Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANEMIA APLASTIK

OLEH :

YOHANA SIMUN

ALDEGONDA F. JEHARUT

REMIGIUS TAMUR

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul ANEMIA APLASTIK
pada pasien Kritis dengan baik dan tepat waktu. .

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis, baik dalam
pengumpulan materi m aupun dari pengetahuan dan pengalaman. Oleh kerena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis terima dengan senang hati .

Penulis sangat berharap semoga tugas sederhana ini dapat berguna bagi pengetahuan
kami sendiri maupun para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari
yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik.
           Anemia tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang
diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi
laboratorium (Baldy, 2006).dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan
pemeriksaan  laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga
normal.  
Anemia bukan suatu penyaki tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu anemia aplastik?
2. Apa saja kah penyebab dari anemia aplastik?
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anemia aplastik
2. Untuk menyebutkan penyebab anemia aplastik.
3.  Untuk mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
4.  Untuk memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Anemia Aplastik


1. Pengertian Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum tulang belakang
yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini berkurangnya sel darah dalam
darah tepi sebagai akibat berhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum
tulang (Wijaya & Putri,2013).
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau bisitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sum-sum tulang dalam bentuk
aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sum-sum
tulang (Bakta, 2017).
B. Etiologi Anemia Aplastik
Penyebab anemia aplastik sebagian besar (50-70) tidak diketahui atau bersifat idiopatik.
Sebagian besar penelusuran etiologi dilakukan melaluipenelitian epidemiologik. Berikut
ini adalah berbagai faktor penyebab anemia aplastik :
1. Primer
a. Kelainan kongenital yaitu Fanconi, Non Fanconi, Dyskeratosis congenita.
b. Ideopatik : penyebabnya tidak dapat ditentukan
2. Sekunder
a. Akibat radiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X. Peningkatan
dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya pansitopenia. Bila
penyinaran dilakukan, sel-sel akan berproliferasi kembali. Radiasi dapat
menyebabkan anemia aplastik.
b. Bahan kimia
Bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia aplastik adalah senyawa
benzen.
c. Akibat obat-obatan
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah
kloramfenikol.
Penyebab lain yaitu Infeksi virus dapat menyebabkan anemia aplastik semakin
atau permanen, penyebab sementara dan permanen sebagai berikut :
a. Sementara
Mononukleosis infeksiosa, Tuberkolosis, Influenza, dengue.
b. Permanen
Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non-A dan non-B. Virus ini
dapat menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca hepatitis ini
mempunyai prognosis yang buruk.
C. Patofisiologi Anemia Aplastik
Menurut (Bakta, 2017) mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui :
a. Kerusakan sel induk (seed theory)
b. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)
c. Mekanisme imunologik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam tulang dan
penggantian sum-sum tulang dengan lemak. Hal ini dapat terjadi secara congental.
D. Patway Anemia Aplastik
Perdarahan
masif Eritrosit prematur Defesiensi besi, Depresi sumsum
B12, asam folat tulang kongential atau

Kehilangan Umur eritrosit akibat obat- 0bat


Kekurangan bahan
pendek
banyak baku pembuat sel
akibat penghancuran Pembentukan sel
darah merah
darah sel hemopoetik terhenti
darah merah atau berkurang

Transfusi Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis Resti infeksi


darah /trombositopenia,
pansitopenia

Ansietas

Perubahan nutrisi
kurang dari Kardiovaskule
Gastrointestinal kebutuhan tubuh

Kontraksi
Gangguan absorbsi arteriole
nutrient
yang diperlukan untuk
pembentukan sel
Pengurangan aliran darah dan
darah komponennya ke organ tubuh
yang
kurang vital (anggota gerak),
Pengiriman oksigen penambahan aliran darah ke otak
dan nutrient ke sel dan jantung
berkurang

