Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….2

BAB 1…………………………………………………………………………...3

PENDAHULUAN……………………………………………………………...3

BAB 2………….………………………………………………………………..4

PEMBAHASAN………………………………………………………………..4

ISI……………………………………………………………………………….4

BAB 3………………………………………………………………………..…10

PENUTUP………………………………………………………………………10

KESIMPULAN…………………………………………………………………10

1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
dalam hal ini kami dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Perusahaan
Pelayaran Freight Forwarding Dan Pandangan Umum  Mengenai
Consolidation.” ini. Rasa terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Ibu Supartini,
S.E., M.Sc selaku dosen pengajar Manajemen Perusahaan Pelayaran yang telah
membimbing dan mendampingi kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Freight forwarding adalah perusahaan yang bergerak di jasa pengangkutan barang


secara keseluruhan,freight forwarding bisa berfungsi sebagai EMKL,Pelayaran,Jasa
kepabeanan ,bahkan pengiriman door to door.
Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading) adalah kegiatan usaha
yang ditujukan mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya
pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut atau udara yang
dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan,
pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen
angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim asuransi atas pengiriman barang serta
penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-
barang tersebut sampai dengan diterimanya oleh yang berhak menerimanya.

Saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karenanya
kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar dalam tugas berikutnya
dapat diselesaikan lebih baik lagi.

Semoga makalah “Perusahaan Pelayaran Freight Forwarding Dan Pandangan


Umum  Mengenai Consolidation” ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Yogyakarta,  13 Maret 2017

Vioni Yunika Andhila

(151139A)

BAB I

2
PENDAHULUAN

Peran freight forwarder sebagai pengangkut berawal dari abad lalu dimana
forwarder Eropa menyewa gerbong kereta api dari Frankurt ke Munich dan dari
Munich ke Milan, dan menerima muatan- kecil-kecil (less than railear) dari beberapa
shipper yang dikirim kepada beberapa consignee melalui agen forwarder ditempat
tujuan.

Hal ini bisa terjadi karena tarip LTR relatif tinggi, sedangkan apabila
forwarder “menyewa” satu gerbong mendapatkan tarip negosiasi.

Di Amerika Serikat, operator truck melakukan hal yang sama, mereka


menerima muatan less than truck load (LTL) service dan menyampaikan barang
muatan kepada consignee dengan tarip yang ekonomis.

Sejalan dengan perkembangan container, konsolidasi muatan melalui laut


(juga di udara) berkembang, party muatan kecil-kecil diterima oleh forwarder di
gudang CFS, disortir sesuai tujuan dan dikemas ke dalam container untuk masing-
masing tujuan. Forwarder menerbitkan B/L-nya sendiri, yang dikenal dengan “House
Bill of Lading”.

Konsolidasi merupakan perluasan dari servis freight forwarding dan kalau


freight forwarder melaksanakan konsolidasi, maka dia berperan sebagai “principal”,
bukan lagi sebagai agen, baik bagi shipper maupun (actual) carrier. Pada intinya
(ultimate forwarder) adalah Non Vessel Operating Common Carrier (NVOCC) yang
dalam prakteknya menggabungkan fungsi-fungsi shipper dan carrier.

BAB II

3
PEMBAHASAN

DEFINISI KONSOLIDASI

Definisi ini merupakan hal yang sulit, banyak freight forwarder sangat tertarik
dengan bisnis konsolidasi atau grouping tanpa menyadari resiko yang dihadapi.
Didalam container shipping, kata LCL, konsolidasi, grouppage memiliki arti yang
sama. Bagi shipping line, LCL merupakan “bisnis sampingan” dan FCL adalah
service. Freight forwarders menyebut consolidation atau groupage kalau mereka
menerima muatan kecil-kecil kemudian menggabungkan ke dalam full loads.

Di beberapa negara, dengan alasan masing-masing, shipping line menolak


LCL shipment, oleh karena itu bagi konsolidator, consolidation/groupage menjadi
bisnis utama, dimana forwarder konsolidator mengirim FCL, yang merupakan
kumpulan dari individual LCL, kepada ocean carrier.

Dengan demikian, definisi konsolidasi adalah :

“Consolidation or groupage means the assembly of small parcels of cargo from sveral
consignors at one point of origin intended for several consignees at another point of
destination and dispatching the same as one consolidated consignment to the
consolidator’s agent at the destination for delivery of the individual consignments to
the respectiver consignees”

PERAN FREIGHT FORWARDER SEBAGAI KONSOLIDATOR

Sebagai konsolidator, freight forwarder dapat berperan sebagai :

-         Seller’s consolidator

-         Buyer’s consolidator

-         Consolidation / groupage

-         Multi country consolidator

4
PELAKSANAAN KONSOLDSI  PEMBELI

Consolidation dapat juga dilakukan oleh freight forwarder bagi importir luar
negeri yang melakukan pembelian beberapa barang sedikit demi sedikit dan beberapa
supplier. Para  supplier ini diperintah oleh pembeli luar negeri tadi agar menyerahkan
barangya ke fright forwarder yang ditunjuk atas namanya untuk melaksanakan
consolidation yang akan mengirimkannya kepada buyer diluar negeri. Freight
forwarder  menerbitkan HB/L dan menyerahkan FCR kepada masing-masing supplier

KEUNTUNGAN KONSOLIDASI

a.     Bagi shipper dan consignee

1)     Mendapatkan freight yang lebih rendah, utamanya bagi shipper kecil-
kecil yang kurang memiliki pengetahuan tentang angkutan, baik laut maupun
udara.

2)     Shipper cukup berhubungan dengan forwarder yang mampu mengirim


barang ke berbagai penjuru di banding dengan actual carrier yang hanya
menawarkan jasa angkutan sesuai rute masing-masing.

3)     Forwarder konsolidator mampu menawarkan door to door services

b.     Bagi (actual) carrier

1)     Tidak perlu mengurusi muatan kecil-kecil yang berarti penghematan


dokumen, waktu dan tenaga kerja

2)     Muatan intensip karena hanya menerima FCL shipment

3)     Hemat biaya karena tidak menyediakan peralatan, ruang dan tenaga
untuk menghandle LCL.

4)     Tidak ada resiko pembayaran dari (actual) shippers, tetapi cukup
berhubungan dengan forwarder konsolidator.

c.     Bagi freight forwarder

Mendapat keuntungan dari selisih freight

d.     Bagi Ekonomi Nasional

5
Karena forwarder konsolidator memberikan tarip freight murah, maka barang
ekspor memiliki daya saing tinggi membantu pemasukan devisa.

DOKUMENTASI

a.     Forwarder’s Bill of Lading atau House Bill of Lading

House B/L diterbitkan bagi shipper masing-masing. Deliver oleh agen forwarder
di tempat tujuan atas penyerahan dokumen ini. FIATA menghimbau para
forwarder untuk menerbitkan FIATA B/L daripada B/L masing-masing.

b.     Master Ocean Bill of Lading

Diterbitkan oleh actual carrier untuk konsolidator atas muatan konsolidasi yang
akan diserahkan kepada agen konsolidator di tempat tujuan atas pengunjukan
dokumen ini.

PERTANGGUNG JAWABAN (LIABILITY) KONSOLIDATOR

Dengan menerbitkan B/L-nya sendiri, forwarder mengambil peran sebagai


pengangkut, dan bertanggungjawab atau seluruh proses pengangkutan barang sejak
menerima barang dari shippers sampai dengan menyerahkan barang kepada sonsignee
di tempat tujuan.

Dengan kata lain dia bertanggungjawab (liable) atas kehilangan, kerusakan yang
mungkin terjadi pada saat barang berada di dalam kekuasaan (custody) dari
pengangkut (actual carrier).

Tetapi ada forwarder yang menolak atas tanggungjawab tersebut. Dalam hal
ini dia berperan sebagai agen, dan dicantumkan secara jelas dalam B/L-nya.
Forwarder yang menerbitkan FIATA Bill of Lading (FBL) menerima tanggungjawab
(liable). Sesuai dengan “terms” dari FBL, apabila tahapan (saat terjadinya/stage)
kehilangan dan kerusakan barang diketahui, pertangungjawaban (liablity) forwarder
tunduk kepada konvensi internasional atau hukum nasional tetapi kalau tahapan (saat
terjadinya/stage) tidak diketahui, pertanggungjawbannya terbatas pada 2 SDRs
(Special Drawing Rights) per-kilogram atas barang yang hilang atau rusak.  Dalam
hal kelambatan, pertanggungjawabnnya terbatas 2 kali freight atau harga barang,
mana yang lebih kecil.

6
PERSYARATAN

Bagi freight forwarder yang melaksnakan konsolidasi, harus memiliki :

a.     Harus memiliki fasilitas : CFS, gudang, container dan peralatan baik di
tempat keberangkatan maupun di tempat

        tujuan (gudang dalam hal ini adalah gudang yang berada di bawah
pengawasan Bea Cukai atau yang berfungsi

        sebagai inland containers depot, ICD)

b.     Memiliki partner atau agen di Luar Negeri yang melaksanakan fungsi break
bulk agen.

c.     Memiliki tenaga experts di bidang keuangan, asuransi (liability insurance)

d.     Memiliki karyawan yang ahli di bidang packaging, stuffing yang mampu
memanfaatkan penggunaan ruangan (space)

        container.

e.     Memiliki kontrak jangka panjang dengan actual carrier sehingga mampu
menjamin adanya space di kapal atau

        pesawat udara serta mendapatkan freight yang murah.

STRATEGI PENENTUAN HARGA

A.    Secara umum, strategi penetapan harga (jual) adalah :

1.Cost plus pricing method,

    Pada methode ini, produsen (barang/jasa) menghitung seluruh biaya yang telah
dikeluarkan kemudian 

    ditambahkan keuntungan yang reasonable menjadi harga jual.

