Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR REAKSI ANORGANIK

Pemurnian Bahan Melalui Kristalisasi

Nama : Dhika Putricia


NRM : 1303619058
Kelompok :1
Dosen Pembimbing : Dr. Sukro Muhab , M.Si
Asisten Dosen : 1. Ester Enzelica S (1303618023)
2. Nur Fitri Aulia (1303618006)
3. Widya Septianingrum (1303618071)
Tanggal Praktikum : 23 Juni 2021
Laporan
Tanggal Nilai

20 Juni 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA B


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA
2021
Percobaan VII
Pemurnian Bahan Melalui Kristalisasi
I. Tujuan
1. Menerapkan prinsip kristalisasi dalam pemurnian bahan
2. Memurnikan garam kasar (krosok) dengan metode rekristalisasi melalui penguapan
3. Menganalisis fungsi penambahan bahan yang dijadikan sebagai pengikat zat pengotor
4. Mengidentifikasi fungsi dari penyaringan yang dilakukan
5. Membandingkan garam kasar yang dijadikan sampel dengan garam hasil rekristalisasi

II. Prinsip Percobaan


Garam yang dihasilkan dari proses penguapan dan kristalisasi air laut dikenal dengan
istilah garam kasar (krosok), garam krosok ini memiliki kualitas yang rendah yaitu kadar
natrium klorida (NaCl) rata-rata hanya 85%, dan mengandung bahan pengotor seperti
magnesium sulfat (Mg𝑆𝑂4), kalsium sulfat (Ca𝑆𝑂4 ) magnesium klorida (MgCl2 ), kalium
klorida (KCl) dan pengotor tanah (Sumada et al, 2016). Peningkatan kualitas garam melalui
garam yang sudah dihasilkan dapat dilakukan secara kimia dan fisika, secara kimia dilakukan
dengan cara penambahan bahan kimia sedangkan pengolahan secara fisika dilakukan dengan
proses pencucian, kristalisasi atau evaporasi, dan reverse osmosis.
Proses pemurnian dilakukan untuk mendapatkan senyawa-senyawa kimia dalam
keadaan murni. Metode pemisahan yang digunakan menyesuaikan pada sifat fisik dan kimiawi
dari komponen penyusun campuran senyawanya. Campuran sendiri dapat berupa campuran
homogen dan campuran heterogeny. Campuran heterogen dapat berupa campuran antara padat-
cair, gas-cair, dan sebagainya (Arsyad, 2001).
Pada percobaan ini bertujuan untuk memurnikan garam kasar (krosok) dengan metode
rekristalisasi melalui penguapan. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai (Agustina et al, 2013). Prinsip dasar dari
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencemarnya. Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun
sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas
seperti yang diinginkan
Pemurnian garam dilakukan dengan cara melarutkan garam kasar (krosok) dengan air
panas lalu pisahkan filtrat dengan pengotor kemudian filtranya diuapkan (evaporasi). Proses
evaporsi didasarkan atas kelarutan bahan dalam suatu pelarut dimana kelarutan bahan tersebut
akan naik akibat naiknya suhu dan sebaliknya kelarutan akan turun pada suhu rendah,
sedangkan bahan pengotor memiliki sifat yang berbeda dimana kelarutan bahan pengotor akan
rendah pada suhu tinggi dan sebaliknya kelarutan akan tinggi pada suhu rendah. Bahan
pengotor mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan kristal sehingga tidak menjadi
satu kesatuan didalam kristal atau berada di luar kristal yang mengakibatkan kemurnian kristal
dapat tercapai dengan kata lain proses evaporasi ini dapat menghasilkan produk kristal yang
murni tanpa bahan pengotor.
Hipotesa awal pada percobaan ini yaitu diperoleh kristal garam krosok berwarna putih
tanpa zat pengotor.

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas
2. Saringan
3. Sendok
4. Panci
5. Kompor
6. Tisu

Bahan
1. Garam kasar
2. Air

IV. Bagan Alir

5 sendok makan garam kasar


• Dilarutkan dalam 200 ml air panas
• Disaring untuk memisahkan filtrat dengan pengotornya
• Dipanaskan filtrat hingga volumenya berkurang dan terbentuk garam halus berwarna
putih.
V. Data Pengamatan
No Perlakuan Persamaan Reaksi Keterangan
1.
5 sendok makan garam kasar 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑠) + 𝐻2 𝑂(𝑙) ⇾ Garam kasar
𝑁𝑎+ (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 − (𝑎𝑞) berwarna putih
• Dilarutkan dalam 200 ml air kekuningan.
panas
• Disaring untuk memisahkan Garam kasar larut
filtrat dengan pengotornya tetapi masih terdapat
• Dipanaskan filtrat hingga garam yang tidak
volumenya berkurang dan larut yang terletak di
terbentuk garam halus bawah permukaan.
berwarna putih
Terdapat pengotor
saat dilakukan
penyaringan.

