Anda di halaman 1dari 42

Tokoh - Tokoh Penemu Sel beserta Teori Tentang Sel

Sel adalah 'Unit terkecil dari organ struktural dan fungsional pada mahluk hidup, yang dapat
melaksanakan kehidupan.
Berikut adalah para tokoh ilmuan yang telah berhasil mempelajari tentang sel.

1)  Robert Hooke

                                                                                                                                                       
               Teori = Merupakan penemu sel, setelah mengamati sayatan gabus kering.

Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke
yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel
berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.
Pada tahun 1835, sebelum teori Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar
kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.
Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya
terpenuhi.
2)  Scheilden & Schwann

Teori  = Sel merupakan kesatuan struktural

  Scheiden & Schwan adalah tokoh ilmuan yang telah berjasa dalam dunia mikrobiologi,
dengan teori sel merupakan suatu kesatuan struktural (berdasarkan bentuk). Scheilden
mengamati sel pada tumbuhan dan Schwann mengamati sel pada hewan.  berikut adalah
hasil pengamatannya:
Sel Hewan
1. tidak memiliki dinding sel
2. tidak memiliki plastida
3. memiliki lisosom
4. memiliki sentrosom
5. timbunan zat berupa lemak dan glikogen
6. bentuk tidak tetap
7. pada hewan tertentu memiliki vakuola, ukuran kecil, sedikit
Sel Tumbuhan
1. memiliki dinding sel dan membran sel
2. umumnya memiliki plastida
3. tidak memiliki lisosom
4. tidak memiliki sentrosom
5. timbunan zat berupa pati
6. bentuk tetap
7. memiliki vakuola ukuran besar, banyak

3)  Max Schultze

Teori = Sel merupakan kesauan fungsional

Namanya sangat dikenal karena karyanya pada teori sel. Dengan menggabungkan teori Felix
Dujardin dari konsep “sarcode” pada binatang dengan Hugo von Mohl dengan protoplasma
pada sayuran, ia menyatukan keduanya, dan dua hal itu termasuk di bawah nama umum
protoplasma, mendefinisikan sel sebagai nucleated massa dari protoplasma dengan atau tanpa
sel-dinding (Das Protoplasma der Rhizopoden und der Pflanzenzellen; ein Beiträg zur
Theorie der Zelle, 1863).

4)  Rudholf Virchow

 Teori = Sel merupakan kesatuan pertumbuhan (omne cellulae e cellula)

Virchow berperan dalam banyak penemuan penting. Meskipun dia dan Theodor Schwann
tidak disebutkan bersamaan, dia paling banyak diketahui karena theorinya tentang sel. Ia
adalah orang pertama yang menemukan sel-sel leukemia. Dia adalah orang pertama yang
menerima dan menjiplak hasil kerja Robert Remak yang memnyatakan asalu usul sel adalah
pembagian unsur sebelumnya. Teori ini ia tuangkan dalam epigram Omnis cellula e cellula
(“setiap sel berasal dari sel sebelumnya”) yang dipublikasikan tahun 1858. (epigram ini
sebenarnya ditemukan François-Vincent Raspail tapi dipopulerkan oleh Virchow). Ini adalah
penolakan terhadap konsep generasi spontan (spontaneous generation), yang menyatakan
organisme berasal dari benda mati.

5)  Thomas huxley

 Teori = Sel merupakan kesatuan fisik kimia

6) Watson and Crick

   Teori  = Sel merupakan kesatuan hereditas

7)  Robert Brown

   Teori  = Pada sel terdapat inti sel ( Nukleus )


adalah botanis Skotlandia yang memberikan sumbangan penting terhadap botani melalui
penemuan inti sel dan aliran sitoplasma, pengamatan pertama dari Gerakan Brown, penelitian
awal terhadap penyerbukan dan pembuahan tumbuhan. Brown juga salah satu yang pertama
mengenali perbedaan mendasar antara tumbuhan gimnosperma dan angiosperma, dan
melakukan studi awal palinologi. Dia juga memberikan banyak sumbangan terhadap
taksonomi tumbuhan, termasuk penggolongan sejumlah familia tumbuhan yang masih
diterima saat ini, dan banyak marga dan spesies tumbuhan Australia, hasil penjelajahannya
beserta Matthew Flinders

8)  Felix Dujardin

  Teori   = Di dalam setiap sel mahkluk hidup terdapat sitoplasma  

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi)


Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak , asam nukleat dan berbagai
senyawa atau unsur anorganik. Berikut akan diuraikan tentang komposisi kimia sel .

1. Karbohidrat
                 Karbohidrat disusun oleh unsur C ( karbon ), H ( hidrogen ) dan O ( oksigen ). Karbohidrat merpakan
senyawa yang terdapa dalam tubuh dalam jumlahbesar di dalam tubuh. Karbohidra dibagi  ke dalam tiga
kelompok , yaitu sebagai berikut :

a. Monosakarida
                 Monosakarida merupakan gula sederhana . Sifat dan cirinya adalah rasanya manis, dapat larut dalam
air dan dapat dikristalkan. Monosakarida terdiri dari pentosa dan heksosa. Contoh pentosa antara lain adalah
ribosa, deoksiribosa dan ribulosa. Adapun heksosa contohnya glukosa, galaktosa dan fruktosa .

b. Disakarida
                 Disakarida merupakan gabungan dua gula dari gugus monosakarida. Memiliki sifat rasanya manis,
larut dalam air dan dapat dikristalkan. Contoh disakarida adalah: maltosa, sukrosa dan laktosa .

c. Polisakarida .
                 Polisakarida merupakan karbohidrat kompleks dengan rantai molekul yang panjang . Rasanya tidak
manis , tidak dapat  dikristalkan dan tidak larut  dalam air  . jika larut maka akan membentuk suspensi karena
ukuran molekulnya besar.

2. Protein
                 Protein tersusun atas unsur : C ( karbon ), H ( hidrogen ) dan O ( oksigen ) dan N( nitrogen ) . Protein
merupakan polipeptida atau biopolimer  yang tersusun atas asam amino. Ada sekitar 20 macam asam amino
sebagai unit dasar penyusun protein . Asam amino sifatnya larut dalam air , dapat dikristalkan , mempunyai titik
didih yang tinggi dan dapat bersifat asam atau basa . Protein berperan sebagai penyusun membran sel dengan
bergbung bersama lemak membentuk senyawa lipoprotein , protein seperti itu dinamakan protein struktural .
Selain itu protein memiliki fungsi yang lain misalnya membentuk enzim dan ini disebut protein fungsional .

3. Lemak ( lipida )  
                 Merupakan senyawa yang tersusun atas unsur C ( karbon ), H ( hidrogen ) dan O ( oksigen ). Lemak 
tersusun atas senyawa gliserol dan asam lemak yang merupakan unit dasar penyusun lemak. Sifat lemak
diantaranya tidak larut dalam air, densitas atau kerapatanna lebih rendah dari air , memiliki viskositas atau
kekentalan yang tinggi . Contoh lemak adalah trigliserida, fosfolipid, steroid . Fungsi lemak antara lain
penyusun membran sel bersama-sama dengan protein, penyusun hormon kelamin pria seperti testosteron .

4. Asam Nukleat
                 Asam nukleat merupakan polinukleotida ( terdiri atas nukleotida-nukleotida ) yang terdiri atas DNA
( Deoksiribonucleic acid ) dan RNA ( Ribonucleic acid ). Asam nukleat bertindak sebagai penyipan informasi
genetik pada sel . Asam nucleat terdiri atas nukleotida-nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas : Fosfat , gula
pentosa dan basa nitrogen. DNA berperan penting dalam pembentukan gen pda kromosom adapun RNA
berperan penting dalam sintesis protein.

5. Air
                 Air merupakan senyawa  utama dan merupakan senyawa dalam jumlah terbesar penyusun sel ( 50 –
60 %  berat sel ) . Air merupakan bagian esensial cairan tubuh yang terdiri dari cairan intrasel ( sitoplasma ) ,
plasma darah dan cairan ekstraseluler . Air berfungsi sebagai pelarut dan sebagai katalisator reaksi-reaksi
biologis.

6. Vitamin dan mineral


                 Vitamin dibutuhkan dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi harus ada . Peran vitamin adalah
mempertahankan fungsi metabolisme , pertumbuhan   dan penghancur radikal bebas . Contoh vitamin : A, B1,
B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K dan H )

7. Mineral
                 Mineral merupakan unsur-unsur kimia selain karbon, hidrogen dan oksigen . Mineral ada yang
terdapat dalam jumlah yang besar ( makroelemen ) seperti : kalsium ( Ca ), fosfor ( P ) , magnesium ( Mg ),
natrium ( Na ), klor ( Cl ) dan belerang ( S ). Mineral lain terdapat dalam jumlah sedikit ( mikroelemen ) seperti:
zat besi ( Fe ), yodium ( I ), Seng ( Zn ) kobalt ( Co ) fluorin ( F ) . Mineral berfungsi sebagai komponen
struktural sel, pemeliharaan fungsi metabolisme , pengaturan kerja enzim, menjaga keseimbangan asam dan
basa

Salah satu cirri kimiawi sel adalah bersifat elektrolit yaitu lektrolit berarti memiliki hantaran listrik karena

terdapatnya ion-ion,sebaliknya klo tdk terdapt ion2 atw larutannya netral berati bersifat non elektrolit karena tdk

bs menghantarkan arus listrik. Contoh gmpangnya ,elektrolit NaCl yg kalo dilarutin dlm air akan terurai ion2

nya, yaitu ion positif Na (kation) dan ion negatif Cl(anion). Jd sifat kimia sel itu dapat menghantarkan arus

listrik.
A. PENGERTIAN SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK

Menurut keadaan inti selnya, sel dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu sel prokariotik dan sel

eukariotik. Pengertian kedua sel tersebut ialah :

1. Sel Prokariotik

Sel prokariotik merupakan sel dengan tidak adanya selaput atau membran yang melapisi inti

sel, sehingga materi genetik yang terkandung di dalam inti tidak terbungkus oleh selaput atau

membran. Biasanya, sel prokariotik terdapat pada organisme atau makhluk hidup yang

memiliki sel tunggal (uniseluler), dan beberapa ada juga pada organisme multiseluler.

