Anda di halaman 1dari 4

Nama: Pransiskus Obong

NIM: 18010123

PKK 1 Semester 6

Dalam buku, berteologi baru untuk Indonesia, Agustinus Manfred Habur, pada tulisanya
mengenai katekese umat sebagai proses pemanusiaan manusia Indonesia, beliau mengemukakan
sebagai berikut Dalam penelitian kualitatif yang dibuat pada tahun 2014, beliau mewawancarai
para fasilitator di keuskupan Ruteng, Ende, Larantuka, kupang, Semarang don Palembang
tentang praktek katekese umat di lapangan Gambaran umum hasil penelitian menunjukan bahwa
katekese umat dijalankan disetiap keuskupan walau ada variasi nama untuknya. Katekese umat
dijalankan dalan KBG dan umumnya didampingi oleh para fasilitator voluntir. Tema - tema
katekese mengikuti tema pastoral tahunan keuskupan dan unumnya berkaitan dengan masalah
konkret sehari-hari. Proses katekese selalu dimulai dengan pembeberan masalah yang dihadapi,
lalu dicari akar masalahnya bersama. Selanjutnya, mencari inspirasi penyelesaian dalam terang
kitab suci, yang kemudian diikuti dengan kesepakatan untuk merumuskan rencana kegiatan
sebagai tindak lanjut. Dalam proses seperti itu, kitab Suci umumnya dipakai sebagai peneguh,
inspirasi untuk memperoleh jalan keluar, dan sebagai jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh
peserta katekese. Dari evaluasi diketahui bahwa katekese Indonesia juga sedang mengalami
krisis "katekese sekarang ini", sebagaimana terjadi di negara - negara lain. Katekese yang lahir
dari refleksi kateketik terlalu memberi tekanan pada subyek manusia pada konteks, pemahaman,
usaha dan perencanaannya. Katekese kurang memberi ruang pada sabda Allah untuk bersabda
sebagai sabda Allah. Kabar gembira injil sering direduksi menjadi pesan moral untuk perbeikan
hidup pribadi dan sosial. Akibatnya, ruang untuk rasa kagum dan takjub terhadap sapaan Allah
kurang tercipta. Katekese belum memenuhi sepenuhnya harapan Betapa perlu satu refleksi
sistematis atas katekese yang tetap dikembangkan dalam perspektif Alkitabiah. Katekese Umat,
pada tingkat mikro, merupakan salah satu mata kuliah dalam bidang ilmu Kateketik 11 Pada
tingkat makro gerejani, katekese merupakan suatu bidang ilmu pendidik Yang beri perhatian
pada penahan komprehensif tentang bagaimana mempersiapkan, melaksanakan, memelihara dan
mengembangkan pemahaman peserta mengenai ajaran Gereja Katolik tentang istilah agamanya:)
Kerajaan Allah. - Pemahaman itu menjadi pintu masuk pertobatan menjadi bagian dari usaha
terus menerus agar semakin berkembang dalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan
mistagogi mengembangkan rumpun ilmu agama serta berbagai rumpun ilmu pengetahuan.
Dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi jenis pendidikan tinggi ada tiga,
yaitu 1) pendidikan akademik, 2) pendidikan vokasi, dan 3) pendidikan profesi. STP IPI Malang
termasuk pendidikan akademik yang menyelenggarakan pendidikan tinggi keagamaan (Pal 30
UU 12/2012) yang selanjutnya diperjelas dalam FP Nomor 55 Tahun 2007 sedang dalam proses
revisi, diantaranya untuk mengakomodasi lembaga pendalikan keagamaan Katolik tingkat dasar
yaitu Sekolah Dasar Keagamaan Katolik (SDKK) dan Sekolah Menengah Pertama Keagamaan
Katolik (SNPKK) sebagai tindak lanjut UU 20/2023, dan terbaru PP Nomor 16 Tahun 2019
tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan. Salah satu outptnya adalah lalusan unggul untuk menjadi
guru pendidikan chain usaha sadar dan tren untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran
efektif, kecerdasan. Rencana dirinya untuk semakin berkembang. Pengertian Pendidikan
keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya (PF 55/2007) Fungsi, pendidikan keagamaan
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama (UU 20/2003 Ps 30 ayat 2). Tujuan
untuk terbentuknya pracetak didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilal ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan
dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia (PP 55/2007 Pal 8 ayat (2) Berdasarkan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan
keagamaan tersebut.

Kesimpulannya

Dibutuhkan fasilitator ( katekis ) yang berkarakter dan trampil dalam mengolah alur umum
katekese umat. Keberhasilan katekese, tidak hanya ditentukan oleh model katekese melainkan
terutama oleh para katekis. "Tidak ada metodologi, tidak ada masalah betapa pun teruji dengan
baik, dapat membuang pribadi katekis dari proses katekese pada setiap fasenya. Karisma yang
diberikan kepadanya oleh Roh Kudus, spiritualitasnya yang kokoh dan kesaksian hidup yang
transparan menjiwai setiap metode. Hanya mutu manusiawinya dan mutu kristianinya menjamin
pemakaian yang baik dari teks-teks dan alat alat kerja yang lain "PUK 156 ). Tantangan kedepan
adalah bagaimana mempersiapkan fasilitator ( katekis ) yang handal, yang kompeten baik dari
segi personal sosial maupun dari segi pedagogis kateketis, pendidikan agama Katolik lembaga
pendidikan (bdk Kan 80+, Kan 211"). Selain itu menjadi pembina umat Katolik dalam usahanya
memperkembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan akan Ajaran Agama Katolik
sesuai dinamika perkembangan iptek dan seni Dinamika pelaksanaan pendidikan tinget dicakup
dalam tridharma perguruan tinggi. Tridharma Perguruan Tinggi adalah kewajiban perguruan
tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Pelaksanaan tridharma menjadi domain Program Studi.

Anda mungkin juga menyukai