Anda di halaman 1dari 2

Jenis Sistem Proteksi Kebakaran, dibagi menjadi 2 yaitu:

(menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008)

1. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri
atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran
berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran
berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus. Contoh dari sistem proteksi
kebakaran aktif antara lain:
 Detektor, yaitu alat pendeteksi keberadaan tanda-tanda api. Detektor ini biasanya terdiri
dari detektor asap atau detektor panas yang bekerja jika ada peningkatan panas
 Alarm, yaitu alat yang bertugas memberikan notifikasi kemunculan api kepada orang-
orang terkait dengan suara atau dengan cahaya
 Hydrant, yaitu sistem proteksi kebakaran yang menggunakan air bertekanan sebagai
medianya dalam memadamkan api. Sistem ini menggunakan sistem manual, yakni
proses pemadaman apinya dilakukan oleh manusia dan tidak otomatis.
 Sprinkler, yaitu suatu alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai
tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata. Sistem sprinkler harus dirancang untuk memadamkan
kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan kebakaran untuk tetap
tidak berkembang sekurang-kurangnya 30 menit sejak kepala sprinkler pecah.
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR), yaitu alat pemadam api yang dapat dipindahkan
(portable) dan berisi berbagai macam zat yang dapat memadamkan api seperti bubuk,
CO2, atau foam
 Sistem pengendalian asap, yaitu rangkaian alat yang aktif ketika kebakaran dan
berfungsi untuk mengurangi asap pada ruang-ruang tertentu

2. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


Sistem  proteksi  kebakaran  pasif  adalah  sistem  proteksi  kebakaran  yang terbentuk 
atau  terbangun  melalui  pengaturan  penggunaan  bahan  dan komponen  struktur 
bangunan, kompartemenisasi  atau  pemisahan  bangunan berdasarkan  tingkat  ketahanan 
terhadap  api,serta  perlindungan  terhadap bukaan. Contoh dari sistem proteksi kebakaran
pasif antara lain:

 Pintu dan jendela tahan api, yaitu pintu dan jendela yang berfungsi untuk menahan
kebakaran
 Bahan pelapis interior, yatiu pelapis yang meningkatkan kemampuan permukaan
yang dilapis untuk menahan api
 Sistem kompartementasi) (Penghalang api), yaitu penghalang yang digunakan
untuk membentuk ruangan tertutup, pemisah ruangan atau proteksi sesuai
persyaratan teknis dan memiliki ketahanan api dari 30 menit hingga 3 jam
 Partisi penghalang asap, yaitu alat yang berfungsi untuk membagi-bagi ruangan
dalam rangka membatasi gerakan asap

Fire Safety Management (FSM)


FSM adalah sistem pengelolaan/pengendalian unsur-unsur manusia, sarana/peralatan, biaya,
bahan, metode dan informasi untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total pada bangunan
terhadap bahaya kebakaran.

Mengapa Diperlukan FSM?


 Menjamin aspek keselamatan terhadap kebakaran melalui kesiagaan SDM, sistem &
peralatan yg ada.
 Mewujudkan kepedulian dan tanggung-jawab manajemen terhadap antisipasi bahaya
kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
 Memahami bahwa kebakaran merupakan bencana yang memerlukan tindakan
pencegahan dan pengendalian yang sistematis, terencana dan berkesinambungan.
 Memahami bahwa melalui pengaturan tindakan yang terencana dan sistematis tersebut
maka dampak bencana dapat diminimasi bahkan di eliminasi

Anda mungkin juga menyukai