Contoh organisme bersel satu yang memiliki susunan sel prkariotik adalah bakteri, ganggang

biru, dan paramecium.

2. Sel Eukariotik
Eukariotik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “eu = sebenarnya” dan “karion =

membran atau nucleus”. Jadi, sel eukariotik merupakan jenis sel yang memiliki selaput atau

membran untuk membungkus materi genetik yang terkandung di dalam inti sel agar tidak

tersebar.

Contoh makhluk hidup yang memiliki susunan sel eukariotik adalah ganggang (kecuali

ganggang biru), manusia, hewan, tumbuhan, dan jamur (fungi)

SEL PROKARIOTIK DAN SEL


EUKARIOTIK
B. PERBEDAAN SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK

Terdapat beberapa perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik menurut para ahli.

Perbedaan itu akan disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :


Adapun perbedaan organel yang dikandung oleh sel prokariotik dan sel eukariotik adalah

sebagai berikut :

TABEL ORGANEL SEL PADA SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK


C. STRUKTUR SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK

1. Sel Prokariotik

a) Membran Sel

Membran sel atau disebut juga dengan dinding sel berfungsi untuk memberi perlindungan

bagi organel-organel yang terkandung di dalam sel itu sendiri. Dinding sel prokariotik terdiri

dari peptidoglikan, lipid, dan juga protein

b) Membran Plasma

Membran plasma berfungsi sebagai pelindung materi genetik yang terkandung di dalam inti

sel (nucleus) dari lingkungan sekitar sel. Membran plasma terdiri dari molekul lipid dan juga

protein
c) Sitoplasma

Sitoplasma berfungsi sebagai alat pencernaan yang ada di dalam sel. Sitoplasma terdiri dari

enzim-enzim pencernaan untuk melakukan metabolism di dalam sel. Selain enzim-enzim,

sitoplasma juga terdiri dari air, protein, lipid, dan juga mineral

d) Mesosom

Mesosom berfungsi sebagai alat pernapasan yang terdapat dalam sel. Selain itu, organel ini

juga berfungsi sebagai penghasil energi selain mitokondria. Mesosom tersusun atas enzim-

enzim pernapasan yang berperan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi

e) Ribosom

Ribosom di dalam sel berfungsi sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein

f) DNA

DNA berfungsi sebagai pembawa informasi genetik yang akan diturunkan kepada generasi

selanjutnya, atau informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. DNA

tersusun atas gula deoksiribosa, basa-basa nitrogen, dan juga fosfat.

g) RNA

RNA merupakan persenyawaan daripada hasil transkripsi DNA. RNA berperan dalam

membuat kode-kode genetik sesuai dengan perintah DNA. Kemudian kode ini akan disusun

atau diterjemahkan dalam bentuk urutan asam amino dalam proses sistesis protein

SEL PROKARIOTIK DAN SEL


EUKARIOTIK
2. Sel Eukariotik
a) Membran Plasma

Membran plasma berfungsi sebagai pelindung organsel intra seluler (dalam sel), pengatur

keluar masuknya berbagai zat ke dalam sel, dan sebagai tempat reaksi respirasi dan oksidasi

sel. Dalam mengatur keluar masuknya berbagai zat, membran plasma memiliki sifat selektif

permeable, artinya membran plasma hanya membolehkan beberapa zat saja yang boleh

masuk, seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan berbagai ion yang berguna bagi

kelangsungan hidup sel.

Membran plasma terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan protein yang tersusun atas

glikoprotein dan juga lapisan lipid yang terdiri dari fosfolipid, glikolipid, dan juga sterol.

b) Sitoplasma

Sitoplasma merupakan cairan sel yang berada di luar membran inti. Komponen utama

penyususn sitoplasma adalah :

1. Sitoskeleton yang berfungsi sebagai kerangka sel


2. Substansi genetik simpanan dalam sitoplasma
3. Cairan seperti gel yang disebut sitosol
4. Organel-organel sel

c) Organel Sel

1. Inti Sel (nucleus), merupakan organel sel yang berperan sebagai pembawa informasi
genetik bagi keturunannya.
2. Retikulum endoplasma, merupakan organel sel yang berbentuk seperti jala/jarring.
Terdapat du ajenis reticulum endoplasma, yaitu RE kasar dan RE halus. RE kasar
adalag RE yang ditempeli oleh ribosom-ribosom dan tampak berbintil-bintil. Fungsi
RE adalah untuk menyintesis lemak dan kolesterol, menampung protein yang
disintesis oleh ribosom, transportasi molekul-molekul, dan juga menetralkan racun
3. Ribosom, merupakan organel sel yang terdapat di permukaan reticulum endoplasma
dan juga sebgian berada di nucleolus. Ribosom berperan penting dalam sintesis
protein.
4. Badan Golgi, merupakan organel sel yang berbentuk seperti kantung pipih yang
dibatasi oleh membran. Badan golgi memiliki fungsi sebagai tempat sintesis
polisakarida seperti mucus, selulosa, hemiselulosa, dan pectin, sebagai pembentuk
membran plasma, untuk membentuk kantong sekresi yang akan membungkus zat
yang keluar dari sel, dan sebagai membentuk akrosom pada sperma, kuning telur, dan
lisosom.
5. Mitokondria, merupakan organel sel yang berfungsi sebagai penhasil energi bagi sel.
Di mitokondria inilah tempat diubahnya zat-zat menjadi ATP yang berfungsi sebagai
energi sel. Mitokondria memiliki dua membran, yaitu membran dalam dan membran
luar. Kedua membran ini memiliki sifat yang kuat, elastis, dan fleksibel, dan juga
stabil.      

STRUKTUR DAN FUNGSI PLASTIDA

Plastida adalah organel sel yang


menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk
fotosintesis), xantofil, dan karoten
- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten

Plastida merupakan organel utama yang hanya ditemukan pada tumbuhan dan alga.plastid
berfungsi untuk fotosintesis, dan juga untuk sintesis asam lemak dan terpen yang diperlukan
untuk pertumbuhan sel tumbuhan. Tergantung pada fungsi dan morfologinya, plastida
biasanya diklasifikasikan menjadi kloroplas, leukoplas (termaduk amiloplas dan elaioplas),
atau kromopas. Plastid merupakan derivat dari proplastid, yang dibentuk pada bagian
meristematik tumbuhan.

Plastida pada tumbuhan


Pada tumbuhan, plastida dibedakan kedalam beberapa bentuk, tergantung fungsinya dalam
sel. Plastida yang belum teriferensiasi akan berkembang menjadi:
Amiloplas : untuk menyimpan cairan
Kloroplas : untuk fotosintesis
Etioplas : kloroplas yang belum terkena cahaya
Elaioplas : untuk menyimpan lemak
Kromoplas : untuk sintesis dan menyimpan pigmen
Leukoplas : untuk mensistesis monoterpen
Setiap plastid berisi berbagai kopi plastid gen pada lingkar 75-250 kb. Gen plastid berisi
kurang lebih 100 gen yang mengkode rRNAs dan tRNAs.
Kebakaan Plastida
Kebanyakan tumbuhan mewarisi plastida hanya dari induknya. Angiosperm umumnya
mewarisi plastida dari induk betina, sedangkan beberapa gimnospermae mewarisi plastida
dari induk jantan. Alga juga mewaisi plastida dari salah satu induknya.
Plastida pada alga
Pada alga, istilah leukoplas digunakan untuk semua jenis plastid yang belum terpigmentasi.
Fungsinya berbeda dari leukoplas pada tumbuhan. Etioplas, amiloplas dan kromoplas hanya
ada pada tumbuhan dan bukan pada alga. Plastida pada alga mungkin juga berbeda dengan
plastida pada tumbuhan yang mana pada alga berisi pirenoid.
Asal plastida
Plastida berasal dari endosimbiosis sianobakteri. Pada alga hijau dan tumbuhan disebut
kloroplas, rhodoplas pada alga merah dan sianelles. Plastida dibedakan atas pigmennya,
namun juga ultrastruktur.

Struktur dan Fungsi Nukleus (Inti Sel)

Nukleus atau inti sel merupakan organel paling mencolok yang terdapat di dalam sel.
Nukleus dapat ditemukan pada sel eukariotik dan berfungsi sebagai pengatur aktivitas sel.
Nukleus dapat dilihat dengan mudah menggunakan mikroskop cahaya tanpa bantuan pewarna
kimia. Setiap sel memiliki satu nukleus kecuali jenis-jenis jamur tertentu yang kadang
memiliki lebih dari satu nukleus dalam selnya.

Nukleus sebagai organel pengatur memiliki fungsi sebagai berikut (1) Menjadi tempat
menyimpan materi genetik berupa DNA, dan (2) Mengatur aktivitas sel dengan cara
menentukan jenis dan waktu sinesis protein tertentu. Protein-protein seperti enzim dan
hormon yang berperan dalam metabolisme tubuh diproduksi dengan perintah yang datang
dari nukleus. Perintah ini muncul dalam bentuk mRNA (RNA messenger) yang dihasilkan
oleh nukleus.
Struktur nukleus

DNA dalam nukleus tersusun atas benang-benang halus yang disebut kromatin. Terdapat 2
macam kromatin, dimana kromatin yang kurang padat disebut eukromatin sedangkan
kromatin yang padat disebut heterokromatin. Benang halus kromatin akan memadat dan
berkumpul membentuk struktur lebih besar yang disebut kromosom ketika sel akan
membelah diri. Gen-gen penentu sifat makhluk hidup terletak pada tempat khusus di
kromosom yang disebut lokus gen. Tiap jenis makhluk hidup memiliki jumlah kromosom
yang khas dengan gen-gen yang berbeda-beda. Tiap sel manusia mengandung 46 kromosom,
kubis 20 kromosom, bunga matahari 34 kromosom, dan jenis paku Ophioglossum
mengandung 1250 kromosom.

