Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

METODELOGI PENELITIAN II
“POPULASI, SAMPEL, SAMPEL SIZE, SAMPLING METHOD
PADA PENELITIAN KUALITATIF”

Dosen Pembimbing: Ns. Ganis Indriati., M. Kep., Sp. Kep.An

OLEH
KELOMPOK 2
A.2018.2

Ani Ayu Lita 1811111494 Olivia Mayola A. 1811112341


Annisa Ramadhani 1811112392 Puput Putriyani 1811110891
Christiadi 1811110239 Rizka Dwi R. 1811111090
Jewi Utami 1811111201 Rofingatul H. 1811110923
Khairunnisa Fitri 1811112417 Shisi Gusnita 1811111717
Mutiara Ihsan 1811112406 Siska Aprianti 1811111314
Natasya Raisha A. 1811110882 Ulandari 1811110841
Nirmala Ayu D. 1811110987 Yanni Rizkia 1811112407
Zulkhairi 1511123848

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tak
lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Ganis Indriati.,
M. Kep., Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah
Metodelogi Penelitian II. Penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-
rekan dari semua pihak yang telah berpartisipasi didalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul tentang “Populasi, Sampel, Sampel Size,
Sampling Method pada Penelitian Kualitatif” dalam mata kuliah
Metodelogi Penelitian II. Penulis juga menyadari bahwa materi dan teknik
yang digunakan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar
makalah ini menjadi lebih sempurna. Atas kritik dan sarannya diucapkan
terimakasih.

Pekanbaru, 28 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3
A. Populasi pada Penelitian Kualitatif...............................................................3
B. Sampel pada Penelitian Kualitatif.................................................................4
C. Besar Sampel pada Penelitian Kualitatif.......................................................6
D. Sampling Method pada penelitian Kualitatif.................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau individu untuk menemukan solusi dari berbagai
masalah atau fenomena yang ditemui dalam kehidupan. Dalam melakukan
penelitian tentunya membutuhkan teknik serta cara yang telah ditentukan
secara sistematis. Salah satu hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
penelitian yaitu populasi, sampel, teknik sampling dan besar sampel yang
dibutuhkan. Hal tersebut dapat mempengaruhi penelitian yang kita lakukan
jika tidak dipilih sacara tepat dan benar.
Tujuan utama dari sebuah riset adalah untuk memperoleh informasi
tentang karakteristik atau parameter dari populasi. Atau, hakikat dari sebuah
penelitian adalah ingin memperoleh informasi mengenai karakteristik atau
parameter dari suatu objek yang diamati. Objek yang diamati itu dapat dilihat
secara keseluruhan (populasi) atau secara parsial (sampel). Dua pilihan
tersebut diambil bergantung pada beberapa hal. Artinya, peneliti dapat
memutuskan untuk menggunakan populasi sebagai sumber informasi atau
hanya diambil sampelnya saja.
Dalam proses penelitian misalnya seorang peneliti ingin mengetahui
faktor apa sajakah yang mempengaruhi mahasiswa memilih Perguruan Tinggi
tertentu. Untuk mengetahui jawabannya, maka dapatlah ditanyakan langsung
atau tidak langsung kepada mahasiswa tersebut (mencari informasi). Kalau
jumlah mahasiswa yang ada cukup sedikit maka peneliti mungkin
memutuskan untuk menggunakan sensus terhadap populasi, tetapi kalau
jumlahnya banyak maka dapat ditanyakan pada sebagian mahasiswa (sampel).
Terkadang, walaupun jarang pekerjaan periset dapat diselesaikan
dengan mensurvei seluruh populasi yang diinginkan. Akan tetapi, dalam
situasi lain, akan menjadi tidak praktis dan tidak bijaksana bagi periset untuk
berusaha mensurvey seluruh populasi. Maka menetukan populasi, sampel,
besar sampel serta teknik sampling yangdigunakan itu sangat penting. Hal ini
dapat mempengaruhi penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.

