Anda di halaman 1dari 9

Makalah Penyusunan Program Dalam Konseling

Keterampilan Menyusun Program Bk Di Rumah Sakit

Dosen Pembimbing : Syaiful Indra,S.Pd,M.Pd.

Disusun
Oleh :Kelompok 5
Atika Rana Dumala : 180402016
Mayana Safitri :
Devi Sukarni Oktaria :
Yulia Mauliana :

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH, DARUSSALAM
2020/202
BAB I

A. Pendahuluan
Bimbingan konseling rumah sakit bukan hanya persoalan perawatan aspek
medis semata, melainkan membutuhkan pendekatan holostik-komprehensif meliputi
aspek bio-psiko0sosio-spiritual. Pasien-pasien yang mengidap penyakit berat
mengalami berbagai kecemasan, ketakutan, demikian juga pasien akan menghadapi
operasi dan oasca-operasi, pasien yang menghadapi saat-saat kritis seperti kematian,
sakaratul maut, sudah bukan ranah persoalan perawatan medis semata, melainkan
sangat memerlukan pendampingan, layanan, dan bantuan spiritual. Karena itu salah
satu kebutuhan mendesak bagi rawap inap di rumah sakit adalah perlunya bantuan dan
layanan spiritual untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Sedangkan kebutuhan
spiritual pasien merupakan kebutuhan dasar dan mutlak yang tidak dapat diganti oleh
asuhan dan layanan apapun. Karena itu pemberian bantuan dan layanan spiritual ini
tidak akan cukup jika hanya pemberian melalui asuhan keperawatan medis melainkan
harus disampaikan melalui layanan secara fokus, lebih spesifik, diberikan oleh
seseorang profesional, dan berorientasi pada situasi kebutuhan spiritual pasien,
tersusun dalam sebuah program secara mandiri, terencana, dan sistematis. Bentuk
layanan seperti ini akan lebih tepat disampaikan melalui layanan bimbingan
konseling, maka kehadiran konselor di rumah sakit juga sangat dibutuhkan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu:

C. Tujuan dan manfaat


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
BAB II

A. Pengertian Konseling Rumah Sakit

Bimbingan dan Konseling rumah sakit merupakan bagian integral dari konseling dalam
setting layanan lembaga kesehatan, pelaksanaannya memiliki perbedaan dengan konseling
lembaga pendidikan formal. Perbedaan tersebut terletak dalam langkah kerja, cara pandang
terhadap pasien dan rahasia pasien sebagai konseli, praktik kerja dalam bentuk tim secara
kolaboratif, juga sesi konseling yang rata-rata lebih pendek sehingga disebut single session
atau brief

focused counseling (Bor, et al., 2009: 98). Hal ini dapat dimengerti karena setting rumah
sakit memiliki peraturan kerja yang serba ketat, waktu yang singkat, dan protokol kerja yang
terpola dalam berbagai bentuk prosedur tetap (protap) kerja yang baku.Dalam sebuah proses
konseling di rumah sakit sedikitnya akan melibatkan beberapa orang yang terdiri dari
konselor, pasien, anggota keluarga pasien, terapis medik (dokter, perawat), psikoterapis
(psikiater, psikolog), para pekerja sosial, hingga manajemen rumah sakit atau manajemen
bangsal perawatan. Mereka semua harus bekerja secara kolaboratif dan multidisplin dalam
menangani pasien dengan berbagai kasus klinis yang beragam baik dalam bentuk maupun
konteks. Dilihat dari paradigma dan model layanan terhadap pasien terdapat beberapa
perbedaan yang mendasar antara mode asuhan keperawatan medis dan model pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap pasien. Model asuhan keperawatan medis lebih bersifat
hierarkhis dengan orientasi keahlian. Peran dan partisipasi pasien hanya sebagai penurut
terhadap segala macam protokol perawatan, sehingga pasien tidak memiliki daya tawar dan
berada dalam posisi yang lemah. Dalam kondisi seperti ini tidak mengherankan praktik
layanan bimbingan konseling dan psikoterapi menjadi ‘termedikalisasi’ (Bor et al, 2009: 44).