Sel tubuh atau sel somatik mengandung 2 set kromosom sehingga disebut diploid, sedangkan
sel kelamin atau sel gamet hanya mengandung 1 set kromosom sehingga disebut haploid.

Di dalam nukleus terdapat organel nukleolus atau anak inti. Tiap nukleus umumnya memiliki
2 nukleolus, namun kedua organel kecil ini bersatu sehingga nampak seperti tunggal.
Nukleolus berfungsi dalam sintesis rRNA (RNA ribosom) yang digunakan untuk membentuk
ribosom.

Pada sel eukariotik nukleus memiliki membran ganda (2 lapis) yang disebut selubung
nukleus. Pada membran tersebut terdapat pori-pori kecil dengan diameter antara 30 - 100
nanometer. Pori kecil ini berfungsi sebagai jalur keluar masuknya molekul-molekul dari dan
ke dalam nukleus. Beberapa pori juga menyambung dengan organel retikulum endoplasma
sehingga molekul yang dikeluarkan nukleus dapat langsung masuk retikulum endoplasma.

Transpor melalui Membran Sel


Struktur membran sel yang tersusun atas 50% protein dan 50% lemak. Protein dalam
membran sel terbagi 2, yaitu protein ekstrinsik (perifer) dan protein intrinsik (integral).
Protein intrinsik adalah protein yang tersembul antara 2 lapis fosfolipid, menghuni
permukaan dalam membran sel, dan bersifat hidrofobik (menolak air), sedangkan protein
ekstrinsik adalah protein yang tenggelam di antara 2 lapisan fosfolipid, menghuni permukaan
luar membran sel, dan bersifat hidrofilik (suka air).

Karena struktur dan sifat penyusun membran sel yang demikian, membran sel kemudian
menjadi bersifat semi atau selektif permeabel yang artinya membran sel hanya bisa dilewati
air atau zat terlarut melalui mekanisme transpor. Mekanisme transpor melalui membran sel
sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Apa itu transpor aktif dan
transpor pasif?

1. Transpor Aktif

Transpor aktif adalah proses transpor melalui membran sel yang membutuhkan energi dalam
melakukan aktivitasnya. Energi tersebut berupa adenosin trifosfat (ATP) yang dihasilkan dari
respirasi sel. Dengan ATP akan terjadi pemaksaan terhadap zat untuk dapat melewati
membran melalui perlawabab terhadap gradien konsentrasinya.

Transpor aktif melalui membran sel digolongkan menjadi endositosis dan eksositosis.
Endositosis adalah peristiwa pembentukan kantong membran sel ketika partikel ditransfer ke
dalam sel. Sedangkan Eksositosis adalah kebalikan dari endositosis. Eksositosis adalah
peristiwa pembentukan kantong membran sel ketika partikel ditransfer ke luar sel. Untuk
lebih jelasnya mengenai endositosis dan eksositosis, Anda dapat melihat gambar ilustrasi di
bawah ini atau berkunjung ke artikel ini.
2. Transpor Pasif

Transpor pasif ialah proses transpor melalui membran sel yang tidak membutuhkan energi.
Transpor pasif terjadi dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi antara 2 zat atau larutan di
bagian dalam dan luar sel. Transpor pasif sendiri terbagi lagi menjadi 3 mekanisme yaitu 
difusi, osmosis, dan difusi terbantu.

a. Difusi
Difusi adalah transpor pasif atau perpindahan zat melewati membran dari titik yang
berkonsentrasi tinggi ke titik yang memiliki konsentrasi rendah. Contoh difusi dapat
ditemukan pada hewan uniseluler yang mengambil oksigen dari habitatnya. Oksigen berdifusi
dan masuk ke dalam hewan uniseluler tersebut akibat konsentrasi oksigen di habitatnya lebih
tinggi dari pada konsentrasi oksigen di dalam tubuhnya.
b. Osmosis
Osmosis adalah transpor pasif atau perpindahan air melalui membran selektif permeabel
akibat adanya tekanan osmotik dari larutan hipotonis (larutan dengan konsentrasi rendah) ke
larutan hipertonis (larutan dengan konsentrasi tinggi). Contoh osmosis dapat ditemukan pada
larutan garam, gula, dan larutan lainnya. Saat dimasukkan ke dalam alat pengukur tekanan
osmotik (osmometer), semua larutan tersebut bakal menunjukkan nilai tekanan osmotik
tertentu.
c. Difusi terbantu
Difusi terbantu adalah transpor pasif atau perpindahan zat melalui membran selektif
permeabel yang terjadi karena bantuan enzim (protein). Contoh difusi terbantu dapat kita
lihat pada bakteri E. coli. Bila dipindah ke media yang mengandung laktosa, metabolisme
bakteri tersebut akan menurun akibat membran selnya bersifat impermeabel terhadap laktosa.
Akan tetapi, selang beberapa waktu, enzim permease akan terbentuk di dalam selnya untuk
memudahkan laktosa masuk dan menembus membran sel.

Demikian sekilas pembahasan mengenai mekanisme transpor melalui membran sel. Dapat
disimpulkan bahwa transpor membran sel dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu transpor aktif
dan transpor pasif. Pebedaan kedua cara tersebut terletak pada ada tidaknya energi yang
digunakan untuk melakukan pemindahan zat melalui membran se
A. Reproduksi Sel
Pernahkah kalian memikirkan proses tumbuhnya badan bayi hing-ga dewasa? Dari bayi, kita
dapat tumbuh menjadi bentuk sekarang ini disebabkan sel-sel di dalam tubuh kita terus-
menerus memperbanyak diri melalui pembelahan sel. Oleh karena itu, pembelahan sel meru-
pakan faktor penting dalam hidup kita. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh
kita. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses yang
disebut pembelahan sel atau reproduksi sel . Pada organ-isme bersel satu ( uniseluler ), seperti
bakteri dan protozoa, proses pem-belahan sel merupakan salah satu cara untuk berkembang
biak. Proto-zoa melakukan pembelahan sel dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi
empat, dan dari empat sel menjadi delapan, dan seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan
bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses pertumbuhan pada makhluk
hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung
jawab dalam proses perkawinan antar individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada
tubuh manusia membelah membentuk sel-sel kelamin.
Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan sel
telur atau ovum di dalam ovarium.
Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan secara langsung
(amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis). Apa yang dimaksud
dengan pembe-lahan sel secara langsung maupun tidak langsung tersebut? Kalian akan
mengetahuinya dengan menyimak penjelasan berikut.

1. Pembelahan Sel secara Langsung


Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau pembelahan
biner. Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa melalui
fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme
uniseluler (bersel satu), seperti bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang
bersifat mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan biner, satu sel akan membelah menjadi dua
sel yang identik (sama satu sama lain). Dua sel ini akan membelah lagi menjadi empat, begitu
seterus-nya. Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan. Pembelahan
biner dapat terjadi pada organisme prokariotik atau eukariotik tertentu. Perbedaan antara
organisme prokariotik dan eukariotik, terutama berdasarkan pada ada tidaknya membran inti
selnya. Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel ( nukleoplasma) dengan
cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organel sel ( sitoplasma). Organisme prokariotik
tidak mempunyai membran inti sel, sedangkan organisme eukariotik mempunyai membran
inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.
Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat
pada daerah yang disebut nukleoid .
DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel eukariotik. DNA
pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak perlu dikemas menjadi
kromosom sebelum pembelahan.
Contoh organisme eukariotik yang mengalami pembelahan biner adalah Amoeba. Proses
pembelahan sel pada Amoeba dapat kalian pe-lajari pada Gambar 4.2.

2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)


Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan
tertentu. Setiap tahapan pembelahan ditandai dengan penampakan kromosom yang berbeda-
beda. Kalian telah mengetahui bahwa di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin .
Ketika sel akan membelah, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang
kemudian disebut kromosom.  Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu, sehingga
mudah diamati dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom
merupakan benang pembawa sifat. Di dalam kromosom terdapat gen sebagai faktor pembawa
sifat keturunan.
Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah
laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase atau tahap-tahap
pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase itulah yang disebut
pembelahan secara tidak langsung. Mengenai fase-fase pembelahan mitosis akan dibahas
pada subab tersendiri.
Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan mitosis dan
meiosis . Sebelum kalian mempelajari lebih jauh tentang pembelahan sel secara tidak
langsung, ada baiknya kalian lakukan rubrik Diskusi beri-kut ini.

Proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan atau organ tu-buh organisme terjadi melalui
proses pembelahan sel secara mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang
menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom
induknya. Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali
pada jaringan yang menghasilkan gamet (sel kelamin).
Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi dua sel anakan. Sel anakan
ini mewarisi sifat sel induknya dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induknya.
Jika sel induk memi-liki 2n kromosom, maka setiap sel anakan juga emiliki 2n kromo-som.
Jumlah 2n ini disebut juga kromosom diploid .
Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi secara aseksual. Pada
manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi pada sel meristem somatik (sel tubuh) muda
yang mengalami pertum-buhan dan perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah
dibuahi sperma akan membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-
sel pada embrio ini terus-menerus membelah secara mitosis dan akhirnya terbentuk bayi.
Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga melalui mekanisme pembelahan sel
secara mitosis. Inilah salah satu bentuk kekuasaan tuhan yang harus kita syukuri.

Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan reduksi merupakan pembelahan
sel induk dengan jumlah kromosom diploid (2n) menghasilkan empat sel anakan. Setiap sel
anakan mengandung separuh kromosom sel induk atau disebut haploid ( n). Pembelahan
meiosis terjadi pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada organ reproduksi
(testis atau ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma yang haploid dihasilkan di dalam
testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga,
sel gamet dihasilkan di dalam putik dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet
betina terjadi melalui tahapan gametogenensis (dibahas pada subbab tersendiri). Penyatuan
kedua gamet akan menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel
anakan merupakan hasil penyatuan dua sel yang berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini
menyebabkan adanya variasi genetik.

B. Tahapan Pembelahan Mitosis


Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu. Sebenarnya, pembelahan
mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel terdiri dari fase pembelahan mitosis
(M) dan periode pertumbuhan yang disebut interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar
dari siklus sel. Interfase terdiri dari tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S
(sintesis) , dan fase G2 (pertumbuhan sekunder ).
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik).
Secara garis besar, pembelahan sel
secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase ), fase pembelahaninti sel ( kariokinesis ),
dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan
tersebut? Untuk menge-tahuinya, simaklah penjelasan berikut.
1. Interfase (Fase Istirahat)
Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan pembelahan. Namun,
interfase merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelahan atau melakukan
metabolisme sel. Pada interfase, tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk
benang-benang kromatin yang halus. Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah
melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum
memasuki proses pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel pada saat interfase? Pada saat
interfase, sel mengalami subfase berikut.
a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )
Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel
belum mengadakan replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara organel-
organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi,
dan or-ganel lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.
b. Fase Sintesis (S)
Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik adalah bahan-bahan
yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA. DNA dalam inti sel mengalami
replikasi (penggandaan jumlah salinan). Jadi, subfase sintesis (penyusunan) menghasilkan 2
salinan DNA.
c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )
Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-tumbuhan sekunder (G2).
Pada subfase ini, sel memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Ini bertujuan agar
organel-organel tersebut dapat diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini,
rep-likasi DNA telah selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis.
Selain itu, inti sel (nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.

Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti
terdapat dua sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya.
Sentrosom mengala-mi perpanjangan menyebar secara radial yang isebut aster (bintang).
Pada sentrosom terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan orientasi pembelahan
sel. Walaupun kromosom telah diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom
belum dapat dibedakan secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin.

Setelah ketiga tahapan interfase dilalui, sel telah siap menjalani pembelahan secara mitosis.
Seperti fase interfase, pembelahan mitosis juga terdiri dari beberapa fase. Untuk mengetahui
lebih jauh tentang fase-fase pada pembelahan mitosis, simaklah penjelasan berikut.
2. Pembelahan Mitosis
Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan mitosis menghasil-kan sel anakan yang identik
dengan induknya. Secara garis besar, fase pembelahan mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu
fase pembelahan inti ( kariokinesis ) dan fase pembelahan sitoplasma
( sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti sel. Secara rinci, fase kariokinesis
dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Sekarang,
marilah kita bahas keempat subfase tersebut.
a Profase
Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom , yaitu benang-benang
rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya kromatin. Pada fase ini, kromosom
dapat dilihat menggunakan mikroskop. Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi
duplikasi kromosom (kromosom membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom
anakan yang disebut kromatid . Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga disebut
kromatid kembar (sister chromatid ), yang bersatu atau dihubungkan oleh sentromer pada
lekukan kromosom. Perhatikan Gambar 4.6. Sentromer merupakan bagian kromosom yang
menyempit, tampak lebih terang dan membagi kromosom menjadi 2 lengan.
Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong pembelahan ( spindel )
yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut memanjang, seolah-olah mendorong
dua sentrosom di sepanjang permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom sa ling
menjauh. Proses ini kemudian berlanjut ke fase berikutnya, yaitu metafase.
b Metafase
Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya kromosom
(kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) dan
terpecahnya membran inti (membran nukleus). Hal ini menyebab-kan mikrotubulus dapat
menembus inti sel dan melekat pada struktur khusus di daerah sentromer setiap kromatid,
disebut kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung bagi
kromosom. Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut mikro-tubulus
kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh kinetokor disebut mikrotubulus
non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus
lain dari kutub sel yang berlawanan. Pada metafase, kromosom tampak
jelas.

Pada tahap metafase sesungguhnya, sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel
menghilang. Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang
disebut bidang metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang terletak tepat di tengah
sel, seperti garis katulistiwa bumi sehingga disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini,
sentromer dari seluruh kromosom terletak pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong
pembelahan. Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada kutub yang berlainan
(perhatikan Gambar 4.7). Dengan letak kromosom berada di bidang pembelahan, maka
pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-
benar rata dan sama jumlahnya. Tahapan ini merupakan akhir dari metafase.
c Anafase
Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap anafase. Tahap
anafase ditandai dengan berpisahnya
kromatid saudara pada bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini disebabkan tarikan
benang mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel. Kalian telah mengetahui
bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer tertarik
terlebih dahulu. Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan kromatid berada di
belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh jarak sekitar 1μm (10-6 meter)
tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus non kinetokor semakin memanjang sehingga
jarak kedua kutub sel semakin jauh. Selanjutnya, masing-masing kromatid bergerak ke arah
kutub yang berlawanan dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat keturunan
yang sama (identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah mengalami
peruraian pada bagian kinetokornya. Lalu bagaimanakah bidang pembelahan sel pada hewan
dan tumbuhan?
Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah ada ti-daknya sentriol. Pada sel
tumbuhan, peran sentriol digantikan oleh kromosom sehingga arah pembelahan tetap menuju
ke kutub sel. Pada sel hewan, sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh
gerakan kromatid saat pembelahan.

d Telofase
Pada tahap telofase ini, inti sel anakan terbentuk kembali dari fragmen-fragmen nukleus.
Bentuk selnya memanjang akibat peran
mikrotubulus non kinetokor. Benang-benang kromatin mulai longgar. Dengan demikian, fase
kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang identik secara genetik telah berakhir,
namun dua inti sel masih berada dalam satu sel. Perhatikan Gambar 4.9.
Agar kedua inti terpisah menjadi sel baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut
sitokinesis. Sitokinesis terjadi,
segera setelah telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi pembelahan sitoplasma diikuti
pembentukan sekat sel baru, sehingga terbentuk dua sel anakan.
Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur pembelahan melalui
pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di sepanjang alur melingkar,
terdapat mikrofi lamen yang terdiri dari protein aktin dan miosin. Protein tersebut berperan
dalam kontraksi otot atau pergerakan sel yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga
menjepit sel dan membagi isi sel menjadi 2 bagian yang sama.

Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang keras. Oleh karena
itu, pada sitokinensis tidak terbentuk
alur pembelahan. Sitokinesis terjadi dengan pembentukan pelat sel (cell plate ) yang
terbentuk oleh vesikula di sekitar bidang ekuator. Vesikula-vesikula yang dibentuk oleh
badan golgi tersebut saling bergabung. Penggabungan juga terjadi dengan membran plasma
diikuti terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa oleh vesikula.

C. Pembelahan Meiosis
Pernahkah kalian berpikir mengapa seekor kambing hanya mela-hirkan kambing, manusia
melahirkan manusia, atau sapi melahirkan sapi? Secara kodrati, makhluk hidup tertentu
hanya melahirkan makh-luk yang sejenis. Ini dikarenakan adanya ekanisme tertentu pada saat
awal perkembangbiakan. Bahkan, sebelum terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme
ini sudah dimulai. Mekanisme ini dimulai pada sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak
dan calon ibu. Me-kanisme tersebut adalah pembelahan sel secara meiosis . Makhluk hidup
yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap sel. Misalnya, manusia
mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya. Sel kelamin
pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah kromosom sel tubuh lainnya, yaitu 23
kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini diperlukan untuk menjaga agar jumlah
kromosom anak tetap 46. Kalian telah mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan
antara sel kelamin betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel
kelamin yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak (calon
janin) yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meio-sis sangat
berpengaruh dalam perkembang an makhluk hidup.

Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi , yaitu pe-ngurangan jumlah


kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan
pada hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya dibentuk di dalam
ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ reproduktif berupa benang
sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel kelamin betina pada hewan
berupa sel telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan
meiosis serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua kali
pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari
tahap-tahap yang sama, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Bagaimanakah ciri-ciri
setiap tahap pembelahan meiosis tersebut? Kalian akan mengetahuinya setelah mempelajari
uraian berikut.
1. Tahap Meiosis I
Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis, sel kelamin
perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada tahap ini, sel
melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan
(seperti interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas terlihat karena
masih berbentuk benang-benang halus (kro-matin) sebagaimana interfase pada mitosis. Selain
itu, sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan 2 sentriol), seperti
tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah pembelahan sel.

Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis I yang
diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I, dan
telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut? Berikut
akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan dengan 4 kromosom diploid (2n = 2). Untuk
lebih jelasnya, simaklah penjelasan di bawah ini.
a. Profase I
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan fase
lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis. Profase I dapat
berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya, profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari
keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima
subfase, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.
1) Leptoten
Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek dan menebal.
Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog. Kalian perlu membedakan
kromosom homolog dengan kromatid saudara. Gambar 4.13 memperlihatkan perbedaan
pasangan kromosom homolog dengan kromatid saudara.

2) Zigoten
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut panjangnya. Peristiwa ini
disebut sinapsis. Kromosom
homolog yang berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog). Amati
kembali Gambar 4.13.
3) Pakiten
Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog yang lain disebut
sebagai kromatid bukan saudara ( non
sister chromatids ). Dengan demikian, pada setiap kelompok sinap-sis terdapat 4 kromatid (1
pasang kromatid saudara dan 1 pasang kromatid bukan saudara). Empat kromatid yang
membentuk pa-sangan sinapsis ini disebut tetrad (Gambar 4.14).
4) Diploten
Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau berpasangan di suatu
titik yang disebut kiasma
(tunggal). Apabila titik-titik perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata. Proses
perlekatan atau persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang ( crossing over ). Pada
proses pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik
(DNA) dari homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah yang memengaruhi
variasi genetik sel anakan.