1
Berdasarkan paparan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk
membahas mengenai konsep populasi, sampel, besar sampel serta teknik
sampling pada penelitian kulitatif. Hal ini bertujuan mempermudah dan
menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian dengan baik dan
sistematis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Populasi pada penelitian Kualitatif ?
2. Apa Sampel pada penelitian Kualitatif ?
3. Apa Besar sampel pada penelitian kualitatif ?
4. Apa Sampling method pada penelitian kualitatif ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja populasi pada penelitian Kualitatif
2. Untuk mengetahui apa saja sampel pada penelitian Kualitatif
3. Untuk mengetahui apa saja besar sampel pada penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui apa saja sampling method pada penelitian kualitatif

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Populasi Pada Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi social situation atau situasi sosial yaitu kesinambungan antara tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis. Pada situasi sosial peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu
(Sugiyono, 2008).
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris Population yang berarti
jumlah penduduk. Oleh karena itu apabila disebutkan kata populasi orang
kadang menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Dalam
metode penelitian, kata populasi amat populer digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh
karenananya populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-
objek itu dapat menjadi sumber data penelitian (Burhan Bungin, 2014).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu
di dalam suatu penelitian (Margono, 2004 dalam Hardani dkk, 2020). Tujuan
diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota
sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi.
Populasi pada penelitian kuantitatif adalah wilayaah generalisasi
yang meliputi obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan ciri khas dan
ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Hal ini berbeda dengan penelitian
kualitatif yang tidak memakai istilah populasi, namun menggunakan istilah
situasi social, sebab situasi social berasal dari sebuah kasus yang hasil kajian
yang diperoleh tidak bisa dimasukkan ke dalam populasi yang sama,

3
melainkan dimasukkan ke dalam situasi social yang mempunyai kesamaan
dengan kasus yang diteliti.
Menurut pendapat Spardley yang dikutip oleh Sugiyono situasi
sosial terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Selain elemen tersebut,
peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, kendaraan, alam, dan sebagainya
juga bisa dimasukan dalam situasi sosial.

B. Sampel Pada penelitian Kualitatif


1. Definisi
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sampel
atau contoh merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak di teliti. Sampel yang baik adalah sampel yang bersifat
representative atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Berdasarkan paparan tentang definisi sampel di atas, bisa
disimpulkan bahwa pengambilan dan penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif disesuaikan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (pupose
sample). Sebutan sampel dalam penelitian kualitatif adalah narasumber,
partisipan, informan, teman, pemilik perusahaan, manajer dalam penelitian
dan sebagainya. Hal ini berbeda dari jenis penelitian kuantitatif, dengan
sebutan responden, karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam penelitian secara pasif, namun juga ikut aktif
berinteraksi pada obyek diteliti. Sampel dalam penelitian kualitatif ini juga
bukan disebut sampel statistik, tetapi disebut sampel eoritis karena tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.
Peneliti tidak relevan apabila hanya membatasi informan dengan
memakai perhitungan statistic semata, dikarenakan belum lengkap dalam
menjawab masalah pada penelitian. Kata “sampel” pada penelitian jenis
kualitatif masih sering diperdebatkan (debatable) antara pmerhati dan
pakar metodologi penelitian. Terdapat pendapat sebagian orang yang
menganggap penelitian kualitatif tidak memakai sampel, karena sampel
hanya digunakan pada penelitian jenis kuantitatif saja.