Bimbingan dan Konseling rumah sakit merupakan bagian integral dari konseling dalam
setting layanan lembaga kesehatan, pelaksanaannya memiliki perbedaan dengan konseling
lembaga pendidikan formal. Perbedaan tersebut terletak dalam langkah kerja, cara pandang
terhadap pasien dan rahasia pasien sebagai konseli, praktik kerja dalam bentuk tim secara
kolaboratif, juga sesi konseling yang rata-rata lebih pendek sehingga disebut single session
atau brief focused counseling (Bor, et al., 2009: 98). Hal ini dapat dimengerti karena setting
rumah sakit memiliki peraturan kerja yang serba ketat, waktu yang singkat, dan protokol
kerja yang terpola dalam berbagai bentuk prosedur tetap (protap) kerja yang baku. Dalam
sebuah proses konseling di rumah sakit sedikitnya akan melibatkan beberapa orang yang
terdiri dari konselor, pasien, anggota keluarga pasien, terapis medik (dokter, perawat),
psikoterapis (psikiater, psikolog), para pekerja sosial, hingga manajemen rumah sakit atau
manajemen bangsal perawatan. Mereka semua harus bekerja

secara kolaboratif dan multidisplin dalam menangani pasien dengan berbagai kasus klinis
yang beragam baik dalam bentuk maupun konteks. Dilihat dari paradigma dan model layanan
terhadap pasien terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara mode asuhan
keperawatan medis dan model pelayanan bimbingan dan konseling terhadap pasien. Model
asuhan keperawatan medis lebih bersifat hierarkhis dengan orientasi keahlian. Peran dan
partisipasi pasien hanya sebagai penurut terhadap segala macam protokol perawatan,
sehingga pasien tidak memiliki daya tawar dan berada dalam posisi yang lemah

B. Tujuan Konseling Rumah Sakit

Tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islam untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien rawat inap adalah terciptanya layananan bimbingan dan konseling yang terintegrasi
kedalam keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual demi
kemaslahatan dunia maupun akhirat bagi pasien. Sedangkan tujuan khususnya adalah
terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien rawat inap melalui bimbingan, konsultasi dan
konseling, serta bina ruhiah yang disampaikan melalui layanan bimbingan dan konseling
yang terintegrasi dengan keperawatan, ditandai dengan :

a. Tercapainya tujuan utama pemenuhan kebutuhan spiritual


pasien meliputi:
1. Kebutuhan Bimbingan
2. Kebutuhan Konsultasi dan Konseling Kerohanian.
3. Kebutuhan Bina Ruhiah
b. Tercapainya tujuan konseling untuk pasien rawat inap di
rumah sakit yaitu:
1. erjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada diri
pasien terhadap sakit yang dihadapi.
2. Membantu pasien menemukan berbagai makna dari sakit
dan proses perawatan yang dijalani.
3. Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinannya kembali
yang sangat membantu dalam proses penyembuhan dengan sumber keyakinan
keagamaan berserta ritualnya yang dianut pasien.
C. Manfaat Konseling Rumah Sakit

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari bimbingan dan konseling Islam untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien Rumah Sakit adalah:

1. Untuk pasien sembuh:


a) Senantiasa bersabar dan syukur.
b) Peningkatan kualitas keimanan.
c) Senantiasa banyak berdzikir.
d) Peningkatan kualitas ibadah.
2. Untuk pasien cacat atau sakit permanen:
a) Memiliki kekuatan kesabaran dan sikap ridho akan ketetapan taqdir Allah
SWT.
b) Terpeliharanya keimanan dan amal ibadah mahdlah.
c) Memiliki optimisme dalam menata kehidupan.
d) Peningkatan taqarrub kepada Allah.
3. Bagi pasien meninggal:
a) Pasien meninggal dengan husnul khatimah.
b) Pasien terbimbing (ibadahnya) dan didoakan.
Keluarga yang ditinggal tabah dan ridla akan taqdir Allah S