5) Diakinesis
Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han (gelendong mikrotubulus).
Sementara itu, membran inti sel
atau karioteka dan nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan terbentuknya tetrad yang
mem-bentuk dua pasang kromosom homolog. Perhatikan lagi  Setelah profase I berakhir,
kromosom mulai bergerak ke bi-dang metafase.

b. Metafase I
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar berhadap-hadapan di
sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I). Membran inti mulai menghilang.
Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub melekat pada satu kromosom di setiap
pasangan. Sementara mikrotubulus dari kutub berlawanan melekat pada pasang-an
homolognya. Dalam hal ini, kromosom masih bersifat diploid.

c. Anafase I
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik kromosom homolog
sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-masing menuju ke kutub yang
berlawanan Gambar 4.16). Peristiwa ini mengawali tahap anafase I. Namun, kromatid
saudara masih terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah
perbedaan antara anafase pada mitosis dan meiosis. Pada mitosis, mikrotubulus memisahkan
kromatid yang bergerak ke arah berlawanan. Coba pelajari lagi tahap anafase pada mitosis.
d. Telofase I
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang berlawanan. Ini
berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan tetapi, setiap kromosom
tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali.
Peristiwa ini kemudian diikuti tahap selanjutnya, yaitu sitokinesis.
e. Sitokinesis
Kalian masih ingat pengertian sitokinesis pada sel hewan mau-pun tumbuhan bukan? Ya,
sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis terjadi secara
simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap
di antara dua pembelahan meiosis. Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk (Gambar
4.17). Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA.  Hasil pembelahan meiosis I
menghasilkan dua sel haploid yang
mengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an, kromosom tersebut
masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk menghasilkan
sel anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses pembelahan selanjutnya,
yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebut
dengan interkinesis .

Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru hasil
dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa seperti meiosis I. Nah, untuk
mengetahui lebih lanjut tentang tahap meiosis II, perhatikan uraian selanjutnya.
2. Tahap Meiosis II
Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase. Tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan hasil pembelahan
meiosis I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah
sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat adalah bahwa jumlah kromo-
som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah haploid
(n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada tahap meio-sis II. Bagaimanakah
proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi? Kalian akan mengetahuinya setelah
mempelajari uraian di bawah ini.
a. Profase II
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II (Gambar 4.18a). Pada fase
ini, kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada sentromer kromosom.
Sementara itu, benang mi-krotubulus mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah
bidang metafase. Tahap ini terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.
b. Metafase II
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau berjajar pada
bidang metafase II (Gambar 4.18b). Pada tahap ini, benang-benang spindel (benang
mikrotubulus) melekat pada kinetokor masing-masing kromatid.
c. Anafase II
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub
pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya untuk
bergerak menuju kutub yang berbeda (Gambar 4.18c). Kromatid yang terpisah ini se-
lanjutnya berfungsi sebagai kromosom individual.
d. Telofase II
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub pembelahan. Hasil
akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid, lengkap dengan satu salinan DNA pada
inti selnya (nuklei).
e. Sitokinesis II
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang memisahkan tiap
inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel
anakan sebagai hasil pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama
lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya keturunan
yang bervariasi juga.

D. Gametogenesis dan Pewarisan Sifat


Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan, tentunya diperlukan
bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru tersebut. Pada proses
perkembangbiakan generatif (seksu-al) hewan maupun tumbuhan, bahan baku tersebut
berupa sel kelamin yang disebut gamet. Gamet jantan dan betina diperlukan untuk mem-
bentuk zigot, embrio, kemudian individu baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas
tentang proses pembentukan gamet, baik jantan maupun betina yang disebut gametogenesis
( genesis = pembentukan).Gametogenesis melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada
organ reproduktif. Pada hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium,
sedangkan pada tumbuhan terjadi pada pu-tik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah
sel-sel kelamin, yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur). Seka-
rang, marilah kita mempelajari proses terjadinya gametoge nesis pada hewan dan tumbuhan.

1. Gametogenesis pada Hewan

Gametogenesis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangbiakan hewan.


Gametogenesis pada hewan yang akan kita pelajari dibagi menjadi dua, yaitu
spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan gamet
jantan (sperma).Sementara oogenesis adalah proses pembentuk an gamet betina (ovum
atau sel telur).
a. Spermatogenesis
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan bentuknya menyerupai
kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan sebagai alat gerak di dalam medium cair.
Sperma dihasilkan pada testis. Pada mamalia, testis terdapat pada hewan jantan sebagai buah
pelir atau buah zakar. Buah pelir pada manusia berjumlah sepasang.
Di dalam testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus . Pada dinding
sebelah dalam saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-
sel induk sperma yang bersifat diploid (2n) yang disebut spermatogonium .Pembentukan
sperma terjadi ketika spermatogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatosit
primer (sel sperma primer). Selanjutnya, sel spermatosit primer mengalami meiosis I menjadi
dua spermatosit sekunder yang sama besar dan bersifat haploid. Setiap sel spermatosit
sekunder mengalami meiosis II, sehingga terbentuk 4 sel spermatid yang sama besar dan
bersifat haploid.

Mula-mula, spermatid berbentuk bulat, lalu sitoplasmanya se-makin banyak berkurang dan
tumbuh menjadi sel spermatozoa yang berfl agela dan dapat bergerak aktif. Berarti, satu
spermatosit primer menghasilkan dua spermatosit sekunder dan akhirnya terbentuk 4 sel
spermatozoa (jamak = spermatozoon ) yang masing-masing bersifat haploid dan fungsional
(dapat hidup).
b. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina yang disebut
sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Di dalam ovarium, sel induk telur
yang disebut oogonium tumbuh besar sebagai oosit primer sebelum membelah secara
meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit
sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel dengan komponen
sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel kecil. Sel yang besar disebut oosit
sekunder , sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub primer ( polar body ).
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap II. Oosit
sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid yang akan
berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub.Sementara itu,
badan kutub hasil meiosis I juga membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi, hasil
akhir oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan tiga badan kutub yang me
ngalami degenerasi (mati).

Selain pada hewan, gametogenesis juga terjadi pada tumbuhan. Berikut ini akan diuraikan
tentang gametogenesis pada tumbuhan
tingkat tinggi.
2. Gametogenesis pada Tumbuhan Tingkat Tinggi
Sebelum menjadi gamet, hasil akhir meiosis pada gametogenesis mengalami perkembangan
terlebih dahulu melalui proses yang dise-but maturasi. Berikut ini kalian akan membahas
proses gametogenesis pada tumbuhan berbunga (Angiospermae) saja. Pada tumbuhan
berbunga, gametogenesis diperlukan dalam pem-bentukan gamet jantan dan pembentukan
gamet betina. Pembentukan gamet jantan disebut mikrosporogenesis, sedangkan
pembentukan gamet betina disebut megasporogenesis. Mari kita pelajari pengertian kedua
macam gametogenesis tersebut.
a. Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis berlangsung di dalam benang sari, yaitu pada bagian kepala sari atau
anthera . Kepala sari ini meng-hasilkan serbuk sari, yang mengandung sel sperma.
Pembentukan sel sperma dimulai dari sebuah sel in-duk mikrospora diploid yang disebut
mikros porosit di dalam anthera. Mikrosporosit ini mengalami meiosis I menghasilkan
sepasang sel haploid. Selanjutnya, sel ini mengalami meiosis II dan menghasilkan 4
mikrospora yang haploid. Keempat mikrospora ini berkelompok
menjadi satu sehingga disebut sebagai tetrad .
Setiap mikrospora mengalami pembelahan mi-tosis. Pembelahan ini menghasilkan dua sel,
yaitu sel generatif dan sel vegetatif. Sel vege tatif ini mempu-nyai ukuran yang lebih besar
daripada sel generatif. Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding sel yang tebal. Kedua
sel dan dinding sel ini ber-sama-sama membentuk sebuah butiran serbuk sari yang belum
dewasa.
Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah secara mitosis tanpa disertai
sitokinesis, sehingga terbentuklah dua inti sel sperma. Sementara itu, inti vegetatifnya tidak
membelah. Pembentukan sel sperma ini dapat terjadi sebelum serbuk sari keluardari anthera
atau pada saat serbuk sari sampai di kepala putik (stigma). Pada  saat inilah, tangkai serbuk
sari mulai tumbuh. Pada umumnya, pembe-lahan mitosis sel generatif terjadi setelah buluh
serbuk sari menembus stigma atau mencapai kantung embrio di dalam bakal biji (ovulum).
b. Megasporogenesis
Megasporogenesis merupakan proses pembentukan gamet betina (Gambar 4.24). Proses ini
terjadi di dalam bagian betina bunga,
yaitu bakal biji (ovulum) yang dibungkus oleh bakal buah ( ovarium) pada pangkal putik. Di
dalam bakal biji terdapat sporangium yang mengandung megasporofi t yang bersifat diploid.
Selanjutnya, megasporofi t mengalami meiosis menghasilkan 4 megaspora haploid yang
letaknya berderet. Tiga buah megaspora mengalami degenerasi dan mati, tinggal sebuah
megaspora yang masih hidup.Megaspora yang hidup ini mengalami pembelahan kromosom
secara mitosis 3 kali berturut-turut, tanpa diikuti pembelahan sitoplasma. Hasilnya berupa
sebuah sel besar yang disebut kandung lembaga muda yang mengan dung delapan inti
haploid. Kandung lembaga ini dikelilingi kulit ( integumen). Di ujungnya terdapat sebuah
lubang (mikropil) sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga.

Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua di antara tiga
inti yang merupakan sel sinergid meng-alami degenerasi. Sementara itu, inti yang ketiga
berkembang menjadi sel telur. Tiga buah inti lainnya bergerak ke arah kutub kalaza , tetapi
kemudian mengalami degenerasi pula. Ketiga inti ini dinamakan inti antipoda . Sisanya, dua
inti yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti
diploid (2n). Inti ini disebut inti kandung lembaga sekunder . Ini berarti kandung lembaga
telah masak, yang disebut megagametofi t dan siap untuk dibuahi.
3. Pewarisan Sifat dan Variasi Genetis
Secara garis besar, ada tiga mekanisme yang menyebabkan ter-jadinya variasi genetik pada
suatu populasi. Ketiga mekanisme ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pindah silang
Telah dijelaskan di depan bahwa sel kelamin membelah secara meiosis. Pada profase I,
kromosom homolog muncul pertama kali se bagai pasangan. Kromosom-kromosom homolog
ini saling bersilangan pada kiasmata. Pada kiasmata inilah terjadi pindah silang ( crossing
over ) materi genetik dari kromosom satu ke kromosom lainnya. Pindah silang ini terjadi
ketika dua kromatid dari kromosom yang berbeda bertukar tempat. Kromatid yang sudah
tidak identik lagi dengan kromatid saudaranya  karena terjadi pindah silang disebut dyad .
Terjadinya pindah silang ini dapat kalian lihat pada Gambar 4.24. Pada manusia, dua atau
tiga kasus kejadian pindah silang dapat terjadi untuk setiap pasangan kromosom.

b. Pemilahan kromosom secara bebas


Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan sel selalu diikuti pembagian kromosom pada sel
anakan yang dihasilkan. Begitu pula
dengan pembelahan meiosis. Pada metafase I, pasangan kromosom homolog terletak pada
bidang metafase. Orientasi pasangan homolog yang menghadap kutub-kutub sel bersifat acak.
Setiap pasangan mempunyai dua kemungkinan dalam penyusunan ini. Kita ambil contoh
organis-me yang mempunyai empat kromosom diploid (2n = 4). Organisme ini mempunyai 2
kromosom dalam sel gametnya. Dua kromosom ini dapat menghasilkan empat kemungkinan
sel anakan dengan kombinasi kromosom berbeda satu sama lain Bagaimanakah dengan
manusia? Manusia mempunyai 46 kromosom diploid. Ini berarti pada sperma atau sel telur
terdapat 23 kromosom haploid. Dari 23 kromosom ini mempunyai sekitar 8 juta
kemungkinan penyusunan homolog pada metafase. Kandungan kromosom pada sel sperma
atau sel telur ini akan diwariskan pada anak keturunannya. Jadi, setiap manusia sebenarnya
merupakan 1 dari 8 juta kemungkinan pemilahan kromosom yang diwariskan oleh bapak atau
ibu kandungnya.
c. Fertilisasi random
Di dalam sebuah keluarga, seorang anak mempunyai sifat yang berbeda dengan saudara-
saudaranya. Seorang anak tidak ada yang memiliki sifat yang sama persis dengan ibu atau
bapaknya. Akan tetapi, sifatnya kemungkinan besar merupakan perpaduan sifat kedua orang
tuanya. Ini jelas sangat masuk akal, sebab seorang anak dihasilkan dari pembuahan 1 sel telur
ibu oleh 1 sel sperma bapak. Sel telur yang dibuahi sperma akan menjadi zigot sebagai cikal
bakal manusia. Jadi, genetik seorang anak sangat dipengaruhi kromosom yang terkandung
dalam sel telur atau sperma tersebut. Kalian mengetahui bahwa setiap sel kelamin (sperma
dan sel telur) yang menentukan kromosom anak merupakan 1 dari 8 juta kemungkinan. Hal
ini berarti, seorang manusia merupakan salah satu dari 64 trilyun (8 juta × 8 juta) kombinasi
kromosom diploid.

7 Perbedaan DNA dan RNA dalam Bentuk Tabel dan Penjelasan


Perbedaan DNA dan RNA - DNA dan RNA adalah dua organel sel yang menjadi cetak biru
dari semua awal kehidupan. DNA dan RNA merupakan rangkaian asam amino yang
berfungsi sebagai penyimpan informasi biologis makhluk hidup. Baik DNA maupun RNA,
keduanya tersusun atas makromolekul sederhana yang bekerja dalam proses sintesis protein.
Pada artikel kali ini, kita tidak akan membahas DNA dan RNA secara menyeluruh. Kita
hanya akan membahas perbedaan dari kedua organel sel ini.

Perbedaan DNA dan RNA


Dirunut dari sisi bahasa, DNA adalah akronim dari kata Deoxyribo Nucleic Acid atau Asam
Deoksiribosa Nukleat, sedangkan RNA adalah akronim dari kata Ribonucleic Acid atau
Asam Ribosa Nukleat. Adapun jika dirunut dari pengertiannya, DNA merupakan gugus asam
amino rantai ganda yang berfungsi dalam mengendalikan aktivitas genetis dan sintesis
protein dengan kandungan 3 basa nitrogen (purin, pirimidin, dan gugus fosfat). Sedangkan
RNA adalah gugus asam amino rantai tunggal yang mengandung 2 basa nitrogen (yaitu purin
dan pirimidin) hanya berfungsi untuk melakukan sintesis protein.
Dari pengertian di atas, tentu kita sudah dapat mengidentifikasi apa saja yang menjadi
perbedaan antara DNA dan RNA. Perbedaan keduanya antara lain terletak pada fungsi, letak,
bentuk, ukuran, komponen gula dan basa nitrogen yang dikandungnya, serta pada fluktuasi
kadarnya.

Secara lebih lengkap, berikut ini kami telah cantumkan tabel perbedaan DNA dan RNA untuk
dapat Anda identifikasi.
Perbedaan DNA RNA
Mengendalikan faktor Mengendalikan sintesis
Fungsi
keturunan dan sintesis protein protein
Terdapat pada inti sel,
Letak Terdapat pada inti sel
sitoplasma, atau ribosom
Komponen Gula Deoksiribosa Ribosa
Ukuran Panjang Pendek
Purin (adenin dan guanin)
Purin (adenin dan guanin) dan
Jenis Basa Nitrogen gugus fosfat. dan Pirimidin
Pirimidin (sitosin dan urasil)
(sitosin dan timin)
Kadar Tidak berubah Berubah

1. Perbedaan Fungsi

Perbedaan RNA dan DNA yang pertama terletak pada fungsi keduanya. Fungsi DNA lebih
kompleks, yakni sebagai pengendali aktivitas genetis (faktor keturunan) dan kegiatan sintesis
protein. Sementara itu, RNA hanya sekedar berfungsi sebagi pengendali sintesis protein saja.

2. Perbedaan Letak
Letak DNA dan RNA juga berbeda. DNA umumnya dapat kita temukan hanya pada inti sel,
sementara RNA bisa ditemukan pada beberapa organel sel antara lain inti sel, sitoplasma,
atau ribosom.

3. Perbedaan Bentuk dan Ukuran

DNA adalah gugus asam amino rantai ganda, sedangkan RNA adalah gugus asam amino
rantai pendek. Oleh karena itu, secara ukuran, bentuk DNA umumnya lebih panjang dengan
bentuk membulat, sementara ukuran RNA lebih pendek bentuk bentuk yang lebih tipis. Lihat
gambar di atas untuk mengetahui perbedaan ukuran tersebut.

4. Perbedaan Komponen Gula

Gugus gula yang menyusun DNA adalah gugus Deoksirobosa, sedangkan gugus gula yang
menyusun RNA adalah Ribosa. Deoksiribosa merupakan gabungan 2 gusus gula ribosa.
Perbedaan Cuaca dan Iklim

5. Perbedaan Jenis Basa Nitrogen

Perbedaan DNA dan RNA juga terletak pada jenis basa nitrogen yang dikandungnya. DNA
mengandung 3 basa nitrogen yang antara lain Purin (adenin dan guanin), Pirimidin (sitosin
dan timin), dan gugus fosfat, sementara RNA hanya mengandung 2 basa nitrogen yaitu Purin
(adenin dan guanin) dan Pirimidin (sitosin dan urasil).

6. Perbedaan Kadar

Kadar RNA dapat berubah karena adanya aktivitas sintesis protein, sedangkan kadar DNA
bersifat statis karena tidak dipengaruhi aktivitas sintesis protein maupun aktivitas genetis.

Nah, itulah 6 perbedaan DNA dan RNA secara singkat yang dapat kami jelaskan. Semoga
karena dilengkapi dengan tabel, Anda bisa semakin mudah mengidentifkasi perbedaan kedua
organel sel yang berperan penting dalam aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Semoga bermanfaat.

Sintesis protein adalah proses untuk mengubah asam amino yang terdapat dalam linear
menjadi protein dalam tubuh. Pada proses ini memerlukan peran dari DNA & RNA serta
enzim. Hasil dari proses ini adalah sebuah protein yang telah diproses secara mekanik dan
kimiawi yang terdapat di dalam sel makhluk hidup 

Proses Sintesis Protein

Tahap atau proses sintesis protein pertama kali dipraktekkan oleh Paul Zamecnik pada tahun
1950 silam. Awal mulanya Paul menggunakan tikus sebagai bahan percobaan untuk
mengamati proses tersebut, caranya adalah dengan memasukkan asam amino radioaktif ke
dalam tubuh tikus. Hasil dari percobaan tersebut adalah ditemukannya tempat terjadinya
proses sintesis protein.

Setelah melakukan percobaan diatas, Paul kemudian melakukan penelitian kembali bersama
Mahlon dan mendapatkan kesimpulan bahwa molekul RNA pemindah (RNA t) berperan
dalam proses sintesis tersebut. Namun, pada akhirnya Francis Crick menemukan sesuatu
yang penting, yaitu RNA pemindah terlebih dahulu harus mengenal urutan dari nukleotida
untuk dapat disusun sebagai asam amino, dimana kemudian akan dibawa oleh RNA
pembawa.