4
Sampel bagi metode kualitatif sifatnya purposive artinya sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel metode kualitatif tidak
menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas
informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh
informan atau partisipan. Sampel yang jumlah banyak tidak akan punya
arti jika tidak berkualitas atau inforrnannya tidak kredibel. Sampel juga
harus sesuai dengan konteks. Jadi random sampling tidak cocok untuk
penelitian yang menekankan kedalaman informasi. Aspek kedalaman yang
ditekankan dalam metode kualitatif dan jumlah sampel yang banyak
sangat mustahil untuk mencapai kedalaman. Jadi syarat utama adalah
credible dan information rich. Sampel yang banyak hanya akan
menyebabkan informasi tumpang tindih. Patokan umum untuk sarnpel:
a. Jumlahnya kecil, karena dengan jumlah kecil peneliti akan mampu
mengumpulakan data yang mendalam
b. Jumlahnya bisa bervariasi dari satu hingga. Tetapi karena
penekanannya pada informasi yang rinci dan kaya, maka jumlah
yang besar akan menjadi masalah, karena akan terjadi pengulangan
informasi
c. Sampel yang banyak biasanya hanya memberikan informasi yang
redundant.
Logika dari sample yang kecil sering kali salah dimengerti. Sample
jumlah kecil diasosiasikan dengan kurang kredibel. Sebenarnya purposeful
sampling harus ditentukan sesuai maksud dan rasional dari penelitian
seperti apakah strategi pengambilan sampel cocok dengan maksud studi
atau tidak. Sample juga harus ditentukan sesuai dengan konteks. Random
sampling tidak mungkin menjangkau in-depth analisis, tapi purposive
sampling sangat mungkin.

2. Ukuran Pengambilan Sampel


Ukuran sampel pada penelitian kualitatif menurut Roscoe dalam
Sugiyono (2010: 131), yaitu :

5
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30
sampai dengan 500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita,
pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota
sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan
multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah
anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50

C. Besar Sampel pada Penelitian Kualitatif


Secara umum ukuran sampel dalam penelitian kualitatif tidak boleh
terlalu kecil sehingga sulit mencapai kejenuhan. Pada saat yang sama,
sampelnya tidak boleh terlalu besar sehingga sulit untuk membuat analisis
yang mendalam dan berorientasi pada kasus (Sandelowski,1995). Namun
penelitian kualitatif dapat menggunakan sampel yang besar, seperti dalam
kasus penelitian evaluasi program. Apalagi untuk mengaitkan analisis data
kualitatif dengan sampel kecil mengabaikan tubuh literatur yang berkembang
di bidang teksmining-proses menganalisis teks yang muncul secara alami
untuk menemukandan menangkap informasi semantik (Onwuegbuzie, &
Frels, 2012).
Dua pertimbangan utama dalam menentukan besaran sampel untuk
penelitian kualitatif :
1. Besar sampel yang dibutuhkan untuk mencapai saturasi atau
pengulangan. Ini adalah besaran sampel yang dibutuhkan untuk
peneliti mampu mengidentifikasi pola atau pattern yang
konsisten dalam data. Beberapa peneliti kualitatif menjelaskan
dengan jumlah dimana peneliti mencapai “nothing left to
learn.” Dengan kata lain ketika peneliti mencapai jumlah
dimana ia sudah tidak lagi berhasil menemukan konsep baru

6
dari peserta penelitian. Ini dimana konsep, tema, dan pola
sudah ditemukan berulang.
2. Besar sampel untuk merepresentasikan variasi populasi target.
Ini adalah seberapa besar sampel yang dibutuhkan untuk
menilai perbedaan atau variasi dari kelompok yang diteliti.

Rules of Thumb berdasarkan pendekatan studi:


Pendekatan Studi Rule of Thumb
Studi kasus/ biografi Satu kasus atau satu orang
Fenomenologi Bangkrut 10 orang, jika saturasi
diperoleh sebelum itu, anda bisa
mewawancarai kurang dari 10
Grounded theory/ etnografi/ Bangkrut 20-30 orang, umumnya
action research ini bisa mencapai saturasi

Rules of Thumb berdasarkan metode pengumpulan data:


Metode Pengumpulan Data Rule of Thumb
Mewawancarai informan kunci Wawancara pada kurang lebih 5
orang
Wawancara mendalam Wawancara pada kurang lebih 30
orang
FGD Buatlah kelompok dengan
anggota 5-10 orang. Contoh
kalau ingin melakukan FGD
pada kelompok pria dan wanita
pada 3 kategori umur yang
berbeda, pertimbangkan
membuat 6 FGD dengan setiap
gender memiliki 3 kelompok
umur yang berbeda
Survei etnografi Pilih sampel yang cukup besar
dan representatif (purposeful
atau random tergantung tujuan)
dengan jumlah yang kurang lebih
seperti penelitian kuantitatif

