Anda di halaman 1dari 23

KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas individu

Mata kuliah                : STRATEGI PEMBELAJARAN


Dosen pengampu       : Mahfud Ifendi, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Nur Indah Lestari

NIM 16.1.12.009

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA

KUTAI TIMUR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyusun serta
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keberhasilan Belajar Mengajar”
tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai Konsep Keberhasilan


Belajar Mengajar, Indikator Keberhasilan Belajar Mengajar, Faktor-faktor yang
mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar, Penilaian Keberhasilan Belajar,
Tingkat Keberhasilan Belajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
berperan dalam menyusun makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita, khususnya pembaca pada umumnya.

Senin, 09 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keberhasilan Belajar Mengajar.............................................

B. Indikator Keberhasilan Belajar Mengajar...........................................

C. Faktor-Faktor Keberhasilan Belajar Mengajar...................................

D. Penilaian Keberhasilan Belajar..........................................................

E. Tingkat Keberhasilan Belajar.............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak


dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain,
kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan proses belajar
mengajar merupakan faktor utama dari keberhasilan tujuan pendidikan secara
umum.

Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu


kemampuan siswa, faktor lingkungan, faktor guru, dan sarana prasarana.
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat berlangsung apabila memberikan
keberhasilan serta memberikan rasa puas bagi siswa maupun guru. Seorang guru
merasa puas apabila siswanya dapat mengikuti pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, bersemangat dan penuh kesadaran yang tinggi. Hal itu dapat tercapai
apabila guru memiliki sikap dan kemampuan secara profesional serta mempunyai
kemampuan mengelola belajar mengajar yang efektif.

Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi


pembelajaran oleh siswa. Meningkat dan menurunnya hasil belajar siwa
dimungkinkan karena penerapan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Maka dari itu guru perlu mengadakan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa, sehingga siswa lebih tertarik untuk lebih aktif berpartisipasi
dalam pembelajaran. Selain itu, guru pun harus memiliki kemapuan dalam
membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, mampu menyajikan rencana
pembelajaran secara tepat, mampu mengadakan evaluasi hasil pembelajaran dan
mampu mengadakan evaluasi hasil pembelajaran dan mampu melaksanakan
tindak lanjut agar tercapainya keberhasilan pembelajaran.

B. R umusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Keberhasilan Belajar Mengajar?
2. Apa sajakah indikator yang dapat dilihat dalam Keberhasilan Belajar
Mengajar?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dalam Keberhasilan Belajar
Mengajar?
4. Bagaimanakah Penilaian Keberhasilan Belajar?
5. Bagaimanakah Tingkat Keberhasilan Belajar?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Keberhasilan Belajar Mengajar
2. Untuk mengetahui indikator yang dapat dilihat dalam Keberhasilan Belajar
Mengajar
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dalam
Keberhasilan Belajar Mengajar
4. Untuk mengetahui bagaimana Penilaian Keberhasilan Belajar
5. Untuk mengetahui bagaimana Tingkat Keberhasilan Belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keberhasilan Belajar Mengajar

Sebelum masuk pada pengertian keberhasilan belajar, maka peneliti terlebih


dahulu akan membahas tentang pengertian belajar. Konsep belajar menurut
UNESCO, menuntu setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat
pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu:
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui).
2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini peserta didik
dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu.
3. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan
4. Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Bambang Warsita mengemukakan belajar selalu dikaitkan dengan suatu


upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta
didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Perubahan perilaku
tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
sikap (afektif), dan nilai (value).

Hal yang sama dikemukakan oleh Nana Sudjana bahwa belajar merupakan
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar mengajar tersebut dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar


merupakan proses perubahan tingkah laku pada seseorang yang asalnya tidak tahu
menjadi tahu, yang asalnya tidak mempunyai keterampilan menjadi mempunyai
keterampilan, dan yang asalnya tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa
mengerjakan sesuatu yang semuanya itu merupakan hasil dari pengalaman atau
interaksi dengan lingkungan yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian,
perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari proses
belajar mengajar tersebut merupakan hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut
hasil belajar.

Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama


Islam (2001: 26) mengatakan bahwa keberhasilan belajar dapat diukur dengan
perubahan, karena keberhasilan suatu program pembelajaran dapat diukur
berdasarkan perbedaan cara berpikir, merasa, berbuat sebelum dan berbuat sesudah
memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa.

Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 105)


menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat
dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan belajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau latihan
pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang
konstruktif (value).

B. Indikator Keberhasilan Belajar


Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat
beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar
tersebut dianggap berhasil atau tidak. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, di antaranya
yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok,
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)
telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator


keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan
tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah :
1. Kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh
melalui belajar,
2. Keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat
kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf.
3. Akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik
melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian.
4. Asosiasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai seseuatu sebagai
hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar
maupun asosiasi tiruan.
5. Pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui
kegiatan belajar secara rasional.
6. Sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta
didik terhadap sesuatu.
7. Nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang
kurang baik, serta.
8. Moral dan agama, moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya
dengan kehidupan sesama manusia, sedangkan agama adalah penerapan nilai-
nilai yang trasedental dan ghaib (konsep tuhan dan keimanan).

Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keberhasilan belajar peserta didik


dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan
pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah
digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara
indvidual maupun kelompok.

C. Faktor-Faktor Keberhasilan Belajar Mengajar


Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan guru
dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu: “ Faktor tujuan,
guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana
evaluasi”.
1. Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk
tingkah laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa
setelah proses pembelajaran. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru dan akan secara langsung berpengaruh
pada kegiatan belajar peserta didik. Guru dengan sengaja akan menciptakan
lingkungan belajar guna mencapai tujuan, jika kegiatan belajar anak didik dan
kegiatan pengajaran guru tidak searah maka tujuan pembelajaran akan gagal.
Menurut Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal, tujuan
pembelajaran khusus harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat
sangat khusus, hanya menunjukan satu pengetahuan atau ketrampilan saja.
Berpusat kepada siswa, artinya menunjuk langsung kepada kepentingan siswa,
menunjuk pada situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan tersebut dapat tercapai
serta menunjuk pada tingkat atau nukuran yang telah ditentukan”.
Dari rumusan tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan
kedalam komponen tujuan pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa
komponen-komponen tujuan pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer,
tingkah laku atau perbuatan, kondisi dan kriteria”
a. Siswa atau Perfomer.
Siswa atau subjek belajar yang melakukan kegiatan belajar, perumusan
tujuan hendaknya menyebutkan secara jelas siapa yang akan menunjukan
atau mendemonstrasikan hasil belajar, yakni yang melakukan kegiatan
belajar.
b. Tingkah laku atau perbuatan.
Perbuatan ini merupakan predikat dari subjek dan dinyatakan dengan kata
kerja operasional, perbuatan ini diharapkan terjadi apabila pelaku/subjek
telah melakukan suatu program pengajaran.
c. Kondisi.
Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana yang meliputi
perbuatan itu. Mungklin kita meminta anak agar perbuatan itu dapat
dilakukan dalam suasana atau kondisi tertentu menurut syarat-syarat
tertentu. Komponen kondisi ini memperjelas kedudukan suatu perbuatan
atau memberi keterangan dan dalam keadaan bagaimana, untuk
pemenuhan syarat-syarat apa, dimana dan bilamana dan seterusnya.

d. Kriteria.
Kriteria merupakan keterangan dari komponen kondisi, sebagai tuntutan
minimal dan merupakan standar pengukuran keberhasilan pencapaian
tujuan.
Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam
setiap kali belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan
pembelajaran. Akhirnya tujuan merupakan satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