Secara umum, proses sintesis protein terbagi menjadi 3 tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Replikasi DNA

Pada tiap sel yang terdapat pada makhluk


hidup tentunya akan mengalami pembelahan sel, dimana biasanya pembelahan sel ini dapat
terbagi berdasarkan kelipatannya, contohnya disini adalah pembelahan 4 sel menjadi 8 sel.

Akan tetapi, sebelum sel tersebut melakukan proses pembelahan, terdapat proses
penggandaan komponen yang terdapat dalam sel, salah satunya adalah DNA. Penggandaan
DNA inilah yang kemudian disebut sebagai replikasi.

Jadi, pengertian dari replikasi adalah proses sintesis DNA baru yang terjadi di dalam nukleus
sel. Pada proses replikasi DNA ini membutuhkan bantuan dari enzim helikase yang bertugas
untuk melepaskan basa dan ikatan hidrogen yang terdapat pada rangkaian DNA. Pada saat
proses replikasi berlangsung, induk DNA akan membentuk anak DNA yang memiliki bentuk
yang sama dengan induknya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa induk DNA
memiliki tugas untuk membentuk DNA baru.

Baltimore, Muzushima dan Temin (1970) berpendapat bahwa dari sekian banyak virus,
terdapat beberapa virus yang ternyata dapat mensintesis DNA yang berasal dari RNA dengan
hasil rantai tunggal. Enzim yang bertugas dalam proses sintesis tersebut dinamakan DNA
polimerase.

2. Tahap Transkripsi
Tahap transkripsi adalah tahapan dimana DNA
akan membentuk RNA dengan menguraikan kode genetik yang berasal dari DNA. Pada tahap
ini akan menghasilkan 3 jenis RNA, yaitu:

 mRNA
 tRNA
 rRNA

Tahap ini dapat berlangsung di dalam sitoplasma dengan diawali proses pembukaan rantai
ganda yang dimiliki oleh DNA dengan bantuan enzim RNA polimerase.

Pata tahap ini terdapat rantai tunggal yang bertugas sebagai rantai sense, sedangkan rantai
lain yang berasal dari pasangan DNA dinamakan rantai anti sense. Tahap transkripsi sendiri
terbagi atas 3 tahap, yaitu tahap inisiasi, elongasi dan terminasi.

 Tahap Inisiasi (Permulaan)

Pada saat proses replikasi terdapat daerah yang disebut sebagai pangkal replikasi, lalu pada
proses transkripsi juga dikenal nama promoter yang merupakan wilayah DNA yang
digunakan sebagai tempat melekatnya RNA polimerase untuk melakukan transkripsi.
Terdapat proses dimana RNA kemudian akan melekat dengan promoter, kemudian promoter
akan mengikat kumpulan protein yang kemudian proses ini disebut sebagai faktor transkripsi.
Dari sini, RNA polimerase, promoter dan faktor transkripsi akan disebut sebagai kompleks
inisiasi transkripsi. Dimana selanjutnya RNA polimerase akan bertugas membuka rantai
ganda yang dimiliki oleh DNA.

 Tahap Pemanjangan

Ketika RNA polimerase suah membuka rantai ganda DNA, maka RNA tersebut akan
menyusun uraian nukleotida-nukleotida RNA dengan ketentuan arah 5′ ke 3′. Pada tahap ini,
RNA akan mengalami pemanjangan diri seiring dengan proses pembentukan pasangan DNA
dengan basa nitrogen.

Pada RNA tidak memiliki yang namanya basa pirimidin timin (T), akan tetapi memiliki urasil
(U). Maka dari itu, RNA kemudian akan membentuk pasangan basa urasil dengan bantuan
adenin yang terdapat pada rantai DNA. Dalam rantai RNA terdapat 3 jenis basa, yaitu guanin,
sitosin dan adenin, dimana nantinya 3 basa ini akan berpasangan dengan basa komplemen
yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan pasangan basa. Pada tahap ini, adenin nantinya
akan berpasangan dengan urasil, sedangkan guanin akan berpasangan dengan sitosin.

 Tahap Akhir

Setelah tahap transkripsi selesai, rantai DNA akan menyatu kembali seperti semula, lalu RNA
polimerase akan lepas dari rantai DNA. RNA yang terlepas dari DNA tersebut kemudian
akan membentuk RNA m yang baru.

Di dalam sel prokariotik, RNA hasil dari transkripsi akan berperan aktif sebagai RNA m.
Akan tetapi, RNA yang dihasilkan dari transkripsi kode akan menjadi RNA m yang akan
aktif setelah melalui tahap tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada rantai tunggal
RNA m memiliki beberapa urutan basa nitrogen. Tiap 3 jenis urutan dari basa nitrogen yang
terdapat pada nukleotida RNA m hasil dari transkripsi akan disebut sebagai kodon atau
triplet.

3. Tahap Translasi

Translasi adalah proses menerjemahkan kode


kodon yang berasal dari RNA m untuk menjadi asam amino yang nantinya akan membentuk
protein. Masing-masing urutan dari basa nitrogen yang berbeda nantinya akan diterjemahkan
menjadi asam amino yang berbeda pula. Contohnya disini adalah asam amino fenilalanin
yang merupakan terjemahan dari kodon UUU (3 basa urasil), asam amino glisin (CGC), asam
amino serin (UCA) dan asam amino triptofan (UGG).

Pada tahap ini setidaknya terdapat 20 macam jenis asam amino yang dibutuhkan untuk dapat
membentuk protein yang berasal dari terjemahan kodon mRNA. Selanjutnya, beberapa dari
asam amino tersebut akan menghasilkan rantai polipeptida yang spesifik dan nantinya akan
membentuk protein yang spesifik pula. Proses translasi sendiri terbagi atas 3 tahap :

 Tahap Awal

Pada tahap awal translasi, unit kecil dari ribosom akan mengikat pada mRNA yang sudah
membawa kode genetik untuk asam amino yang akan dibuat, juga akan mengikat bagian
inisiator dari tRNA. Kemudian, molekul dari ribosom akan mengikat bersama 3 molekul
tersebut dan membentuk komplek inisiasi. Langkah selanjutnya adalah molekul dari tRNA
tersebut akan mengikat dan memindahkan asam amino dari sitoplasma ke ribosom dengan
bantuan enzim dan energi GTP.

Masing-masing ujung tRNA akan membawa 1 antikodon dan 1 asam amino. Langkah
selanjutnya adalah asam amino akan diaktifkan oleh tRNA dan menghubungkan antara kodon
dan antikodon pada mRNA.

Sponsors Link

 Tahap Pemanjangan

Setelah asam amino diaktifkan, maka akan dihubungkan lagi oleh ikatan peptida yang
membentuk polipeptida di ujung tRNA yang membawa asam amino. Contohnya adalah
tRNA membawa sebuah asam amino fenilalanin, dengan demikian antikodonnya akan AAA
yang kemudian akan berhubungan dengan kodon mRNA UUU. Pada proses ini, rantai
polipeptida akan memanjang, hal ini disebabkan oleh adanya menambahan dari asam amino.

 Tahap Terminasi

Tahap akhir adalah ketika antikodon yang dibawa oleh tRNA bertemu dengan kodon UAA,
UGA dan UAG. Hal tersebut dikarenakan rantai polipeptida yang sudah terbentuk akan
dilepaskan dari ribosom dan diolah untuk menjadi protein yang fungsional.

B.    SITOSKELETON
Seorang ilmuan bernama Keith Porter dan temannya berhasil melihat sel dengan
menggunakan teknik HVEM ( High Voltage Electron Microscope ) yaitu suatu cara untuk
melihat sel tanpa penyelubungan ( embedding ). Pengamatan dengan HVEM menunjukan
bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organel tampak penuh dengan anyaman
trimatra dari benang-benang yang sangat halus. Anyaman ini disebut dengan jala-jala
mikrotubula karena mirip trakebula tulang bunga karang. Dalam perkembangannya dan
karena anyaman tadi terdapat dalam sitosol serta membentuk kerangka sel maka mikrotubul
ini kemudian dikenal dengan nama sitoskelet.
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma
eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar, yaitu mikrofilamen, mikrotubulus
(jamak: mikrotubuli), dan filamen perantara (intermediate). Ketiga filamen ini terhubung satu
sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk
yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di
permukaan.
Sitoskeleton berperan utama dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel . Sitoskeleton
penting untuk beberapa jenis motilitas sel. Motilitas sel mencangkup perubahan tempat sel
dan pergerakan sel yang lebih terbatas. Motilitas sel membutuhkan interaksi sitoskeleton
dengan protein. pada umumnya untuk melihat fungsi sitoskeleton secara langsung, dilakukan
pengamatan fungsi mikrotubul dengan mengamati gerak pada Paramaecium dan
Chlamydomonas.

KOMPONEN PENYUSUN SITOSKELETON


Fungsi umum sitoskeleton adalah memberikan dukungan mekanis pada sel dalam
mempertahankan bentuknya. Terdapat tiga jenis sitoskeleton yaitu : mikrotubul,
mikrofilamen, dan filamen intermedier.  Mikrotbula berupa tabung berongga yang terdiri dari
protein globular : tubulin, sedangkan mikrofilamen terdiri dari 2 untai aktin yag saling
terjalin, jadi monomer dari mikrofilamen adalah aktin. Sementara itu filamen intermedier
berupa protein serabut yang menggulung seperti kabel yang lebih tebal. dan filamen
intermedier.  Mikrotbula berupa tabung berongga yang terdiri dari protein globular : tubulin,
sedangkan mikrofilamen terdiri dari 2 untai aktin yag saling terjalin, jadi monomer dari
mikrofilamen adalah aktin. Sementara itu filamen intermedier berupa protein serabut yang
menggulung seperti kabel yang lebih tebal.