Terbentuk garam
halus berwarna putih.

VI. Analisis Data


Pada percobaan ini bertujuan untuk memurnikan garam kasar (krosok) dengan metode
rekristalisasi melalui penguapan. Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solvent) yang sesuai. Syarat agar pelarut dapat digunakan
dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat
yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan
mudah dipisahkan dari kristalnya.
Untuk memperoleh zat yang benar-benar murni, harus dipisahkan dari campuran yang
ada pada zat tersebut. Banyak cara yang digunakan dalam pemisahan campuran. Hal ini
bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Proses
rekristalisasi pada pembuatan garam adalah pada proses pemanasan dan pengeringan. Dimana
kedua proses tersebut digunakan untuk membuat garam yang awalnya masih berupa larutan
atau zat cair menjadi padatan dalam bentuk kristal. Proses pemanasan ini harus memiliki suhu
yang sesuai agar didapatkan kristal garam yang baik (Rijal, 2017).
Pemurnian garam pada percobaan ini dilakukan dengan cara melarutkan 5 sendok
makan garam kasar (krosok) dengan air panas. Dalam proses pelarutan, garam kasar larut tetapi
masih terdapat garam yang tidak larut yang mengendap di bawah permukaan hal ini
dikarenakan prose pelarutan belum sempurna. Setelah proses pelarutan tersebut, pisahkan
filtrat dengan pengotor dengan menggunakan saringan yang diatasnya diletakan tisu, terlihat
di tisu bahwa terdapat pengotor pada larutan garam. Kemudian filtranya diuapkan (evaporasi)
dengan dipanaskan di atas kompor dengan api sedang. Proses evaporsi didasarkan atas
kelarutan bahan dalam suatu pelarut dimana kelarutan bahan tersebut akan naik akibat naiknya
suhu dan sebaliknya kelarutan akan turun pada suhu rendah, sedangkan bahan pengotor
memiliki sifat yang berbeda dimana kelarutan bahan pengotor akan rendah pada suhu tinggi
dan sebaliknya kelarutan akan tinggi pada suhu rendah. Bahan pengotor mempunyai bentuk
dan ukuran yang berbeda dengan kristal sehingga tidak menjadi satu kesatuan didalam kristal
atau berada di luar kristal yang mengakibatkan kemurnian kristal dapat tercapai dengan kata
lain proses evaporasi ini dapat menghasilkan produk kristal yang murni tanpa bahan pengotor.
Larutan zat yang diinginkan sebagai hasil akhir bisa dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya (mencapai kondisi supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara teoritis ada
empat metode untuk menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperatur, menguapkan
solvent, reaksi kimia, dan mengubah komposisi solvent (Schimdt, et al, 2009).
Cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas garam adalah pemurnian
dengan penambahan bahan pengikat pengotor. Tanpa adanya proses pemurnian, maka garam
dapur yang dihasilkan melalui penguapan air laut masih bercampur dengan senyawa lain yang
terlarut seperti MgCl2 , MgSO4 , CaSO4 , CaCO3 , KBr , dan KCl dalam jumlah kecil (Jumaeri,
2003). Menurut Rahman (2010) pengotor pada garam dapat dihilangkan dengan penambahan
NaOH yang dapat mengubah MgCl2 dan MgBr2 menjadi yang mengendap. Tetapi pada
percobaan ini kelompok kami tidak menambahkan NaOH untuk Mg(OH)2 menghilangkan
pengotor karena keterbatasan bahan. Proses penambahan bahan pengikat pengotor bertujuan
untuk menghilangkan kotoran yang bercampur dengan garam krosok, baik yang larut maupun
yang tidak larut dalam air serta agar kadar NaCl dalam garam krosok memenuhi baku mutu SII
yaitu kadar NaCl minimal 98,5%.
Menurut Gemati (2013) untuk memisahkan pengotor yang tidak larut dalam air
dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring sedangkan pengotor yang masih larut
merupakan pengotor yang berupa ion. Kation paling banyak yang terdapat dalam garam krosok
adalah Ca2+ dan Mg 2+ . Pengotor yang berupa ion dapat dipisahkan dengan cara pengendapan
yaitu dengan menambahkan koagulan Na2 CO3 dan NaOH yang kemudian ion Ca2+ dan Mg 2+
akan membentuk agregat lalu mengendap sebagai endapan CaCO3 , MgCO3 , dan Mg(OH)2.
Hasil akhir pada percobaan ini yaitu terbentuk garam halus berwarna putih sebanyak 3
sendok makan dari 5 sendok garam kasar yang dilarutkan dalam air. Garam hasil kristalisasi
yang diperoleh tidak sama dengan jumlah garam yang dijadikan sampel hal ini mungkin terjadi
karena proses pelarutan garam yang kurang sempurna, garam ikut menguap saat proses
pemanasan, dan lain-lain. Nantinya garam yang diperoleh setelah mengalami proses
rekristalisasi bisa dihitung persen rendemennya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Massa garam hasil rekristalisasi
% rendemen = X 100%
Massa garam sampel