7
Pertimbangan lain adalah kecukupan kualitas dan
kuantitas data untuk menulis laporan ilmiah. Kualitas data
sangat dipengaruhi oleh kualitas interview itu sendiri, tetapi
bagaimanapun kuantitas (lama) data juga sangat
berhubungan dengan kualitas data sehingga patokan berikut
sebaiknya dipertimbangkan.

D. Sampling Method Pada Penelitian Kualitatif


Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representative.
Teknik pengambilan sampel atau sampling technique secara umum dibagi
dua yaitu probability sampling dan non probability sampling. Dalam
penelitian kualitatif yang sering dipakai adalah non probability sampling yang
meliputi purposive sampling dan snowball sampling.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu . Snowball sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi
besar. Hal itu dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu
belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain
(baru) lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Karena setiap orang
baru tersebut memiliki potensi untuk memberikan informasi lebih dari yang
lain pada kasus terkait .
Purposive sampling menggunakan penilaian kita sendiri untuk memilih
sampel. Sering digunakan dengan sampel yang sangat kecil dan populasi
dalam penelitian kualitatif, khususnya studi kasus atau grounded theory.
Purposive sampling ini memiliki ciri-ciri khusus. Lincolin dan Guba
menyebutkan ciri-ciri khusus sampel purposive adalah sebagai berikut:

8
1. Emergent sampling design: bersifat sementara, sebagai pedoman awal
terjun ke lapangan. Setelah sampai di lapangan boleh saja berubah
sesuai dengan keadaan.
2. Serial selection of sample units: menggelinding seperti bola salju
(snowball), sesuai dengan petunjuk yang didapatkan dari
informaninforman yang telah diwawancarai.
3. Continuous adjustment or “focusing” of the sample : siapa yang akan
dikejar sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan
sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan penelitian, unit sample yang
dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus
penelitian.
4. Selection to the point of redundancy: pengembangan informan
dilakukan terus sampai informasi mengarah ke titik jenuh/sama.
Penentuan sampel pada penelitian kualitatif sudah dilaksanakan sejak
peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent
sampling design), dengan cara menentukan orang tertentu yang terpilih dalam
memberikan data yang dibutuhkan berdasarkan dari data atau informasi dari
sampel sebelumnya itu. Sampel ditetapkan peneliti dengan
mempertimbangkan kelengkapan yang lebih pada data yang diperoleh. Praktik
seperti inilah yang disebut sebagai “serial selection of sample units” atau
dalam kata-kata Bogdan dan Biklen dinamakan “snowball sampling
techniques”. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan
dengan makin terarahnya fokus penelitian. Proses ini dinamakan “continous
adjusment of focusing of the sample”. Jadi jumlah sampel tidak bisa
ditetapkan sebelumnya, sebab dalam sampel purposive sample, banyak atau
sedikitnya sampel berdasarkan pertimbangan informasi yang didapatkan atau
tingkat kejenuhannya.
Jika tujuannya adalah untuk memaksimalkan informasi, maka
pengambilan sampel dihentikan ketika tidak ada informasi baru balikyang
berasal dari unit baru sampel, sehingga redundansi adalah kriteria utama.
Kriteria informan atau partisipan yang bisa dijadikan sebagai sumber data
sebagai berikut:

9
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga
dihayatinya karena dia tinggal dan menjalani kultur setempat, terlibat
dengan kegiatan rutin di tempat itu. Dia kental pengalaman kultur
tersebut dan bukan sekedar orang baru disana.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memeadai untuk dimintai
informasi. Dengan kata lain, informan bisa meluangkan waktu bersama
peneliti.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Menurut Sugiyono (2001 : 57), teknik sampling secara skematis dapat
ditunjukkan seperti dibawah ini:

Teknik Sampling

Probability sampling Nonprobability sampling

Simple random sampling Sampling sistematis


Proportionate stratified Sampling kuota
random sampling Sampling aksidential
Disproportionate stratified Purposive sampling
random sampling Sampling jenuh
Area (clustor) sampling Snowball sampling
(sampling menurut daerah

10
1. Probability Sampling
Probability sampling (sampling random) adalahteknik sampling
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure(anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2018).
a. Simple Random Sampling
Teknik sampling tersebut dikatakan simpel atau sederhana
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi tersebut. Pegambilan sampel secara acak dilakukan
dengan memberikan peluang yang sama kepada semua anggota
populasi. Atau dengan kata lain, sampling acak sederhana
adalah sebuah proses pengambilan sampel yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling yang ada
dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
sebagai anggota sampel.
Sampling acak sederhana adalah sebuah metode seleksi
terhadap unit-unit populasi, unit-unit tersebut diacak seluruhnya
(Cohran, 2005). Masing-masing unit atau unit satu dengan unit
lainnya memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan
dilakukan dengan tabel angka random atau menggunakan
program komputer.
Sampling acak sederhana adalah sebuah metode sampling
dasar dalam penelitian sosial, sebuah kerangka sampling mesti
dibuat, masing-masing unit didaftar seluruhnya tanpa ada yang
terlewat (Babbie, 2005). Penseleksiannya menggunakan tabel
angka random. Dari beberapa pendapat yang telah
dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa sampling
sederhana adalah sebuah proses pengambilan anggota sampel
yang sifatnya sederhana ditinjau dari proses samplingnya

11
dengan memberikan peluang yang sama kepada semua anggota
populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Ciri utama sampling ini adalah setiap unsur dari
keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan undian/lotre, yang
nama-namanya ditempatkan dalam suatu wadah, dan wadah
tersebut dikocok-kocok. Nama dari pemenangnya diambil
dengan cara yang tidak mengandung bias.Keuntungannya ialah
anggota sampel mudah dan cepat diperoleh, sedangkan
kelemahannya ialah kadang-kadang tidak mendapatkan data
yang lengkap dari populasinya.
b. Proportionate Stratified Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling digunakan jika
populasi terdiri dari beberapa golongan atau kelompok yang
mempunyai susunan bertingkat (Tiro & Arbianingsih, 2011).
Keuntungan menggunakan teknik ini yaitu meningkatkan
keterwakilan dan memungkinkan peneliti mempelajari
perbedaan yang mungkin ada antara variasi sub-kelompok
populasi. Jenis sampling ini dimungkinkan untuk mengambil
bilangan yang sama dari strata atau memilih secara proporsional
terhadap ukuran strata dalam populasi. Sebagai contoh, Suatu
sekolah yang mempunyai guru/pegawai dengan latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi guru/pegawai itu
dikatakan berstrata. Misalnya: jumlah pegawai yang lulus S1 =
45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMK = 400, dan SD = 300.
Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan.
Setiap strata pendidikan diambil secara proporsional
(seimbang), maksudnya adalah setiap strata pendidikan diambil
dengan jumlah persentase yang sama. Penarikan sampel
berstrata secara proporsional dilakukan dengan mengambil
sampel acak sederhana dari setiap strata populasi yang sudah
ditentukan lebih dulu. Penarikan sampel acak berstrata,