1.    Mikrotubula
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada saat Keith
Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan
(embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM (high voltage electron
microscope), menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organela
tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat halus yang juga
disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang bermatra lebih besar
yang di kelompokkan menjadi mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia.
Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah
satunya adalah mikrotubulus.
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu berupa
batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris,
dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus
tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat menarik
hampir sama di semua jenis organisme.

Mikrotubula sebagai filament dengan diameter terbesar yaitu 24 nm dan tebal 5 nm tersusun
atas 13 protofilamen. Tiap protofilamen merupakan struktur dimer terdiri dari molekul-
molekul tubulin yang merupakan protein sejenis disebut tubulin ả dan tubulin ậ. Molekul
tubulin sampai saat ini hanya dijumpai pada sel-sel eukariota. Mikrotubula memilki kutub
positif yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat dan kutub negative yaitu kutub yang
pertumbuhannya lambat.

Gambar Mikrotubula dan Penyusunnya


Terdapat dua kelompok mikrotubula, yakni (1) mikrotubula stabil, adalah mikrotubula yang
dapat diawetkan dengan larutan fiksatif apapun, misalnya OsO4, MnO4 atau aldehid dan
suhu berapapun. (2) Mikrotubula labil, yaitu mikrotubula yang dapat diawetkan hanya
dengan larutan fiksatif aldehida pada suhu sekitar 4o C.
Mikrotubula memiliki ujung positif dan ujung negatif. Ujung positif adalah tempat dimer-
dimer tubulin bersatu membentuk heterodimer, sedangkan ujung negatif adalah tempat
lepasnya dimer-dimer tubulin dari ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan
struktur mikrotubula tersebut labil dan bergerak.
Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi yaitu:
a.    Sarana transport material di dalam sel.
b.    Sebagai struktur supporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya.
c.    Mempertahankan bentuk sel (sebagai “balok” penahan-tekanan).
d.    Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.
Mikrotubula labil terdapat di dalam sitoplasma oleh karena itu disebut juga mikrotubula
sitoplasma. Mikrotubula sitoplasma berfungsi dalam member bentuk sel, membantu gerakan
sel, dan menentukan bidang pembelahan sel. Kelabilan mikrotubula dapat diterangkan
berdasarkan hipotesis Kirschner dan Mitchison yaitu melalui terhidrolisis atau tidaknya GTP.
Jika GTP tidak terhidrolisis maka akan terjadi perakitan mikrotubula. Sebaliknya jika GTP
terhidrolisis maka akan terjadi pembongkaran mikrotubula.
Kelabilan mikrotubula mendasari kegiatan dan fungsinya. Misalnya mikrotubula pada saat
mitosis yang disebut gelendong mitosis. Mikrotubula gelendong mitosis sangat labil artinya
cepat terakit maupun terurai. Hal ini menyebabkan gelendong mitosis sangat peka terhadap
pengaruh dari senyawa-senyawa kimia dimana beberapa senyawa kimia itu bersifat
antimitotik yaitu menghambat pembentukan gelendong mitosis. Pengaruh senyawa-senyawa
antimitosis ini bersifat tidak permanen artinya apabila senyawa ini dihilangkan maka
gelendong mitosis ini akan terakit kembali dan mitosis akan berlanjut kembali.
Beberapa senyawa yang bersifat antimitosis adalah: kolkisin, kolsemid, dan nokadzole.
Ketiganya berfungsi menghambat pengikatan molekul tubulin ke mikrotubula, yang akan
menyebabkan depolimerisasi mikrotubula atau gagalnya pembentukan mikrotubula.
Vinblastin dan vinkristin berfungsi memacu pembentukan kelompok parakristalin dari
tubulin yang menyebabkan terpecahnya ikatan antar tubulin mikrotubula sehingga terjadi
juga depolimerisasi. Sedangkan taksol berfungsi kebalikannya, senyawa ini justru
menstabilkan mikrotubula sehingga sulit terurai, akibatnya kromosom tetap terletak di bidang
ekuator pembelahan, tidak dapat menuju ke masing-masing kutub pembelahan. Akibat
selanjutnya adalah mitosis gagal terjadi atau terbentuk sel-sel dengan inti ganda (poliploidi).
Dengan teknik imunofluorosensi pada sel yang dibiakan pada stadium interfase tampak
bahwa mikrotubula terdapat pada sekitar inti sel. Mikrotubula pada awalnya berbentuk bintik
kecil seperti bintang sehingga disebut aster. Dari sini memancar filament-filamen yang
memanjang ke arah tepi sel. Daerah tempat munculnya aster disebut MTOC (Microtubule
Organizing Center) yang kemudian disebut dengan istilah sentrosoma.
Sentrosoma pada saat interfase terletak pada salh satu sisi di dekat inti. Pada sentrosoma
terdapat sentriola. Tetapi tidak semua sentrosoma memilki sentriola. Sentrosoma pad
tumbuhan tidak memiliki sentriola. Sentrosoma sering juga disebut materi tanpa gatra karena
hanya terdiri dari materi padat electron. Dari sentrosoma ini memancar mikrotubula
sitoplasma menjulur kea rah tertentu dari sel. Mekanisme ini di dasari dari sifat mikrotubula
yang polar yaitu akan tumbuh memanjang dengan cepat pada kutub positifnya. Hasil
penelitian menunjukan ujung negative mikrotubula terdapat pada daerah sentrosoma.

Mikrotubula pada saat pembelahan sel

Sel yang sedang dalam tahap membelah mikrotubulanya bersifat labil, artinya
mikrotubulanya akan terus menerus terakit dan terurai. Tetapi sel-sel pada jaringan yang
sudah dewasa memikili mikrotubula yang stabil. Kestabilan mikrotubula ini ditentukan oleh
modifikasi pasca translasi dan sebagian lagi oleh interaksi antara mikrotubula dengan protein
khusus pengikat mikrotubula yang disebut MAPs (Microtubule Asociated proteins) yang
berfungsi menghalangi penguraian mikrotubula dan memacu interaksi mikrotubula dengan
komponen sel lainnya.
2.    Mikrofilamen
Mikrofilamen merupakan batang padat diameter 7 nm disebut juga filamen aktin karena
tersusun dari molekul aktin. Peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk
menahan tegangan (gaya tarik). Mikrofilamen yang bergabung dengan protein lain,
membentuk jalinan tiga dimensi dalam plasma membran membantu dukungan bentuk sel.
Kondisi tersebut menyebabkan kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu
sama lain di sepanjang sel otot diselingi dengan filamen lebih tebal yang terbentuk dari
protein disebut miosin.
Fungsi
Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan tarikan),  perubahan bentuk sel kontraksi otot,
pengaliran sitoplasma motilitas sel (seperti pada pseudopida), pembelahan sel (pembentukan
alur pembelahan).
Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi melintasi membran plasma,
berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili, penonjolan halus yang meningkatkan luas
permukaan sel. Mikrofilamen dikenal baik karena perannya dalam pergerakan sel khususnya
sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di
sepanjang sel otot yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein
yang disebut miosin. Kontraksi otot terjadi akibat mikrofilamen dan miosin yang saling
melncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya.

Filamen aktin merupakan komponen utama penyusun filamen tipis pada serabut otot.
Kontraksi sel otot berupa sliding filamen. Pada saat relaksasi kepala miosin tidak melekat
pada filamen aktin. Pada saat kontraksin menyebabkan kepala mioksin melekat pada filamen
aktin. Kepala miosin mendorong filame aktin ke arah tengah sarkomer (zona H) sehingga
sakomer memendek.
Aktivitas mikrofilamen menyebabkan pergerakan seperti aliran sitoplasma dan gerak aktin-
miosin memainkan peran gerakan ameboid (gerak sel tunggal protista, cendawan, dan hewan
yang menggunakan protoplasmanya yang mengalir keluar dari sel unuk membentuk semacam
kaki semu atau pseudopoda, kemudian bagian sel yang tertinggal maju ke arah pseudopod
hingga menghasilkan gerak sel di suatu permukaan). Pseudopodia memanjang dan
berkontraksi melalui penyusunan reversible dari sub unit aktin menjadi mikrofilamen, dan
dari mikrofilamen menjadi jalinan mengubah sitoplasma dari bentuk sol (larutan koloid yang
berbentuk cair) ke bentuk gel. Pada sel tumbuhan, interaksi aktin-miosin dan transformasi
sol-gel disebabkan oleh aktin dalam aliran sitoplasma untuk pendistribusian materi dalam sel.

Gambar. Gerak aktin-miosin


3.    Filamen Intermedia
Filamen intermedia dinamai berdasarkan diameternya yang besarnya 8 hingga 10 nm, lebih
besar dari pada diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil dari pada diameter mikrotubula.
Filamen yang kuat berperan untuk membantu sel mempertahankan diri dari tekanan mekanis.

Gambar. Letak filamen intermedia


    Fungsi
1.    Penyokong sel dan intinya
2.    Tempat bertautnya nukleus dan organel tertentu lainnya.
3.    Pembentukan lamina nukleus.
4.    Pada sel epitelium, membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan dari
luar.
    Struktur
Filamen intermedia berupa protein serabut menggulung menjadi kabel yang lebih tebal atau
benang berongga yang terdiri dari lima protofilamen dengan diameter 8-10 nm. Filamen
intermedia bersifat liat, memiliki daya rentang yang sangat tinggi, dan terdapat pada sel
eukariotik. Filamen intermedia banyak ditemukan di sekitar inti, menjulur ke arah perifer sel.
Filamen intermedia banyak terdapat di sel yang mengalami stress mekanik misalnya di
epitelium, akson sel saraf, dan otot polos.

Anda mungkin juga menyukai