2.Mark up pricing method

7
Dalam hal barang (tangible), pedagang (trader) membeli barang, kemudian di mark up
dengan besaran % tertentu, menjadi harga jual.

Dalam hal jasa di pelabuhan, pedagang jasa membeli jasa dari penjual jasa (TPS,
Pelabuhan dll.), di mark up untuk dijual kepada consignee.

3.Break Even Analysis

Produsen barang atau jasa berhitung sampai tingkat penjualan berapa unit
dengan tingkat harga tertentu untuk mencapai BEP (sebagai harga dasar)

Dalam kasus konsolidator, methoda (1) dan (2) umum dipergunakan oleh para “agen”
apakah dia agen dari prinsipalnya di luar negeri, agen dari carrier ataupun agen dari
cargo owner. Sedangkan methode (3), umum dipakai oleh konsolidator yang
bertindak sebagai principal dan menawarkan door to door service atau sekurang-
kurangnya CFS ke CFS.

Ketiga methoda tersebut memberikan peran kepada produsen sangat besar. Harga
ditentukan oleh produsen, customer dipaksa menerima, utamanya metode cost plus
dan mark up (terlebih kalau customer dalam posisi “terpaksa” misalnya sangat
memerlukan barangnya segera)

 Metode ini dapat berhasil apabila :

-   Customer kurang memahami seluk beluk bisnis tersebut, atau

-   Customer terpaksa karena tidak punya pilihan lain, atau

-   Produsen bersekutu membentuk kartel (hal ini melanggar UU no.5 Th. 1999)

B.      Keuntungan = Harga Jual + Biaya

Pusat Pengembangan Manajemen Pengadaan Indonesia (PPMPI) dalam bukunya


“Manajemen Logistik” edisi 2004 menawarkan paradigma baru ialah :

Keuntungan = Harga Jual + Biaya atau dibaca :

Keuntungan didapat dari bagaimana menentukan harga jual dan biaya

Dewasa ini, didalam paradigma transparansi, harga jual dikontrol oleh customer
(misal customernya forwarding mengetahui dengan baik harga-harga di Tg. Perak

8
Surabaya, apakah biaya stripping di TPS, penumpukan, OPP/OPT, dll), oleh karena
itu bagi forwarding  (penjual jasa) yang menjadi masalah pokok adalah bagaimana
mengontrol biaya.

Semakin pandai penjual jasa mengontrol harga (baik fixed cost maupun variable cost),
maka keuntungan akan menjadi semakin besar.

POLA DASAR ANGKUTAN BARANG OLEH KONSOLIDATOR

Tampak dalam skema di atas bahwa selaku contracting carrier yang menerbitkan
House B/L, tanggungjawab consolidator sejak menerima barang-barangnya di CFS-
nya di POL sampai dengan menyerahkan barangnya di cfs (partnernya di POD.

Dalam HBL, maka shipper adalah actual shipper dan consignee adalah actual
consignee

Sementara itu, actual carrier yang menerima FCL cargo dari consolidator,
menerbitkan Ocean B/L dimana shipper adalah consolidator di POL sedangkan
consignee adalah partner consolidator di POD.

Untuk kepentingan penyerahan barang kepada actual consignee, maka consolidator di


POD akan mengeluarkan FCL dari CY Terminal, membawa ke CFS-nya, unstuffing
dan menyerahkan barang kepada actual consignee dalam keadaan “bulk’.

Jelas disini bahwa pengeluaran barang dari CY terminal yang adalah Tempat
Penimbunan Sementara, dibawa ke CFS consolidator (bisa diluar Kawasan Pabean
tetapi dibawah pengewasan Bea Cukai), apapun namanya, apakah over breingen,
interchange, relokasi, bukan merupakan hal yang haram, dan itu memang merupakan
bagian dari kegiatan consolidator.

BAB III

PENUTUP

9
KESIMPULAN

Peran freight forwarder sebagai pengangkut berawal dari abad lalu dimana
forwarder Eropa menyewa gerbong kereta api dari Frankurt ke Munich dan dari
Munich ke Milan, dan menerima muatan- kecil-kecil (less than railear) dari beberapa
shipper yang dikirim kepada beberapa consignee melalui agen forwarder ditempat
tujuan.

Demikian sumbangan pemikiran kami, semoga dengan tulisan ini dapat


mengenali apa yang dimaksud dengan consolidator.

REFERENSI

1.      UN-ESCAP (Bangkok), Manual on Freight Forwarding, 1990 Edition

2.      UN-ESCAP (Bangkok), Training Manual on Operational Aspect of Multi


modal Transport, Modul-2, The Theory and

           Practice of Cargo Consolidator.

3.      Pusat Pengembangan Manajemen Pengadaan Indonesia, Manajemen


Logistik, edisi 2004.

10

Anda mungkin juga menyukai