2. Faktor Pendidik.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2003, guru adalah tenaga
pendidik profesional yang bertugas, mendidik, mengajar, melatih,
membimbing dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah tenaga pendidik
yang berpengalaman dalam bidang profesinya yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan, kepada siswanya di sekolah. Dengan ilmu yang dimilikinya, guru
dapat menjadikannya siswa yang menjadi cerdas dan memiliki pribadi yang
baik. Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar
belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui
sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari keberhasilan belajar
mengajar untuk mengantarkan siswa menjadi orang yang berimu pengetahuan
dan berkepribadian baik.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek
yang mempengaruhi kompetensi seseorang guru dibidang pendidikan dan
pengajaran. Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya di sekolah, karena dia sudah
dibekali dengan seperangkat teori sebagai pengabdiannya. Sedangkan guru
yang tidak berlatar belakang keguruan akan banyak menemukan masalah
dikelas, karena tidak memiliki bekal teori pendidikan dan keguruan. Berbagai
permasalahan yang dikemukakan diatas adalah merupakan aspek yang ikut
mempengaruhi keberhasilan belajar dan yang dihasilkan dapat bervariasi.
Variasi itu dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru dalam setiap kali pertemuan.

Peran guru di sekolah juga sangat penting dalam meningkatkan kemauan


belajar anak anak. Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan
pengarahan kepada anak bagaimana cara belajar yang baik dan
mengembangkan potensi lebih yang terdapat pada anak.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “ Tiga aspek yang mempengaruhi
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian,
pandangan terhadap anak didik dan latar belakang guru”.
a. Kepribadian
Hal ini akan mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan
ketika melaksanakan tugas didalam kelas.
b. Pandangan terhadap anak didik
Proses belajar dari guru yang memandang anak didik sebagai mahluk
individual dengan yang memiliki pandangan anak didik sebagai mahluk
sosial akan berbeda. Karena prosesnya berbeda, hasil proses belajarnya
pun akan berbeda.
c. Latar belakang guru
Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, karena ia sudah dibekali
dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Tingkat
kesulitan yang ditemukan guru semakin berkurang pada aspek tertentu
seiring dengan bertambahnya pengalamannya.

3. Faktor Peserta Didik.


Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya
yang memasukkannya untuk didik agar menjadi orang yang berilmu
pengetahuan di kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap
seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup besar. Anak dalam jumlah yang
cukup besar itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga yang
berlainan dan mempunyai karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada
yang pendiam, periang, suka bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga
dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi, keadaan biologi merekapun
berbeda. Karena itu, perbedaan anak pada sekolah biologis, intelektual dan
psikologis ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Anak yang
menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain
adalah perilaku anak yang bermula dari sikap minat yang berlainan. Biasanya
pelajaran yang disenangi akan dipelajari dengan senang hati. Sebaliknya, jika
pelajaran yang kurang disenangi jarang dipelajari sehingga tidak heran bila isi
dari pelajaran kurang dikuasai oleh siswa, akibatnya hasil ulangan siswa tidak
baik. Sederetan angka yang terdapat dibuku raport siswa adalah buktinya dari
keberhasilan proses belajar mengajar.
Aspek dari anak didik yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
adalah :
a. Psikologis anak didik
b. Biologis anak didik
c. Intelektual anak didik
d. Kesenangan terhadap pelajaran
e. Cara belajar anak didik
Hal di atas yang menyebabkan perbedaan karakteristik anak didik,
misalnya pendiam, aktif, keras kepala, kreatif , manja dan sebagainya. Anak
yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing berkumpul di dalam kelas dan
yang mengumpulkan tentu saja guru atau pengelola sekolah. Banyak sedikitnya
jumlah anak didik dikelas akan mempengaruhi pengelolaan kelas.
Jenis jenis kecerdasan siswa sangat mempengaruhi pola pembelajaran
yang akan dilakukan guru, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil
kegiatan pembelajaran. Menurut Howard Gadner kecerdasan siswa dibagi
menjadi “Spasial atau visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal/ritmik,
naturalis, badan/kinestetik, intrapersonal, logis/matematis”
a. Spasial/Visual, berpikir dalam citra dan gambar, melibatkan kemampuan
untuk memahami hubungan ruang dan citra mental, secara akurat mengerti
dunia visual.
b. Linguistik-verbal, berpikir dalam kata-kata, mencakup kemahiran dalam
berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan
menafsirkan.
c. Interpersonal, berpikir lewat berkomunikasi pada orang lain, ini mengacu
pada ketrampilan manusia, dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi,
berinteraksi dengan orang lain.
d. Musikal-ritmik, berpikir dalam irama dan melodi, ada beberapa peran yang
dapat diambil individu yang cenderung musikal, dari komposer hingga
pendengar.
e. Naturalis, berpikir dalam acuan alam, kecerdasan ini menyangkut pertalian
seseorang dengan alam, yang dapat melihat pola dalam dunia alamiah dan
mengidentifikasi, berinteraksi dengan proses alam.
f. Badan-kinestetik, berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik, merupakan
kemampuan mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah
dan cekatan.
g. Intrapersonal, berpikir secara refletif, ini mengacu pada kesadaran rekfletif
mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
h. Logis-matematis, berpikir dengan penalaran, melibatkan pemecahan
masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematis.