12
populasinya di dibuat menjadi beberapa group yang disebut
strata. Setiap strata memiliki elemen yang relatif homogen.
Apabila rancangan sampling yang digunakan untuk survei
seperti ini adalah sampling acak sederhana, maka akan ada
kemungkinan bahwa sifat-sifat seperti di atas tidak terjaring.
Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa sampel yang kita
peroleh benarbenar bisa mewakili karakteristik yang ada dalam
populasi, maka rancangan yang sebaiknya digunakan adalah
stratified random sampling. Apabila keadaan variabel yang
sedang kita teliti sangat heterogen, maka makin banyak strata
makin baik. Banyaknya strata yang bisa dibuat mungkin
sedemikian keadaannya, sehingga dalam sebuah stratum hanya
terdapat sebuah satuan sampling saja.
Latar belakang pendidikan memberikan petunjuk bahwa
kalau banyaknya strata sudah lebih dari 6 buah, maka
keadaanya sudah menjadi kurang efisien ditinjau dari sudut
presisi dan biaya. Setelah banyaknya strata dan ukuran sampel
keseluruhan ditentukan, maka proses selanjutnya adalah
mengalokasikan satuan-satuan sampling dalam sampel itu ke
dalam setiap stratum. Artinya peneliti harus menentukan berapa
ukuran sampel untuk setiap stratum.
c. Disproportionate stratified random
Teknik Disproportionate Stratified Random Sampling
digunakan untuk menentukan jumlah sampel apabila populasi
berstrata (bertingkat) tetapi kurang proporsional (berimbang).
Ciri utama dari teknik sampling ini adalah apabila populasi
berstrata atau bertingkat tetapi kurang proposional. Misalnya
karyawan dari unit kerja tertentu mempunyai; 1 orang lulusan
S3, 3 orang lulusan S2, 100 orang lulusan S1, 700 orang lulusan
SMA, 600 lulusan SMP, maka satu orang lulusan S3 dan tiga
orang lulusan S2 maka satu orang dan 3 orang itu diambil
semua sebagai sampel.

13
d. Cluster Sampling
Ciri utama sampling ini adalah apabila populasi terbesar
dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan dan
seterusnya. Keuntungan menggunakan teknik ini :
1) Dapat mengambil populasi besar yang tersebar didaerah
2) Pelaksanaanya lebih mudah dan murah dibandingkan
teknik lainnya
Kelemahan dari teknik ini, yaitu :
1) Jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama
2) Ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah ke
daerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga
penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap
sampel penelitian.
2. Non Probability Sampling
Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018). Jika tujuannya tidak
untuk menggeneralisasi suatu populasi tetapi memperoleh wawasan
tentang suatu fenomena,individu, atau peristiwa, seperti yang biasanya
terjadi dalam penelitian kualitatif, dan kemudian peneliti sengaja
memilih individu, kelompok, dan setting itu memaksimalkan
pemahaman tentang fenomena tersebut. Karena itu, yang paling umum,
metode pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif adalah
purposive sampling.
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut(Sugiono, 2014). Misalnya anggota populasi terdiri
atas 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut
yaitu nomor 1 sampai nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja atau nomor genap saja atau
kelipatan dari bilangan tertentu. Misalnya kelipatan bilangan

14
lima sehingga yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5,
10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa penarikan sampel sistematik merupakan
pengambilan setiap unsur ke “n” dalam populasi, untuk
dijadikan sampel.
Pengambilan sampel secara acak hanya dilakukan pada
pengambilan awal saja, sementara pengambilan kedua dan
seterusnya ditentukan secara sistematis, yaitu menggunakan
interval tertentu sebesar “n”. Sampling sistematik berbeda
dengan sampling acak sederhana. Unit-unit populasi dicatat
seluruhnya secara tersusun. Untuk seleksi unit-unit yang
dijadikan unit sampel digunakan aturan sistematik, hanya unit
pertama saja yang digunakan cara seleksi acak, untuk unit
terpilih yang kedua dan seterusnya menggunakan aturan
sistematik
Ciri utama dari sampling ini ialah apabila pengambilan
sampel dipilih berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut. Keuntungan dari teknik ini adalah
mudah dalam pelaksanaannya dan cepat diselesaikan.
Kelemahannya ialah populasi yang berada diantara yang
kesekian dan kesekian dikesampingkan, sehingga cara ini tidak
sebaik sampling acakan.
b. Sampling Insidental
Sampling insidentil merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan artinya anggota sampel berdasarkan
anggota populasi yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
apabila yang bersangkutan dianggap tepat untuk dijadikan
sebagai sumber data. Atau dengan kata lain bahwa sampel
insidentil ini merupakan sampel yang diambil berdasarkan
faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja
bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya,
maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Tanpa kriteria