tetapi karena keterbatasan alat, maka kelompok kami tidak tahu secara tepat berapa massa
garam yang diperoleh maupun massa garam yang dijadikan sampel otomatis kelompok kami
tidak bisa menghitung persen rendemen dari garam tersebut.

VII. Kesimpulan
1. Percobaan pemurnian didasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang akan
dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu.
2. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan garam kasar adalah air panas.
3. Proses penyaringan berfungsi untuk untuk memisahkan pengotor yang tidak larut dalam
air
4. Garam yang digunakan dalam percobaan ini pada mulanya masih kasar dan berwarna
putih kekuningan.
5. Garam yang dihasilkan sebagai hasil rekristalisasi yaitu garam halus berwarna putih.
6. Proses rekristalisasi pada pembuatan garam adalah pada proses pemanasan dan
pengeringan.
7. Proses pemanasan rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan bantuan kompor
8. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencemarnya.
9. Untuk menghilangkan pengotor yang masih larut dalam air dapat dihilangkan dengan
penambahan NaOH yang dapat mengubah MgCl2 dan MgBr2 menjadi yang
mengendap.
10. Tanpa adanya proses pemurnian, garam kasar yang dihasilkan melalui penguapan air
laut masih bercampur dengan senyawa lain.

VIII. Daftar Pustaka


Agustina L. Rositawati. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk
Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(4).
Arsyad, M., Natsi5. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Gemati, A., Gunawan., Khabibi. 2013. Pemurnian Garam NaCl melalui Metode Rekristalisasi
Garam Krosok dengan Penambahan Na2 CO3 , NaOH dan Polialuminium Klorida untuk
Penghilangan Pengotor Ca2+ dan Mg 2+ . Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 16(2):50-54.
Jumaeri, dkk, 2003. Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap Kemurnian
Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur Melalui Proses Kristalisasi,
Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UNNES, Semarang.
Rahman,A.U., Amjad Islam., Muhammad Akhyar Farrukh. 2010. Preparation of analytical
grade Sodium Chloride from Khewra rock salt. Word Applied Sciences Journal,
9(11):1223- 1227.
Rijal, Syamsur. 2017. Rancang Bangun sistem Pengendalian Temperature Proses Rekristalisasi
Pada Minplant Pemurnian Garam. (Tugas akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Schimdt, J-H, Meirhofer, W., Schwaiger, H. 2009. Process Optimization of Brine Purification
and Evaporation for Combined Crystallization of NaCl and Na2SO4 by Means of
Mechanical Vapour Recompression. 9 th International Symposium of Salt.
Sumada, Ketut., Retno Dewati., Suprihatin. 2016. Garam Industri Berbahan Baku Garam
Krosok dengan Metode Pencucian dan Evaporasi. Jurnal Teknik Kimia, 11(1): 30-36.
IX. Lampiran
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini

Garam kasar dimasukkan ke dalam gelas Ditambahkan air panas ke dalam gelas yang
berisi garam kasar

Dilakukan pengadukan agar garam larut


Disaring filtrat dari larutan garam dengan
menggunakan saringan yang dibagian
atasnya diletakkan tisu Pengotor yang terpisah dari filtrat

Filtrat yang sudah disaring Filtrat dipanaskan di atas kompor

Air di dalam filtrat sudah mulai menguap Air sudah seluruhnya menguap
dan tersisa endapan garam
Garam yang dihasilkan dari
proses rekristalisasi Dhika Putricia dan Muhibah Awaliyah
berfoto setelah selesai praktikum

Anda mungkin juga menyukai