Selain jenis-jenis kecerdasan, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan


pembelajaran adalah gaya belajar siswa. Secara umum ada tiga gaya belajar
yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Walaupun menurut Thomas Amstrong
”Kita tidak dapat memberi label kepada mereka sebagai pelajar visual, pelajar
verbal maupun pelajar kinestetis karena tujuan dari suatu kegiatan
pembelajaran adalah untuk memperluas dan mengembangkan
intelegensia/kecerdasan anak didik”. Tetapi modalitas VAK (Visual, Audio dan
Kinestetis) menguntungkan bagi guru dalam proses pembelajaran jika guru
dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kecenderungan yang ada, sehingga
pembelajaran akan lebih efektif. Menurut Zulfinadri “ Meskipun kebanyakan
orang memiliki akses pada ketiga modalitas (Visual, Audio, Kinestetis) hampir
semua orang cenderung pada satu modalitas saja, yang berperan sebagai
saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi”. Semua jenis
kecerdasan dan gaya belajar anak sudah semestinya menjadi pertimbangan
guru dalam menentukan metode, dan serta kegiatan pembelajaran lainnya.
Angka-angka dirapor menunjukkan bukti nyata dari keberhasilan belajar
mengajar. Hal ini sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan anak terhadap bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, karena itu dikenalilah tingkat keberhasilan
maksimal (istimewa), optimal (baik sekali), minimal (baik) dan kurang untuk
setiap bahan yang dikuasai anak didik.
4. Faktor Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan
pembelajaran oleh siswa, salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran
adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan
sendirinya, tetapi guru haarus dapat menciptakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan
anak didik dengan bahan pelajaran sebagai perantaranya. Guru yang mengajar,
anak didik yang belajar. Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak
didik.
Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk
keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru
Menurut Muhammad Ali, ada empat macam gaya mengajar yaitu:
1) Gaya mengajar klasik,
2) Gaya mengajar teknologis,
3) Gaya mengajar personalisasi
4) Gaya mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1. Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan
perbedaannya
2. Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan
kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang
lebih baik.
c. Strategi penggunaan metode
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih dari satu metode
pengajaran misalnya penggunaan metode ceramah dengan metode tanya
jawab. Jarang guru menggunakan satu metode dalam melaksanakan
pengajaran, hal ini disebabkan rumusan tujuan yang dibuat guru tidak
hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan.
5. Faktor Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum
yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi.
Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak
didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah diprogramkan dan
harus sudah selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan dalam
pembuatan item-item soal evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes dan non tes.
Non tes bisa dalam bentuk pengamatan proses pembelajaran, sedangkan tes
hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes hasil belajar adalah alat ukur yang
paling banyak digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam
proses belajar mengajar atau pendidikan”. Tes yang digunakan tidak hanya
dalam bentuk soal benar-salah atau true-fall dan pilihan ganda, tetapi juga
menjodohkan, melengkapi dan essay. Masing-masing alat evaluasi memiliki
kelebihan dan kekurangan. Soal objektif seperti pilihan ganda mempunyai
kelebihan dapat menampung hampir seluruh materi pelajaran yang sudah
dipelajari oleh anak didik dalam satu semester. Kelemahannya pada
penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu
penguasaan yang masih bersifat samar, hal ini disebabkan jawaban dari setiap
soal sudah disiapkan alternatifnya, jika peserta didik tidak mengetahui
jawabannya maka ia akan memilih secara acak dan bisa saja jawaban yang
dipilihnya benar, meski ia tidak tahu.
Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap spekulasi pada anak
didik, sebab alat tes ini hanya bisa dijawab jika anak didik benar-benar
menguasai bahan pelajaran, jika tidak, kemungkinan besar anak didik tidak
akan bisa menjawab dengan benar. Kelemahan alat tes ini pada pembuatan soal
yang tidak memungkinkan untuk memuat semua bahan pelajaran dalam satu
smester, untuk dapat disuguhkan pada waktu ulangan. Begitu juga dalam hal
penilaian, walaupun ada standar penilaian, sikap objektifitas guru sangat
berpengaruh dalam penilaian.