15
peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk
dijadikan sampel.
Dengan demikian teknik sampling ini digunakan ketika
peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen
populasi tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik
penarikan sampel insidentil, menjadi salah satu pilihan. Teknik
sampling insidentil adalah teknik penarikan sampel yang
dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan menurut
peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya adalah dapat
dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan
bukti-bukti yang cukup melimpah.
Kelemahan utama teknik sampling ini jelas yaitu
kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan
data yang diperoleh diragukan. Sebagai contoh: apabila peneliti
akan meneliti kemampuan mengajar guru dengan menggunakan
media tertentu, maka yang menjadi populasi adalah semua guru
yang ada pada lokus penelitian. Untuk menentukan sampel
dengan teknik insidentil, maka peneliti datang lebih cepat di
sekolah sebelum guru datang. Siapa saja guru yang lebih dahulu
datang maka dijadikan sebagai anggota sampel. Keuntungan
menggunakan teknik ini adalah murah, cepat dan mudah.
c. Sampling Purposive
Purporsive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa
purporsive sampling merupakan teknik penarikan sampel yang
dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap
elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian. Dalam perumusan kriterianya, subjektivitas
dan pengalaman peneliti sangat berperan. Penentuan kriteria ini
dimungkinkan karena peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.

16
Ciri utama dari sampling ini ialah apabila anggota sampel
yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan
penelitian.Sebagai contohnya untuk meneliti kualitas jagung,
maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli dalam
pertanian.Teknik ini biasanya dilakukan dalam penelitian
kualitatif dengan tujuan mengamati kasus-kasus tertentu.
d. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Pada sampling kuota ini, yang terlebih
dahulu dilakukan oleh peneliti adalah menentukan kuota atau
jumah sampel yang diinginkan kemudian mengambil sampel
sesuai kuota yang telah ditentukan tadi. Sebagai contoh:
Apabila peneliti akan meneliti pendapat mahasiswa tentang
metode yang digunakan dosen dalam mengajar dengan sampel
yang ditentukan 100 orang, maka apabila pengumpulan data
belum sampai 100 orang mahasiswa maka penelitian dinyatakan
belum selesai.
Pada teknik sampling kuota, peneliti perlu
mempertimbangkan kriteria yang akan dijadikan anggota
sampel. Langkah penarikan sampel kuota antara lain:
1) Peneliti merumuskan kategori quota dari populasi yang
akan ditelitinya melalui pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang dikehendakinya,
seperti jenis kelamin, dan usia.
2) Menentukan besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan,
dan menetapkan jumlah jatah/kuota. Selanjutnya,
setelah jumlah kuota ditetapkan, maka unit sampel yang
diperlukan dapat diambil dari jumlah tersebut.
Teknik sampling kuota biasanya digunakan bila
populasinya berukuran besar. Sampilng kuota hampir sama
dengan teknik sampling berstrata. Bedanya, jika dalam sampling