Analisi Program Di Rumah Sakit

bentuk-bentuk layanan program di rumah sakit


layanan bimbingan terdiri dari:
a. Bimbingan tadzkirah
yaitu proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli dakam
suasana terapeutik islam dengan fokus memenuhi kebutuhan spiritual konseli melalui
tadzkirah sehingga kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi. bimbingan ini diberikan
dalam bentuk ceramah singkat antara 5-15 menit yang berisi berbagai nasihat,
pencerahan, dorongan dan motivasi keagamaan minimal diberikan tiga kali dalam
seminggu yaitu di awal, ditengah dan akhir minggu.

b. Bimbingan ibadah
adalah proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli
dalam suasana terapeutik islam dengan fokus memenuhi kebutuhan spiritual konseli
memenuhi kebutuhan spiritual konseli melalui bimbingan thaharah (istinja, wudu’,
atau tayamum) dan ibadah (shalat) sehingga kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi.
kegiatan ini dilakukan pertama, setelah pasien selesai diberikan pelayanan dasar
keperawatan umum kemudian pasien telah didentifikasi dan di sisi data spiritualnya
dalam RDPK.

c. Bimbingan dzikir dan doa


adalah proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli
dalam suasana terapeutik islam dengan fokus memenuhi kebutuhan spiritual konseli
melalui layanan bimbingan doa sehingga kebutuhan spritual tersebut terpenuhi.
Bimbingan dzikir dan doa dilaksanakan oleh konselor biasanya dilakukan setelah
selesai tadzkirah secara bersama-sama atau saat visiting dan konsultasi secara
individu.

d. Layanan konsuktasi kerohanian


Adalah pertukaran pikiran untuk mendapat petunjuk atau pertimbangan, baik
berupa kesimpulan, nasihat atau saran yang sebaik-baiknya dalam memecahkan
masalah atau memutuskan sesuatu yang terkait dengan masalah spiritualitas atau
keagamaan yang dihadapi konseli. layanan konsultasi ini diberikan terutama kepasa
pasien dan keluarga pasien yang membutuhkan berbagai penjelasan mengenai
berbagai masalah tetapi tidak membutuhkan pendalaman.

e. Layana bina rupiah

dapat didefinisikan sebagai proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli
dalam suasana akrab islami dengan fokus memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang
terkait dengan kebutuhan pembinaan ruhani sehingga konseli dapat tumbuh dan berkembang,
bahagia, selamat dan sejahtera dunia akhirat. Bina ruhiah ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual para perawat, pembina ruhani, karyawan, keluarga pasien, dan spiritual
para
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Program yang baik adalah program yang sesuai (match) kebutuhan konseling
seperti: Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs)
seperti pengembangan potensi diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status
atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan
penghargaan. Kebutuhan social (social needs) seperti cinta, persahabatan, perasaan
memiliki, kekeluargaan dan asosiasi. Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and
security needs) seperti perlindungan dan stabilitas. Kebutuhan fisiolgis (physiological
needs) seperti makan, minum, perumahan, seks dan istirahat, Semua kebutuhan di atas
perlu di analisis untuk ditetapkan kebutuhan mana yang akan diprioritaskan untuk
diberikan pelayanan bimbingan konseling.

Daftar Pustaka

Arifin, Isep Zaenal. et al. (2007). Program Pengembangan Asuhan Keperawatan Spiritual
Muslim. Bandung: AKPER Aisyiyah

Baldaccino, D, Draper, P. (2001). ‘Spiritual Coping Strategies: A review of The Nurshing


Research Literature.’ Journal of Advanced Nursing
Bor, Robert, et. al. (2009). Counselling in Health Care Setting. New York:Palgrave
Macmillan

Corey, Gerald. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psycho-therapy. USA:
Thomson Bookstore

Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 6 No. 19 | Edisi Januari-Juni 2012Bimbingan dan Konseling Islam
untuk Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Isep Zainal Arifin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung

Anda mungkin juga menyukai