6. Faktor Suasana Evaluasi.


Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana
evaluasi adalah:
a. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b. Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c. Besar sedikitnya anak didik dalam kelas.
d. Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e. Sikap pengawas yang berlebihan.
Semua hal tersebut mempengaruhi suasana evaluasi, pengelompokan
anak didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga
pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk
kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau
nyontek bersama. Pengawas yang terlalu berlebihan dalam mengawasi
siswapun demikian. Akan tetapi pengawas yang cuek, membiarkan peserta
didik bekerja sama dalam mengerjakan soal evaluasi, atau membiarkan siswa
menyontek akan berakibat siswa malas belajar, dengan harapan dapat
melakukannya lagi pada evaluasi berikutnya.

D. Penilaian Keberhasilan Belajar


Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta didik
dapat dilakukan menggunakan tes prestasi belajar (Djamarah, 2006: 106). Tes
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuruan, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik guna
mengukur aspek perilaku peserta didik (Arifin, 2009: 118).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106), berpendapat bahwa tes
prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian keberhasilan peserta didik,
yaitu: (1) tes formatif, (2) tes subsumatif, dan (3) tes sumatif. Tes prestasi belajar
tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencapai umpan
balik (feed back), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah
dilakukan. Jadi, penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tulis dan hanya
dilakukan pada setiap akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-
pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung
atau sesudah pelajaran selesai.
2. Tes subsumatif, adalah penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajar pada waktu tertentu. Tujuannya dalah untuk
memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan tingkat
prestasi belajar pesrta didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan
nilai rapor.
3. Tes sumatif, penilaian yang dilakukan untuk memperolah data atau informasi
untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau
pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan tujuannya ialah
untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu peserta didik
dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus. Pengertian lulus atau tidak lulus di sini
dapat berati: tidak dapatnya peserta didik melanjutkan ke modul berikutnya,
tidak dapatnya peserta didik nmengikuti pelajaran pada semester berikutnya,
tidak dapatnya peserta didik dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi, serta tidak
dapatnya peserta didik dinyatakan lulus/tamat dari sekolah yang bersangkutan.

Sejalan dengan itu Zaenal Arifin (2009: 20) berpendapat bahwa untuk
mengukur keberhasilan belajar peserta didik dapat digunakan tes hasil belajar, yang
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Tes formatif, yaitu penilaian yang yang digunakan untuk mengukur suatu atau
beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut, dan
2. Tes sumatif, yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik
terhadap bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua tahun pelajaran yang tujuannnya untuk menetapkan tingkat atau taraf
keberhasilan belajar peserta didik dalam sautu periode belajar tertentu.

Pengukuran keberhasilan belajar dengan menggunakan tes hasil belajar hanya


dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan teoritis. Sedangkan menurut Zaenal
Arifin (2009: 152) untuk mengukur aspek keterampilan digunakan tes perbuatan,
serta perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi diukur
dengan teknik non tes. Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 152) mengatakan bahwa
teknik non tes dapat diaplikasikasn dengan berbagain cara, diantaranya adalah:
1. Observasi (observation) yaitu suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes
yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan peserta didik.
3. Skala sikap (attitude scale) yaitu bentuk penilaian non tes yang dilakukan
dengan cara peserta didik memilih pernyataan-pernyaat positif dan negatif.
4. Daftar cek (check list) yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati. skala penilaian (rating scale) adalah daftar cek penilaian
non tes yang penilainya hanay dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah
laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan
dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
5. Angket (quetioner) adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau
informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.
6. Studi kasus (case study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif
tentang peserta didik, kelas atau sekoalh yang memiliki kasus tertentu.
7. Catatan insidental (anecdotal records) adalah catatan-catatan singkat tentang
peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan.
8. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai
batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang
penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka, dan
9. Inventori kepribadian adalah alat penilaian non tes yang hampir serupa dengan
tes kepribadian, bedanya pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai
kriteria benar salah, melainkan jawaban peserta didik dikatakan benar selama
dia menyatakan yang sesungguhnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