Intoleransi
aktivitas Pengiriman oksigen dan nutrien
sel berkurang
Penurunan BB,
Kelemahan
Takikardi, TD menurun,
pengisian Perubahan perfusi
kapiler lambat, ekstremitas jaringan
dingin,
palpitasi, kulit pucat
E. Pemeriksaaan Penunjang Anemia Aplastik
Menurut Sugeng Jitowijoyo (2018), pada pemeriksaan laboratorium pada anemia aplastik
ditemui :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dl)
b. Kadar Ht menurun (normal 37%-41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulosis dan sferositosis pada apusan darah tepi terdapat pansitopenia,
sum-sum tulang kosong diganti lemak.
e. Darah lengkap : jumlah masing-masing sel darah (eritrosit, leukimia, trombosit)
f. Sum-Sum Tulang : hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak menyebar secara merata
pada seluruh sum-sum tulang. Sehingga sum-sum tulang yang normal dalam satu kalu
pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis anemia aplasia, harus diulangi pada
tempat-tempat yang lain.
F. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia yang berupa status kesehatan atau risiko perubahan pola dari individu
dimana perawat secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan membatasi
dan mencegah morbiditas dan mortilitas (Carpenito, 2000).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan
anemia, menurut Marilynn E. Dongoes dalam Rencana Asuhan Keperawatan (1999)
antara lain :
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke
sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
d. absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
normal.
G. Komplikasi anemia aplastik
Menurut (Wijaya & Putri, 2013)anemia aplastik apabila tidak ditangani maka akan
menyebabkan banyak komplikasi yaitu :
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Leukimia mielogen akut berhubungan denagn anemia fanconi
g. Gagal jantung akibat anemia berat
h. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terkena.
H. Manifestasi klinis anemia aplastik
Menurut rukman kiswari (2014) Anemia aplastik terutama di derita oleh orangmuda,
denagn puncak insidensi pada kisaran 15-25 tahun. Beberapa di antaranya memuncak
setelah sekitar 60 tahun. Keluhan yang paling umum adalah kelelahan, kelemahan atau
dispnea pada aktivitas fisik berat, konjung tiva mata pucat, ekstremitas teraba hangat atau
dingin. Gejala-gejala lain yang berkaitan adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan :
a. Ekimosis dan petekie (perdarahan kulit)
b. Epistaksis (perdarahan hidung)
c. Perdarahan saluran cerna
d. Perdarahan saluran kemih
I. Penatalaksanan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan jenisnya, yaitu :
a. Anemia aplastik
Penatalaksanaannya meliputi transplantasi sumsum tulang dan terapi
immunosupresif dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui
jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang
tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan
platelet (Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995).
b. Anemia defisiensi besi
Diatasi dengan mengobati penyebabnya dan mengganti zat besi
secara farmakologis selama satu tahun. Laki-laki membutuhkan 10
mg/hari, wanita yang menstruasi 15 mg/hari dan postmenaupouse membutuhkan
10 mg/hari.
c. Anemia megaloblastik
Untuk anemia megaloblastik yang disebabkan karena defisiensi vitamin B12
(anemia pernisiosa) dan defisiensi asam folat diobati dengan pemberian vitamin
B12 dan asam folat oral 1 mg/hari.
d. Anemia sel sabit
Pengobatannya mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan
dengan dosis yang besar. Pemberian tambahan asam folat setiap hari diperlukan
untuk mengisi kekurangan asam folat yang disebabkan karena adanya hemolisis
kronik. Transfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitik.
Pendidikan dan bimbingan yang terus-menerus termasuk bimbingan genetik,
penting dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan anemia sel sabit.
J. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil :
1). Tanda vital stabil
2). Membran mukosa warna merah muda
3). Pengisian kapiler baik
Intervensi :
1) Ukur tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar
kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
3) Awasi upaya pernapasan, auskultasi bunyi napas, perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : Dispnea, gemericik menunjukkan gagal jantung kanan karena
regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.
4) Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi mukosa, dasar kuku.
Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/potensial risiko infark.
5) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
Rasional : Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
6) Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya hemoglobin/
hematokrit dan jumlah sel darah merah, analisa gas darah
Rasional : Mengidentifikasi definisi dan kebutuhan pengobatan/respon
terhadap terapi.
7) Berikan sel darah merah darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi.
Awasi ketat untuk komplikasi transfusi. Rasional : Meningkatkan jumlah sel
pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan perdarahan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna mmakanan/ absorpsi nutrien yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan stabil
2. Membran mukosa lembab
3. Peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan
intervensi.
2. Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
3. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
intervensi nutrisi.
4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
Rasional : Masukan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,
menurunkan pertumbuhan bakteri.
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ).
Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia
dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999).
Rencana asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC.
Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996)
Kapita selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC.
Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar
histologi (edisi kelima). Jarta : EGC.
Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000).
Kapita selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai