh darah dan kelenjar endokrin.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua yaitu saraf parasimpatik yang
mekanismenya menggunakan senyawa kolinergik dan saraf simpatis yang
mekanisme kerjanya menggunakan senyawa adrenergik.
Sistem saraf otonom mengatur aktivitas alat-alat dalam yang dalam keadaan
normal di luar kesadaran dan kontrol volunter, misalnya sirkulasi, pencernaan,
berkeringat, dan ukuran pupil.
C. Alat dan Bahan
1. Spoit oral (kanula) 8. Adrenalin 1mg/ml
2. Spoit injeksi 9. Atropin sulfat 0,25 mg/ml
3. Alkohol 10. Pilokarpin HCl 20 mg/ml
4. Kapas 11. Propanolol HCl 10 mg
5. Air suling 12. Asam pikrat

16 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

6. Na-CMC 1% 13. Stopwatch


7. Aqua Pro Injection (API)
D. Prosedur Kerja
1. Penyiapan Hewan Uji
Pilih hewan coba berupa mencit yang sehat. Timbang mencit dan kelompokkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan kelompok berdasarkan berat badan.
Beri tanda mencit pada bagian tubuhnya dengan menggunakan asam pikrat.
2. Penyiapan Bahan
a. Pembuatan Na-CMC 1%
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Timbang Na-CMC sebanyak
1 gram. Masukkan air ke dalam beker gelas sebanyak 100 ml lalu panaskan.
Masukkan Na-CMC sedikit demi sedikit ke dalam beker gelas sambil aduk.
b. Pembuatan larutan obat Adrenalin 1 mg/ml
Ambil 5 ml adrenalin ampul. Cukupkan hingga 10 ml dengan Aqua Pro
Injeksi. Ambil lagi 1 ml dari larutan tersebut dan dicukupkan hingga 10 ml.
c. Pembuatan larutan obat Atropin sulfat 0,25 mg/ml
Ambil 1 ml atropin sulfat. Cukupkan hingga 10 ml dengan aqua pro injeksi.
Ambil lagi 1 ml dari larutan tersebut dan cukupkan lagi hingga 10 ml.
d. Pembuatan larutan obat Pilokarpin HCl 20 mg/ml
Ambil 1,5 ml pilokarpin. Cukupkan hingga 10 ml dengan aqua pro injeksi.
Ambil 1 ml dari larutan tersebut dan dicukupkan hingga 10 ml.
e. Pembuatan suspensi obat Propanolol HCl 10 mg/ml
Ditimbang 20 tablet Propanolol HCl dan tentukan berat rata-rata tablet.
Gerus tablet hingga halus di dalam lumpang. Timbang dan 81,89 mg dan
campurkan dengan 10 ml Na-CMC 1%.
Catatan:
Pengambilan obat pada prosedur di atas disesuaikan dengan dosis obat
yang ada. Jadi jumlah obat yang diambil ditentukan berdasarkan dosis
yang digunakan.

17 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

3. Perlakuan Hewan Uji


Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kelompokkan hewan coba
menjadi 7 kelompok dan masing-masing beri tanda untuk membedakannya
antar kelompok:
Kelompok I : Berikan Na-CMC 1% dan Aqua Pro Injeksi sebagai
kontrol.
Kelompok II : Berikan larutan obat Adrenalin secara intraperitonial.
Kelompok III : Berikan suspensi obat Propanolol HCl per-oral.
Kelompok IV : Berikan larutan obat pilokarpin HCl per-oral.
Kelompok V : Berikan larutan obat Atropin sulfat per-oral.
Kelompok VI : Berikan Atropin sulfat per-oral, biarkan selama 15 menit
lalu dilanjutkan dengan pemberian larutan obat pilokarpin HCl per-oral.
Kelompok VII : Berikan Adrenalin secara intra peritonial.
Amati efek diare, salivasi, grooming, tremor, diuresis, straub, vasodilatasi,
vasokontriksi, bronkokontriksi, bronkodilatasi, Eksoftalamus, dan berkeringat
terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

18 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERCOBAAN III
SISTEM SARAF PUSAT