17
strata penarikan sampel dari setiap subpopulasi dilakukan
dengan acak, maka dalam sampling kuota, ukuran serta sampel
pada setiap sub-sub populasi ditentukan sendiri oleh peneliti
sampai jumlah tertentu tanpa acak. Dengan demikian maka
peneliti dapat mempertimbangkan penggunaan teknik sampling
kuota. Jadi, melalui teknik sampling kuota, penarikan sampel
dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti untuk tujuan
meningkatkan representasi sampel penelitian sampai jumlah
tertentu sebagaimana yang dikehendaki peneliti.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel
apabila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel
penelitian. Teknik sampel ini masih menimbulkan pro kontra
diantara beberapa peneliti. Sebahagian menyatakan bahwa
sampel jenuh tidak dapat digunakan karena apabila semua
populasi dijadikan sebagai suber data tanpa diwakili oleh
beberapa sumber data berarti tidak ada sampel sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Hal ini didasarkan
pada pengertian sampel yaitu wakil dari populasi. Pendapat lain
mengatakan bahwa sampel jenuh digunakan apabila jumlah
populasinya sangat kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2014).
f. Snowball Sampling
Snowball Sampling merupakan salah satu teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian menjadi
besar. Ibarat bola salju yang menggelindng yang lama-lama
menjadi besar. Dalam menentukan sampel, dipilih satu atau dua
orang sebagai informan kunci, akan tetapi karena dua orang
tersebut memberikan data yang belum terlalu lengkap maka
peneliti mencari orang lagi yang dipandang mengetahui dan

18
dapat memberikan keterangan mengenai masalah yang diteliti
dan begitu seterusnya sampai data/informasi yang diperlukan
terpenuhi.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
snowball sampling dilakukan secara berantai, makin lama
sampel menjadi semakin besar. Hal ini diakibatkan kenyataan
bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali
mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui
teknik sampling ini, responden yang relevan di interview,
diminta untuk menyebutkan responden lainnya sampai
diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan
spesifikasi/spesialisasi yang sama karena biasanya mereka
saling mengenal.
Berdasarkan uraian di atas tentang probability sampling
dan non probability sampling, seorang peneliti dapat dengan
bebas menentukan tipe sampling mana yang akan
digunakannya. Tetapi ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan untuk menentukan tipe sampling yang baik,
diantaranya:
1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya
dari seluruh populasi
2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian
3) Sederhana, mudah dilaksanakan
4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin
tentang populasi dengan biaya minimal.
Keuntungan dari snowball sampling adalah adanya
peningkatan kecenderungan menempatkan karakteristik-
karakteristik yang diinginkan dalam populasi.Kelemahannya
adalah penanganannya sulit sekali dikendalikan jika jumlah
sampel melebihi 100 orang.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan penelitian tentunya membutuhkan teknik serta
cara yang telah ditentukan secara sistematis. Salah satu hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan penelitian yaitu populasi, sampel, teknik
sampling dan besar sampel yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat
mempengaruhi penelitian yang kita lakukan jika tidak dipilih sacara tepat dan
benar. Tujuan dari sebuah penelitian untuk mengetahui tentang karakteristik
dari sebuah populasi secara keseluruhan atau sampel secara parsial.
Populasi pada penelitian kuantitatif adalah wilayaah generalisasi
yang meliputi obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan ciri khas dan
ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Hal ini berbeda dengan penelitian
kualitatif yang tidak memakai istilah populasi, namun menggunakan istilah
situasi social, sebab situasi social berasal dari sebuah kasus yang hasil kajian
yang diperoleh tidak bisa dimasukkan ke dalam populasi yang sama,
melainkan dimasukkan ke dalam situasi social yang mempunyai kesamaan
dengan kasus yang diteliti.
Sedangkan sampel dalam penelitian kualitatif adalah narasumber,
partisipan, informan, teman, pemilik perusahaan, manajer dalam penelitian
dan sebagainya. Serta Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative.

B. Saran

20
Penulis berharap setelah melihat tulisan ini pembaca dapat lebih mengerti
dan memahami mengenai populasi, sampel, besar sample, serta sampling
method pada penelitian Kualitatif sehingga dapat mengaplikasikan nya pada
tulisan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Abbas Tashakkori & Charles Teddlie. (2010). Mixed Methodoloy


Mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. (Terjemahan
Budi puspa Priadi). California: Sage Publications (Buku asli
diterbitkan tahun 1998)

Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.


Yogyakarta : Pustaka Ilmu Group

Mamik. (2015). Metodologi Kualitatif. Surabaya : Zifatama Publisher

Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif. Bandung: Pustaka Ramadhan

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

21

Anda mungkin juga menyukai