keberhasilan belajar peserta didik dapat dinilai dengan tiga cara, yakni (1) tes untuk
mengukur aspek kognitif, (2) tes perbuatan untuk untuk mengukur aspek
keterampilan, dan (3) non tes untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan
peserta didik dalam psikologi.

E. Tingkat Keberhasilan Belajar


Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai. Sehubungan dengan hal ini, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2006: 107) membagi tingkat atau taraf keberhasilan belajar menjadi tiga
macam, yaitu: (1) istimewa/maksimal yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh peserta didik, (2) baik sekali/optimal yaitu
apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh peserta didik, (3) baik/minimal yaitu apabila bahan yang diajarkan
hanya 60% - 75% saja yang dikuasai peserta didik, dan (4) kurang yaitu apabila
bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh peserta didik.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap peserta didik
dalam pelajaran dan persentase keberhasilan peserta didik dalam mencapai
tujuan instruksional khusus tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses
belajar mengajar yang telah dilakukan oleh peserta didik dengan guru.
Pengukuran tentang taraf atau peningkatan keberhasilan proses belajar mengajar
berperan sangat penting. Oleh karena itu, pengukuran harus benar-benar sahih
(valid), andal (reliable), dan lugas (objective).Taraf atau tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya
adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri,
seperti pelaksanaan pembelajaran remedial.

Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran biasa atau


reguler di kelas. Hanya saja, peserta didik yang masuk dalam kelompok ini
adalah peserta didik yang memerlukan pembelajaran tambahan. Dengan kata
lain, peserta didik yang dimaksud adalah peserta didik yang belum tuntas belajar
(Arifin, 2009: 304). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:
108) pelaksaan pembelajaran remedial dilaksanakan apabila 75% atau lebih dari
jumlah peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf
keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan
belajar peserta didik dapat diketahui dari persentase jumlah peserta didik yang
memiliki nilai di atas standar ketuntas belajar minimal yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Tujuan pemebelajaran yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi
tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif
(berhubungan dengan siakp dan nilai), serta bidang psikomotor
(kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiga aspek tersebut tidak
bisa berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan,
bahkan membentuk hubungan yang hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai,
ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar peserta didik di sekolah. Oleh
sebab itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta
didik.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat
dikatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat
dicapai oleh peserta didik. Maka, keberhasilan belajar merupakan kecakapan
dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah
laku yang mengandung pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif (value).
2. Indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari kemampuan
daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta
dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara indvidual maupun
kelompok.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu:
a. Faktor tujuan,
b. Faktor guru,
c. Faktor peserta didik,
d. Faktor kegiatan pengajaran,
e. Faktor alat evaluasi dan bahan evaluasi
f. Faktor suasana evaluasi
4. Keberhasilan belajar peserta didik dapat dinilai dengan tiga cara, yakni:
a. Tes untuk mengukur aspek kognitif,
b. Tes perbuatan untuk untuk mengukur aspek keterampilan, dan
c. Non tes untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik
dalam psikologi.
5. Tingkat keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari persentase
jumlah peserta didik yang memiliki nilai di atas standar ketuntas belajar
minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Tujuan pemebelajaran yang
ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif
(penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan siakp dan
nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/ keterampilan bertindak/
berperilaku). Ketiga aspek tersebut tidak bisa berdiri sendiri, tetapi
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, bahkan membentuk
hubungan yang hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus
nampak sebagai hasil belajar peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu, ketiga
aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

www.academia.edu/

staff.uny.ac.id/files/pendidikan/

www.landasanteori.com/

perpuskampus.com

Anda mungkin juga menyukai