A. Tujuan Instruksional
Mengetahui dan memahami efek farmakologi obat-obat yang bekerja pada sistem
saraf pusat, khususnya golongan anestesi dan hipnotik-sedatif dengan melihat
respons yang timbul pada mencit (Mus musculus).
B. Teori Umum
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik,
diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar
hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan
menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang
harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1. Reseptor
2. Konduktor (penghantar impuls)
3. Efektor
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) yang memperlihatkan efek yang
sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP
secara spesifik atau secara umum.
C. Alat dan Bahan
1. Air suling 9. Luminal
2. Aqua Pro Injections (API) 10. Diazepam
3. Spoit oral (kanula) 11. Kloroform
4. Spoit injeksi 12. Eter
5. Kapas 13. Alkohol
6. Toples kaca 14. Stopwatch
7. Papan bedah 15. Kloralhidrat
8. Seperangkat alat bedah
D. Prosedur Kerja
1. Perlakuan Anastesi

19 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mencit dikelompokkan dan diberi
tanda menjadi 3 kelompok, yaitu:
Kelompok I : Diberi eter
Kelompok II : Diberi kloroform
Kelompok III : Diberi alkohol
Masing-masing mencit dimasukkan ke dalam toples yang berbeda. Ambil kapas
lalu diberi dengan larutan uji atau obat (eter, kloroform, dan alkohol). Kapas
tersebut dimasukkan ke dalam toples. Catat onset dan durasi dengan
menggunakan stopwatch.
2. Perlakuan Hipnotik-Sedatif
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mencit dikelompokkan dan diberi
tanda menjadi 4 kelompok, yaitu:
Kelompok I : Diberi obat Luminal secara per-oral
Kelompok II : Diberi obat diazepam secara per-oral
Kelompok III : Diberi larutan kloralhidrat secara per-oral
Kelompok IV : Diberi infusa kangkung secara per-oral
Masing-masing catat onset dan durasi dengan menggunakan stopwatch.

20 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERCOBAAN V

ANALGETIK, ANTIPIRETIK, DAN ANTIINFLAMASI

A. Tujuan Instruksional
1. Mengetahui beberapa obat yang bersifat analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi.
2. Mengetahui pengaruh pemberian obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi
pada hewan coba.
3. Mengetahui beberapa tanaman yang bersifat analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi dan membandingkannya dengan khasiatnya dengan obat-obatan
yang digunakan.
B. Teori Umum
1. Analgetik
Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapiutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan potensi
kerja, mekanisme kerja dan efek samping, dibedakan dalam 2 kelompok :
a. Analgetik yang berkhasiat kuat
b. Analgetik yang bersifat lemah
Analgetik dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni :
a. Analgetik perifer (non-narkotik) yang terdiri dari obat-obat tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.
b. Analgetik narkotik, khususnya digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fractura dan kanker.
2. Antipiretik
Antipiretik adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat di atas 37ºC. Tubuh
tidak berhasil lagi untuk menyingkirkan panas melalui saluran-saluran
normalnya.
3. Antiinflamasi
Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya
permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit kejaringan radang. Gejala proses
inflamasi yng sudah dikenal ialah Kalor, Rubor, Tumor, Dolor, dan Funtiolaesa.

21 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

C. Alat dan Bahan


1. Air Suling 8. Daun Pepaya
2. Aqua Pro Injection (API) 9. Daun Pegagan
3. Na-CMC 1% 10. Daun Belimbing wuluh
4. Alkohol 96% 11. Obat golongan analgetik
5. Kapas 11. Obat golongan antipiretik
6. Spoit oral (kanula) 12. Obat golongan antiinflamasi
7. Spoit injeksi
D. Prosedur Kerja
1. Percobaan Analgetik (Induksi termal)
Mencit dibagi menjadi 4 kelompok. Mencit kelompok I diberi paracetamol
secara per-oral. Mencit kelompok II diberi ibuprofen secara per-oral. Mecit
kelompok III diberi indometasin secara per-oral. Mencit kelompok IV diberi
Na-CMC 1 % secara per-oral sebagai kontrol. Mencit diletakkan diatas plat
panas suhu 55ºC selama (5’,10’,15’dan 20’)
2. Percobaan Antipiretik
Mencit dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap mencit diukur suhu awalnya dengan
termometer rektal. Tiap mencit diinduksi dengan pepton 1,5 % secara
intraperitonial. Tiap mencit diukur lagi suhunya. Mencit kelompok I diberi
paracetamol secara per-oral. Mencit kelompok II diberi ibuprofen secara per-
oral. Mecit kelompok III diberi indometasin secara per-oral. Mencit kelompok
IV diberi Na-CMC 1% secara per-oral sebagai kontrol. Lalu diukur suhu rektal
selama (5’,10’,15’dan 20’).
3. Percobaan Antiinflamasi
Mencit dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap mencit diukur volume kaki dengan
pletysnometer. Tiap kelompok diinduksi dengan albumin 1% (intraplantar).
Diukur kembali volume kakinya manggunakan pletysnometer. Mencit I diberi
pirazolon secara per-oral. Mencit II diberi diklofenat secara per-oral. Mencit III
diberi indometasin secara per-oral. Mencit IV diberi Na-CMC 1% secara per-
oral sebagai kontrol. Tiap kelompok diukur volume kakinya pada menit 15, 30,
45, dan 60 menit.

22 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

PERCOBAAN V

ANTIHIPERTENSI DAN DIURETIK

A. Tujuan Instruksional
1. Menentukan dan membandingkan efek farmakologi obat-obat antihipertensi
yaitu propranolol dan klonidin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
2. Menentukan dan membandingkan efek farmakologi obat-obat diuretik yaitu
tablet HCT, furosemid, spironolakton terhadap hewan coba mencit (Mus
musculus).
3. Mengamati perubahan tekanan darah pada probandus sebelum dan setelah
mengkonsumsi sampel melalui pengukuran tekanan darah.
B. Teori Umum
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Dapat juga dikatakan peningktan
tekanan darah didalam arteri. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan.
Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.Masa
laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna.
1. Menurut WHO (1962)
Kriteria Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normo tensi <140 <90
Borderline 140-160 90-95
Hipertensi > 160 >95
2. Menurut JNC-5 (1993)
Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Usia > 18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130 <90
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Hypertensi
Stage 1 (ringan) 140 - 159 90 – 99
Stage 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Stage 3 (berat) 180 – 209 110 -119
Stage 4 (sangat berat) >210 >120

23 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

3. Menurut WHO (1996)


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140 – 180 90 – 105
Sub-group borderline 140 – 180 90 – 95
Hipertensi sedang & berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolaso >140 <90
Sub-group borderline 140 – 160 <90
4. Menurut JNC-6 (1997)
Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Usia > 18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <90
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Hypertensi
Stage 1 (ringan) 140 - 159 90 – 99
Stage 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Stage 3 (berat) 180 – 209 110 -119
5. Menurut JNC-7 (2003)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120 – 139 0 – 89
Hypertensi
Hypertensi Stage 1 140 - 159 90 – 99
Hypertensi Stage 2 >160 >100
Klasifikasi obat–obat antihipertensi, antara lain sebagai berikut :
1. Diuretik
2. Penghambat Simpatetik
3. β-bloker
4. Vasodilator
5. Penghambat enzim konversi Angiotensin
6. Antagonis kalsium
C. Alat dan Bahan
1. Air suling 8. Hidroklortiazid
2. Aqua Pro Injection (API) 9. Propranolol HCl
3. Na-CMC 1% 10. Furosemid
4. Alkohol 96% 11. Spironolakton

24 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

5. Kapas 12. Klonidin


6. Spoit oral (kanula) 13. Kumis kucing
7. Spoit injeksi
D. Prosedur Kerja
1. Percobaan antihipertensi
Mencit dibagi menjadi 8 kelompok. Tiap mencit diinduksi dengan adrenalin
secara per-oral. Setelah 30 menit : mencit 1 diberi Na-CMC 1% secara per-oral,
mencit 2 diberi propanolol, mencit 3 diberi klonidin secara per-oral, dan mencit
4 diberi infusa kumis kucing secara per-oral. Amati telinga mencit pada menit
ke 15, 30, 45, dan 60.
2. Percobaan diuretika
Mencit dibagi menjadi 3 kelompok. Mencit 1 diberi HCT secara per-oral,
mencit 2 diberi furosemid secara per-oral, dan mencit 3 diberi spironolakton.
Hitung volume urin mencit pada menit ke-15, 30, 45, dan 60.
3. Pengukuran tekanan darah manusia
Dibentuk 6 kelompok orang. Diukur tekanan darah awal dengan tensimeter.
Probandus 1 minum kopi, 2 minum coffe mix, 3 minum susu beruang, 4 minum
extra joss, 5 makan coto, dan 6 makan konro. Setelah 60 menit kemudian
tekanan darah tiap probandus diukur kembali.

25 | P a g e
Penuntun Praktikum Farmakologi – Toksikologi 2021

DAFTAR PUSTAKA

1. Malole, dkk. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium.


Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Pusat antara Universitas Biotek.
2. Smith, John B., dan Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan,
Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Press (UI-Press).
3. Ganiswara, G.S. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Hoan, Tan Tjay, dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
5. Katzung, Bertram G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik. Surabaya: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
6. Mycek, Mary J, dkk. 1979. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Jakarta:
Widya Medika.
7. Mustchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai